Anda di halaman 1dari 5

DISKUSI 5

NAMA : Doni Arya Kusumadewa

NIM : 858509059

Ada dua jenis acuan yang bisa kita pakai dalam mengelompokan siswa yaitu:
1. Penilaian acuan norma (PAN)
PAN  ialah  penilaian  yang  membandingkan  hasil  belajar  mahasiswa terhadap
hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai  pendekatan 
“apa  adanya”  dalam  arti,  bahwa  patokan  pembanding semat–mata  diambil  dari 
kenyataan–kenyataan . Ada beberapa ciri-ciri dalam penilaian yang berbasis PAN antara
lain:
 Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik
terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif
digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam
komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
 Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya,
selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu
tersebut.
 Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya
menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya
(kelompoknya).
 Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan
tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat
istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
 Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan
kelompok.
Pada dasarnya penilaian yang menggunakan acuan norna menggunakan kurva
normal sebagai alat untuk membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh
masing-masing siswa. Dengan demikian maka patokan dapat berubah-ubah dari kurva
normal yang satu dengan kurva normal yang lainnya. Jadi jika hasil ujian siswa
mendapatkan nilai yang baik maka patokanya pun juga ikut naik sebalikanya jika hasil
ujiannya kurang baik maka patokan yang dipakai juga akan ikut turun. Dalam penerapan
PAN penenpatan skor siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti.
Namun demikian dalam penerapan PAN seringkali dianggap tidak adil dan membuat
persaingan yang tidak sehat atar siawa.
Contoh acuan norma dalam menetukan nilai siswa.
Dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50,
45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal
(PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi,
misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai
secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara
transpormasi sebagai berikut:
Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta
tes, yang diperoleh dengan cara:
50 x 10 = 10
10
45 x 10 = 9,5
50
45 x 10 = 8
50
35 x 10 = 7
50
35 x 10 = 6
50
2. Penilaian accuan patokan (PAP) atu penilaian acuan criteria (PAK)
Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation
merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini
siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan
pembelajaran, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur
acuan patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan
dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan pembelajaran. Dengan PAP setiap
individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual
untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang,
demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan.
Melalui penilaian yang berbasis patokan ini kita dapat mengembangkan alat ukur berhasil
atau tidak suatu proses pembelajaran dengan cara mengadakan tes diawal
pembelajaran(pretest) dan tes pada akhir proses pembelajaran(postest). Dari hasil
perbandingan dari kedua tes tadi kita bisa mengetahui seberapa besar materi yang bisa di
terima siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengguanakan penilaian berbasis
criteria seorang guru bisa menghindari hal-hal tidak diiginkan. Dalam PAP berasumsi
bahwa hamper semua orang bisa belajar apa saja namun waktunnya berbeda-beda.
Konsekuwensinya acuan ini adalah remidi. Atau kata PAP menggunakan prinsip
pembelajaran tuntas (mastering learning). Dalam pendekatan dengan acuan kriteria,
penentuan tingkatan didasarkan pada skor-skor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
bentuk presentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan
skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor)
yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan
standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka
terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat
nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka
kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil.
Sebagai contoh, seperti soal diatas jika kita menggunakan PAP atau PAK
akan seperti ini:
langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kriteria, misalnya sebagai berikut:
Rentang Skor Nilai
90 s.d 100 10
80 s.d 89 9
70 s.d 79 8
60 s.d 69 7
50 s.d 59 6
40 s.d 49 5
30 s.d 39 4
20 s.d 29 3
10 s.d 19 2
0 s.d 9 1

Setelah kriteria ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengkonversi skor mentah


ke nilai. Untuk skor :
 50 dikonversi menjadi nilai 6
 45 dikonversi menjadi nilai 5
 40 dikonversi menjadi nilai 5
 35 dikonversi menjadi nilai 4
 30 dikonversi menjadi nilai 4
Jika kita bandingkan masalah diatas, maka masing-masing nilai akan memiliki
arti berbeda:

Skor Mentah, Nilai Berdasarkan Pendekatan Normal dan Kriteria.

Nilai Berdasarkan Pendekatan


Skor Mentah Keterangan
Normal Kriteria
50 10 6
45 9 5
40 8 5
35 7 4
30 6 4

Anda mungkin juga menyukai