Anda di halaman 1dari 6

►Kelebihan dan kekurangan test essay

Secara ontologis tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas
item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban
siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa
Menurut Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat digunakan untuk menilai hal-hal berkaitan
erat dengan beberapa butir berikut :
a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara
tepat.
b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran
siswa secara aktif.
d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk
kalimat mereka sendiri.
e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas
dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.
Gronlund, N.E (1982) menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari
tes essay adalah kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa. Karakteristik ini
menjadi sebuah kelebihan dari tes essay.
Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, ternyata tes
essay juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru.
Menurut Suherman, E (1993) kelemahan tes essay di antaranya sebagai berikut.
a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh. Hal ini
disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup
banyak, sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa
kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang
disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak
mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat hasil
yang kurang baik.
b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai
akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai,
sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan
kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi
pemeriksa, siswa dan lingkungan.
c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam
bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan
mengakibatkan hasil pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Memeriksa jawaban
tes essay cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak. Pola jawaban
siswa untuk soal bentuk ini bisa beraneka ragam, karena siswa diberi kebebasan untuk
mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah diperoleh dan dikuasainya
akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban persoalan yang ditanyakan. Tiap
siswa tentu akan memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi
jika persoalannya divergen. Meskipun demikian dalam matematika keanekaragaman
ini tidak akan jauh berbeda karena sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya. Karena keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang
terdapat di dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu dan
melelahkan.
Kelemahan-kelemahan menurut Suherman, E (1993) di atas hampir sama dengan
apa yang dinyatakan oleh Gronlund, N.E (1982). Selain kelemahan tersebut, Gronlund,
N.E (1982) juga menyatakan bahwa kelemahan tes essay ini berkaitan dengan respon
siswa. Karena siswa harus menulis jawaban dengan kata-kata sendiri, maka kemampuan
menulis cenderung untuk mempengaruhi skor yang mereka terima. Miskin ekspresi dan
kesalahan dalam menggunakan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa biasanya mengurangi
skor yang didapatkan.
Untuk lebih memahami karakteristik serta kelebihan dan kelemahan dari tes essay,
berikut disajikan perbedaan antara tes objektif dan tes essay :
 Tingkatan kemampuan hasil belajar yang diukur Baik digunakan untuk mengukur
kemampuan pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi
tidak cocok digunakan untuk mengukur kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasi.
 Tidak efektif digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan pengetahuan,
pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi baik jika digunakan untuk mengukur
kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasiRuang lingkup materi yang disajikan
Terdiri dari banyak item soal dan mencakup materi yang cukup luas sehingga tes
tersebut dapat mewakili isi dari materi yang dipelajari Terdiri dari sedikit item soal
dalam jangkauan materi yang terbatas sehingga tes tersebut tidak representatif dalam
mewakili isi materi.
 Penyusunan tes Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang cukup
lama Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang lebih cepat dan lebih
mudah dibandingan dengan tes objektif.
 Penskoran Objektif, sederhana dan dapat diandalkan Subjektif, sulit, dan kurang dapat
diandalkan.

► Cara penskoran test essay


1. Pemberian Skor Tes pada Domain Kognitif
a. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa
ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot.
 Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar
mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh
peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya
sebagai berikut.

𝐵
Skor = x 100 (skala 0-100)
𝑁
B = banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal

Contohnya adalah sebagai berikut :


Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25 butir, maka skor yang dicapai Budi
adalah:
25
Skor = x 100
50
= 50
Untuk mempermudah memberi skor disusun Tabel 6.1. sebagai berikut.
Tabel 6.1. Contoh Pemberian Skor

Domain butir soal Jumlah butir bi Jumlah butir x bi Bi


Pengetahuan 12 1 12 8
Pemahaman 20 2 40 12
Penerapan 4 3 12 2
Analisis 2 4 8 1
Sintesis 1 5 5 1
Evaluasi 1 6 6 1
Jumlah = 40 - St = 83 25

(8𝑥1)+(12𝑥2)+(2𝑥3)+(1𝑥4)+(1𝑥5)_(1𝑥6)
Skor = 𝑥100
83
8+24+6+4+5+6
= 𝑥100
83
53
= 𝑥100 = 63,9
83

Jadi, skor yang diperoleh Yoyok adalah 63,9%, artinya Yoyok dapat menguasai tes
matapelajaran IPA sebesar 63,9%
2. Pemberian Skor Tes pada Domain Afektif
Domain afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua
komponen dalam domain afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu
pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu
diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran positif sehingga akan timbul minat
untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa
diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, Anda memiliki tugas untuk
membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang
diampunya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
Langkah pembuatan instrumen domain afektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai
berikut:
a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat.
b. Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran di kelas, banyak bertanya, tepat waktu
mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini selanjutnya ditanyakan
pada peserta didik.
c. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: sangat berminat, berminat,
sama saja, kurang berminat, dan tidak berminat.
d. Telaah instrumen oleh sejawat.
e. Perbaiki instrumen.
f. Siapkan kuesioner atau inventori laporan diri.
g. Skor inventori.
h. Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.

Contoh:
Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada 10 butir. Jika
rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang peserta didik adalah 10,
yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, mediannya
adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-20 termasuk
tidak berminat, 21 sampai 30 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 – 50 sangat
berminat.

3. Pemberian Skor Tes pada Domain Psikomotor


a. Penyusunan Tes Psikomotor
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Tes tersebut menurut Lunetta dkk. (1981)
dalam Majid (2007) dapat berupa tes paper and pencil, tes dentifikasi, tesimulasi, dan tes unjuk
kerja. Skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang jumlahnya sedikit.
Perbuatan yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat
tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna
dan skala 5 paling sempurna. Misal dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik
menggunakan thermometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan
peserta didik terampil menggunakan thermometer tersebut, misal indikator-indikator sebagai
berikut:
1. Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
2. Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
3. Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
4. Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5. Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya.
6. Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer.

Untuk mengukur keterampilan siswa menggunakan termometer badan disusun skala


penilaian berikut.

Lingkari angka 5 jika suatu indikator dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika
tidak tepat dan 1 sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!

5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer dari temaptnya.

5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.

5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.

5 4 3 2 1 Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.

5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.

5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer.

Anda mungkin juga menyukai