Anda di halaman 1dari 18

BAB V KONVERSI NILAI

"Change will not come if we wait for some other person, or if we wait for some other time. We are the ones we've been waiting for. We are the change that we seek. " (Barack Obama)

Pendahuluan Pernahkah anda mendengar kata konversi? Apa yang pertama kali terbersit dalam pikiran anda saat mendengarnya? Lalu kira-kira apa jadinya jika kata konversi digunakan dalam dunia pendidikan (khususnya pembelajaran)? Dari pertanyaan ini, ternyata timbullah jawaban yang hampir senada dalam pikiran kita bahwa konversi adalah sebuah kata yang biasa kita sebut jika ingin berbicara tentang pengubahan suatu hal/nilai. Tidak sedikit dari kita yang masih merasa bingung bila telah melihat banyak angka hasil dari penskoran yang telah dia lakukan. Harus dibuat atau diolah seperti apakah, agar skor-skor yang telah didapat tersebut tidak berhenti hanya sampai kumpulan angka saja, tetapi juga dapat berbunyi, bermanfaat, dan bermakna. Nah, setelah mempelajari bab ini diharapkan kebingungan itu sudah tidak lagi, karena pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana mengubah dan memberikan pemaknaan pada angka-angka mentah yang telah didapat. Bila semua proses mempelajari bab ini telah selesai, maka diharapkan anda dapat dengan baik: 1. Memahami perbedaan parameter penilaian pendekatan PAP dan PAN 2. Memahami macam-macam teknik konversi nilai 3. Mengkonversi skor mentah dengan mengacu pada pendekatan PAP dan PAN

85

86

A. Parameter Penilaian PAN dan PAP Sebelum kita membahas tentang parameter penilaian, alangkah baiknya kalau sebelumnya dibahas tentang prinsip-prinsip penilaian, yaitu: 1. Hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Berarti penilaian didasarkan atas sampel prestasi yang cukup banyak, baik macamnya maupun jenisnya. Untuk itu dituntut pelaksanaan penilaian secara berkelanjutan dan penggunaan bermacam-macam teknik pengukuran. 2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). Hal ini telah dibicarakan dalam uraian terdahulu. Penskoran berarti proses pengubahan prestadi menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian, kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan kedudukan personal siswa yang memperoleh angka-angka tersebut di dalam skala tertentu 3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norms-referenced (hasil evaluasi individu siswa dibandingkan dengan prestasi kelompoknya) dan yang criterion referenced (hasil evaluasi didasarkan kepada standar absolute/mutlak, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu). 4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari

pembelajaran. Ini berarti bahwa tujuan penilaian di samping untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan belajar serta penguasaannya. 5. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi yang menduduki skor yang sama haru memperoleh nilai yang sama pula. Atau, penilaian harus dilakukan secara adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian. 6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan pengajar sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak jelasnya system penilaian itu sendiri bagi para guru atau pengajar.

87

1. Definisi PAP dan PAN PAP adalah singkatan dari Penilaian Acuan Patokan. Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan. Kriteria yang digunakanpun bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga terkait. Selain itu, nilai dari hasil PAP dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran tertentu. Sebagai contoh, untuk dapat diterima sebagai calon penerbang setiap calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 170 cm. Berdasarkan kriteria tersebut, maka siapaun yang tidak memenuhi syarat akan dinyatakan gagal dalam tes dan tidak diterima sebagai siswa calon penerbang. PAN adalah singkatan dari Penilaian Acuan Norma. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai yang diperoleh siswa

diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu, nilai dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam peringkat kelompoknya. Sebagai contoh, pada pelajaran bahasa Indonesia, siswa yang mendapat skor 80 di kelas B akan mendapat nilai A, sedangkan di kelas C siswa yang mendapat skor 65 akan mendapat nilai A juga. Mengapa bisa demikian? karena nilai yang didapat siswa hanya dihubungkan dengan norma kelompoknya. Pada kelas C, norma kelompoknya rendah, maka skor 65 saja sudah mendapat nilai A, dan pada kelas B

88

norma kelompoknya tinggi, maka skor 80 baru bisa mendapat nilai A, sehingga skor 65 bisa bernilai C. Selain PAP dan PAP, ada lagi satu pendekatan dalam penilaian. Penilaian yang terakhir ini terkait dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi. Pendekatan penilaian tersebut dinamakan acuan standar atau kompetensi. Maksudnya kemampuan siswa dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa negara menggunakan istilah kompetensi dengan nama lain seperti standar atau outcomes, sehingga penilaian berbasis kompetensi sering pula dinamakan penilaian berbasis standar (standards-referenced assessment). Patokan yang digunakan dalam pendekatan ini adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang terdapat dalam kurikulum. Peserta didik dikatakan berhasil apabila telah menguasai seluruh standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Pengukuran dilakukan terhadap deskripsi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sebagai contoh, ujian akhir nasional di Indonesia menggunakan standar sebagai kriteria kelulusan. Standar kelulusan tahun 2004 misalnya, adalah 4.01. Peserta didik yang mencapai standar kelulusan 4.01 tersebut dinyatakan lulus. sebaliknya peserta didik yang memiliki nilai ujian akhir nasional lebih kecil dari 4.01 dinyatakan tidak lulus. Acuan berdasarkan standar ini dapat digunakan sebagai

penentuan benchmark yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memetakan kemampuan peserta didik. 2. Asumsi Dasar, Keunggulan dan Keterbatasan PAP Asumsi Dasar Pendekatan penilaian ini mendasarkan diri pada asumsi, bahwa: a. Hal-hal yang harus dipelajari peserta didik mempunyai struktur hierarkis tertentu dan masing-masing taraf tersebut harus dikuasai secara baik sebelum peserta didik melanjutkan ke tahap selanjutnya. Contoh: dalam memahami materi

89

konversi nilai, mahasiswa harus memahami terlebih dahulu materi parameter penilaian. b. Evaluator atau tester (dalam hal ini guru, dosen, dll) dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas, atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya. Contoh: untuk mengetahui apakah peserta didik telah mengetahui bagaimana menghitung nilai rata-rata hitung, maka dapat dilakukan identifikasi sebagai berikut: apakah pembuatan tabel distribusi frekuensi dari data kuantitatif yang akan dihitung rata-ratanya sudah benar? Jika tabel distribusi frekuensi sudah benar, apakah tidak terdapat kekeliruan dalam menetapkan midpoint bagi setiap interval nilainya?, dll Keunggulan Berikut ini adalah keuntungan yang akan didapat bila menggunakan pendekatan PAP dalam penilaian: a. Dapat mengukur dan menilai penguasaan materi terhadap tujuan instruksional khusus dan tujuan pembelajaran b. Langsung dapat menginterpretasikan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik dari kinerja siswa c. Dapat menilai dan mengukur kemampuan penguasaan materi yang harus diketahui siswa d. Efektif untuk pembelajaran individual Keterbatasan Berikut ini adalah kerugian yang akan didapat bila menggunakan pendekatan PAP dalam penilaian: a. Tidak dapat menunjukkan tingkat kedudukan kemampuan peserta didik terhadap kelompoknya b. Sulit untuk menyatakan semua tujuan instruksional khusus secara eksplisit

90

c. Tidak dapat digunakan untuk menilai dan mengukur kemampuan peserta didik dalam kawasan yang luas d. Pola tujuan instruksional khusus membuat pembelajaran sangat terbatas demikian pula proses belajar peserta didik

3. Asumsi Dasar, Keunggulan dan Keterbatasan PAN Asumsi Dasar Penilaian acuan norma ini mendasarkan diri pada asumsi sebagai berikut: a. Pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen akan selalu didapati kelompok baik, kelompok sedang, dan kelompok kurang. Dengan kata lain, setiap kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar, sebagian dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi atau memusat di sekitar nilai pertengahan (nilai rata-rata), dan hanya sebagian kecil saja yang nilainya sangat tinggi atau sangat rendah. b. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative (relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di atas, di tengah, ataukah di bawah. Keunggulan Berikut ini adalah keuntungan yang akan didapat bila menggunakan pendekatan PAN dalam penilaian: a. Dapat untuk mengukur dan menilai secara maksimal b. Dapat mengukur, menilai, dan menginterpretasikan kinerja peserta didik di tingkat tinggi pada kawasan/domain afektif dan psikomotorik c. Dapat membedakan kemampuan setiap peserta didik yang pintar dengan yang kurang pintar

91

d. Efektif untuk menguji yang bersifat seleksi tujuan tertentu Keterbatasan Berikut ini adalah kerugian yang akan didapat bila menggunakan pendekatan PAN dalam penilaian: a. Tidak memadai untuk mengukur dan menilai penguasaan materi dan keterampilan b. Hasil pengukuran dan penilaian tidak langsung dapat diinterpretasikan c. Tidak dapat menunjukkan kemampuan kesiapan dalam melanjutkan materi dari pembelajaran selanjutnya

B. Macam-Macam Teknik dan Cara Konversi Nilai Konversi nilai adalah proses pengubahan dari skor mentah menjadi nilai standar (huruf) dengan mengacu pada parameter atau pendekatan penilaian tertentu. Konversi yang akan dijabarkan di sini terkait 2 pendekatan penilaian yang sudah disebutkan sebelumnya. 1. Konversi mengacu pada PAP (criterion referenced evaluation) Telah kita pahami bersama bahwa penentuan nilai pada pendekatan ini,

dilakukan dengan jalan membandingkan skor mentah hasil tes seorang peserta didik dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini juga sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penilaian secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen. Dengan istilah teoritik dimaksudkan di sini bahwa secara teoritik seorang peserta didik berhak atas nilai 100. Sebagai contoh: seorang peserta tes hanya dapat diberikan nilai 40, sebab hanya 40% saja dari keseluruhan butir soal yang dapat dijawab dengan benar. Dengan demikian, maka dalam penentuan nilai yang beracuan pada kriterium, sebelum tes hasil belajar dilaksanakan, patokan itu sudah dapat disusun (tanpa menunggu selesainya pelaksanaan tes).

92

Contoh: Skor maksimum ideal (jika semua soal dijawab dengan benar) tes Bahasa Jepang adalah 140, dan Bayu mendapat skor mentah sebesar 85. Berapakah skor Bayu setelah dikonversi? Diketahui Ditanya Jawab : Skor mentah: 85, skor maksimum ideal: 140 : Skor setelah dikonversi :

Setelahnya diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan (misal): A = >80, B = 66 79, C = 56 65, D = 46 55, dan E = < 45. Dengan demikian Bayu mendapat nilai C untuk tes Bahasa Jepang yang telah diikutinya. 2. Konversi mengacu pada PAN (norm referenced evaluation) Ada 5 jenis nilai standar yang dapat digunakan untuk mengkonversi skor mentah menjadi nilai standar: a. Nilai standar berskala lima (stanfive), yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf, yaitu nilai A, B, C, D, dan E Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai huruf, menggunakan patokan sebagai berikut:

93

Tabel 5.1. Rumus stanfive

Mean + 1.5 SD = A Mean + 0.5 SD = B Mean 0.5 SD = C Mean 1.5 SD = D Mean 1.5 SD = D

Contoh: Di bawah ini adalah hasil tes mata kuliah Evaluasi Pendidikan Dasar, kemudian konversikanlah ke dalam nilai standar berskala lima.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Adit Surya Yanti Teguh Bona Benu Yuli Endah Feni Dona Skor Mentah 80 75 60 65 40 35 75 45 35 60 Hasil Konversi B B C C D D B D D C

94

Jawab:

Mean + 1.5 SD = A Mean + 0.5 SD = B Mean 0.5 SD = C Mean 1.5 SD = D Mean 1.5 SD = D

57 + (1.5) 17.19 = 84 57 + (0.5) 17.19 = 66 57 - (0.5) 17.19 = 48 57 - (1.5) 17.19 = 31 57 - (1.5) 17.19 = 31

A 84 B = 66 - 83 C = 48 65 E 30

D = 31 47

b. Nilai standar berskala sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9 Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai standar berskala Sembilan, maka patokan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

95

Tabel 5.2. Rumus Stannine

M + 1.75 SD = 9 M + 1.25 SD = 8 M + 0.75 SD = 7 M + 0.25 SD = 6 M 0.25 SD = 5 M 0.75 SD = 4 M 1.25 SD = 3 M 1.75 SD = 2 < M 1.75 SD = 1

Sebagai catatan tambahan, stannine ini nilai standar yang meniadakan nilai ) dan 10. Nilai standar tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia. Berhubungan dengan itu, jadi dirasa tidak perlu untuk menyajikan contoh penggunaan praktisnya. c. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/stanel/eleven points scales), yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari 0 sampai dengan nilai 10 Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai dengan 10. Jadi di sini akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Di Indonesia, stanel umumnya digunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah. Pengubahan skor mentah menjadi stanel itu menggunakan patokan sebagai berikut:

96

Tabel 5.3. Rumus Stanel

M + 2.25 SD = 10 M + 1.75 SD = 9 M + 1.25 SD = 8 M + 0.75 SD = 7 M + 0.25 SD = 6 M 0.25 SD = 5 M 0.75 SD = 4 M 1.25 SD = 3 M 1.75 SD = 2 M 2.25 SD = 1 Contoh: dengan menggunakan data di atas M = 57 dan SD = 17.19. Berapa hasil konversi nilai tes tersebut dengan menggunakan stanel? Jawab: 57 + 2.25 x 17.19 = 96 57 + 1.75 x 17.19 = 87 57 + 1.25 x 17.19 = 78 57 + 0.75 x 17.19 = 70 57 + 0.25 x 17.19 = 61 57 0.25 x 17.19 = 53 57 0.75 x 17.19 = 44 57 1.25 x 17.19 = 36 57 1.75 x 17.19 = 27 57 2.25 x 17.19 = 18 17 = 0 96 = 10 87 95 = 9 78 86 = 8 70 77 = 7 61 69 =6 87 95 = 5 44 52 = 4 36 43 = 3 27 35 = 2 18 26= 1

97

d. Nilai standar z (Z score) Z score umumnya digunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda. Dengan menggunakan z score, maka peserta yang memiliki kemampuan lebih tinggi adalah peserta didik yang z scorenya bertanda positif (+). Sebaliknya, yang bertanda (-) adalah peserta didik yang memiliki kemampuan lebih lemah dari lainnya.

Keterangan Rumus: Z = Z score

SD = Standar deviasi skor

Contoh: Dari data berikut, tentukan z scorenya:


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Mentah Hasil Tes Bahasa Inggris IQ Kepribadian 72 114 48 65 105 51 76 115 44 64 107 42 71 101 55 73 120 56 75 125 57 68 109 49 70 103 51 66 111 47

Nama Adit Surya Yanti Teguh Bona Benu Yuli Endah Feni Dona

Sikap 172 163 169 179 181 175 183 168 167 153

Kesehatan 221 205 224 198 207 219 225 216 224 211

98

Jawab:
Deviasi N o
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kuadrat Deviasi X 4
+1 -8 -2 +8 +10 +4 +12 -3 -4 -18

Z score X 5
16 100 81 289 64 16 100 1 81 36

Nam a
Adit Surya Yanti Teguh Bona Benu Yuli Endah Feni Dona

X 1
+2 -5 6 -6 +1 +3 +5 -2 0 -4

X 2
+3 -6 +4 +4 -10 +9 +14 -2 -8 0

X 3
-2 +1 -6 -8 +5 +6 +7 -1 +1 -3

X 5
-4 -10 +9 -17 -8 +4 +10 +1 +9 +6

X 1
4 25 36 36 1 9 25 4 0 16

X 2
9 36 16 16 100 81 196 4 64 0

X 3
4 1 36 64 25 36 49 1 1 9

X 4
1 64 4 64 100 16 144 9 16 324

z1
+0.5 1 -1.27 +1.5 2 -1.52 +0.2 5 +0.7 6 +1.2 7 -0.51 0 -1.01

z2
+0.4 1 -0.83 +0.5 5 -0.55 -1.38 +1.2 5 +1.9 4 -0.28 -1.11 0

z3
-0.42 +0.2 1 -1.26 -1.68 +1.0 5 +1.2 6 +1.4 7 -0.21 +0.2 1 -0.63

z4
+0.1 2 -0.93 -0.23 +0.9 3 +1.1 6 +0.4 6 +1.3 9 -0.35 -0.46 -2.09

z5
-0.45 -1.13 +1.0 2 -1.92 -0.90 +0.4 5 +1.1 3 +0.1 1 +1.0 2 +0.6 7

Tota lZ scor e
+0.17 -3.95 +1.60 -4.74 +0.18 +4.18 +7.20 -1.24 -0.34 -3.06

Kalau saja dalam tes seleksi itu hanya akan diterima atau diluluskan satu orang saja, maka yang dapat dinyatakan lulus adalah Yuli dengan Z score bertanda positif (+) sebesar 7.20, dan begitu seterusnya diurutkan dari yang mendapat skor tertinggi sampai terendah. e. Nilai standar T (T score) Dimaksud dengan T score adalah angka skala yang menggunakan mean sebesar 50 (M = 50) dan standar deviasi sebesar 10 (SD = 10). T score dapat diperoleh dengan jalan memperkalikan z score dengan angka 10, kemudian ditambah dengan 50. T scoce dicari dengan maksud untuk meniadakan tanda minus yang terdepan di depan nilai z score, sehingga lebih mudah dipahami oleh mereka yang masih asing atau awam terhadap ukuran-ukuran statistik. T score = 10z + 5 atau T score = 50 + 10 z

99

Contoh: Ubahlah Z score pada data sebelumnya menjadi T Score


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Adit Surya Yanti Teguh Bona Benu Yuli Endah Feni Dona Total Z score +0.17 -3.95 +1.60 -4.74 +0.18 +4.18 +7.20 -1.24 -0.34 -3.06 T Score (50 + 10 z) 51.7 10.5 66.0 2.6 51.8 91.8 112.0 37.6 46.6 19.4

Demikianlah beberapa contoh tentang bagaimana cara mengubah atau mengonversi skor-skor mentah hasil tes menjadi nilai standar relatif. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar relatif yang mendasarkan diri pada prestasi kelompok ini sangat cocok diterapkan pada tes-tes sumatif (ulangan umum dalam rangka kenaikan kelas, ujian akhir semester, ujian seleksi penerimaan calon siswa, dan sebagainya) yang pada kebiasaannya skor-skor yang diraih oleh peserta didik adalah sangat rendah sehingga kebanyakan peserta didik jatuh dalam tes tersebut. Latihan Dari data di bawah ini, hitunglah:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Mentah Hasil Tes Bahasa Inggris IQ Kepribadian 45 128 48 65 125 51 76 115 44 80 130 42 71 100 55 73 120 56 60 125 57 68 114 49 70 103 51 35 109 47

Nama Adit Surya Yanti Teguh Bona Benu Yuli Endah Feni Dona

Sikap 180 163 175 179 167 153 153 203 167 153

Kesehatan 211 205 178 198 210 222 127 200 224 211

100

1. Konversi nilai dengan menggunakan acuan PAP (yang dihitung nilai bahasa Inggrisnya saja) 2. Konversi nilai dengan menggunakan acuan PAP, dengan standar: a. stanfive(yang dihitung nilai bahasa Inggrisnya saja) b. stannine c. stanel d. z score e. T score 3. Uraikanlah kesimpulan tentang hasil yang diperoleh dari berbagai konversi yang telah anda hitung!

Rangkuman Untuk membantu pemahaman anda tentang Kegiatan Belajar 1, berikut ini kami sajikan rangkuman materinya. 1. Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilainilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam kelompok itu. Pendekatan acuan standar adalah penilaian dari kemampuan siswa dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Teknik konversi nilai ada 2, yaitu: yang mengacu pada PAP dan PAN. Konversi nilai yang mengacu pada PAN terbagi menjadi 5, yaitu: stanfive, stannine, stanel, z score, dan T score.

101

Tes Formatif 1. Konversi nilai yang menggunakan skala 5 dikenal dengan. a. stanfive b. stannine c. stanel d. z score

2. Jika seorang guru ingin mengetahui kedudukan skor peserta didik, maka lebih sesuai menggunakan penilaian dengan pendekatan. a. kriteria b. norma c. patokan d. standar

3. Pendekatan penilaian yang manakah yang sesuai untuk pembelajaran individual? a. kriteria b. norma c. kelompok d. standar

4. Jenis konversi apakah yang sesuai digunakan untuk menentukan peringkat, bila tes yang dikerjakan adalah lebih dari satu a. stanfive b. stannine c. stanel d. z score

5. Pendekatan penilaian yang manakah yang sesuai, jika kita meningkatkan kompetensi siswa. a. kriteria b. norma c. kelompok d. standar

Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada bab ini.

102

Arti tingkat penguasaan: 90 100 % 80 89 % 70 79 % < 70 % = baik sekali = baik = cukup = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan ke bab selanjutnya. Jika masih di bawah 80 %, maka anda harus mengulangi materi pada bab ini, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Kunci Jawaban Tes Formatif 1. A 2. B 3. A 4. D 5. A

Daftar Pustaka Madhakomala. (1998). Pengembangan Alat Evaluasi: Desain Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Purwanto, M. Ngalim. (2002). Prinsip-Prinisp dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2002). Statistika untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Surapranata, Sumarna. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai