Anda di halaman 1dari 41

PERTEMUAN 3

HASIL BELAJAR SEBAGAI OBJEK


PENILAIAN 3 RANAH KOMPETENSI
1. Kemampuan Akhir yang diharapkan:
Mahasiswa mengetahui hasil belajar sebagai obyek penilaian 3 ranah
kompetensi
2. Bahan Kajian/ Materi Pembelajaran
Hasil belajar sebagai obyek penilaian 3 ranah kompetensi
3. Metode
Ceramah, Diskusi Brainstorming
4. Pengalaman Belajar Mahasiswa
Menggali informasi tentang hasil belajar sebagai obyek penilaian 3 ranah
kompetensi melalui berbagai sumber belajar
5. Assesment
a. Indikator:
Mahasiswa dapat :
1). Mendeskripsikan ranah kompetensi pengetahuan
2). Mendeskripsikan ranah kompetensi sikap
3). Mendeskripsikan ranah kompetensi keterampilan
4). Menerapkan penilaian ranah kompetensi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
b. Bentuk :
Tugas kelompok
6. Bobot : 5
DAFTAR PUSTAKA UTAMA
1. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 1995, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
2. Achdiyat, Maman. Virgana, dan Soeparlan, (2017), Evaluasi Dalam
Pembelajaran, Tangerang, Pustaka mandiri

3. Jihad, Asep, (2013), Evaluasi Pembeajaran, Yogjakarta, Multi Pressindo

5. Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian, Jakarta

6. Sudjana, Nana, (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung,


PT Remaja Rosdakary

7. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, 2015, Bumi Aksara,


Jakarta
A. PRINSIP-PRINSIP DASAR EVALUASI PENDIDIKAN
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apa bila dalam
pelaksanaannya berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu:1. prinsip keseluruhan, 2. prinsip
kesinambungan, 3. prinsip obyektivitas.
1. Prinsip Keseluruhan
- Prinsip keseluruhan (comprehensive) adalah evaluasi hasil belajar dikatakan dapat
terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh atau menyeluruh.
- Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan
perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai
makhluk hidup dan bukan benda mati.
- Evaluasi hasil belajar dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain), aspek
sikap (affective domain), dan aspek keterampilan (psychomotor domain yang melekat pada
masing-masing individu peserta didik.
- Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara menyeluruh maka akan
diperoleh informasi yang lengkap mengenai perkembangan subyek didik
yang dijadikan sasaran evaluasi.
2. Prinsip Kesinambungan
- Prinsip kesinambungan atau kontinuitas (continuity) adalah evaluasi hasil
belajar yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
- Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan
terjadwal maka dimungkinkan untuk memperoleh informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemajuan peserta didik sejak dari awal
mengikuti program pendidikan sampai mereka mengakhiri program
pendidikan yang mereka tempuh.
- Evaluasi hasil belajar yang berkelanjutan ini juga diharapkan agar pihak evaluator
dapat memperoleh kepastian dalam menentukan langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan yang sebaik-baiknya.
3. Prinsip Obyektivitas
- Prinsip obyektivitas (obyaktivity) mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar
dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik jika dapat terlepas dari faktor-faktor yang
sifatnya subyektif.
- Dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, evaluator harus berpikir dan bertindak
wajar menurut keadaan yang sebenarnya (tidak dicampuri oleh kepentingan-
kepentingan yang bersifat subyektif.
- Apabila dilakukan evaluasi yang subyektif maka akan menodai kemurnian
pekerjaan evaluasi itu sendiri.
B. Ciri-CIRI EVALUASI HASIL BELAJAR

1. Evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta


didik, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung.
- Pengukuran dilakuakan pada indikator yang merupakan pertanda bahwa seseorang
dapat disebuat sebagai orang pandai.
- Carl Witherrington mengatakan bahwa indikator yang dapat dijadikan sebagai tolok
ukur untuk menyatakan bahwa seorang peserta didik termasuk pandai apabila peserta
didik itu mempunyai:
a. kemampuan untuk bekerja dengan angka-angka,
b. kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik dan betul,
c. kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru secara cepat dapat mengikuti

pembicaraan orang lain,


d. kemampuan untuk mengingat-ingat sesuatu,
e. kemampuan untuk memahami hubungan antar gejala yang satu dengan gejala yang lain,
f. kemampuan untuk memfasilitasi berpikir secara abstrak.
2. Pengukuran dilakukan dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik.
a. Pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif.
b. Hasil – hasil pengukuran yang berupa angka-angka itu dianalisis dengan menggunakan
metode statistik kemudian diinterprestasikan secara kualitatatif.
3. Pada umumnya digunakan satuan-satuan yang tetap.
a. Penggunaan satuan – satuan yang tetap itu didasarkan pada teori yang menyatakan
bahwa pada setiap populasi didik sifatnya heterogen.
b. Prestasi belajar yang mereka raih akan terlukis dalam bentuk kurva normal (kurva
simetrik).
4. Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik adalah bersifat relatif artinya bahwa hasil-hasil
evaluasi terhadap keberhasilan peserta didik pada umumnya tidak selalu menunjukkan kesamaan
atau keajekan. Ketidak samaan hasil evaluasi secara umum dapat terjadi karena keadaan peserta
didik itu dapat berubah karena keadaan, ruang dan waktu.
5. Kegiatan evaluasi hasil belajar sulit untuk dihindari terjadinya kekeliruan pengukuran (error).
- Nilai yang sebenarnya adalah nilai yang betul-betul mencerminkan prestasi hasil belajar peserta
didik.
- Menurut J.P. Guilford ada empat penyebab kekeliruan dalam pengukuran, yaitu :
a. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan sampling;
Kekeliruan samping adalah kekeliruan yang dibuat oleh tester (guru) dalam menentukan butir-
butir item sebagai sampel atau wakil dari materi yang seharusnya diujikan.
b. Kekeliruan yang bersumber dari kekeliruan scoring;
Scoring error adalah kekeliruan hasil pengukuran yang bersumber dari kekeliruan pihak penguji
dalam memberikan skor terhadap jawaban-jawaban yang diberikanoleh testee terhadap butir-butir
soal yang diajukan dalam tes
c. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan ranking;
Kekeliruan ranking (ranking error) yaitu kekeliruan yang diperbuat oleh pemberi skor dalam
menentukan urutan kedudukan skor yang dimiliki oleh peserta didik dalam suatu tes.
d. Kekeliruan yang bersumber dari kekeliruan guessing (guessing error).
Kekeliruan guessing adalah kekeliruan yang terjadi akibat permainan spekulasi atau tebak terka di
kalangan tes-tes dalam memberikan jawaban terhadp butir-butir soal yang diajukan kepada peserta
didik
Sumber-sumber yang terjadi dalam pengukuran adalah faktor :
a. Faktor alat pengukur, dimana alat pengukur yang digunakan dalam tes tidak dapat mengukur
secara tepat apa yang seharusnya diukur.
b. Faktor evaluator, telah melakukan kekeliruan dalam memberikan skor dan menentukan ranking.
c. Faktor peserta didik (testee) yang dengan permintaan spekulasi dan tebak terkanya telah
menyebabkan terjadinya dalam pengukuran hasil belajar

d. Faktor situasi, yaitu situasi pada pengukuran hasil belajar itu berlangsung .
C. PENYEBAB KEKELIRUAN PENGUKURAN OLEH
EVALUATOR (TESTER)
1. Suasana batin yang sedang mempengaruhi diri evaluator pada saat
pengukuran hasil belajar dilaksanakan.
Contoh: piran kacau, perasaan risau dll.
2. Sifat pemurah atau pelit yang melekat pada diri evaluator. Jadi nilai yang
diberikan epada tester teah terjadi kekeliruan (error)
3. Terjadinya hallo effect, guru sebagai evaluator terpengaruh oleh berita,
informasi dan lain-lain yang datang dari teman sejawatnya, sehingga dalam
pemberian nilai hasil belajar mempengaruhi diri guru.
4. Guru selaku evaluator terpengaruh oleh kesan masa lalu mengenai hasil-
hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
D. FAKTOR-FAKTOR KEKELIRUAN HASIL BELAJAR YANG
BERSUMBER DARI PESERTA DIDIK
1. Faktor psikis
Faktor kejiwaan atau suasana batin yang menyelimuti diri peserta didik pada saat dilaksanakan evaluasi
hasil belajar seperti suasana gembira, pikiran sedang kalut peserta didik yang sedang diukur dan dinilai
hasil belajarnya.
2. Faktor fisik
Kesehatan jasmani sedang terganggu misalnya sakit, kecapaian dsb, maka peserta didik dapat
terganggu konsentrasinya selama evaluasi hasil belajar berlangsung, sehingga dallam pengukuran dan
penilaian hasil belajar yang dilakukan terhadap peserta didik akan dimungkinkan terjadi kekeliruan (error)
3. Faktor nasib
- Faktor nasib yang menimpa peserta didik dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam pengukuran
hasil belajar.
- Nasib peserta didik sial maka semua bahan pelajaran yang telah dikuasai dan dipersiapkan dalam
evaluasi hasil belajar menjadi hilang dari ingatannya sehingga butir-butir soal yang semestinya dapat
dijawab dengan betul ternyata tidak dapat dijawab sebagaimana mestinya.
E. PENYEBAB DAN JENIS-JENIS KEKELIRUAN (ERROR)
DALAM PENGUKURAN HASIL BELAJAR
Sumber Penyebab Latar Belakang Terjadinya Error Jenis Error
Terjadinya Error
Alat Evaluasi (Alat Butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes tidak Sampling Error
pengukur) Hasil Belajar mencerminkan atau tidak merupakan wakil yang
(Test) representatif dari keseluruhan bahan pelajaran yang
sehrusnya diteskan
Evaluator (tester) bertindak kurang teliti atau kurang
cermat dalam perhitungan angka-angka (skor)
Suasana batin yang menyelimuti diri evaluator: perasaan
resah, susah, murung dsb
Evaluator ( Tester): Sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada diri Scoring Error
Guru, Dosen, Penguji evaluator (tester) dan Ranking
Evaluator terpengaruh oleh hasil-hasil penilaian yang Error
diberikan oleh teman sejawat (Hallo Effect)
Evaluator terpengaruh oleh hasil-hasil tes yang dicapai
oleh peserta didik pada waktu-waktu yang lalu (kesan
masa lalu)
Peserta tes (testee) bermain tebak-
terka (melakukan kerja sama yang Guessing Error
tidak sehat didalam mengerjakan
Peserta didik / soal-soal)
Peserta Tes (Testee) Kondisi fisik, kondisi psikis dan nasib
sial yang menimpa diri testee pada Scoring Error
saat berlangsungnya tes (evaluasi)
hasil belajar

Situasi Testing Suasana gaduh, kacau atau bising ,


pengawasan tes yang terlalu ketat Scoring Error
atau terlalu longgar
F. RANAH KOGNITIF, AFEKTIF,
DAN PSIKOMOTOR SEBAGAI
OBYEK EVALUASI HASIL
BELAJAR
1. Taksonomi Tujuan Pendidikan dari Benjamin Bloom dkk
• Benjamini dkk, berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tuuan pendidikan harus
mengacu pada tiga jenis domain (ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu :
a. ranah prosess berpikir (cognitive domain),
b. ranah nilai atau sikap (affective domain),
c. ranah keterampilan (psychomotor domain).
• Dalam konteks evaluasi ketiga domain itulah yang harus dijadikan sasaran dalam
setiap kegiatan evaluasi hasil belajar yaitu:
1). Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang
sudah diberikan kepada siswa?,
2). Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3). Apakah materi pelajaran yang sudah diberikan dapat diamalkan secara kongkret dalam
praktek atau dalam kehidupan sehari-hari?
2. Ranah Kognitif
• Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak)
• Manurut Bloom terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan (knowledge ) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall)
tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dsb tanpa diharapkan menggunakannya.
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Memahami berarti dapat dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-kata sendiri .

c Penerapan (application)
Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunaan ide-ide umum, tata cara, metode, prinsip, rumus, teori dsb. dalam
siatuasi yang baru dan kongret.
d. Analisis (analysis)
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagia-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian yang
satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.
Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, ide
dalam rangka pengambilan keputusan.
Contoh: seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka orang itu mampu memilih pilihan yang terbaik
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
KATA KERJA OPERASIONAL DOMAIN KOGNITIF
1. Knowledge :
a. menyebutkan,
b. mendefinisikan,
c. memberi nama,
d. menyusundaftar,
e. mengidentifikasi,
f. menyatakan, dll.
2. Comprehension :
a. mempertahankan,
b. membedakan,
c. memprakirakan,
d. menjelaskan,
e. memberi contoh, dll.

.
3. Application : a. mengubah,,

b. menghitung,

c. mendemonstrasikan,

d. mengerjakan,

e. memanipulasikan,

f. menggunakan,

g. memecahkan, dll.
4. Analysis : a. menguraikan,
b. memisah-misahkan,
c. merinci,
d. membuat garis besar,
e. menggambarkan kesimpulan, dll.
5. Synthesis :
a. menggabungkan,
b. memodifikasi,
c. menghipun,
d. menciptakan,
e. merekonstruksikan,
f. menyususn,
g. mengorganisasikan,
h. menyimpulkan, dll.
6. Evaluation :
a. menilai,
b. membandingkan,
c. mengkritisi,
d. mengomentari,
e. memberi pendapat,
f. menyokong, dll.
Teknik Penilaian Pengetahuan (K13)

Benar-salah, pilihan ganda,


Tes Tertulis menjodohkan, isian, dan
uraian

Penilaian
Pengetahuan Tes Lisan Kuis dan tanya jawab

Tugas yang dilakukan


secara individu atau
kelompok di sekolah
Penugasan dan/atau di luar sekolah,
baik secara formal maupun
informal
3. Ranah Afektif
• Taksonomi (ranah) afektif mula-mula dikembangkan oleh R. Krathwohl dkk (1974) dalam
bukunya yang berjudul Taxonomy of Education Objectives: Affective Domain
• Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
• Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku
seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran.
• Menurut Krathwohl (1974), ranah afektif terdiri dari lima jenjang, yaitu :
a. receiving,
b. responding,
c. valuing,
d. organization,
e. characterization by a value or value complex
a. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)
- Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang pada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll.
- Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai yang diajarkan
kepada mereka dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan
diri dengan nilai-nilai itu.
- Peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan dan dilaksanakan
b. Responding (menanggapi)
- Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisifasi aktif.
- Kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut
sertakan dirinya seara aktif secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.
- Contohnya:
Peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih
dalam tentang mata pelajaran yang dipelajarinya.
c. Valuing (menilai, menghargai)
- Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan
suatu kegiatan atau obyek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan
akan membawa kerugian atau penyesalan.
- Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik tidak hanya menerima
nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai kosep atau
fenomena, yaitu baik atau buruk.
- Contohnya: tumbuhnya kemauan pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin di
sekolah dan di tengah-tengah masyarakat.
d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
- Organization artnya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
- Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan diri nilai kedalam satu
sistem ornanisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,
pemamtapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
- Contohnya:
Peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh
Pemerintah.
e. Charracterization by value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau nilai
kompleks).
- Charracterization by value adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
- Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi
emosinya.
- Pada level ini, sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana, ia telah memiliki
philosophy of life yang mapan, telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakukunya
untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik pola hidup tingkah
lakunya menetap, dan konsisten.
Beberapa contoh indikator penilaian hasil belajar afektif:
1. Sikap/perilaku siswa selama proses belajar:
a. kemauan siswa untuk menerima pelajaran
b. perhatian siswa terhadap penjelasan guru
c. keinginan siswa untuk mendengarkan penjelasan
d. keinginan siswa utk mencatat uraian guru
e. hasrat siswa utk bertanya, dll
2. Sikap/perilaku siswa setelah proses belajar:
a. kemauan mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut
b. kemapuan menerapkan hasil pelajaran di sekolah dlm praktek
kehidupan.
c. senang/bangga terhadap guru
d. senang terhadap pelajaran, dll
KATA KERJA OPERASIONAL DOMAIN AFEKTIF :

1. Receiving : a. Menanyakan,
b. memilih,
c. menggambarkan,
d. mengikuti,
e. memberikan,
f. berpegang teguh,dll.
2. Responding : a. menjawab,
b. membantu,
c. memberi nama,
d .memperbincangkan,
e.menunjukkan,
f. mempraktekkan, dll.
3. Valuing : a. melengkapi,
b. menerangkan,
c. membentuk,
d. mengusulkan,
e. mengambil bagian,
f. memilih,
g. mengikuti, dll.
4. Organization: .a. mengubah,
b. mengatur, .
c. menggabungkan,
d. membandingkan,
e. mempertahankan,
f. memodifikasi, dll.
Skema Penilaian Sikap (K13)

Observasi
oleh MP Dilaksanakan selama proses
selama 1 pembelajaran dan di luar
semester pembelajaran

Utama Observasi
oleh Guru Dilaksanakan di luar
BK dan pembelajaran baik secara
Penilaian Wali Kelas langsung maupun berdasarkan
sikap selama 1 informasi/laporan yang valid
semester

Penilaian Dilaksanakan
diri dan sekurangkurangnya 1 kalai
Penunjang penilaian selama satu semester
antar teman
4. Ranah Psikomotor
- Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
- Menurut Simpson, hasil belajar ranah psikomotor bahwa hasil belajar psikomotor tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
- Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor jika peerta didik telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan ranah afektif.
Ranah (Domain) Psikomotor:
Kemampuan yang terkait dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dai gerakan sederhana
hingga gerakan yang kompleks.
Ada 3 kelompok ketrampilan:
(a) Muscular or motor skill,
(b) Manipulation of materials or objects,
(c) Neuromuscular coordination .
KATA KERJA OPERASIONAL DOMAIN PSIKOMOTOR:

1. Muscular or motor skill: a. mempetontonkan,


b. menunjukkan,
c. melompat,
d. menggerakkan,
e. menampilkan, dll
2. Manipulation of materials
or objects: a. mereparasi,
b. menyusun,
c. membersihkan,
d. membentuk,
e. menggeser,
f. memindahkan, dll.
3. Neuromuscular coordination:
a. mengamati,
b. menerapkan,
c. menghubungkan,
d. menggandeng
e. memadukan,
f. memasang, dll
Skema Penilaian Keterampilan (K13)

Penilaian yang dilakukan dengan cara


Unjuk Kerja/
mengamati kegiatan peserta didik dalam
Kinerja/Praktik
melakukan sesuatu

Kegiatan penyelidikan yang mencakup


Proyek perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil
proyek dalam kurun waktu tertentu
Penilaian
Keterampilan
Rekaman hasil pembelajaran dan penilaian
Portofolio yang memperkuat kemajuan dan kualitas
pekerjaan peserta didik

Penilaian kemampuan peserta didik membuat


Produk
produk-produk teknologi dan seni
5. LANGKAH-LANGKAH POKOK DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR
a. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
1). Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
2). Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi
3). Menentukan teknik yang akan dipergunakan dalam evaluasi pendidikan (tes atau no tes)
4). Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian
hasil belajar
5}. Menentukan tolok ukur, norma atau kriteria dalam memberitan interprestasi terhadap
data hasil evaluasi .
Misalnya: Penilaian beracu patokan (PAP) atau Penilaian beracuan kelompok atau
norma (PAN)
6). Menentukan frekwensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar
2. Menghimpun data
Wujud menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya: melakukan
teknik tes, pengamatan, wawancaara, angket dengan menggunakan instrumen.
3. Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih
lanjut
4. Mengolah dan mengevaluasi data
Mengolah dan menganalisis hasil mengevaluasi dilakukan dengan maksud untuk
memberi makna yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi, misalnya dengan
menggunakan statistik atau non statistik.
5. Memberikan interprestasi dan menarik kesimpulan
- Interprestasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan
verbalisasi dari makna yang terkandung data yang telah diolah dan dianalisis
- Kesimpulan evaluasi harus mengacu pada tujuan dilakukan evaluasi.
6. Tindak lanjut hasil evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka akan
diperoleh makna yang terkandung di dalamnya sehingga evaluator dapat mengambil
keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak
lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
Evaluasi

1. Jelaskan mengapa dalam penilaian harus konfrehenship (pengetahuan,


sikap dan keterampilan)
2. Jelaskan apa hubungan penilaian kognitif, afektif dan psikomotor
3. Mengapa dalam penerapan masing- masing komponen ranah
pengetuan, sikap, dan keterampilan harus menggunakan kata kerja
operasional
4. Jelaskan cara memperkecil error dalam penerapan evaluasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai