EVALUASI PEMBELAJARAN
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Disusun Oleh :
Dhea Suliani
NPM : 18010410453
JURUSAN TARBIYAH
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
saya tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Acuan Penilaian 2
B. KKM 18
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan
kewajiban bagi setiap guru, karena hendaknya ia harus dapat memberikan
informasi kepada lembaga atau kepada siswa itu sendiri. Oleh karena itu, seorang
guru hendaknya memahami tehnik pemberian skor, bahkan langkah-langkah
sebelum membuat tes pertanyaan.
Banyak beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa penilaian berbeda
dengan penskoran. Dalam makalah ini, dijelaskan dengan jelas perbedaan yang
sangat mendasar dalam melakukan evaluasi terhadap hasil tes peserta didik.
Karena seringkali terjadi kekeliruan pendapat tentang fungsi penilaian pencapaian
belajar siswa. Banyak lembaga pendidikan atau pengajar secara tidak sadar
menganggap fungsi penilaian itu semata-mata sebagai mekanisme untuk
menyeleksi siswa atau mahasiswa dalam kenaikan kelas, kenaikan tingkat, dan
sebagai alat seleksi kelulusan pada akhir tingkat program.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta penggunaan dari
PAP, PAN, gabungan PAP dan PAN, dan konversi nilai?
2. Apa pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta penggunaan
KKM?
C. Tujuan
1. Memahami Skor dan Nilai
2. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan PAP
3. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan PAN
4. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan gabungan dari PAP dan PAN
5. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan Konversi Nilai
1
6. Memahami pengertian, kegunaan, contoh perhitungan, serta
penggunaan KKM
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Acuan Penilaian
1. Skor dan Nilai
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses
kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru agar dapat
menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran. Namun jika
proses penilaian yang dilakukan oleh guru asal-asalan dan tanpa arah yang jelas,
maka pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian
pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yang
ada di lapangan.
Sebelumnya, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang skor dan nilai agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Skor adalah hasil pekerjaan memberikan angka yang
diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang
telah dijawab oleh testee dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban
betulnya.
Adapun nilai adalah angka atau pun huruf yang merupakan hasil ubahan dari
skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan
pengaturannya dengan standar tertentu. Skor yang diperoleh dari sebuah tes baru
akan bermakna jika ditafsirkan berdasarkan suatu patokan atau berdasarkan suatu
norma. Ini lah yang disebut dengan penilaian. Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai
akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan
tertentu. Menurut Woodworth (1961) ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan
untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi
yaitu: 1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
3
(mahasiswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak (absolut). 2. Dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh seorang individu (mahasiswa) dengan skor
yang diperoleh mahasiswa lainnya dalam kelompok tes tersebut.
Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya
didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Contoh:
4
∑ Nilai = 35 ∑ SK = 104
Keterangan:
Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5, 833 Nilai rata-rata
setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971
5
Contoh: murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal dengan
3
menggunakan option 4 pilihan. Skor = 17 − = 16
4−1
(2) Tanpa Denda
Rumus: S = R, dihitung hanya yang benar
c. Tes Menjodohkan
Cara mengelola skornya adalah: S = R
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
d. Tes Lisan
Cara mengelola skornya adalah: S = R
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
b) Ranah Psikomotorik
Salah satu instrumen yang sering digunakan untuk menilai hasil belajar
keterampilan adalah rubric. Teknik pemberian skor dengan rubrik
adalah dengan menulis skor pada setiap indikator kemampuan sesuai
dengan yang dapat ditampilkan oleh peserta didik. Kemudian skor di
setiap aspek tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan skor total dari
masing-masing peserta didik
Contoh:
Satuan pendidikan : Madrasah Tsanawiyah
Kelas/Semester : VII/1
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
6
Dts...
Keterangan:
Aspek yang dinilai:
A = Kemampuan melafalkan vowel
B = Kemampuan Pronounciation
C = Kemampuan membedakan huruf akhiran voice
D = Kemampuan membedakan huruf akhiran nonvoice
Pedoman penskoran:
Sangat baik : 5
Baik : 4
Cukup : 3
Kurang : 2
Sangat kurang : 1
c) Ranah Sikap
Pada hasil belajar afektif, instrumen yang digunakan adalah berupa
skala penilaian dan pedoman pengamatan. Pada umumnya, skala
penilaian tersebut menggunakan skala likert dengan rentangan 3, 4,
atau 5 yang kemudian ditafsirkan menggunakan kategori verbal seperti
sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah atau dengan
menggunakan sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang.
7
siswa telah memenuhi patokan tersebut, maka dinyatakan berhasil. Sebaliknya,
siswa yang belum memenuhi patokan dianggap belum dapat menguasaI
kemampuan minimal yang diharapkan pada bahan pembelajaran tersebut. Siswa
yang dianggap belum memiliki kemampuan minimal tersebut harus belajar lagi
dan mengulang kegiatan belajarnya, sehingga mampu mencapai standar minimal
yang telah ditetapkan atau sering disebut dengan remedial. Sementara untuk siswa
yang mampu mencapai nilai standar minimal, dapat menempuh pelajaran
selanjutnya atau diberikan pelajaran tambahan (pengayaan).1
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengetahui karakteristik mata pelajaran ini
adalah mengenai rumit tidaknya kompetensi yang harus dicapai siswa. Bila
semakin besar usaha yang diperlukan siswa untuk mencapai kompetensi pada
mata pelajaran tertentu berarti KKM-nya akan lebih kecil daripada semakin
mudah siswa dalam mencapat kompetensi suatu mata pelajaran.
2) Daya Dukung
Daya dukung yang dimaksud adalah kondisi dan karakteristik yang ada di
sekolah, misalnya kelengkapan alat praktikum, kelengkapan peralatan belajar,
fasilitas yang disedialan di sekolah, dan lainnya. Semakin lengkap daya dukung
yang ada di sekolah maka besarnya KKM yang ditetapkan dapat lebih tinggi.
1
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2017), hal. 7-8.
8
Besar kecilnya nilai KKM juga dipengaruhi oleh karakter peserta didik. Hal
yang dimaksud adalah dengan melihat input siswa Di antaranya bagaimana
motivasi belajar mereka, bagaimana dukungan orang tua terhadap kemajuan
belajar, dan lainnya. Input dipilih melalui seleksi pendaftaran sebagai calon siswa
yang mendaftar.
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam upaya
meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat
diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade)
dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal
yang mungkin dicapai oleh peserta didik.
Contoh :
Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa
Inggris. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes
obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah
Nomor Butir Bobot
Butir Soal Bentuk Tes/Model Soal Soal Jawaban Betul Skor
9
Tes Obyektif bentuk MCI
41-50 model melengkapi berganda 10 1½ 15
76 Tes Uraian 1 10 10
1. 60 60/120 X 100 = 50
2. 40 40/120 X 100 = 33
3. 80 80/120 X 100 = 67
4. 30 30/120 X 100 = 25
5. 75 75/120 X = 62
6. 52 52/120 X 100 = 43
10
7. 59 59/120 X 100 = 49
8. 71 71/120 X 100 = 59
9. 41 41/120 X 100 = 34
Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada
seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (%),
11
Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (2,5 %), Nilai D ada 5 orang siswa (%) dan
siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Fiqh ini ada 7 orang siswa (%).
12
yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang
serius,
5) Penilaian acuan normatif memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.
Pada umumnya, PAN dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan
ini dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai
sampel dari bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan
bagian mana yang lebih urgen. Untuk itu, guru harus dapat membatasi jumlah soal
yang diperlukan, karena tidak semua materi yang disampaikan kepada peserta
didik dapat dimunculkan soal-soalnya secara lengkap. Soal-soal harus dibuat
dengan tingkat kesukaran yang bervariasi, mulai dari yang mudah sampai dengan
yang sulit sehingga memberikan kemungkinan jawaban peserta didik bervariasi,
soal dapat menyebar dan dapat membandingkan peserta didik yang satu dengan
lainnya.
Contoh:
2
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2017), hal. 9-
10.
13
Diketahui 52 orang peserta didik mengikuti ujian akhir semester mata
pelajaran Bahasa Inggris dan memperoleh skor mentah sebagai berikut:
32, 20, 35, 24, 17, 30, 36, 27, 37, 50, 36, 35, 50, 43, 31, 25, 44, 36, 30, 40, 27, 36,
37, 32, 21, 22, 42, 39, 47, 28, 50, 27, 43, 17, 42, 34, 38, 37, 31, 32, 22, 31, 38, 46,
50, 38, 50, 21, 29, 33, 34, 29.
Pertanyaan:
Penyelesaian:
17 25 30 34 37 42 50
17 27 31 34 37 42 50
20 27 31 35 37 43 50
21 27 31 35 38 43 50
21 28 32 36 38 44
22 29 32 36 38 46
22 29 32 36 39 47
24 30 33 36 40 50
= 50−17 = 33
14
Mencari banyak interval kelas (k)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 52
= 1 + 3,3 (1,716)
= 1 + 5,663
= 6, 663 (dibulatkan 7)
i = 4, 953 (dibulatkan 5)
Perbedaan antara PAP dan PAN lebih jelasnya menurut Ali, S. dan
Khaeruddin (2012) dapat dilihat pada table berikut:3
No PAN PAP
.
1 Penilaian yang membandingkan Penilaian yang membandingkan
3
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2017), hal. 11.
15
hasil belajar peserta didik yang hasil peserta didik dengan kriteria
lain dalam kelompok tersebut. tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2 Keberhasilan peserta didik di Keberhasilan peserta didik tidak di
tentukan oleh posisinya pada pengaruhi oleh posisinya pada
kelompok siswa tersebut. kelompok siswa tersebut, namun
ditentukan berdasarkan
patokan/kriteria yang telah
ditentukan.
3 Batas lulus berubah-ubah atau Batas lulus tetap.
tidak tetap.
4 Penilaian menggunakan kurva Penilaian tidak menggunakan kurva
normal. normal.
5 Keberhasilan peserta didik tidak Keberhasilan dikaitkan dengan
dikaitkan dengan penguasaan penguasaan kompetensi.
kompetensi.
4. Gabungan PAP dan PAN
Secara teoretik, pendekatan penilaian terdiri atas dua pendekatan
seperti telah dijelaskan di atas, tetapi dalam praktik, kita dapat
menggunakan pendekatan gabungan antara PAP dan PAN. Pendekatan
gabungan digunakan dengan asumsi bahwa pendekatan PAP dan PAN
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pedoman konversi
yang digunakan samu dengan pedoman konversi dalam PAP dan PAN.
Perbedaannya hanya terletak dalam perhitungan rata-rata dan simpangan
baku. Rata-rata gabungan= (X ideal + X aktual) /2 Simpangan baku (SB)
gabungan = (SB ideal + SB aktual) / 2. Dengan demikian, untuk
memperoleh rata-ratu gabungan, terlebih dahulu harus dicari rata-rata ideal
dan aktual. Begitu juga untuk mencari simpangan baku gabungan.4
Contoh:
Diketahui:
4
Yessy Nur Endah Sari, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018), hal.
118-119.
16
X ideal = 60 SB ideal = 20 X aktual = 34,38 SB aktual 8,79 118 Jadi, X
gabungan = x (X ideal + X aktual) =%x (60 + 34.38) =47.19 SB gabungan =4x
(SB ideal + SB aktual) =%x (20 + 8,79) = 14,395 Untuk penyusunan pedoman
konversi dapat digunakan seperti dalam pendekatan PAP dan PAN.
5. Konversi Nilai
Sedangkan skor baku baik skor z maupun skor T, jarang digunakan. Standar-
standar tersebut (z dan T) hanya digunakan untuk keperluan khusus, misalnya
untuk menganalisis kecakapan seseorang dibandingkan dengan orang lain dan
membandingkan dua skor yang berbeda standarnya. Konversi nilai dapat
dilakukan dari standar seratus ke standar sepuluh dan ke standar empat, atau bisa
juga dari standar sepuluh ke standar seratus atau ke standar empat. Dalam
konversi nilai digunakan dua cara, yakni cara yang menggunakan rata-rata dan
simpangan baku dan cara tanpa menggunakan rata-rata dan simpangan baku.5
Cara ini sangat sederhana, yaitu dengan menentukan kriteria sebagai dasar
untuk melakukan konversi nilai. Misalnya dengan menggunakan kriteria dalam
bentuk persentase.
5
Zulkifli Matondang, Evaluasi Pembelajaran, (Medan : Percetakan Unimed, 2009), hal. 76-84.
17
90-99 A 9 4
80-89 B 8 3
70-79 C 7 2
60-60 D 6 1
Kurang dari 60 Gagal Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 100 %
Contoh penggunaan:
Misalkan kepada siswa berikan tes fisika dalam bentuk tes objektif pilihan
ganda sebanyak 60 soal. Jawaban yang benar diberi skor satu sehingga skor
maksimum yang dicapai siswa adalah 60. Berdasarkan kriteria di atas, konversi
nilai dalam standar huruf, standar sepuluh dan standar empat adalah sebagai
berikut:
Konversi nilai ini perlu dihitung terlebih dahulu, harga nilai ratarata dan
simpangan baku yang diperoleh siswa, kemudian terhadap nilai-nilai atau skor
mentah tersebut dilakukan konversi. Konversi biasanya dilakukan terhadap
standar 10 atau standar huruf dan atau standar empat.
18
M + 2,25 S = 10
M + 1,75 S = 9
M + 1,25 S = 8 M = nilai rata-rata
M + 0,75 S = 7 S = simpangan baku (deviasi
standar)
M + 0,25 S = 6
M+S=5
M – 0,25 S = 4
M – 0,75 S = 3
M – 1,25 S = 2
M – 2,25 S = 1
Contoh:
Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk tes objektif sebanyak 90 soal.
Setiap soal yang dijawab benar diberi skor satu sehingga skor maksimum yang
dapat dicapai siswa adalah 90. setelah diperiksa, ternyata skor yang paling tinggi
mencapai 50 dan skor terendah 30. nilai rata-rata (setelah dihitung) adalah 40 dan
simpangan bakunya 4,0. dengan menggunakan rumus atau kriteria di atas,
diperoleh nilai dalan standar sepuluh sebagai berikut
Nilai rata-rata dan simpangan baku di atas dihitung dari skor yang di
peroleh siswa sebagaimana adanya. Dengan kata lain ialah skor aktual sehingga
19
nilai rata-rata dan simpangan baku yang diperolehnya adalah nilai rata-rata dan
simpangan bakunya aktual.
Kriteria konversi nilai di atas berlaku juga untuk batas lulus ideal yang
menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku ideal. Jika menggunakan batas
lulus ideal, dari contoh di atas dapat dicari nilai rata-rata dan simpangan baku
idealnya.
45 + (2,25)(15) = 78,75 10
45 + (1,75)(15) = 68,75 9
45 + (1,25)(15) = 63,75 8
45 + (0,75)(15) = 53,75 7
45 + (0,25)(15) = 48,75 6
45 - (0,25)(15) = 41,25 5
45 - (0,75)(15) = 36,25 4
45 - (1,25)(15) = 26,25 3
45 – (1,75)(15) = 21,25 2
45 – (2,25)(15) = 11,25 1
Konversi lainnya adalah konversi skor mentah ke dalam standar huruf (A-
B-C-D) dan standar empat (4-3-2-1). Dalam standar ini huruf A setara dengan 4,
20
artinya istimewa; huruf B setara dengan 3 artinya memuaskan; huruf C setara
dengan 2, artinya cukup ; huruf D setara dengan 1, artinya kurang.
Tanpa menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku, skor diatas dapat
ditranformasikan ke dalam standar 10 dan standar hurup sebagai berikut:
21
69 = 9 56 = 6 51 = 5 46 = 4 40 = 3
68 = 9 55 = 6 50 = 5 45 = 4 39 =3
62 = 7 53 = 6 49 = 5 43 = 4 37 =2
60 = 7 52 = 5 48 = 5 41 = 3 30 =1
Dengan nilai rata-rata 50 dan simpangan baku = 9, maka nilai yang diperoleh
sebagai berikut:
22
Kunandar (2013:83). Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan pada awal tahun
pembelajaran dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik).
Kompleksitas materi mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya
kompetensi dasar. Kompetensi daya pendukung berorientasi pada sarana dan
prasarana dan sumber belajar yang dimiliki oleh satuan pendidikan.6
a. Bisa menjadi acuan bagi guru dalam menilai kompetensi siswa sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar
dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan.
Pendidik harus memberikan respons yang tepat terhadap pencapaian
kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan
pengayaan. Selain itu dapat digunakan sebagai bagian dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah
b. Bisa juga menjadi acuan untuk peserta didik dalam menyiapkan diri
mengikut penIlaIan mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar dan indikator
diterapkan KKM yang harus dicapa dan dikuasai oleh peserta didik Peserts
didik diharapkin dapat memperstapkan diri dalam mengikuti penlaran agar
6
Dian Mayasari, Program Perencanaan Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA, 2020), hal. 19-22.
23
mencapat nilar melebibu kKM. Apabila bal terschut tidak bisa dicapat
peserta didik harus mengetahui kompetensi dasar apayang belum tuntas
dan perlu perhaikan
c. Dengan KKM dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam
melakukan evalunsi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari
keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolak ukur.
d. Menentukan KKM merupakan kontrak pedagogis antara guru dengan
peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.
Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan
bersama antara guru, siswa, pimpinan dengan satuan pendidikan dan orang
tua. Guru melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan
proses pembelajaran dan penilaian. Siswa melakukan upaya pencapaian
KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan
tugas-tugas yang telah didesain oleh guru. Orang tua dapat membantu
dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi anak-anaknya
dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan
berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung
keterlaksanaannya proses pembelajaran dan penilatan di sekolah.
e. KKM merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi
dalam setiap mata pelajaran. Satuan pendidikan yang memiliki KKM
tinggi dan dilaksanakan secara bertanggungjawab dapat menjadi tolak
ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat. Keherhasilan pencapaian
KKM merupakan salah satu tolak ukur kinerja satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan.
24
1. Hitunglah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap
kelas.
2. Tentukan kekuatan / nilai untuk setiap aspek / komponen sesuai dengan
kemampuan masing-masing aspek.
a. Aspek kompleksitas. Semakin komplek (sukar) KD maka nilainya
semakin rendah, dan semakin mudah KD maka nilainya semakin
tinggi.
b. Aspek sumber daya pendukung (sarana). Semakin tinggi sumber daya
pendukung maka nilainya semakin tinggi.
c. Aspek intake. Semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka
nilainya semakin tinggi pula.
3. Jumlah nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi tiga untuk menentukan
KKM setiap KD.
4. Jumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan jumlah KD untuk
menentukan KKM mata pelajaran
5. KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama, tergantung pada
kompleksitas KD, daya dukung, dan potensi siswa.
25
dianalisis
Contoh:
26
3
a. 80+80+70
3 =76,6
b. 70+80+70
3 =73,3
c. 65+80+65
3 =70
∑KKM KD
∑KD/Indikator
77+73+70+70 290
= = 72,5
4 4
Nilai KKM Mapel merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,5
dibulatkan menjadi 73.
Contoh:
27
terkait saran dan
tawaran, sesuai
dengan konteks
penggunaannya.
(Perhatikan unsur
kebahasaan should,
can)
4.1 Menyusun teks 77 78 70 75
interaksi
transaksional, lisan
dan tulis, pendek dan
sederhana, yang
melibatkan tindakan
memberi dan
meminta informasi
terkait saran dan
tawaran, dengan
memperhati kan
fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur
kehahasaan yang
benar dan sesuai
konteks
3.2 Membedakan fungsi 75 80 70 75
sosial, struktur teks,
dan unsur
kebahasaan beberapa
teks khusus dalam
bentuk surat pri badi
dengan memberi dan
menerima informasi
28
terkait kegiatan diri
sendiri dan orang
sekitamya, sesuai
dengan konteks
penggunaannya
4.2 Menyusun teks 73 82 70 75
interaksi
transaksional, lisan
dan tulis, pendek dan
sederhana, yang
melibatkan tindakan
memberi dan
meminta informasi
terkait pendapat dan
pikiran, dengan
memperhatikan
fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur
kebahasaan yang
benar dan sesuai
kontek
3.3 Membedakan fungsi 75 80 70 75
sosial, struktur teks,
dan unsur
kebahasaan beberapa
teks khusus dalam
bentuk undangan
resmi dengan
memberi dan
meminta informasi
terkait kegiatan
29
sekolah/tempat kerja
sesuai dengan
konteks
penggunaannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian
yang mengacu kepada suatu Kriteria Pencapaian Tujuan (KPT) yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pada proses pengukuran ini siswa
dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok atau nilal-nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan nilal-nilai siswa lain dalam kelompok
tersebut. Dengan kata lain, PAN merupakan sistem penilaian yang
didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses
pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok
tersebut.
3. Pendekatan gabungan digunakan dengan asumsi bahwa pendekatan
PAP dan PAN masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pedoman konversi yang digunakan samu dengan pedoman konversi
dalam PAP dan PAN. Perbedaannya hanya terletak dalam perhitungan
rata-rata dan simpangan baku.
4. Dalam konversi nilai digunakan dua cara, yakni cara yang
menggunakan rata-rata dan simpangan baku dan cara tanpa
menggunakan rata-rata dan simpangan baku.
30
5. Ketuntasan minimal adalah suatu cara menentukan penilaian pada
kurikulum untuk menentukan lulus tidaknya seorang peserta didik.
Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
B. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33
34
35
36
37
38
39