Anda di halaman 1dari 3

1.

Acuan Penilaian Norma (PAN)

Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut
distribusi norma. Perbedaan ini harus ditunjukan oleh hasil pengukuran, misalnya setelah mengikuti
kuliah selama satu semester peserta didik dites. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan kelompoknya,
sehingga dapat diketahui posisi seseorang. Acuan ini biasanya digunakan pada tes untuk seleksi, karena
sesuai dengan tujuannya tes seleksi adalah untuk membedakan kemampuan seseorang dan untuk
mengetahui hasil belajar seseorang.

Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang
isi dan tugas belajar yang besar. Pada pendekatan acuan norma, standar kinerja yang digunakan bersifat
relatif, artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam
kelompoknya. Artinya seorang yang memperoleh nilai di atas rata-rata kelompoknya maka siswa
tersebut memperoleh skor yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Salah satu keuntungan dari standar relatif
ini adalah penempatan skor (kinerja) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti.
Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah:

Dianggap tidak adil

Membuat persaingan yang tidak sehat diantara siswa

Contoh “A” acuan norma dalam menentukan nilai siswa:

Dalam satu kelas, peserta ujian terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35,
dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat
skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di
bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar.
Kemudian, yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.

2. Acuan Penilain Kriteria (PAK)

Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya yang
berbeda. Konsekwensi acuan ini adalah adanya program remedi. Penafsiran skor hasil tes selalu
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes ini dinilai lulus atau tidak.
Lulus berarti bisa melakukan, tidak lulus berarti tidak bisa melakukan. Acuan ini banyak digunakan untuk
bidang sains dan teknologi serta mata kuliah praktik. Tujuan penggunaan acuan kriteria untuk
menyeleksi (secara pasti) status individual mengenai domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan
dengan baik. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kinerja peserta tes
tanpa memperhatikan bagaimana kinerja tersebut dibandingkan dengan kinerja yang lain.

Dalam pendekatan dengan acuan kriteria, penentuan tingkatan didasarkan pada skor-skor yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam bentuk presentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa
harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja
(skor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar
absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes
yang diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes
tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan
sangat kecil.

Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan acuan kriteria,
maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya
kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:

Rentang Skor Nilai

80-100 A

70-79 B

60-69 C

45-59 D

<> E

Contoh “B” di bawah ini, mempunyai data yang sama dengan contoh “A”, jika digunakan penilaian acuan
kriteria, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kriteria, misalnya sebagai berikut:

Rentang Skor Nilai

90-100 10

80-89 9

70-79 8

60-69 7

50-59 6

40-49 5

30-39 4

20-29 3

10-19 2

0-9 1
Setelah kriteria ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengkonversi skor mentah ke nilai. Untuk skor :

50 dikonversi menjadi nilai 6

45 dikonversi menjadi nilai 5

40 dikonversi menjadi nilai 5

35 dikonversi menjadi nilai 4

30 dikonversi menjadi nilai 4

Anda mungkin juga menyukai