Anda di halaman 1dari 15

A.

Sosialisasi

1. Pengertian

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer

kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya

dalam sebuah kelompok ataumasyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut

sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory). Karena dalam

proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh

individu.1

Sosialisasi dalam arti luas adalah suatu proses interaksi dan

pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir

hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat. Melalui proses sosialisasi

maka seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya

berdasarkan peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat.

Dengan kata lain, individu mempelajari dan mengembangkan pola-pola

perilaku sosial dalam proses pendewasaan diri. Dengan begitu, nilai,

norma, dan kepercayaan tersebut dapat dijaga oleh semua anggota

masyarakat.

Ada beberapa definisi Sosialisasi yang dikemukakan oleh para

ahli sebagai Berikut:2

1
Gede Sedana Suji, dkk. Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Pekanbaru: Qiara Media,
2020), h. 49
2
Syahrial Syarbaini, dkk. Konsep Dasar Sosiologi Antropologi, (Jakarta: Hartomo Media
Pustaka, 2012), h.80
1. Charlotte Buehler, memberikan definisi sosialisasi sebagai proses

yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,

bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat

berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

2. Peter Berger, mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana

anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam

masyarakat.

3. Bruce J. Cohen, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses-proses

manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk

memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi

dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu

kelompok.

4. Karel J. Veeger, memberikan definisi sosialisasi sebagai suatu proses

belajar mengajar, melalui individu belajar menjadi anggota

masyarakat, di mana prosesnya tidak semata-mata mengajarkan pola-

pola perilaku sosial kepada individu, tetapi juga individu tersebut

mengembangkan dirinya atau melakukan proses pendewasaan dirinya.

2. Dasar Hukum

Mengenai dasar hukum dari sosialisai, kita ketahui bahwasannya

sosialisasi adalah pendekatan kepada seseorang, melalui pendekatan

terjalinlah hubungan sesama manusia sebagai makhluk sosial, tentu ada

beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang sosialisasi, antara lain:

ࣖ َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬
Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu dirahmati.3

3. Manfaat dan Tujuan

Pada dasarnya tujuan sosialisasi adalah membangun hubungan

kerjasama dengan masyarakat atau keluarga yang merasa orang terdekat

dengan kita. Kemudian, melalui kerjasama yang erat diharapkan

masyarakat memiliki rasa yang erat sehingga masyarakat tidak hanya

menerima manfaat saja.

Menurut Arnett, tujuan dari sosialisasi antara lain :

a. Mengontrol gerak hati dan mengembangkan kesadaran

b. Menanamkan sumber-sumber yang bermakna, atau apa yang dianggap

penting, bernilai, dan untuk kehidupan

c. Proses untuk mempersiapkan manusia-manusia agar berfungsi dalam

kehidupan sosial.4

4. Macam - Macam Sosialisasi

Menurut Narwoko ada dua macam sosialisasi, yaitu sebagai berikut:5

a. Sosialisasi Primer (Primary Socialization)

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya….,h.516
4
Sarbaini, Pendidikan Nilai Moral dan Karakter Kepatuhan di Sekolah, (Banjarmasin:
Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2014), h. 49.
5
Abdul Azis, dkk, Nelayan Pulau Karampuang, (Makassar: Pustaka Refleksi, 2014), h.
80.
Sosialisasi Primer adalah sosialisasi yang pertama kali

dijalani individu semasa kecil. Sosialisasi ini menjadi pintu bagi

seseorang memasuki keanggotaan masyarakat

b. Sosialisasi Sekunder (Secondary Socialization)

Sosialisasi sekunder berlangsung pada tahap selanjutnya.

Selama proses ini individu mengenal sector-sektor baru yang ada

di masyarakat. Salah satu bentuk sosialisasi sekunder adalah

resosialisasi.

5. Metode Sosialisasi dalam Islam

Adapun yang diajarkan Rasulullah Saw dapat dilihat dari beberapa

point berikut :

a. Senyum dengan murah

b. Memberi maaf dengan mudah

c. Toleransi dengan ramah

B. Keluarga

1. Pengertian

Secara umum keluarga dapat diartikan sebagai sekelompok

masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang pria (suami), wanita (isteri),

dan anak yang didahului dari ikatan perkawinan yang sah. Mengacu pada

buku sumber PKK (Dep Dik Bud, 1980), pengertian keluarga dapat
dibedakan menjadi keluarga inti, keluarga luas dan kelompok

kekerabatan.6

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, keluarga dimaknai

dengan “sanak saudara; kaum kerabat; orang seisi rumah; anak bini,

batih.” Dalam bahasa Arab, kata keluarga sering disebut dengan usrah.

Dalam Mu’jam al-Wasith, al-Usrah dimaknai dengan “perisai yang

melindungi, keluarga dan kerabat seseorang, satu kelompok yang

dihubungkan dengan satu ikatan kesamaan.”

Kata “keluarga” sebagai sebuah istilah ilmu didefenisikan dengan

beragam defenisi sesuai dengan ilmu apa yang dijadikan sebagai pisau

analisisnya. Mustafa al-Khassyab dalam kitabnya “Ilm al-Ijtima’ al-Aili”

menjelaskan bahwa keluarga merupakan suatu unit yang menghimpun dan

mengatur sekelompok orang yang bertanggung jawab menjaga kestabilan

masyarakat dan perkembangannya.7

2. Dasar Hukum

Istilah Asyirah digunakan di beberapa tempat dalam al-Qur’an

dalam makna keluarga atau yang dekat dengannya adalah QS. At-Taubah

ayat 24 yang artinya “Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-

saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu

usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat

tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
6
Asih Kuswadina, Ilmu Kesejahteaan Keluarga, (Semarang, UNNESPRESS, 2007), h.13
7
Zamakhsyari, Potret Keluarga dalam Pembahasan AL-Quran, (Medan: Perdana
Publishing, 2015), h. 9
RasulNya dan dari berjihad di jalannya, Maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk

kepada orangorang yang fasik.8

3. Macam-macam

a. Keluarga inti

adalah jenis keluarga yang paling mendasar dan memiliki cakupan

paling kecil, yaitu terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti

memiliki peranan yang sangat penting bagi kualitas kehidupan setiap

orang, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam masyarakat

b. Keluarga konjugal

adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, serta interaksi

dengan orang tua ayah atau orang tua ibu (kakek dan nenek). Dalam

hal ini, cakupan jenis keluarga konjugal lebih kompleks dan luas

dibandingkan dengan keluarga inti.

c. Keluarga luas atau keluarga besar

adalah jenis keluarga dengan jumlah anggota dan cakupannya

paling besar. Dalam keluarga luas terdiri dari anggota keluarga

konjugal dan juga kerabat lainnya, seperti; paman, bibi, sepupu, dan

anggota keluarga lainnya.

4. Sebab-sebab Keluarga dalam Islam

8
h.13
Menurut Robert R. Bell (1979) ada tiga jenis hubungan dalam keluarga: 9

a. Kerabat dekat (conventional kin), yaitu kerabat dekat yang terdiri dari

individu yang terkait dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi,

dan atau pernikahan, seperti suami-istri, orang tua, anak, dan antar

saudara (siblings).

b. Kerabat jauh (discretionari kin), yaitu terdiri dari individu yang terikat

dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi atau pernikahan, tetapi

ikatankeluarganya lebih lemah dari pada kerabat dekat.

c. Orang yang dianggap keluarga (fictive kin), seorang yang dianggap

kerabat karena adanya hubungan yang khusus, misalnya hubungan

antar seseorang yang akrab.

C. Bank Syariah

1. Pengertian

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-

pronsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya

mengikuti ketentuan ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut

tata cara bermuamalah secara Islam.10

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank

Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

9
Anung Al Hamat, Representasi Keluarga dalam Konteks Hukum Islam (Jurnal Pemikiran
Hukum dan Hukum Islam, Vol.8 No. 1, h.142
10
Wery Gusmansyah, Hukum Perbankan dan Lembaga Syariah, (Bengkulu: Zigie Utama,
2020), h. 73
syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama

Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun),

kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak

mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu,

UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk

menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga

baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,

hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola

wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).11

Ada banyak pendapat yang mendefinisikan tentang perbankan

syariah dan semua definisi tersebut mengacu pada konsep dan isi Al-

Qur’an, Hadist, Qiyas dan Ijma para ulama

2. Dasar Hukum

Mengenai dasar hukum dari berdirinya bank syariah, kita ketahui

bahwasannya bank syariah adalah bank yang bernafaskan Islam , tentu ada

beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Bank syariah, antara

lain:

ِ َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٍ ‫اط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض‬

‫ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ ِا َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

11
Andrianto dan Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, (Surabaya: Qiara Media,
2019), h. 13
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.12

3. Produk-produk Bank Syariah

Produk Bank Syariah di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi

tiga kelompok, yaitu :13

a. Produk penghimpunan dana,

1) Berdasarkan prinsip wadi’ah:

a) Wadiah yad amanah

b) Wadiah yad dhamanah.

2) Berdasarkan aplikasi prinsip mudharabah:

a) Tabungan berjangka

b) Deposit berjangka

3) Berdasarkan kewenangan prinsip mudharabah:

a) Mudharabah mutlaqah

b) Mudharabah muqayadah on balance sheet

c) Mudharabah muqayadah off balance sheetPrinsip bagi Hasil

(Syirkah), Musyarakah dan Mudharabah;

b. Produk penyaluran dana

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 83.
13
Andrianto dan Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah, h.90
1) Prinsip jual beli

a) Pembiayaan mudharabah

b) Bai salam

c) Bai istisna’

2) Prinsip sewa (ijarah)

a) Ijarah muntahia bithamlik

b) Ijaraha ghairu muntahia bithamlik

3) Prinsip bagi hasil (syirkah)

a) Musyarakah

b) Mudharabah

c) Mudharabah

c. Produk jasa perbankan;

Berdasarkan produk jasa:

1) Alih utang-piutang (al-hiwalah)

2) Gadai (rahn)

3) Al-qardh

4) Wakalah

5) Kafalah

Untuk memenuhi kebutuhan nasabah maka bank syariah

membagi berbagai macam produk yaitu produk penghimpunan dana,

penyaluran dana, dan produk jasa yang diberikan kepada nasabah.


Produk yang disediakan oleh Perbankan Syariah telah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah.

4. Karakteristik

Prinsip syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada

keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus

dimanfaatkan untuk hal-hal produktif terutama kegiatan investasi yang

merupakan landasan aktivitas ekonomi dalam masyarakat. Tidak setiap

orang mampu secara langsung menginvestasikan hartanya untuk

menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga

perantara yang menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha

yang memerlukan dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga

perantara tersebut adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah. Bank syariah ialah bank yang berasaskan, antara lain pada

asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan

kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank

syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan

karakteristik, antara lain, sebagai berikut:14

a. pelarangan riba dalam berbagai bentuk.

b. Tidak mengenal konsep time-value of money tetapi menerapkan

economic value of time.

c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.

14
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh dan Keuangan,
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h. 229.
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.

e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang.

f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.

Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk

memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan

dana pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. 15 Transaksi

tidak mengandung unsur kedzaliman dan bukan termasuk riba, tidak

membahayakan pihak sendiri atau pihak lain, tidak ada unsur penipuan

(Tadlis), perjudian (Maisyir), tagrir (Gharar), rekayasa pasar dalam

Supply (Ikhtikar), rekayasa pasar dalam Demand (Bai’Najasy), suap-

menyuap (Risywah) dan Tidak mengandung materi-materi yang

diharamkan.

5. Perbedaan

Adapun perbedaan bank syariah dan bank konvensional adalah :16

Tabel 1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

15
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, h. 230.
16
Thamrin, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Bank Umum
Konvensional Serta pengaruhnya terhadap keputusan investasi, (Jurnal, Pekbis, 2011), Vol.3,
No.1, h.406.
1. Melakukan investasi- 1. Investasi yang halal dan

investasi yg halal saja. haram

2. Berdasarkan prinsip bagi 2. Memakai perangkat Bunga

hasil, jual beli, atu sewa. 3. Profit Oriented

3. Profit and Falah oriented 4. Hubungan dengan nasabah

4. Hubungan nasabah dalam dalam bentuk hubungan

bentuk kemitraan debitur-debitur

5. Penghimpunan dan 5. Tidak terdapat dewan sejenis

penyaluran dana harus

sesuai dengan fatawa dewan

pengawas syariah.

6. Fungsi

Menurut Ismail bank syariah memiliki tiga fungsi utama sebagai

berikut:

a. Penghimpunan Dana Masyarakat

Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-wadiah

dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-Mudharabah.

b. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat


Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dapat kepada

masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh

pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua

ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Pembiayaan bank syariah

dibagi menjadi beberapa sebagai berikut.

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang

mana satu pihak sebagai shahibul maal dan pihak lain sebagai

mudharib. Musyarakah merupakan kontrak antara dua pihak atau

lebih yang mana semua pihak merupakan patner dan mengikut

sertakan modal dalam usaha yang dijelaskan.

2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna.

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multi jasa.

c. Pelayanan Jasa Bank

Bank syariah di samping menghimpun dana dan menyalurkan dana

kepada masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan.

Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa


kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai

jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah

antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan,

penagihan surat berharga, kliring, letter of inkaso, gransi bank, dan

pelayanan jasa bank lainnya.17

17
Ismail, Perbankan Syariah, h. 39-42.

Anda mungkin juga menyukai