Aman dapat menjawab betul 10 item, dan salah 10 item. Skor yang diperoleh
sebagai berikut :
Bakir hanya dapat menjawab 8 item betul dan 12 item salah, maka skor yang
diperoleh Bakir ialah :
Dengan menggunakan rumus tersebut ternyata bahwa siswa yang hanya dapat
menjawab betul setengah dari jumlah item akan mendapatkan skor 0 (nol). Dan siswa
yang menjawab betul kurang dari setengah akan mendapatkan skor minus.
Contoh penggunaan :
Umpamakan kita membuat test berbentuk multiple choice sebanyak 20 item, dengan
item alternatif jawaban (A, B, C, D) 4 tiap item. Seorang siswa bernama Ipung dapat
menjawab betul 14 item dan salah 6 item, maka skor yang diperoleh Ipung dari test
tersebut sebagai berikut :
Jika dalam mengerjakan tes berbentuk true false / multiple choice terdapat item yang
tidak dijawab (dikosongkan) maka dalam penilaian atau scoring, item yang tidak
dijawab itu tidak diperhitungkan (tidak dianggap benar dan tidak dianggap salah).
Sebagai contoh :
a. True false
Jumlah : 30 item
Dijawab betul 19 item
Dijawab salah 8 item
Tidak dijawab 3 item
Skor yang diperoleh :
Akan tetapi ada juga yang berpendapat lain, yaitu semua item yang tidak dijawab
(dikosongkan) berarti salah. Jadi, baik item yang dijawab, tetapi salah maupun
item yang dikosongkan atau tidak dijawab kedua-duanya dianggap salah. Tentu
saja hal ini bergantung pada perjanjian antara pengetes dengan yang di tes. Maka
sebelum tes dimulai sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu bagaimana cara
menskor, dan bagaimana siswa menjadi lebih hati-hati dalam mengerjakan test.
Misalkan suatu tes terdiri atas tiga macam bentuk yaitu true-false, multiple choice, dan
matching kita telah menetapkan bahwa tingkat kesukaran tiap item dari ketiga macam
bentuk test tersebut berturut-turut adalah 1,2 dan 4. Ini berarti bahwa nilai tiap item yang
betul dari true false, multiple choice, dan matching = 4.
Andaikata tes yang berbentuk matching itu ada 10 item, dan Basir dapat menjawab
betul 7 item, maka skor yang diperoleh Basir = 7 x 4 = 28.
5. Jawaban singkat
Dengan bentuk jawaban singkat menuntut siswa untuk menemukan sendiri
jawaban singkat atas pernyataan dalam soal test. Test bentuk ini tidak memberikan
peluang untuk menebak jawaban dari kemungkinan jawaban yang tersedia seperti pada
bentuk pilihan. Dengan demikian sistem koreksi untuk faktor tebakan pun tidak
dikenakan pada test bentuk ini.
Dengan bentuknya yang sangat berbeda dari bentuk pilihan, maka cara penskorannya pun
tidak seperti bentuk pilihan, yang perlu disiapkan untuk skoring test bentuk jawaban
singkat hanyalah lembaran tidak dapat dibuat kunci skoring.
Lembaran kunci jawaban memuat semua kemungkinan jawaban yang dapat dibenarkan
atas pernyataan sebuah soal. Apabila terdapat soal sebagai berikut:
Apabila hasil test membentuk kurva juling negatif berarti soal-soal tes itu …………
Butir soal semacam ini mengundang banyak kemungkinan jawaban yang dapat diterima
karena memang benar.
Jawaban atas soal tersebut misalnya :
- Mudah
- Gampang
- Sukar
- Tingkat kesukaran rendah
- Indeks kesukaran diatas 0.85
- Dan mungkin ada yang lain lagi.
-
Untuk soal-soal hitungan lebih banyak lagi kemungkinan, tanpa pembatasan
yang tegas, yang harus diterima sebagai jawaban yang benar. Contoh :
Meskipun jawaban yang diminta dalam test bentuk ini adalah jawaban yang
singkat, terdapat variasi jawaban siswa mulai dari yang lengkap sampai dengan yang
kurang lengkap, namun masih menunjukkan bahwa siswa mempunyai sedikit
pengetahuan mengenai materi yang dinyatakan itu. Oleh karena itu kemungkinan-
kemungkinan jawabannya perlu diberikan pembobotan. Misalnya dengan
pembandingan 3 : 2 : 1 atau 4 : 3 : 2 : 1 atau langsung saja diberi tingkatan skor 2 yang
lengkap sekali, 1.5 yang lengkap dan yang kurang lengkap 1.1[5]