Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nien Chairunnisa Surbakti

NIM : 4203141062
Kelas :PSPB-20D
DosPem: Amrizal, S. Si., M. Pd.

UJIAN AKHIR SEMESTER


Mata Kuliah: Evaluasi Hasil Belajar
Program Studi Pendidikan Biologi
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Waktu: 100 menit

Jawablah sesuai urutan nomor pertanyaan.

1. Jelaskan perbedaan validitas dan reliabilitas. (skor 3).


Validitas : Merupakan sebuah bentuk dari pengacuan kepada
sejauh apa sebuah tes dari melakukan pengukuran dan juga apa
yang dimana akan dilakukan diterima untuk melakukan
pengukuran. Reliabilitas : Merupakan sebuah pengacuan kepada
sebuah ke konsistensian dari sebuah hasil tes.
2. Jelaskan bagaimana mengukur validitas isi (skor 4).
Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen
mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa
suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau
variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS,
harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut,
pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh
aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan
demikian juga untuk hal-hal lainnya.
Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama
berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia
berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas
rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang
sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah
instrumen yang punya validitas isi biasanya juga
mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya
belum tentu benar.
Cara Menghitung Validitas Isi
Untuk menghitung validitas isi, digunakan rumus:

VI = D/(A+B+C+D)
Keterangan:
VI = validitas isi
A = sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua penilai
B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan kedua
(penilai pertama setuju (sangat relevan), penilai kedua tidak setuju (kurang relevan), atau
sebaliknya.

D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai

Selanjutnya, hasil penilaian kedua rater tersebut dimasukkan ke dalam tabulasi silang (two-
by-two)

3. Jelaskan cara mengubah skor menjadi nilai (skor 6).


dan SD.[1]
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean
(M) dan Rerata Deviasi (RD).
Mencari mean (M) dan Deviasi Standar dalam rangka mengolah skor mentah
menjadi nilai huruf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang
diolah kurang dari 30, digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika
banyaknya skor yang diolah lebih dari 30, misalnya sampai 40 atau 50 skor atau
lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi frekuensi bergolong. Berikut ini sebuah
contoh yang menggunakan tabel distribusi tunggal.
Misalkan seorang guru memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah
diberikan kepada 20 orang peserta didik sebagai berikut:
73, 70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,
60, 59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.
Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, E dengan menggunakan
M dan SD. Untuk itu membuat tabel sebagai berikut.[2]
Langkah-langkah menysun tabel:
a. Masukan nama siswa (kedalam kollom satu) dan skor masing-masing
siswa (kedalam kolom 2), kemudian jumlahkan. .
b. Menghitung mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N
(banyaknya peserta didik yang dites). Jadi, rumus untuk mencari M adalah M = (Σ
X)/N=60
c. Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
d. Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3.
Kemudian jumlahkan sehingga memperoleh ∑ (X-M)2.
e. Langkah terakhir adalah menghitung mean dan SD dengan rumus-rumus
M = (Σ X)/N
M = 1201/ 20 = 60,05 dibulatkan = 60
RD = { Σ(X-M)}/N
RD = 135/20 = 6,75 dibulatkan = 6,8
Penjabaran menjadi nilai huruf
= 6 SD
-3 -2 -1 0 1 2 3

= 4 Unit

E D C B A

Dari perhitungan sebelumnya, maka kita telah memperoleh mean = 60 dan RD =


6,8. Selanjutnya kita dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam
nilai huruf melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya
dalam penjabaran ini kita menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal,
yaitu diantara -3 SD s.d +3 SD = 6 SD. Karena nilai huruf yang akan
digunakan adalah A-B-C-D-E yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan
besarnya SUD =6 SD : 4 = 1,5 SD. RD sebagai pengganti SD Jadi, SUD =
1,5×6,8 = 10,2 dibulatkan = 10.
b. Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai
tengah pada skala penilaian A-B-C-D-E. Jadi kita telah mendapatkan
SUD= 10 dan titik tengah C = M = 60.
c. Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batas atas dari
masing- masing nilai huruf. Karena titik tengah 60 maka.
1) Batas bawah C = M – 0,5 SUD = 60 - 5 = 55
2) Batas atas C = M + 0,5 SUD = 60 + 5 = 65
3) Batas bawah D = M - 1,5 SUD = 60 -15 = 45
4) Batas atas B = M + 1.5 SUD = 60 + 15 = 75
5) Skor diatas 75 = A
d. Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor
mentah dari 20 orang peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
1) Skor > 76 = A = tidak ada
2) Skor 66 - 75 = B = 6 orang
3) Skor 55 – 65 = C = 10 orang
4) Skor 45 – 54 = D = 2 orang
5) Skor 45 kebawah = E = 2 orang

4. Mengapa guru perlu menilai proyek siswa? Bagaimana cara mengevaluasinya?


(skor5)
Penilaian proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk seoptimal mungkin
dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami konsep sampai
dengan aplikasi bahkan menciptakan. Dalam penilaian proyek guru dapat menilai
siswa secara individu maupun kelompok.
Penilaian yang dapat dilakukan untuk mengukur aspek psikomotorik dalam pembel-
ajaran geografi adalah penilaian proyek. Terdapat 5 komponen dalam penilaian
proyek diantaranya yaitu (1) peren- canaan, (2) pengumpulan, data, (3)
pengorganisasian (4) analisis data, dan (3) penyajian data.
5. Bagaimana melakukan evaluasi dengan tekniknon tes? (skor 4).
Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.
Dengan teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa ”menguji” peserta didik,
malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-lain.
Teknik Non-tes inipun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain :
1. Pengamatan (Observation) adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Wawancara (Interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung
dengan peserta didik.
3. Skala sikap (Attitude Scale/Skala Likert). Peserta didik tidak hanya disuruh memilih
pernyataan-pernyataan positif saja, tetapi juga pernyataan-pernyataan yang negatif.
Tiap item dibagi menjadi lima skala, yakni SS, S, TT, TS, dan STS.
4. Daftar cek (Check List), yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
akan diamati. Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting.
5. Skala penilaian (Rating Scale). Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada
tidaknya veriabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-
fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
6. Angket (Quesioner). Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali
dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara
dilaksanakan secara lisan.
7. Studi kasus (Case Study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang
peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Misalnya, peserta didik
yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau kesulitan dalam
belajar.
8. Catatan insidental (Anecdotal Records) adalah catatan-catatan singkat tentang
peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan
ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya,
terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didiknya.
9. Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai bats
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan
teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Teknik ini merupakan salah satu
cara untuk mengetahui kemampuan sosial peserta didik. Langkah-langkahnya yaitu
memberikan petunjuk atau pertanyaan, mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari
semua peserta didik, jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
10. Inventori kepribadian, jenis non-tes ini hampir serupa dengan tes kepribadian.
Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah.
Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang
sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk
kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya.
11. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik. Kegiatan evaluasi bukan hanya
dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga pada dimensi proses. Salah satu bentuk
penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward).
6. Saat ini guru dituntut untuk membuat rubric penilaian dalam melakukan asesmen
autentik, mengapa demikian? Jelaskan bagaimana membuat rubric penilaian
(skor5).
Dalam melakukan penilaian dengan teknik tertulis sebagian besar guru mengalami
problematika pada kompetensi dasar. Faktor penyebabnya yakni bunyi kompetensi
dasar yang berbeda-beda, kompetensi dasar terlalu banyak, dan waktu yang terbatas.
langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan penilaian otentik, yaitu yang
meliputi (1) penentuan standar; (2) penentuan tugas otentik; (3) pembuatan kriteria;
dan (4) pembuatan rubrik.
7. Bagaimana melakukan penilaian berbasis kelas? (skor 3).
Langkahlangkah; 1) perencanaan, 2) penyusunan alat penilaian, 3) pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar
peserta didik, 4) pengolahan, dan 5) penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik sebagai dasar pengambilan keputusan.

Selamat Menempuh Ujian dengan cara Jujur dan on line.

Anda mungkin juga menyukai