Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN

ACUAN PENILAIAN DAN KKM

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Nurul Qamariyah Ahmad, M.Pd

Disusun Oleh :

Dhea Suliani

NPM : 18010410453

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM TADRIS BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
saya tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliahEvaluasi Pembelajaran. Saya berharap makalah ini
dapat di baca serta di pahami dengan mudah oleh teman-teman semua.

Saya menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena


kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
baik terkait penulisan maupun isi, saya memohon maaf.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Takengon, 08 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Acuan Penilaian 2
B. KKM 18

BAB III PENUTUP


A. Simpulan 26
B. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan
kewajiban bagi setiap guru, karena hendaknya ia harus dapat memberikan
informasi kepada lembaga atau kepada siswa itu sendiri. Oleh karena itu, seorang
guru hendaknya memahami tehnik pemberian skor, bahkan langkah-langkah
sebelum membuat tes pertanyaan.
Banyak beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa penilaian berbeda
dengan penskoran. Dalam makalah ini, dijelaskan dengan jelas perbedaan yang
sangat mendasar dalam melakukan evaluasi terhadap hasil tes peserta didik.
Karena seringkali terjadi kekeliruan pendapat tentang fungsi penilaian pencapaian
belajar siswa. Banyak lembaga pendidikan atau pengajar secara tidak sadar
menganggap fungsi penilaian itu semata-mata sebagai mekanisme untuk
menyeleksi siswa atau mahasiswa dalam kenaikan kelas, kenaikan tingkat, dan
sebagai alat seleksi kelulusan pada akhir tingkat program.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta penggunaan dari
PAP, PAN, gabungan PAP dan PAN, dan konversi nilai?
2. Apa pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta penggunaan
KKM?
C. Tujuan
1. Memahami Skor dan Nilai
2. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan PAP
3. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan PAN
4. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan gabungan dari PAP dan PAN
5. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan Konversi Nilai

1
6. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan KKM

2
BAB II

PEMBAHASAN

ACUAN PENILAIAN DAN KKM

A. Acuan Penilaian
1. Skor dan Nilai

Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses
kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru agar dapat
menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran. Namun jika
proses penilaian yang dilakukan oleh guru asal-asalan dan tanpa arah yang jelas,
maka pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian
pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yang
ada di lapangan.

Sebelumnya, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang skor dan nilai agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Skor adalah hasil pekerjaan memberikan angka yang
diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang
telah dijawab oleh testee dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban
betulnya.

Adapun nilai adalah angka atau pun huruf yang merupakan hasil ubahan dari
skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan
pengaturannya dengan standar tertentu. Skor yang diperoleh dari sebuah tes baru
akan bermakna jika ditafsirkan berdasarkan suatu patokan atau berdasarkan suatu
norma. Ini lah yang disebut dengan penilaian. Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai
akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan
tertentu. Menurut Woodworth (1961) ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan
untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi
yaitu: 1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu

3
(mahasiswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak (absolut). 2. Dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh seorang individu (mahasiswa) dengan skor
yang diperoleh mahasiswa lainnya dalam kelompok tes tersebut.

Adapun teknik Penskoran Hasil Pembelajaran yaitu:


a) Ranah Kognitif
1. Menentukan skor pada soal Esai

Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya
didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.

Menentukan skor dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya


skala 1-4, 1- 10 dan 1-100. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Sebaiknya jangan memberikan skor nol


b. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang
digunakan maka hasilnya halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku
sama untuk semua nomor soal.
c. Setelah menetapkan skor langkah selajutnya adalah menetapkan
pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
d. Sebaiknya gunakan skala 1-10, misalnya soal yang mudah diberi bobot
2, sedang bobotnya 3, dan soal soal yang sulit bobotnya 5

Contoh:

NO. Nomor Soal Nilai Bobot Total Nilai


1 1 3 2 6
2 2 5 5 25
3 3 8 3 24
4 4 6 3 18
5 5 5 3 15
6 6 8 2 16

4
∑ Nilai = 35 ∑ SK = 104
Keterangan:

Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5, 833 Nilai rata-rata
setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971

2. Menentukan Skor Pada Soal Objektif


a. Tes Benar-Salah (Tru-False)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement).
Statement ada yang benar dan ada yang salah. Ada dua rumus
untuk mencari skor akhir bentuk tes benar-salah yaitu:
1) Dengan denda
S = R-W
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang benar
W = jawaban yang salah
Contoh: Jumlah soal tes 20 nomor. A menjawab betul 16
nomor dan salah 4 nomor. Maka skor untuk A adalah: 16 -
4 = 12
2) Tanpa Denda
Rumus: S = R, dihitung hanya yang benar.
b. Tes Pilihan ganda
Untuk mengelola skor dalam bentuk pilihan ganda ini
digunakan dua macam rumus:
(1) Dengan denda
w
𝑆=𝑅–
0−1
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
0 = banyaknya option
1 = bilangan tetap

5
Contoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal dengan

3
menggunakan option 4 pilihan. Skor = 17 − = 16
4−1
(2) Tanpa Denda
Rumus: S = R, dihitung hanya yang benar
c. Tes Menjodohkan
Cara mengelola skornya adalah: S = R
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
d. Tes Lisan
Cara mengelola skornya adalah: S = R
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
b) Ranah Psikomotorik
Salah satu instrumen yang sering digunakan untuk menilai hasil belajar
keterampilan adalah rubric. Teknik pemberian skor dengan rubrik
adalah dengan menulis skor pada setiap indikator kemampuan sesuai
dengan yang dapat ditampilkan oleh peserta didik. Kemudian skor di
setiap aspek tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor total dari
masing-masing peserta didik
Contoh:
Satuan pendidikan : Madrasah Tsanawiyah
Kelas/Semester : VII/1
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris

NO. Nama Aspek yang dinilai Total


skor
A B C D
1. Widya 3 4 3 5 15
2. Dhea 4 5 5 4 18
3. Elfi 4 3 5 4 16

6
Dts...
Keterangan:
Aspek yang dinilai:
A = Kemampuan melafalkan vowel
B = Kemampuan Pronounciation
C = Kemampuan membedakan huruf akhiran voice
D = Kemampuan membedakan huruf akhiran nonvoice
Pedoman penskoran:
Sangat baik : 5
Baik : 4
Cukup : 3
Kurang : 2
Sangat kurang : 1
c) Ranah Sikap
Pada hasil belajar afektif, instrumen yang digunakan adalah berupa
skala penilaian dan pedoman pengamatan. Pada umumnya, skala
penilaian tersebut menggunakan skala likert dengan rentangan 3, 4,
atau 5 yang kemudian ditafsirkan menggunakan kategori verbal seperti
sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah atau dengan
menggunakan sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang.

2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

a. Pengertian Dan Kegunaan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian yang


mengacu kepada suatu Kriteria Pencapaian Tujuan (KPT) yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pada proses pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan
penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan
tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-
item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional. PAP merupakan suatu cara
menentukan kelulusan siswa dengan menggunakan sejumlah patokan. Apabila

7
siswa telah memenuhi patokan tersebut, maka dinyatakan berhasil. Sebaliknya,
siswa yang belum memenuhi patokan dianggap belum dapat menguasaI
kemampuan minimal yang diharapkan pada bahan pembelajaran tersebut. Siswa
yang dianggap belum memiliki kemampuan minimal tersebut harus belajar lagi
dan mengulang kegiatan belajarnya, sehingga mampu mencapai standar minimal
yang telah ditetapkan atau sering disebut dengan remedial. Sementara untuk siswa
yang mampu mencapai nilai standar minimal, dapat menempuh pelajaran
selanjutnya atau diberikan pelajaran tambahan (pengayaan).1

Nilal-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian


penguasaan siswa tentang materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Penilaian Acuan Patokan (PAP) biasanya digunakan di sekolah.
Patokan yang digunakan adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakter peserta didik,
Kriteria- kriteria tersebut antara lain:

1) Karakteristik Mata Pelajaran (kompleksitas)

Hal yang perlu diperhatikan dalam mengetahui karakteristik mata pelajaran ini
adalah mengenai rumit tidaknya kompetensi yang harus dicapai siswa. Bila
semakin besar usaha yang diperlukan siswa untuk mencapai kompetensi pada
mata pelajaran tertentu berarti KKM-nya akan lebih kecil daripada semakin
mudah siswa dalam mencapat kompetensi suatu mata pelajaran.

2) Daya Dukung

Daya dukung yang dimaksud adalah kondisi dan karakteristik yang ada di
sekolah, misalnya kelengkapan alat praktikum, kelengkapan peralatan belajar,
fasilitas yang disedialan di sekolah, dan lainnya. Semakin lengkap daya dukung
yang ada di sekolah maka besarnya KKM yang ditetapkan dapat lebih tinggi.

3) Karakteristik Peserta Didik (intake)

1
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2017), hal. 7-8.

8
Besar kecilnya nilai KKM juga dipengaruhi oleh karakter peserta didik. Hal
yang dimaksud adalah dengan melihat input siswa Di antaranya bagaimana
motivasi belajar mereka, bagaimana dukungan orang tua terhadap kemajuan
belajar, dan lainnya. Input dipilih melalui seleksi pendaftaran sebagai calon siswa
yang mendaftar.

b. Contoh Perhitungan dan Penggunaan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam upaya
meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat
diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade)
dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal
yang mungkin dicapai oleh peserta didik.

Contoh :

Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa
Inggris. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes
obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah
Nomor Butir Bobot
Butir Soal Bentuk Tes/Model Soal Soal Jawaban Betul Skor

Tes Obyektif bentuk True-


01-10 False 10 1 10

11-20 Tes Obyektif bentuk Matching 10 1 10

Tes Obyektif bentuk


21-30 Completion 10 1 10

Tes Obyektif bentuk MCI


31-40 model melengkapi lima pilihan 10 1 10

9
Tes Obyektif bentuk MCI
41-50 model melengkapi berganda 10 1½ 15

Tes Obyektif bentuk MCI


model asosiasi dengan lima
51-60 pilihan 10 1½ 15

Tes Obyektif bentuk MCI


model analisis hubungan
61-70 antarhal 10 2 20

Tes Obyektif bentuk MCI


71-75 model analisis kasus 5 4 20

76 Tes Uraian 1 10 10

Skor Maksimum Ideal 120

Berdasarkan rincian butir-butir soal diatas tersebut dapat diketahui bahwa


Skor Maksimum Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120.
Kemudian Skor-skor mentah hasil THB bidang studi Fiqh yang dicapai oleh 20
orang siswa setelah diubah (dikonversi) menjadi nilai standar dengan
menggunakan standar mutlak (penilaian beracuan kriterium).

Dengan menggunakan Rumus : Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum


Ideal X 100

No. Skor Mentah Nilai

1. 60 60/120 X 100 = 50

2. 40 40/120 X 100 = 33

3. 80 80/120 X 100 = 67

4. 30 30/120 X 100 = 25

5. 75 75/120 X = 62

6. 52 52/120 X 100 = 43

10
7. 59 59/120 X 100 = 49

8. 71 71/120 X 100 = 59

9. 41 41/120 X 100 = 34

10. 58 58/120 X 100 = 48

11. 61 61/120 X 100 = 51

12. 56 56/120 X 100 = 47

13. 53 53/120 X 100 = 44

14. 63 63/120 X 100 = 52

15. 85 785/120 X 100 = 71

16. 54 54/120 X 100 = 45

17. 60 60/120 X 100 = 50

18. 49 49/120 X 100 = 41

19. 55 55/120 X 100 = 46

20. 43 43/120 X 100 = 36

Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi


nilai huruf dengan patokan adalah :

Rentang Skor Nilai

Nilai 80% s.d. 100% = A

Nilai 70% s.d. 79% = B

Nilai 60% s.d. 69% = C

Nilai 45% s.d. 59% = D

Nilai < 44% E / Tidak lulus

Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada
seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (%),

11
Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (2,5 %), Nilai D ada 5 orang siswa (%) dan
siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Fiqh ini ada 7 orang siswa (%).

2. Penilaian Acuan Norma (PAN)


a. Pengertian Dan Kegunaan Penilaian Acuan Patokan (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan


mengacu pada norma kelompok atau nilal-nilai yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan nilal-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata
lain, PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok
siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada
kelompok tersebut. Artinya, pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada
kelompok itu Standar kelulusan baru dapat ditentukan setelah diperoleh skor
siswa. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk
kelompok tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok Lainnya. Begitu pula
dengan standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan
untuk hasil tes sekarang atau yang akan datang. Berikut ini beberapa ciri dari
Penilaian Acuan Normatif (PAN):

1) Penilaian acuan normatif digunakan untuk menentukan status setiap


peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya,
penilaian acuan normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui
kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah,
dan lain sebagainya.
2) Penilaian acuan normatif menggunakan kriteria yang bersifat "relative".
Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan/atau
kebutuhan pada waktu tersebut.
3) Nilai hasil dari penilaian acuan normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya memunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya)
dalam komunitasnya (kelompoknya).
4) Penilaian acuan normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan
rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari

12
yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang
serius,
5) Penilaian acuan normatif memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.

PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva normal. Batas


kelulusan tidak ditentukan oleh penguasaan minimal siswa terhadap kompetensi
yang ditetapkan dalam tujuan khusus pembelajaran, melainkan didasarkan pada
nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan kelompoknya.2

b. Contoh Perhitungan dan Penggunaan Penilaian Acuan Patokan (PAN)

Pada umumnya, PAN dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan
ini dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai
sampel dari bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan
bagian mana yang lebih urgen. Untuk itu, guru harus dapat membatasi jumlah soal
yang diperlukan, karena tidak semua materi yang disampaikan kepada peserta
didik dapat dimunculkan soal-soalnya secara lengkap. Soal-soal harus dibuat
dengan tingkat kesukaran yang bervariasi, mulai dari yang mudah sampai dengan
yang sulit sehingga memberikan kemungkinan jawaban peserta didik bervariasi,
soal dapat menyebar dan dapat membandingkan peserta didik yang satu dengan
lainnya.

PAN biasanya digunakan pada akhir unit pembelajaran untuk menentukan


tingkat hasil belajar peserta didik. Pedoman konversi yang digunakan dalam
pendekatan PAN sama dengan pendekatan PAP. Perbedaannya hanya terletak
dalam menghitung rata-rata dan simpangan baku. Dalam pendekatan PAN, rata-
rata dan simpangan baku dihitung dengan rumus statistik sesuai dengan skor
mentah yang diperoleh peserta didik.

Contoh:

2
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2017), hal. 9-
10.

13
Diketahui 52 orang peserta didik mengikuti ujian akhir semester mata
pelajaran Bahasa Inggris dan memperoleh skor mentah sebagai berikut:

32, 20, 35, 24, 17, 30, 36, 27, 37, 50, 36, 35, 50, 43, 31, 25, 44, 36, 30, 40, 27, 36,
37, 32, 21, 22, 42, 39, 47, 28, 50, 27, 43, 17, 42, 34, 38, 37, 31, 32, 22, 31, 38, 46,
50, 38, 50, 21, 29, 33, 34, 29.

Pertanyaan:

Tentukan nilai peserta didik dengan menggunakan pendekatan PAN.

Penyelesaian:

a) Penyusunan Distribusi Frekuensi

Menyusun skor terkecil sampai yang terbesar

17 25 30 34 37 42 50

17 27 31 34 37 42 50

20 27 31 35 37 43 50

21 27 31 35 38 43 50

21 28 32 36 38 44

22 29 32 36 38 46

22 29 32 36 39 47

24 30 33 36 40 50

Mencari Range (R)

R = nilai maximum- nilai minimum

= 50−17 = 33

14
Mencari banyak interval kelas (k)

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 52

= 1 + 3,3 (1,716)

= 1 + 5,663

= 6, 663 (dibulatkan 7)

Mencari panjang interval kelas (i)

i = 4, 953 (dibulatkan 5)

Menyusun daftar distribusi frekuensi

Kelas Interval Frekuensi (f)


17-21 5
22-26 4
27-31 11
32-36 12
37-41 8
42-46 6
47-51 6
Jumlah 52

3. Perbedaan PAP dan PAN

Perbedaan antara PAP dan PAN lebih jelasnya menurut Ali, S. dan
Khaeruddin (2012) dapat dilihat pada table berikut:3

No PAN PAP
.
1 Penilaian yang membandingkan Penilaian yang membandingkan

3
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2017), hal. 11.

15
hasil belajar peserta didik yang hasil peserta didik dengan kriteria
lain dalam kelompok tersebut. tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2 Keberhasilan peserta didik di Keberhasilan peserta didik tidak di
tentukan oleh posisinya pada pengaruhi oleh posisinya pada
kelompok siswa tersebut. kelompok siswa tersebut, namun
ditentukan berdasarkan
patokan/kriteria yang telah
ditentukan.
3 Batas lulus berubah-ubah atau Batas lulus tetap.
tidak tetap.
4 Penilaian menggunakan kurva Penilaian tidak menggunakan kurva
normal. normal.
5 Keberhasilan peserta didik tidak Keberhasilan dikaitkan dengan
dikaitkan dengan penguasaan penguasaan kompetensi.
kompetensi.
4. Gabungan PAP dan PAN
Secara teoretik, pendekatan penilaian terdiri atas dua pendekatan
seperti telah dijelaskan di atas, tetapi dalam praktik, kita dapat
menggunakan pendekatan gabungan antara PAP dan PAN. Pendekatan
gabungan digunakan dengan asumsi bahwa pendekatan PAP dan PAN
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pedoman konversi
yang digunakan samu dengan pedoman konversi dalam PAP dan PAN.
Perbedaannya hanya terletak dalam perhitungan rata-rata dan simpangan
baku. Rata-rata gabungan= (X ideal + X aktual) /2 Simpangan baku (SB)
gabungan = (SB ideal + SB aktual) / 2. Dengan demikian, untuk
memperoleh rata-ratu gabungan, terlebih dahulu harus dicari rata-rata ideal
dan aktual. Begitu juga untuk mencari simpangan baku gabungan.4

Contoh:

Diketahui:

4
Yessy Nur Endah Sari, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018), hal.
118-119.

16
X ideal = 60 SB ideal = 20 X aktual = 34,38 SB aktual 8,79 118 Jadi, X
gabungan = x (X ideal + X aktual) =%x (60 + 34.38) =47.19 SB gabungan =4x
(SB ideal + SB aktual) =%x (20 + 8,79) = 14,395 Untuk penyusunan pedoman
konversi dapat digunakan seperti dalam pendekatan PAP dan PAN.

5. Konversi Nilai

Seperti telah dijelaskan disebelumnya bahwa standar yang sering digunakan


dalam menilai hasil belajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu:

a. standar seratus (0 – 100)


b. standar sepuluh (0 – 10), dan
c. standar empat (1 – 4) atau dengan huruf (A-B-C-D)

Sedangkan skor baku baik skor z maupun skor T, jarang digunakan. Standar-
standar tersebut (z dan T) hanya digunakan untuk keperluan khusus, misalnya
untuk menganalisis kecakapan seseorang dibandingkan dengan orang lain dan
membandingkan dua skor yang berbeda standarnya. Konversi nilai dapat
dilakukan dari standar seratus ke standar sepuluh dan ke standar empat, atau bisa
juga dari standar sepuluh ke standar seratus atau ke standar empat. Dalam
konversi nilai digunakan dua cara, yakni cara yang menggunakan rata-rata dan
simpangan baku dan cara tanpa menggunakan rata-rata dan simpangan baku.5

1. Konversi tanpa menggunakan nilai rata-rata dan simpangan


baku.

Cara ini sangat sederhana, yaitu dengan menentukan kriteria sebagai dasar
untuk melakukan konversi nilai. Misalnya dengan menggunakan kriteria dalam
bentuk persentase.

Tabel 4.6. Kriteria nilai konversi

Persentase Nilai Konversi


Huruf Standar 10 Standar 100
Jawaban %

5
Zulkifli Matondang, Evaluasi Pembelajaran, (Medan : Percetakan Unimed, 2009), hal. 76-84.

17
90-99 A 9 4
80-89 B 8 3
70-79 C 7 2
60-60 D 6 1
Kurang dari 60 Gagal Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 100 %

Contoh penggunaan:

Misalkan kepada siswa berikan tes fisika dalam bentuk tes objektif pilihan
ganda sebanyak 60 soal. Jawaban yang benar diberi skor satu sehingga skor
maksimum yang dicapai siswa adalah 60. Berdasarkan kriteria di atas, konversi
nilai dalam standar huruf, standar sepuluh dan standar empat adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.6. Kriteria nilai konversi

Skor Mentah Nilai Konversi


Huruf Standar 10 Standar 4
54-60 A 9/10 4
48-53 B 8 3
42-47 C 7 2
36-41 D 6 1
Kurang dari 36 Gagal Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 60

2. Konversi nilai dengan menggunakan nilai rata-rata dan


simpangan baku

Konversi nilai ini perlu dihitung terlebih dahulu, harga nilai ratarata dan
simpangan baku yang diperoleh siswa, kemudian terhadap nilai-nilai atau skor
mentah tersebut dilakukan konversi. Konversi biasanya dilakukan terhadap
standar 10 atau standar huruf dan atau standar empat.

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah ke dalam


standar 10 adalah sebagai berikut:

18
M + 2,25 S = 10
M + 1,75 S = 9
M + 1,25 S = 8 M = nilai rata-rata
M + 0,75 S = 7 S = simpangan baku (deviasi
standar)
M + 0,25 S = 6
M+S=5
M – 0,25 S = 4
M – 0,75 S = 3
M – 1,25 S = 2
M – 2,25 S = 1

Contoh:

Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk tes objektif sebanyak 90 soal.
Setiap soal yang dijawab benar diberi skor satu sehingga skor maksimum yang
dapat dicapai siswa adalah 90. setelah diperiksa, ternyata skor yang paling tinggi
mencapai 50 dan skor terendah 30. nilai rata-rata (setelah dihitung) adalah 40 dan
simpangan bakunya 4,0. dengan menggunakan rumus atau kriteria di atas,
diperoleh nilai dalan standar sepuluh sebagai berikut

Skor mentah Standar 10


40 + (2,25)(4,0) = 49 10
40 + (1,75)(4,0) = 47 9
40 + (1,25)(4,0) = 45 8
40 + (0,75)(4,0) = 43 7
40 + (0,25)(4,0) = 41 6 (batas lulusnya)
40 - (0,25)(4,0) = 39 5
40 - (0,75)(4,0) = 27 4
40 - (1,25) (4,0) = 35 3
40 – (1,75)(4,0) = 33 2
40 – (2,25) (4,0) = 31 1

Nilai rata-rata dan simpangan baku di atas dihitung dari skor yang di
peroleh siswa sebagaimana adanya. Dengan kata lain ialah skor aktual sehingga

19
nilai rata-rata dan simpangan baku yang diperolehnya adalah nilai rata-rata dan
simpangan bakunya aktual.

Kriteria konversi nilai di atas berlaku juga untuk batas lulus ideal yang
menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku ideal. Jika menggunakan batas
lulus ideal, dari contoh di atas dapat dicari nilai rata-rata dan simpangan baku
idealnya.

- Skor minimum yang mungkin dicapai adalah 90

- Nilai rata-rata idealnya adalah setengah dari 90 = 45


- Simpangan bakunya adalah sepertiga dari 45 = 15

Dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku ideal tersebut,


skor mentah yang ditransformasikan ke dalam standar sepuluh menjadi sebagai
berikut:

Skor mentah Standar 10

45 + (2,25)(15) = 78,75 10
45 + (1,75)(15) = 68,75 9
45 + (1,25)(15) = 63,75 8
45 + (0,75)(15) = 53,75 7
45 + (0,25)(15) = 48,75 6
45 - (0,25)(15) = 41,25 5
45 - (0,75)(15) = 36,25 4
45 - (1,25)(15) = 26,25 3
45 – (1,75)(15) = 21,25 2
45 – (2,25)(15) = 11,25 1

Konversi lainnya adalah konversi skor mentah ke dalam standar huruf (A-
B-C-D) dan standar empat (4-3-2-1). Dalam standar ini huruf A setara dengan 4,

20
artinya istimewa; huruf B setara dengan 3 artinya memuaskan; huruf C setara
dengan 2, artinya cukup ; huruf D setara dengan 1, artinya kurang.

a) Konversi nilai dengan persen (secara sederhana).

Tanpa menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku, skor diatas dapat
ditranformasikan ke dalam standar 10 dan standar hurup sebagai berikut:

Tabel 4.9. Kriteria nilai konversi

Persentase Skor dicapai Nilai Konversi


Huruf Standar 10 Standar 4
% Maks. 69
90-99 63-69 A 9 4
80-89 56-62 B 8 3
70-79 49-55 C 7 2
60-69 42-48 D 6 1
Kurang dari Kurang dari Gagal Gagal Gagal
Nilai 10
60 % 42 Tidak ada
(diatas 69)

b) Konversi nilai ke dalam standar 10 dengan menggunakan nilai rata-rata


dari simpangan baku: M= 50,5 dan S=10
Skor mentah Standar 10
50,5 + (2,25)(10) = 73 10
50,5 + (1,75)(10) = 68 9
50,5 + (1,25)(10) = 63 8
50,5 + (0,75)(10) = 58 7
50,5 + (0,25)(10) = 53 6 (batas lulusnya)
50,5 - (0,25)(10) = 48 5
50,5 - (0,75)(10) = 43 4
50,5 - (1,25) (10) = 38 3
50,5 – (1,75)(10) = 33 2
50,5 – (2,25) (10) = 28 1

Dengan demikian, perolehan nilai dari 20 orang siswa adalah sebagai


berikut:

21
69 = 9 56 = 6 51 = 5 46 = 4 40 = 3
68 = 9 55 = 6 50 = 5 45 = 4 39 =3
62 = 7 53 = 6 49 = 5 43 = 4 37 =2
60 = 7 52 = 5 48 = 5 41 = 3 30 =1

Yang dinyatakan lulus dari nilai 6 keatas ada 8 orang.

c) Konversi ke dalam standar huruf dan standar 4

Dengan nilai rata-rata 50 dan simpangan baku = 9, maka nilai yang diperoleh
sebagai berikut:

Skor Mentah Skor dicapai Nilai Konversi


Huruf Standar 4
Maks. 69
50,5 – 1,5(10) 35,5 – 45,0 D 1
50,5 – 0,5(10) 45,5 – 55,0 C 2
50,5 + 0,5(10) 55,5 – 65,0 B 3
50,5 + 1,5(10) 65,5 – 75,0 Ke A 4
atas
Dengan demikian, perolehan nilai dari 20 orang siswa adalahsebagai
berikut:
69 = A 56 = B 51 = C 46 = C 40 = D
68 = A 55 = C 50 = C 45 = D 39 = D
62 = B 53 = C 49 = C 43 = D 37 = D
60 = B 52 = C 48 = C 41 = D 30 = G

B. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).


1. Pengertian dan Kegunaan KKM

Kriteria Ketuntasan minimal adalah suatu cara menentukan penilaian pada


kurikulum untuk menentukan lulus tidaknya seorang peserta didik. Kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) (Sudrajat, 2008:3). Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) merupakan acuan untuk menetapkan seorang peserta didik secara minimal
memenuhi persyaratan atas materi pelajaran tertentu. Sedangkan menurut

22
Kunandar (2013:83). Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan pada awal tahun
pembelajaran dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik).
Kompleksitas materi mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya
kompetensi dasar. Kompetensi daya pendukung berorientasi pada sarana dan
prasarana dan sumber belajar yang dimiliki oleh satuan pendidikan.6

Target ketuntasan secara nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.


Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan
orang tua peserta didik. Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh
peserta didik dan orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan
dalam laporan hasil belajar (LBH) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar
peserta didik (Depdiknas, 2008:3)

Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Fungsi dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) (Abidin,2014) dalam


pembelajaran antara lain:

a. Bisa menjadi acuan bagi guru dalam menilai kompetensi siswa sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar
dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan.
Pendidik harus memberikan respons yang tepat terhadap pencapaian
kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan
pengayaan. Selain itu dapat digunakan sebagai bagian dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah
b. Bisa juga menjadi acuan untuk peserta didik dalam menyiapkan diri
mengikut penIlaIan mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar dan indikator
diterapkan KKM yang harus dicapa dan dikuasai oleh peserta didik Peserts
didik diharapkin dapat memperstapkan diri dalam mengikuti penlaran agar
6
Dian Mayasari, Program Perencanaan Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA, 2020), hal. 19-22.

23
mencapat nilar melebibu kKM. Apabila bal terschut tidak bisa dicapat
peserta didik harus mengetahui kompetensi dasar apayang belum tuntas
dan perlu perhaikan
c. Dengan KKM dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam
melakukan evalunsi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari
keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolak ukur.
d. Menentukan KKM merupakan kontrak pedagogis antara guru dengan
peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.
Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan
bersama antara guru, siswa, pimpinan dengan satuan pendidikan dan orang
tua. Guru melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan
proses pembelajaran dan penilaian. Siswa melakukan upaya pencapaian
KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan
tugas-tugas yang telah didesain oleh guru. Orang tua dapat membantu
dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi anak-anaknya
dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan
berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung
keterlaksanaannya proses pembelajaran dan penilatan di sekolah.
e. KKM merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi
dalam setiap mata pelajaran. Satuan pendidikan yang memiliki KKM
tinggi dan dilaksanakan secara bertanggungjawab dapat menjadi tolak
ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat. Keherhasilan pencapaian
KKM merupakan salah satu tolak ukur kinerja satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan.

2. Contoh Perhitungan dan Penggunaannya

Biasanya setiap mata pelajaran memiliki nilai KKM yang berbeda-beda


tergantung dari tingkat kesulitan, saran dan lain sebagainya. Berikut beberapa
langkah untuk menentukan KKM :

24
1. Hitunglah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap
kelas.
2. Tentukan kekuatan / nilai untuk setiap aspek / komponen sesuai dengan
kemampuan masing-masing aspek.
a. Aspek kompleksitas. Semakin komplek (sukar) KD maka nilainya
semakin rendah, dan semakin mudah KD maka nilainya semakin
tinggi.
b. Aspek sumber daya pendukung (sarana). Semakin tinggi sumber daya
pendukung maka nilainya semakin tinggi.
c. Aspek intake. Semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka
nilainya semakin tinggi pula.
3. Jumlah nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi tiga untuk menentukan
KKM setiap KD.
4. Jumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan jumlah KD untuk
menentukan KKM mata pelajaran
5. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama, tergantung pada
kompleksitas KD, daya dukung, dan potensi siswa.

Lebih jelasnya berikut contoh tabelnya :

Aspek yang Kriteria Skala Pengukuran


dianalisis

Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100


Daya dukung Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah <65
Intake siswa Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

Atau dengan menggunakan poin / skor pada setiap kriteria yang


ditetapkan:

Aspek yang Kriteria Skala Pengukuran

25
dianalisis

Kompleksitas Tinggi (1) Sedang (2) Rendah (3)


Daya dukung Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)
Intake siswa Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)

Contoh:

Kompetensi Kriteria pencapaian ketuntasan Kriteria


Dasar/Indikator belajar siswa (KD/indicator) Ketuntasan
Minimal
Kompleksitas Daya Intake KD Mapel
dukung
A. mengidentifi
kasi
penulisan
pada teks
narative
1. Menyimpulk Rendah (80) Tinggi Sedang 77
an tentang (80) (70)
teks narative
dalam short
story
2. Mengelompo Sedang (70) Tinggi Sedang 73
kan teks (80) (70)
narative
dengan teks
lainnya
3. Menjelaskan Tinggi (65) Tinggi Sedang 65
kegunaan dan (80) (65)
ciri-ciri teks
narative

Langkah penghitungan untuk mencari KKM dan KD


∑ Bobot Nilai

26
3
a. 80+80+70
3 =76,6
b. 70+80+70
3 =73,3
c. 65+80+65
3 =70

Mencari nilai KKM Mapel:

∑KKM KD
∑KD/Indikator

77+73+70+70 290
= = 72,5
4 4

Nilai KKM Mapel merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,5
dibulatkan menjadi 73.

Contoh:

Kompetensi Dasar Komple Daya Intake Nilai


ksitas dukung KKM
3.1 Menerapkan fungsi 75 80 70 75
sosial, struktur teks,
dan kebahasaan teks
interaksi transaksi
onal lisan dan tulis
yang melibatkan
tindakan unsur
memberi dan
meminta informasi

27
terkait saran dan
tawaran, sesuai
dengan konteks
penggunaannya.
(Perhatikan unsur
kebahasaan should,
can)
4.1 Menyusun teks 77 78 70 75
interaksi
transaksional, lisan
dan tulis, pendek dan
sederhana, yang
melibatkan tindakan
memberi dan
meminta informasi
terkait saran dan
tawaran, dengan
memperhati kan
fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur
kehahasaan yang
benar dan sesuai
konteks
3.2 Membedakan fungsi 75 80 70 75
sosial, struktur teks,
dan unsur
kebahasaan beberapa
teks khusus dalam
bentuk surat pri badi
dengan memberi dan
menerima informasi

28
terkait kegiatan diri
sendiri dan orang
sekitamya, sesuai
dengan konteks
penggunaannya
4.2 Menyusun teks 73 82 70 75
interaksi
transaksional, lisan
dan tulis, pendek dan
sederhana, yang
melibatkan tindakan
memberi dan
meminta informasi
terkait pendapat dan
pikiran, dengan
memperhatikan
fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur
kebahasaan yang
benar dan sesuai
kontek
3.3 Membedakan fungsi 75 80 70 75
sosial, struktur teks,
dan unsur
kebahasaan beberapa
teks khusus dalam
bentuk undangan
resmi dengan
memberi dan
meminta informasi
terkait kegiatan

29
sekolah/tempat kerja
sesuai dengan
konteks
penggunaannya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian
yang mengacu kepada suatu Kriteria Pencapaian Tujuan (KPT) yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pada proses pengukuran ini siswa
dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok atau nilal-nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan nilal-nilai siswa lain dalam kelompok
tersebut. Dengan kata lain, PAN merupakan sistem penilaian yang
didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses
pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok
tersebut.
3. Pendekatan gabungan digunakan dengan asumsi bahwa pendekatan
PAP dan PAN masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pedoman konversi yang digunakan samu dengan pedoman konversi
dalam PAP dan PAN. Perbedaannya hanya terletak dalam perhitungan
rata-rata dan simpangan baku.
4. Dalam konversi nilai digunakan dua cara, yakni cara yang
menggunakan rata-rata dan simpangan baku dan cara tanpa
menggunakan rata-rata dan simpangan baku.

30
5. Ketuntasan minimal adalah suatu cara menentukan penilaian pada
kurikulum untuk menentukan lulus tidaknya seorang peserta didik.
Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

B. Saran

Demikianlah tulisan yang dapat disampaikan penulis. Penulis sendiri


menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurana. Untuk membuat makalah
ini lebih baik kedepannya, maka penulis membutuhkan kritik dan saran dari
teman-teman dan dosen. Penulis akan senang hati menerima segala kritik dan
saran dan bersedia untuk memperbaiki di waktu mendatang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Astiti, Kadek Ayu. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: CV. ANDI


OFFSET.

Sary, Yesy Nur Endah. 2018. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: CV BUDI


UTAMA.

Mantondang, Zulkifli. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Penerbit Unimed.

Mayasari, Dian. 2020. Program Perencanaan Pembelajaran Matematika.


Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

32
LAMPIRAN

33
34
35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai