Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan kegiatan untuk memenuhi target
kurikulum. Di dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang harus
dicapai yang telah dijabarkan kedalam indikator-indikator. Keberhasilan
dari pembelajaran tersebut diukur berdasarkan ketercapaian indikator
yang telah ditentukan. Misalnya peserta didik dikatakan tuntas belajar
jika minimal menguasai misalnya 75% materi yang dipelajarinya atau
75% indikator telah dicapainya. Jika dinyatakan dalam skor maka
minimal skor yang diperoleh adalah 75.
Ketuntasan belajar merupakan pencapaian taraf penguasaan
minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap
satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu
ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi
pelajaran atau tujuan pembelajaran yang keduanya dapat dianalisis
secara perorangan atau perkelas siswa.
Tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh
standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh
seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) atau SKBM (Standar Ketuntasan Belajar
Minimal) dari setiap mata pelajaran. Jadi, tuntas tidak tuntasnya hasil
belajar manakala pencapaian hasilnya mencapai nilai minimal. Nilai
minimal (KKM/ SKBM), ditentukan atau dirumuskan secara teoritik dan
ilmiah oleh tingkat satuan pendidikan.
Pengetahuan, keahlian dan keterampilan secara profesional
tentang KKM/ SKBM harus dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran,
sebab tanpa memiliki keahlian ini bagaimana seorang guru dapat
menyatakan bahwa seorang siswa setelah mengikuti proses kegiatan
pembelajaran telah tuntas atau belum tuntas. Oleh karena itu, seorang

1
guru mata pelajaran wajib memiliki keahlian ini secara profesional dan
operasional.
Namun, dalam kenyataannya tidak jarang ditemui KKM/ SKBM yang
ditetapkan itu tidak dapat dipenuhi karena penyusunan dan
penerapannya kurang tepat dan kurang berpedoman pada ketentuan
yang ada. Dengan demikian proses serta hasil belajar dan
membelajarkan di sekolah tidak mencapai mutu seperti yang
direncanakan.
Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan
awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian,
mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria
minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian kompetensi. Oleh karena
itu, diperlukan panduan yang dapat memberikan informasi tentang
penetapan kriteria ketuntasan minimal yang dilakukan di satuan
pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ketuntasan Belajar?
2. Apa yang dimaksud Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?
3. Apa fungsi KKM?
4. Apa saja kriteria Penetapan KKM?
5. Bagaimana cara menentukan KKM?
6. Apa saja langkah-langkah Penetapan KKM?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ketuntasan belajar
2. Untuk mengetahui definisi, fungsi, kriteria, serta langkah-langkah
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
3.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ketuntasan Belajar


2.1.1 Pengertian Ketuntasan Belajar
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang
menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal
pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi
kegagalan peserta didik dalam belajar. Strategi belajar tuntas
menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan
belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal),
tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan
peserta didik sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan
pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran
dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya
pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing
peserta didik.
Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian
taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam
tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar
dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa
dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/ tujuan
pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau
perkelas.
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis
kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni
menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan
peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta
didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). KKM yang dikembangkan dalam KTSP 2006 ini
merupakan penyempurnaan dari standar ketuntasan belajar

3
minimal (SKBM) yang pernah diterapkan pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK).
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama
pendidik, peserta didik serta orang tua peserta didik. Oleh karena
itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di
sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu
melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan
mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria
ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar
peserta didik.
Penetapan KKM ini sejalan dengan sistem Belajar Tuntas
atau Mastery Learning. Seluruh Siswa tanpa kecuali harus
dapat mencapai taraf penguasaan penuh pada setiap kompetensi
dasar (KD). Tes formatif (ulangan harian) dan tes sumatif (tes
evaluasi akhir semester atau uji blok) dilakukan bukan hanya
untuk menentukan angka kemajuan belajar semata, tetapi juga
sebagai dasar catu balik (feed back) untuk menentukan saat
setiap siswa memperoleh bantuan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.1
Guru sebagai orang dewasa diharapkan mampu
memperbaiki bahkan mengubah gaya mengajarnya bila ternyata
gaya mengajarnya kurang dapat mendukung atau membantu
siswa mencapai ketuntasan (KKM) yang diharapkan. Tidak kalah
pentingnya guru harus memahami, bahwa setiap siswa
mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun
kepribadian yang merupakan ciri-ciri khusus yang bersifat
menonjol yang membedakan dirinya dengan orang lain.2
2.1.2 Konsep Dasar

1 L. Moleong J, Belajar Tuntas, (Jakarta: BP3 Departemen P dan K, 1978), hlm. 6

2 L. Moleong, Loc. Cit.

4
Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa
jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang
diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika
dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar
kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan
kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu
atau tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara
penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik
belum optimal.3 Tujuan dari proses pembelajaran dengan
pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata
prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas
pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus
bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar
kompetensi atau dasar kompetensi. Dari konsep tersebut, dapat
dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah:
1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan
dengan urutan hierarkis (peringkat).
2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan,
dan setiap kompetensi harus diberikan feedback.
3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang
diperlukan.
4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang
mencapai ketuntasan belajar lebih awal.
2.2 KKM (KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL)
2.2.1 Pengertian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Istilah kriteria dalam penilaian sering juga disebut sebagai
tolak ukur atau standar. Kriteria, tolak ukur, standar adalah
sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal
untuk sesuatu yang diukur.4 Kriteria Ketuntasan Minimal adalah
salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi,
3 Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm. 56

4 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi


Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), cet. IV, hlm. 30.

5
yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Kriteria yang digunakan adalah nilai
yangpaling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan. Kriteria Ketuntasan Minimal biasanya menggunakan
sepuluh jenjang penilaian yaitu dari 1 sampai 10 atau dari 1
sampai 100.5
2.2.2 Daya Serap Hasil Ulangan (Mastery Learning)
Untuk mengetahui daya serap hasil ulangan harian atau ulangan
blok dapat digunakan form berikut ini :

Mata Pelajaran: __________________


Kelas/Semester : __________________
Ulangan Harian Ke- : __________________

Keteranga
N Skor Butir Skor %
Nama Siswa n
o
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

? Skor Butir
Skor Maksimum
% Ketercapaian

Keterangan:

* Siswa dinyatakan tuntas belajar jika mencapai skor minimal 75%


5 Ibid., hlm. 32

6
** Kelas dinyatakan tuntas belajar jika siswa yang tuntas belajar
mencapai minimal 85%

HASIL ANALISIS

1. Ketuntasan Belajar
a. Jumlah peserta tes : orang
b. Jumlah siswa yang tuntas belajar : orang
c. % Siswa yang tuntas belajar :%
2. Kesimpulan :
a. Remedial = orang
b. Pengayaan = orang

Jumla Jumla %
Kompetensi Penguasa
h h Pencapai Keterangan
Dasar an
Butir Betul an
Menjelaskan
perbedaan
10 8 80 % Sudah menguasai
rukun dan
wajib haji
Sudah menguasai
definisi dan yang
Menjelaskan berhak atas harta
pembagian 10 6 60 % X pusaka, tetapi
harta pusaka belum menguasai
rincian
pembagiannya

Catatan : Batas Penguasaan Minimal 75 %.6

6 Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Ciputat: UIN


Jakarta Press, 2006), hlm. 102 103

7
Selanjutnya, untuk mengetahui berkualitas dan tidaknya butir soal, dapat
dilakukan beberapa jenis analisis kuantitatif berikut ini.

2.2.3 Fungsi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)


Fungsi pembuatan KKM adalah:
a. Memudahkan evaluator (guru) dalam melakukan penilaian
terhadap objek yang akan dinilai karena ada patokan yang
diikuti.
b. Untuk menjawab dan mempertanggungjawabkan hasil
penilaian yang sudah dilakukan.
c. Untuk mengekang masuknnya unsur subjektif yang ada pada
diri penilai.
d. Dengan adanya KKM, maka hasil evaluasi akan sama
meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda dan dalam
kondisi fisik penilai yang berbeda pula.
e. Memberikan arahan kepada evaluator (guru) apabila
evaluatornya lebih dari satu.7
2.2.4 Ketentuan Penetapan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Dalam penetapan nilai ketuntasan belajar minimum
dilakukan melalui analisis ketuntasan minimum pada setiap
indikator, KD dan SK. Ketuntasan belajar ideal untuk setiap
indikator adalah 1-100 %, dengan batas minimal ideal minimum
75 %. Dalam menetapkan KKM sekolah harus
mempertimbangkan kompleksitas, kemampuan rata-rata siswa,
dan Sumber Daya pendukung.8
a. Tingkat kompleksitas (kerumutan dan kesulitan) setiap
indikator, KD dan SK per mata pelajaran yang harus dicapai
siswa. Tingkat kompleksitas tinggi maka akan menuntut
kemampuan berfikir tingkat tinggi, penalaran dan
kecermatan siswa. Semakin tinggi tingkat kompleksitas
mata pelajaran maka semakin sulit untuk dicapai, sehingga

7 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 32

8 Mansur Muslich, KTSP seri SNP Pembalajaran Berbasis Kompetensi dan


Konstekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. IV, hlm. 36

8
rata-rata nilainya sangat rendah. Semakin rendah tingkat
kompleksitas mata pelajaran maka semakin mudah untuk
dicapai sehingga rata-rata nilainya semakin tinggi.
b. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada
sekolah/madrasah yang bersangkutan. Kondisi rata-rata
kemampuan peserta didik dijadikan acuan standar
keberhasilan pembelajaran. Semakin tinggi rata-rata
kemampuan peserta didik, maka semakin mudah untuk
mencapai hasil belajar sehingga nilainya sangat tinggi.
Semakin rendah rata-rata kemampuan peserta didik maka
semakin sulit untuk dapat mencapai sehingga nilai rata-
ratanya sangat rendah.
c. Kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran pada masig-msaing
sekolah/madrasah. Semakin tercukupi sumber daya baik
yang berupa sumber daya manusia maupun yang lainnya,
semakin tinggi tingkat keefektifan pembelajaran. Semakin
tinggi tingkat ketercukupan dan kesesuaian daya dukung
sekolah/madrasah maka semakin mudah mencapai hasil
belajar sehngga nilainya sangat tinggi. Semakin rendah
tingkat ketercukupan dan kesesuaian daya dukung
sekolah/madrasah maka semakin sulit untuk mencapai hasil
belajar yang ditetapkan sehingga rata-rata nilainya sangat
rendah.9

E. Mulyasa juga menegaskan bahwa pembelajaran dikatakan


berhasil dan berkualitas apabila telah mencapai 75% dari jumlah
kompetensi yang disampaikan. Peserta didik harus terlibat secara
aktif baik dalam fisik, mental maupun sosial dalam proses

9 Muhaimin, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Sauan Pendidikan (KTSP)


pada Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 97-98.

9
pembelajaran, serta menunjukkan semangat belajar yang besar
dan percaya pada diri sendiri.10

2.1 Pihak yang Berhak Menyusun KKM (Kriteria Ketuntasan


Minimal)
KKM atau tolak ukur sebaiknya dibuat bersama dan
sebaiknya dibuat oleh orang-orang yang membutuhkannya atau
menggunakannya, yaitu calon evaluator, dengan maksud agar
pada waktu menerapkannya tidak ada masalah karena mereka
telah memahami, bahkan tau apa yang melatar belakanginya.11
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran
di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang
memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik
atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama
penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase
tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan
angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan
kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional
diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target
nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.
2.2.6 Kriteria Penetapan KKM
1. Esensial
a. Sangat esensial, karena berfungsi sebagai indicator kunci
yang bermakna dan bermanfaat untuk pencapaian
kompetensi indicator selanjutnya (berkelanjutan),
bermakna dan bermanfaat untuk pembentukan
kecakapan hidup siswa

10 E. Mulyasa, Implementasi Kurukulum 2004: Panduan Belajar KBK, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2006), cet. IV, hlm. 131.

11 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 32

10
b. Cukup esensial, karena berfungsi sebagai indicator
pendukung yang dapat melengkapi pencapaian
kompetensi selanjutnya, pembentukan kecakapan siswa
dan merupakan indicator kelanjutan, sebagai indikator
pelengkap.
2. Kompleksitas Indikator
Kompleksitas indicator yaitu kesulitan dan kerumitan setiap
indicator pencapaian atau kompetensi dasar yang harus
dicapai peserta didik.
Kompleksitas tinggi bila dalam pelaksanaannya menurut:
a. SDM yang memahami kompetensi yang harus dicapai
peserta didik.
b. SDM yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran.
c. Waktu yang cukup lama karena perlu pengulangan
d. Penalaran dan kecermatan peserta didik yang tinggi.
3. Daya Pendukung
Daya pendukung yaitu tenaga, sarana dan prasarana
pendidikan, biaya, manajemen, komite madrasah dan stake
holders madrasah.
4. Intake peserta didik
Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta
didik yang meliputi hasil seleksi Penerimaan Siswa Baru
(PSB), rapor kelas terakhir dari tahun sebelumnya, tes
seleksi masuk atau psikotes dan nilai ujian nasional bagi
jenjang MTs dan MA.12
2.2.7 Cara Menentukan KKM
Adapun cara yang ditempuh dalam menetapkan KKM dapat
ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan kriteria komponen yang dijadikan ukuran
penetapan ketuntasan belajar minimal.
2. Menaksirkan Kriteria menjadi Nilai.
3. Melakukan analisis dan memberikan kriteria penilaian
indikator, KD, SK per mata pelajaran.

12 Khaeruddin, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Konsep dan


Implementasinya di Madrasah, (Semarang: Nuansa Aksara, 2007), hlm. 233

11
2.2.8 Langkah - Langkah Penetapan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal)
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran
dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu
kompleksitas. Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada
KD, SK hingga KKM mata pelajaran;
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan
patokan guru dalam melakukan penilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan
dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian
dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.
Pedoman yang selanjutnya dikenal dengan istilah Kriteria
Ketuntasan Minimal atau sering disingkat dengan KKM ini,
dikonstruk dari berbagai hal yang mana hal tersebut berkaitan
erat dengan faktor yang harus dilibatkan dalam mencapai
kompetensi di setiap mata pelajaran. Hal tersebut antara lain:
tingkat kesukaran materi, sarana yang tersedia dan kemampuan
siswa. Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM):
1. Hitunglah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata
pelajaran setiap kelas.
2. Tentukan kekuatan/ nilai untuk setiap aspek / komponen
sesuai dengan kemampuan masing-masing aspek.
3. Aspek kompleksitas. Semakin komplek (sukar) KD maka
nilainya semakin rendah, dan semakin mudah KD maka
nilainya semakin tinggi.
4. Aspek sumber daya pendukung (sarana). Semakin tinggi
sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi.

12
5. Aspek intake. Semakin tinggi kemampuan awal siswa
(intake) maka nilainya semakin tinggi pula.
6. Jumlah nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi tiga untuk
menentukan KKM setiap KD.
7. Jumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan
jumlah KD untuk menentukan KKM mata pelajaran
8. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama,
tergantung pada kompleksitas KD, daya dukung, dan potensi
siswa.

Berikut Contoh Tabel :

Aspek yang
Kriteria dan Skala Penilaian
dianalisis
Kompleksitas Sedang 65 Rendah 80
Tinggi < 65
79 100
Daya Dukung Tinggi 80 Sedang 65
Rendah < 65
100 79
Intake Siswa Tinggi 80 - Sedang 65
Rendah < 65
100 79

Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang


ditetapkan

Aspek yang
Kriteria dan Skala Penilaian
dianalisis
Kompleksitas Tinggi (1) Sedang (2) Rendah (3)
Daya Dukung Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)
Intake Siswa Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)

Mapel : Kimia

Kelas/Semester : X/2

Sekolah :

13
Standar kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit
dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi.

Kriteria pencapaian Kriteria


ketuntasan belajar siswa Ketuntasan
Kompetensi (KD/indikator) Minimal
Dasar/Indikator Daya
Kompleksi Intak Mape
Dukun KD
tas e l
g
A. Mengidentifikasi
sifat larutan non
elektrolit
berdasarkan
data hasil
percobaan
1. Menyimpulkan
gejala-gejala
hantaran arus
Seda
listrik dalam Rendah Tinggi
ng 77
berbagai larutan (80) (80)
(70)
berdasarkan
hasil
pengamatan.
2. Mengelompokka
n larutan ke
dalam larutan
Seda
elektrolit dan Sedang Tinggi
ng 73
non elektrolit (70) (80)
(70)
berdasarkan sifat
hantaran
listriknya
3. Menjelaskan Tinggi Tinggi Rend 65
penye-bab (65) (80) ah

14
kemampuan
laru-tan elektrolit
(65)
meng-hantarkan
arus listrik.
4. Menjelaskan
bahwa larutan
Rend
elektrolit dapat Tinggi Tinggi
ah 70
berupa senyawa (65) (80)
(65)
ion dan senyawa
kovalen polar

Langkah penghitungannya:

a. Mencari KKM per KD

bobot soal
KKM=
3

80+80+ 70
a. KKM = =76,6
3
70+80+70
b. KKM= =73,3
3
65+80+65
c. KKM= =70
3
65+80+65
d. KKM= =70
3
b. Mencari Nilai KKM Mapel
KKM KD
KKM=
KD / Indikator
77+73+70+70 290
KKM= = =72,5
4 4

Nilai KKM Mapel merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,5
dibulatkan menjadi 73.13
13 Muhaimin, Op. Cit., hlm. 98-103.

15
2.2.9 Analisis KKM
Pencapaian KKM perlu dianalisis untuk dapat ditindak lanjuti
sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan
untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam
pelaksanaan pembelajaran, maupun penilaian. Hasil analisis juga
dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada
semester atau tahun pembelajaran berikutnya.
Analisis pencapaian KKM bertujuan untuk mengetahui
tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai
melaksanakan penilaian setiap KD, kemudian dilakukan analisis
pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan
analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik terhadap KKM
yang telah ditetapkan pada setiap pelajaran.
Manfaat hasil analisis disini adalah sebagai dasar untuk
meningkatkan kriteria ketuntasan minimal pada semester atau
tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian KKM
dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai
setiap peserta didik per mata pelajaran.
Mekanisme pelaksanaan analisa pencapaian standar
ketuntasan belajar, diantaranya:
a. Analisis pencapaian standar ketuntasan belajar dilakukan
berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap
peserta didik per mata pelajaran saat yang bersangkutan
mengikuti pelajaran.
b. Hasil pengkajian dimaksud, selanjutnya dianalisis dan
direkap.14

14 Khaeruddin, Op. Cit., hlm. 239

16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf


penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran
setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi
yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi
pelajaran/ tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara
perorangan atau perkelas.

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas


adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar
dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta
perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar
kompetensi atau dasar kompetensi.

Kriteria Ketuntasan Minimal adalah salah satu prinsip penilaian pada


kurikulum berbasis kompetensi, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik.

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila telah mencapai


75% dari jumlah kompetensi yang disampaikan. Peserta didik harus terlibat
secara aktif baik dalam fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran, serta menunjukkan semangat belajar yang besar dan percaya
pada diri sendiri

KKM atau tolak ukur sebaiknya dibuat bersama dan sebaiknya dibuat
oleh orang-orang yang membutuhkannya atau menggunakannya, yaitu calon
evaluator, dengan maksud agar pada waktu menerapkannya tidak ada
masalah karena mereka telah memahami, bahkan tau apa yang melatar
belakanginya

17
Kriteria penetapan KKM meliputi aspek esensial, kompleksitas indikator,
daya pendukung, dan intake peserta didik.

Pencapaian KKM perlu dianalisis untuk dapat ditindak lanjuti sesuai


dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran, maupun
penilaian. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan
penetapan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis


bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. 2010

Khaeruddin, H, dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Konsep dan


Implementasinya di Madrasah. Semarang: Nuansa Aksara. 2007

Muhaimin. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Sauan Pendidikan


(KTSP) pada Sekolah/Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers. 2009

Mulyasa, E. Implementasi Kurukulum 2004: Panduan Belajar KBK. Bandung:


Remaja Rosdakarya. 2006

Mulyono. Strategi Pembelajaran. Malang: UIN-Maliki Press. 2011

Muslich, Mansur. KTSP seri SNP Pembalajaran Berbasis Kompetensi dan


Konstekstual. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Ciputat: UIN


Jakarta Press. 2006

18

Anda mungkin juga menyukai