Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ENGLISH LANGUAGE ASSESMENT

Tentang

Teknik Pemeriksaan, Pemberian Skor dan

Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar

Disusun Oleh:

Kelompok 3

LESTARI JUWITA : 1914050024

ENO PERMATA AURA : 1914050030

FAJRIATI AMRA : 1914050035

DINA AMELIA : 1914050040

Dosen Pengampu:

Dr. Hadeli MA., M.Pd.

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS A (TBI-A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG


1443 H / 2021M

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teknik Pemeriksaan,
Pemberian Skor dan Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Dr. Hadeli MA., M.Pd. pada mata kuliah English Language Assesment. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teknik Pemeriksaan, Pemberian Skor dan
Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajarbagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………......................i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..….ii

BAB I Pendahuluan..............................................................................................1

A. Latar Belakang…………………………………………………….......................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...…….....1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………......1

BAB II Pembahasan.............................................................................................2

A. Teknik Tes……………………………………..………………….......................2
1. Pengertian tes…………………………………………………………….….2-3
2. Fungsi tes………………………………………………………………………3
3. Penggolongan tes ……………………………………………………………3-8
B. Teknik NonTes………..………………………………………….………………..8
1. Pengamatan (Observation)…………………………………………………8-12
2. Wawancara (Interview)……………………………………………………12-13
3. Angket (Questionnaire)……………………………………………………13-16
4. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analysis)………………………….17-18

BAB III Penutup................................................................................................... .........19

A. Kesimpulan……………………………………………………………………......19
B. Saran………………………………………………………………......................19

Daftar Pustaka………………………………………………………………..................iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Pemeriksaaan Tes Hasil Belajar


1. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis
Tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu: tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan
tes hasil belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes hasil
belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu teknik pemeriksaan
hasil-hasilnya pun berbeda pula (Sudijono, Anas; 2009).
a. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes
uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak atau: (2) apakah nantinya pengolahan
dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan
pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada
prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan membandingkannya
dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2) Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan skor untuk setiap
butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3) Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan.

Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada
standar relatif (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok),
maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee,
sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang
ada.
2) Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee.
3) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya
4) Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh testee dapat
diselesaikan, akhirnya dilakukanlah penjumlahan skor (yang nantinya akan
dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai (Sudijono, Anas; 2009).

b. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Obyektif


Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya
dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci
jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu
sebagai berikut :
1) Kunci berdampingan (strip keys)
Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang
ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya
adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban
yang akan diperiksa, lalu cocokkan, apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar
maka diberi tanda positif ( + ) dan apabila salah diberi tanda negatif (-).
2) Kunci system karbon ( carbon system key )
Pada kunci jawaban sistem ini teste diminta membubuhkan tanda silang ( X )
pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang
telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah
ditumpangi karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang
benar sehingga ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang
berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.
3) Kunci system tusukan ( panprick system key )
Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon.
Letak perbedaannya ialah pada kunci sistem ini, untuk jawaban yang benar diberi
tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban testee
berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada
dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4) Kunci berjendela ( window key )
Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a) Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong
b) Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai
jendela
c) Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela
d) Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertikal dengan pensil
warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan
sebaliknya.

2. Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Lisan


Pemeriksaan yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban testee pada
tes hasil belajar secara lisan pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu
tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati,
melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing
mempunyai ciri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk
bertindak kurang atau bahkan tidak objektif (Buchori, Mustar, 1990).
Dalam hal ini, pemeriksaan terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh
pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut :
a) Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
Pernyataan tersebut mengandung makna “apakah jawaban yang diberikan oleh
testee sudah memenuhi semua unsur yang seharusnya ada dan sesuai dengan kunci
jawaban yang telah disusun oleh tester”.
b) Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang
diajukan kepada testee itu cukup lancar sehingga mencerminkan tingkat pemahaman
testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya
c) Kebenaran jawaban yang dikemukakan
Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester,
belum tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar
memperhatikan jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar
kebenaran yang tinggi atau sebaliknya.
d) Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan
kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu
merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan
kepadanya. Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsur lain yang dirasa
perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam
menghadapi penguji/tester (Sudijono, Anas; 2009).

3. Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Perbuatan


Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil-hasil tes nya dilakukan dengan
menggunakan observasi (pengamatan). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku,
perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes tersebut diperlukan
adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.

B. Teknik Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar


1. Perbedaan Antara Skor dan Nilai
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (=memberikan angka) yang diperoleh dengan
jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab
dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang dimaksud
dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang
sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan
standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar.
Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau
seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan
yang diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai,
pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee
atas jawaban betul yang diberikan oleh testeedalam hasil tes belajar. Artinya, makin
banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan
oleh tester kepada testee akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang
dapat dijawab dengan betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada
testee juga kecil atau rendah.

2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes, hasil belajar menjadi nilai
standar (Standard Score).
Ada dua hal penting dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor
standar atau nilai, yaitu:
1) Dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara,
yaitu:
 Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan
dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium (patokan).
 Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan
dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok.
2) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan
berbagai macam skala, yaitu: skala lima dengan nilai huruf A, B, C, D dan F.
Skala Sembilan dengan nilai 1 sampai dengan 9. Skala sebelas dengan rentang
nilai mulai dar 0 sampai dengan 10.
 Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi
Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada kriterium.
 Hal-hal yang harus dipelajari oleh tesetee adalah mempunyai struktur
hierarkis tertentu, dan bahwa masing-masing taraf harus dikuasai secara baik
sebelum testee tadi maju atau sampai pada taraf selanjutnya.
 Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai
tuntas atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat
pengukurnya.
2b. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi
Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada Norma atau
Kelompok.

Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar
dengan mendasarkan diri atau mengacu pada norma atau kelompok serinh dikenal dengan
istilah PAN (singkatan dari Penilaian berAcuan Norma) atau PAK (singkatan dari
Penilaian berAcuan Kelompok).
Penilai beracuan kelompok ini mendasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1) Pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen (berbeda jenis
kelamin, berbeda latar belakang pendidikan dan sebagainya), yang distribusinya
membentuk kurva normal atau kurva simetrik. Asumsi ini mengandung bahwa
pada setiap kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik,
sebagaian dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi
atau memusat di sekitar nilai pertengahan dan hanya sebagian kecil saja yang
nilainya sangat tinggi atau sangat rendah.
2) Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative dari para
peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes
posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”, ataukah di “bawah”.

Dalam hal ini yang berhubungan dengan nilai standar kiranya perlu diketahui bahwa
dalam dunia evaluasi pendidikan, khususnya evaluasi hasil belajar dikenal berbagai jenis
nilai standar, seperti:

1. Nilai standar berskala lima, yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf, yaitu
nilai A, B, C, D dan F.
2. Nilai standar brskala Sembilan, yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak
mulai dari 1 sampai dengan 9.
3. Nilai standar berskala sebelas, yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0
sampai dengan nilai 10.
4. Nilai standar z.
5. Nilai standar T.
1. Pengubahan Skor Mentah Hasil Menjadi Nilai Standar Berskala Lima
 Mengatur, menyusun dan menyajikan skor-skor mentah hasil ujian dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
 Mencari, menghitung nilai rata-rata hitung yang melambangkan prestasi
kelompok, dan deviasi standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah
hasil ujian yang dicapai oleh peserta didik.
 Mengubah skor-skor mentah menjadi nilai standar skala lima.
 Mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki oleh masing-masing individu
mahasiswa menjadi nilai standar berskala lima (nilai huruf A, B, C, D dan E).

2. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sembilan
Nilai standar berskala Sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai 0 dan
nilai 10. Nilai standar tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia. Berhubung dengan
itu dirasa tidak perlu untuk menyajikan contoh penggunaan praktisnya.

3. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sebelas
Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai 10.
Jadi disini akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan
10.

4. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar z


Nilai standar z umumnya dipergunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang
diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda. Nilai standar z yang
diperoleh dengan rumus:
Dimana : z = z score

X = Deviasi skor X, yaitu selisih antara skor X dengan Mx.

SDx = Deviasi standar dari skor-skor X.

5. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar T


T score adalah angka skala yang menggunakan mean sebesarr 50 (M=50) dan
devisiasi standar sebesar 10 (SD=10). T score dapat diperoleh dengan jalan
memperkalikan z score dengan angka 10, kemudian ditambah dengan 50:

T score = 10 z + 50 atau

T score = 50 + 10 z

C. Teknik Pengolahan dan Pengubahan (Konversi)Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi


Nilai
a. Teknik Pengolahan Data
Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan statistik.
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat
langkah pokok yang harus di tempuh.
1) Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu, yaitu kunci
jawaban, kunci scoring dan pedoman konversi.
2) Mengubah skor mentah menjadi skor standar
3) Menkonversikan skor standar kedalam nilai
4) Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.

Adapun cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya
disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay)
atau tes obyektif (objektive test)

1. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian


Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada
setiap butir soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut
dan atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap paling
benar.
Menurut Zainal Arifin (2011:223) system bobot ada dua macam:
1) Bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat
kesukarannya.
Rumus : skor = ΣX
Σs

Keterangan:

ΣX = jumlah skor

ΣS = jumlah soal

2) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat


kesukaran soal.
Rumus: skor = ΣXB
ΣB
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
X = skor tiap soal
B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
ΣXB = jumlah hasil perkalian X dengan B

Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Objektif

Ada dua cara untu memberikan skor pada bentuk tes objektif:

1) Tanpa Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula)


Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum
diketahui tingkat kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya,
setiap item diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila testee menjawab benar maka
diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0.

2) Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)


Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus
tebakan sebagai berikut:
 Bentuk Benar-salah (True or False)
S = ΣB - ΣS
Keterangan:
S = skor yang dicari
ΣB = Jumlah Jawaban yang benar
ΣS = Jumlah Jawaban yang Salah

 Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice)


S = ΣB – ΣS
n-1

Keterangan:

ΣB = Jumlah Jawaban yang benar

ΣS = Jumlah Jawaban yang Salah

n = Alternatif jawaban yang disediakan

2. Skor Total (Total Skor)


Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari
penjumlahan angka-angka dalam setiap butir soal yang di jawab dengan benar oleh
testee, dan memperhitungkan bobot jawaban, sedangkan nilai adalah angka atau huruf
yang merupakan hasil konversi (rubahan) dari penjumlahan skor yang disesuaikan
pengaturannya dengan standar tertentu yang pada dasarnya merupakan lambang
kemampuan testee terhadap materi atau bahan yang diteskan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-
skor yang telah didapat masih merupakan skor mentah (raw score) dan perlu diolah
sehingga skor dapat berubah menjadi nilai-nilai jadi. Pengolahan skor yang dimaksudkan
untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah menjadi
terjabar (drived score) atau menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (Standard
Score). Untuk menentukan batas lulus maka harus dihitung terlebih dahulu rata-rata
(mean) dan simpangan baku (standard deviation), kemudian mengubah skor mentah
menjadi skor terjabar atau skor standar.

3. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik
kedalam skor terjabar atau standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi
skor stdandard atau nilai yaitu :
a) Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua
cara yang dapat ditempuh yaitu :
 Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan
mengacu pada kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara
pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia
pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada
juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
 Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada
norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced
evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian
Acuan Norma (PAN)

b) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam
skala, misalnya : skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal
dengan istilah nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai
standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9
(tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas (standard eleven/ eleven points scale)
rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score
(nilai standar T).
4. Cara Memberi Skor Skala Sikap
Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat
penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan
lima skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan
positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru
dapat menggunakan lima skala, seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja
(SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat (TB).
5. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor
Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau
kinerja. Untuk mengukurnya, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi,
unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala
penilaian yang terentang dari Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup (3), Kurang Baik (2),
sampai dengan Tidak Baik (1).

b. Verifikasi
Verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan
uang, dan lain sebagainya. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data
yang baik yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai
diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang
baik yaitu data yang mengabarkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut
serta diolah.
1) Penafsiran skor tiap siswa
Skor setiap siswa tidak dapat ditafsirkan sendiri artinya pasti melibatkan
kelompok tersebut.Skor tiap siswa ditafsirkan tanpa menghubungkannya dengan
siswa lain dalam kelompok tes. Selain perbedaan yang tersebut dalam tabel, masih
ada perbedaan-perbedaan lain, misalnya:
a) Setiap pendekatan memerlukan persyaratan tertentu, misalnya untuk PAP guru
harus menjabarkan TIU menjadi TIK.
b) Harus ada tes formatif untuk memantau PBM dan melaksanakan pengajaran
remidial (jika diperlukan).
c) Perencanaan tes harus matang, perlu ada kisi-kisi.
2) Melakukan verifikasi data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar
apabila evaluasi hasil belajar itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan
pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen
tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire apabila
evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik non tes. Data yang telah berhasil
dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu
dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.

c. Standar Penilaian
Menurut Badan Standar Nasional Penilaian (BSNP), Penilaian adalah prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik.
1. Standar penilaian oleh Pendidik
Menurut BSNP, standar penilaian oleh peserta didik mencakup beberapa standar
berikut ini:
a) Standar Umum Penilaian
Merupakan aturan main dari aspek-aspek umum dalam pelaksanaan penilaian.
Adapun prinsip-prinsipnya, yaitu:
 Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik.
 Informasi yang dihimpun mencangkup ranah-ranah yang sesuai dengan
standar isi dan standar kompetensi lulusan.
 Informasi mengenai perkembangan prilaku peserta didik dilakukan secara
berkala pada kelompok mata pelajarn masing-masing.
 Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol, baik
yang bersifat positif maupun negative dalam buku catatan perilaku.
 Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang
ulangan tengah semester dan tiga kali menjelang ulangan akhir semester.
 Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan.
 Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta
didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan.
 Pendidik harus memiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk
setiap peserta didik yang berada dibawah tanggung jawabnya.
 Pendidik melakukan ulangan tangah dan akhir semester untuk menilai
penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam standar kompetensi
(SK) dan standar lulusan (SL).
 Pendidik yang dibei tugas menangani pengembangan diri harus
melaporkan kegiatan peserta didik kepada wali kelas.
 Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik dan tidak disampaikan
paa pihak lain tanpa ijin dengan yang bersangkutan atau kepada orang
tua/wali murid.

b) Standar Perencanaan Penilaian


Merupakan prinsip-prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik. Ada tujuh
prinsip standar perencanaan penilaian:
 Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus
dan rencana pembelajarannya.
 Pendidik haru mengembangkan criteria pencapaian kompetensi dasar
(KD) sebagai dasar penilaian.
 Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrument penilaiannya sesuai
dengan indicator pencapaian KD .
 Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik
tentang aspek-aspek yang dinilai dan criteria pencapaiannya.
 Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian terhadap ke dalam
kisi-kisi penilaian.
 Pendidik membuat instrument berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan
dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian
yang digunakan.
 Pendidik menggunakan acuan criteria dalam menentukan nilai peserta
didik.
c) Standar Pelaksanaan Penilaian
Standar pelaksanaan oleh pendidik meliputi:
 Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan re rencana penilaian
yang telah disusun awal kegiatan pembelajaran.
 Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada
 Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada
persyaratan instrument serta menggunakan acuan criteria.
 Pendidik menjamin pelaksanaan ulanagn dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan.
 Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik
dan komentar yang bersifat mendidik.

d) Standar Pengelolaan dan Pelaporan hasil Penilaian


Standar Pengelolaan dan Pelaporan hasil Penilaian oleh pendidik meliputi:
 Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai.
 Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot
tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
 Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta
menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan
pendidikan masing-masing peserta didik.
 Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian, dan
potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas.
 Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam
rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas.
 Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat
dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan
pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan
pendidikan.
 Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada
orang tua/wali peserta didik.
e) Standar Pemanfaatan Hasil penilaian
Sesuai dengan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada
lima standar pemanfaatan hasil penilaian, yaitu:
 Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan
pencapaian standar kompetesi (SK) dan dan kompetensi dasar (KD)
 Pendidik menyampaikan balikan kepadan peserta didik tentang tingkat
capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan dengan rekomondasi
tindak lanjut yang harus dilakukan.
 Bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik
harus melakukan pembelajaran remedial agar setiap peserta didik dapat
mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan.
 Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasanyang
dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat
memberikan layanan pengayaan.
 Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektivitas
kegiatan pembelajaran dan merencanakan barbagai upaya tindak lanjut.
2. Standar penilaian oleh Satuan Pendidikan
Ada dua pokok yang harus diperhatikan dalam penilaian hasil belajar menurut
standar ini:
a) Standar penentuan pendidikan kelas, standar ini terdiri dari tiga hal pokok, yaitu:
 Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan
kenaikan kelas.
 Satuan pendidikan menetapkan Sandar ketuntasan Balajar Minimal (SKBM)
pada setiap mata pelajaran. SKBM harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala.
 Satuan Pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk
menentukan kenaikan kelas setiap peserta didik.

b) Standar Penentuan kelulusan


 Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian
sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS.
 Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk
menentukan nilai akhir peserta didik.
 Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan criteria
kelulusan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.19/2005 pasal 7
ayat (1)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai pada keunggulan penghargaan yang diberikan oleh penguji kepada penguji atas
jawaban betul yang diberikan oleh penguji dalam tes hasil belajar. Artinya semakin banyak
jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester
kepada testee akan semakin tinggi. sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab
dengan betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga kecil
atau rendah. Tes hasil belajar dapat dilakukan secara tertulis, secara lisan dan dengan tes.
Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut adanya perbedaan dalam
pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil- hasilnya. Teknik pengolahan hasil tes
hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni: mengolah skor mentah menjadi
nilai huruf, mengolah skor mentah menjadi nilai 1 10, mengolah skor mentah menjadi nilai
dengan persen, mengolah skor mentah menjadi skor standar z, dan mengolah skor mentah
menjadi skor standar T.
.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan yang ada hubungannya dengan judul Makalah ini. Penulis banyak
berharap kepada Ibu dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dan teman teman di kelas
Pendidikan Teknik Informatika memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya Makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya
pada semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta: Erlangga:University


Press,1986.

Bistok Sirait. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang Press, 1985.

Atwi Suparman, Desain Instruksional, Jakarta: PAU ,1997.

Arikunto, Suahrsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosda karya,

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai