Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL QURAN DAN HADITS

Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga dan Masyarakat

Dosen Pengampu :
Drs.Abd.Haris, M.Ag

Oleh :

Kelompok 9

Citra Chairunnisa (11140161000005)


Alya Sirajudin (11140161000030)

Pendidikan Biologi 5 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

0
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Tanggung Jawab


Menurut kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia Tanggung Jawab adalah
kewajiban dalam melakukan tugas tertentu1. Dengan demikian apabila terjadi sesuatu
maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya. Oleh
karena itu manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat menyatakan diri
sendiri bahwa tindakannya itu baik dalam arti mengkuti norma umum, sebab hak menurut
seseorang belum tentu baik menurut pendapat orang lain, apa yang dikatakan baik menurut
dirinya ternyata ditolak oleh orang lain.2
Manusia dapat memilih dua jalan (baik atau buruk), tetapi manusia sendiri yang harus
mempertannggung jawabkan perbuatannya. Manusia tidak membebani orang lain untuk
memikul dosanya, tidak juga orang lain dipikulkan keatas pundaknya. Tanggung jawab
tersebut akan dimintai pertanggung jawaban apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu
seperti pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran.

Setiap manusia harus memiliki rasa tanggung jawab, rasa tanggung jawab itu harus
disesuaikan dengan apa yang telah dilakukan. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya
sudah menjadi bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung
jawab. Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab. Manusia merasa bertanggung
jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula
bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan.3

2. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga


Keluarga berasal dari Bahasa sansekerta kula dan warga menjadi kulawarga
yang berarti anggoota atau kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu. Keluarga inti (Nuclear family) terdiri
dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan unit satuan masyarakat terkecil sekaligus

1
Ratna Dwi, Kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Prakarya, 2009), hlm. 143
2
Lies Sudibyo,dkk., Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: CV Andi, 2013), hlm. 103
3
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Al-Quran dan Hadis Madrasah Aliyah, (Jakarta: Kementrian
Agama, 2015), hlm. 76

1
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kita sebagai seorang muslim, selain
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri juga bertanggung jawab terhadap
keluarga kita.4
Tanggung jawab terhadap keluarga, disamping berbakti kepada orang tua, kita juga
bertanggung jawab untuk menjaga nama baik, kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan
kehidupan keluarga.
Hadits sebagai sumber pedoman kita menegaskan bahwa tanggung jawab merupakan
kewajiban bagi semua anggota keluarga, baik seorang ayah, ibu, dan anak. Sebagai umat
muslim, sudah tentu kita ingin mewujudkan keluarga islami, keluarga sakinah, mawadah,
warahmah. Selama ini kita banyak mendengar bagaimana tanggung jawab anak terhadap
orang tua. Berikut beberapa tanggung jawab anak kepada orang tua, yaitu:
a. Menghayati tugas orang tua
b. Hormat dalam ucapan dan perbuatan
c. Menundukkan diri di hadapan orang tua
d. Menjaga kehormatan orang tua
e. Mengutamakan kepentingan orang tua
f. Tidak mengeraskan suara di depan orang tua
g. Memohon ampunan atas dosa-dosa orang tua
h. Memenuhi kebutuhan orang tua pada usia lanjut
i. Menyambung ikatan silaturahmi dengan sahabat dan orang tua
j. Membayarkan hutang orang tua bila mereka sudah wafat
k. Memenuhi kewajiban keluarganya apabila setelah berkeluarga
l. Tidak masuk ke kamar pribadi orang tua tanpa izin
m. Melestarikan kebajikan orang tua.5

Diantara bentuk tanggung jawab anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya
adalah:

a. Ayah bertanggung jawab mencari rezeki untuk memenuhi segala kebutuhan hidup
keluarga. Seorang ayah juga sebagai imam yang bertanggung jawab mendidik istri

4
Nur Aini, Ilmu Hadis, (Depok: CV. Arya Duta, 2011), hlm. 55
5
Ibid., hlm 57

2
dan anak-anaknya, serta sebagai figure seorang yang menjadi panutan seluruh
anggota keluarga.
b. Ibu bertanggung jawab mengasuh anak dan melayani segala kebutuhan suami.
Selain itu, ibu juga harus patuh kepada suami dan menyiapkan segala kebutuhan
seluruh keluarga.
c. Anak bertanggung jawab menghormati orang tua dan menuruti segala yang
diperintahkan oleh orang tua. Selain itu juga seorang anak bertanggung jawab
membantu ibu dalam mengurus rumah.6
Q.S. At-Tahriim [66]: 6





Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Q.S. At-Tahriim [66]: 6).
Pada ayat diatas, Allah memerintahkan orang mukmin secara keseluruhan agar
menjaga dirinya dan keluarganya. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang
yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari
manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga
diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada
perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan
amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.7
Dilihat dari kaca mata Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosiologi), ini merupakan titik
awal dimulainya suatu perubahan sosial. Ada dua teori perubahan sosial dalam
sosiologi, yaitu:

6
Ibid., hlm. 59
7
Kementrian Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Juz 28 30 Jilid 10, (Jakarta: Widya
Cahaya, 2011), hlm. 204

3
1. Proses perubahan yang dimulai pada diri manusia secara individual
(perorangan), kemudian dilanjutkan perubahan sosial pada level masyarakat
dan kemudian diakhiri pada proses perubahan pada level sistem sains dan
teknologi;
2. Proses perubahan sosial yang dimulai dari perubahan sistem sains dan
teknologi, kemudian merambat pada perubahan level masyarakat, dan
diakhiri perubahan pada level individual.8
Surat at-Tarim ayat 6 di atas, mengandung pemahaman bahwa Islam menganut
teori perubahan sosial yang pertama. Adanya kewajiban memperbaiki kualitas
kepribadian dimulai dari dirinya terlebih dahulu, yaitu perintah Jagalah Dirimu dan
kemudian disusul dengan dan keluargamu, menjadi petunjuk bahwa dalam Islam
perubahan-perubahan ke arah yang positif dimulai dari level individu (diri sendiri) dan
kemudian disusul pada level masyarakat (teori pertama).
Apabila dijabarkan lebih jelas ayat di atas dengan menggunakan teori perubahan
sosial yang pertama, dapat dipahami bahwa perubahan pada diri manusia (secara
individual) mencakup keimanan, akhlak, pengetahuan dan perilaku (merupakan
faktor-faktor yang bisa menyelamatkan manusia dari api neraka). Kemudian
perubahan pada level hubungan antara anggota masyarakat berdasarkan faktor-faktor
yang telah dimiliki pada level individual tadi.9
QS. h [20]: 132



Artinya : Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa. (QS. h [20]: 132).

8
Kementrian Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm 78-79
9
Ibid, hlm. 79

4
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
umatnya agar menyeru kepada keluarganya untuk melaksanakan salat dan bersabar.
Maksudnya menyelamatkan keluarganya dari siksa api neraka dengan melaksanakan
salat diikuti dengan kesabaran dalam melaksanakannya.
Pada ayat 132 ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar
menyeru kepada keluarganya untuk melaksanakan salat, sebagaimana perintah
mendirikan salat kepada dirinya sendiri. Dalam perintah untuk tidak tergiur kepada
kekayaan dan kenikmatan orang-orang kafir. Demikianlah perintah Allah kepada
Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat yang patut dijadikan
contoh tauladan bagi pejuang yang ingin menegakkan kebenaran dan ketauhidan di
muka bumi ini. Mereka terlebih dahulu harus menjalin hubungan yang erat dengan
khaliqnya, yaitu dengan cara mengerjakan salat dan memperkokoh jiwanya dengan
sifat tabah dan sabar.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imm Mlik dan Baihaqy dari Aslam,
bahwa di antara kebiasaan Umar bin Khaab ialah beliau selalu melaksanakan salat
malam (tahajud) sampai hampir fajar tiba. Kemudian beliau membangunkan
keluarganya dan memerintahkan mereka melaksanakan salat, dengan membaca ayat
ini.
Pelaksanaan perintah Allah ini sekaligus merupakan wujud nyata dari tanggung
jawab seseorang terhadap keluarganya agar tidak menjadi umat yang lemah, sehingga
dapat diselamatkan dari siksa api neraka.10
Kalau shalat belum diwajibkan atas anak-anak yang masih kecil mengingat
mereka belum berstatus mukallaf. Islam mewajibkan kepada orang tua atau walinya
untuk melatih mereka dan memerintahkannya kepada mereka. Islam menekankan
kepada kaum muslimin, untuk memerintahkan anak-anak mereka menjalankan shalat
kepada mereka telah berusia tujuh tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka senang
melakukannya dan sudah terbiasa semenjak kecil. Sehingga apabila semangat
beribadah sudah melekat pada jiwa mereka, niscaya akan muncul kepribadian mereka
atas hal tersebut.

10
Ibid. hlm. 80

5
Dengan demikian, diharapkan ia punya kepribadian dan semangat keagamaan
yang tinggi. Tujuan mengajarkan wudhu dan menunaikan shalat fardhu pada
waktunya, pada dasarnya adalah mengajarkan ketaatan, disiplin, kesucian dan
kebersihan. Demikian pula dengan membiasakan anak-anak kecil menunaikan puasa,
adalah dalam rangka supaya mereka sabar dalam beribadah dan dalam menghadapi
beban-beban kehidupan.11
3. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Masyarakat
Dimensi pengabdian atau ibadah social dan kemanusiaan dalam Islam sesungguhnya
jauh lebih luas dan lebih utama dibandingkan dengan dimensi ibadah personal. Dalam teks-
teks fiqih klasik kita dapat melihat bahwa bidang ibadah (ibadah personal) merupakan satu
bagian dari banyak bidang keagamaan lain seperti muamalat madaniyah, ahwal syakhsiyyah
(hukum keluarga) jinayat (pidana), qada (peradilan), dan imamah (politik). Dalam sebuah
kaidah fiqih disebutkan: al mutaaddi afdhalu minal qasir (amal ibadah yang membawa
efek lebih luas lebih utama daripada amal ibadah yang membawa efek terbatas).
Imam al Gazali mengungkapkannya dengan Bahasa: an nafalu mutaaddi adhamu
min nafil qasir (amal ibadah yang memberi manfaat lebih agung daripada ibadah yang
membawa manfaat kepada dirinya sendiri). Abu Ishak asy Syirazi dan Imam al-Haramain
mengatakan bahwa orang yang melaksanakan kewajiban kolektif seringkali memiliki nilai
lebih ketimbang kewajiban individual, Karena ia dapat membebaskan kesulitan banyak
orang.12
Diantara bentuk tanggung jawab seseorang kepada masyarakat adalah:
1. Menjaga keamanan lingkungan, yaitu dengan cara mengikuti ronda yang
dilaksanakan di lingkkungan sekitarnya. Selain itu, seseorang juga
bertanggungjawab menjaga kebersihan, hal ini dapat dilakukan dengan cara
membuang sampah pada tempatnya dan mengadakan kerja bakti setiap minggu.
2. Menolong tetangga yang membutuhkan pertolongan
3. Menjenguk tetangga yang sedang sakit, serta melayat orang yang meninggal
dunia.13

11
M. Jalaluddin Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm. 126-128.
12
Ibid., hlm. 58
13
Ibid., hlm. 60

6
Karena pentingnya kaitan pribadi-pribadi dengan masyarakat, maka Al-Quran
sejak semula bertujuan mengubah masyarakat. Oleh karena itu, terdapat banyak ayat
Al-Quran yang berbicara tentang tanggung jawab kolektif (masyarakat), di samping
tanggung jawab pribadi.14






Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S An-Nisaa [4]:
36)
Secara umum ayat ini menjelaskan tentang kewajiban manusia kepada Allah
SWT dan kepada sesamanya. Perintah ibadah ini bukan hanya ibadah ritual (maah)
yaitu ibadah yang cara, kadar dan waktunya telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya,
seperti salat, zakat, puasa, dan haji. Tapi ibadah juga mencakup ibadah gairu maah,
yaitu semua pekerjaan yang baik yang dikerjakan dalam rangka patuh kepada Allah
SWT saja bukan karena yang lain, seperti membantu fakir miskin, memelihara anak
yatim, dan mengajar orang, yang pelaksanaan dan tata caranya tidak diatur secara rinci
dan di lapangan diserahkan pada manusia. Atau dengan kata lain mencakup segala
aktivitas atau perbuatan yang hendak dilakukan hanya karena Allah SWT.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah mengatur kewajiban manusia untuk berbuat
baik kepada kedua orang tua. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orang

14
Prof. Dr. Umar Shihab, MA, Kontekstualisasi al-Quran, (Jakarta: Penamadani, 2005), hlm. 86

7
tua, Allah menyuruh berbuat baik kepada karib kerabat. Karib kerabat adalah orang
yang paling dekat hubungannya dengan seseorang sesudah orang tua. Setelah itu
berlanjut untuk berbuat baik kepada anak yatim dan orang-orang miskin. Semua
perbuatan baik itu di dasarkan pada tuntunan agama dan rasa perikemanusiaan yang
tinggi sebagai realisasi dari ketaqwaan kepada Allah SWT.
Selain itu Allah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga baik
yang dekat atau yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. 15

4. Hadist Tentang Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga dan Masyarakat

Terjemahan Hadits :
Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya mendengar Ra-sulullah saw. bersabda :
"Setiap kamu adalah pemimpin dan ber-tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam
adalah pe-mimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam
keluarganya dan bertanggung jawab atas ang-gota keluarganya. Dan seorang perempuan
adalah pemimpin da-lam rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas se-mua
anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya, dan ia
bertanggung jawab atas ke-selamatan dan keutuhan hartanya". Abdullah berkata : 'Aku
me-ngira Rasulullah mengatakan pula bahwa seseorang adalah pe-mimpin bagi harta
ayahnya dan bertanggung jawab atas ke-selamatan dan keutuhan hartanya itu. Semua kamu

15
Kementrian Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 83

8
adalah pe-mimpin dan bertanggung jawab atas'segala yang dipimpinnya. (HR. Bukhari
Muslim dan Turmudzi)
Hadist di atas menjelaskan kepada kita bahwa setiap manusia itu diberi tugas
memimpin atau menjaga. Baik kaitannya dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
Secara pribadi, seseorang diberi tugas menjaga dirinya sendiri. Pemuka atau Imm diberi
tugas memimpin rakyatnya. Suami bertugas memimpin dan menjaga istrinya. Seorang istri
diberi amanah memimpin anak-anak suaminya. Pembantu diberi tugas menjaga harta atau
kekayaan tuan dan anak biberi tugas menjaga kekayaan orang tuanya.
Tugas adalah amanat. Apa pun jabatan yang ada pada diri seseorang, dia harus
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya di hadapan yang dipimpin dan
di dalam pangadilan Allah kelak. Tak seorang pun mampu melepaskan diri dari tanggung
jawab itu. Oleh karenanya, dia harus benar-benar waspada dan hati-hati serta haurs bersikap
adil dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya. Apabila lengah dan mengabaikan tugasnya,
maka celakalah dia sebab di samping akan menyengsarakan yang dipimpin, kelak kemudian
tidak mampu mempertanggungjawabkannya. Namun apabila tugas tersebut dilaksanakan
secara baik, maka dia akan selamat dan akan diberi pahala yang besar oleh Allah Swt. Oleh
karena itu kita harus benar-benar waspada dan hati-hati dalam menjalankan tugasnya.16
5. Unsur Unsur Tanggung Jawab Ditinjau dari Segi Filsafah
a. Kesadaran
Berisi pengertian: tahu, kenal,mengerti dan dapat memperhitungkan arti, guna sampai
kepada soal akibat dari pada sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang
baru dapat dimintai tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
b. Kecintaan
Cinta suka menimbulkan kepatuhan, kerelaan dan kesedihan untuk berkorban.
Contohnya: cinta kepada Allah SWT, cinta kepada keluarga, cinta kepada tanah air, dan
lain sebagainya.
c. Keberanian
Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan,
tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul
kemudia sebagai konsekuensi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab

16
Kementrian Agama Republik Indonesia, Loc. Cit., hlm. 86

9
itulah, maka seseorang yang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan-
pertimbangan, perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak berlaku
semena-mena. Dipikirkan terlebih dahulu dengan akal sehatnya.17
6. Perilaku Orang yang Bertanggung Terhadap Keluarga dan Masyarakat
Sikap dan perilaku yang dapat dilakukan sebagai penghayatan dan pengamalan dalam :
1. QS. At-Tahriim [66] : 6
a. Selalu taat dan patuh melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya
serta mendidik keluarga agar selamat dari api neraka.
b. Berperilaku taat dan patuh kepada perintah Allah dimulai dari diri sendiri terlebih
dahulu baru menyuruh orang lain.

2. QS. At-Thaahaa [20] : 132


a. Selalu mendidik keluarga untuk melaksanakan salat dan bersabar dalam
pelaksanaannya.
b. Sebelum mendidik, menyuruh keluarga untuk melaksanakan salat, terlebih dahulu
seseorang melaksanakannya.18

17
Subanim, Ilmu Sosial Budaya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 107
18
Ibid. hlm 88

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok
dari agama. Bahwa Tuhan Maha Adil, maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan
perbuatannya, sekecil apapun itu, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Balasan bisa di
terima kelak di akhirat, atau sekarang di dunia, atau bahkan dua-duanya, dibalas di dunia dan
diakhirat. pada hakikatnya semua manusia itu adalah pemimpin. Dengan demikian, semua orang
harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur. Ilmu Hadis. Depok: CV Arya Duta. 2011


Hartati. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: PT Rahakarya. 2008

Jalaluddin, Mahfudz M. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al -Kautsar. 2004

Kementrian Agama Republik Indonesia. Buku Siswa Al-Qur'an Hadis Madrasah Aliyah. Jakarta:
Kementrian Agama. 2015

Kementrian Agama RI. Al-Quran & Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Juz 28-30 Jilid 10.
Jakarta: Widya Cahaya. 2011

Ratna Dwi. Kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia. Bandung: PT Prakarya.Lies. 2009
Shihab, Umar. Kontekstualisasi al-Quran. Jakarta: Penamadani. 2005
Subanim. Ilmu Sosial Budaya. Bandung: Rineka Cipta. 2006

Sudibyo. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: CV Andi. 2013

12

Anda mungkin juga menyukai