Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ACUAN PENILAIAN, HASIL BELAJAR, DAN KETUNTASAN


PEMBELAJARAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran


Dosen Pengampu
Ibu Rizqona Maharani, M.Pd.
JUDUL

Disusun oleh:
1. Halimatus Sa'diyah 2110610011
2. Zuhaida Misriah 2110610023

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu, guna
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Tidak lupa, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rizqona Maharani, M.Pd. selaku
pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran yang membimbing penulis dalam
perkuliahan selama satu semester ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dalam segi penyusunan, bahasa maupun penulisan karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Dengan
adanya makalah ini, penulis berharap dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca.

Kudus, 21 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Definisi Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan……………..3

B. Persamaan dan Perbedaan antara PAN dan PAP…………………………….5

C. Konsep Hasil Belajar…………………………………………………………7

D. Konsep Ketuntasan Pembelajaran……………………………………………9

BAB III PENUTUP………………………………………………………………14

A. Kesimpulan………………………………………………………………….14

B. Saran…………………………………………………………………….…..14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk
mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut.
Evaluasi merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses
pendidikan, juga dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kurikulum
kurikulum terbaru. Dalam evaluasi ada istilah yang disebut penilaian. Secara
umum proses penilaian merupakan proses untuk mengolah data atau angka angka
dari skor menjadi beberapa kriteria tertentu yang meliputi baik-buruk, tinggi-
rendah, sempurna- tidak sempurna, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut
memiliki makna evaluatif.

Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam


nilai Nilai dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya
merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka
mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah
penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisitdalam pekerjaan
pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian
penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Cara pendidik melakukan
penilaian itu sangat bermacam-macam, ada yang berupa tes dan nontes.

Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu penilaian
acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan norma (PAN). Kedua jenis acuan
penilaian tersebut akan dibahas lebih lanjut di makalah ini.

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Definisi dari Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan
Patokan ?
2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Antara Penilaian Acuan Norma
dan Penilaian Acuan Patokan ?
3. Bagaimana Konsep dari Hasil Belajar ?
4. Bagaimana Konsep dari Ketuntasan Pembelajaran ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana definisi dari Penilaian Acuan Norma dan
Penilaian Acuan Patokan
2. Untuk mengetahui bagaimana Persamaan dan Perbedaan Antara
Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep dari Hasil Belajar
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep dari Ketuntasan Pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan


1) Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma atau bisa disingkat PAN ialah penilaian
dengan cara membandingkan hasil belajar siswa dengan siswa yang lain
dalam satu kelompok. Maksud dari siswa ini adalah seorang yang sedang
mengikuti tes. Adapun yang dimaksud kelompok ialah sekumpulan siswa
atau yang mengikuti tes dalam satu kelas atau satu pertemuan. Penilaian
ini dapat mengetahui posisi siswa dalam kelompok tersebut. Artinya,
penentuan skor mengacu pada perolehan skor dikelompok itu sebagai
patokan.1

Gronlund dan Linn mengatakan “The norm referenced


interpretation indicated the pupil’s relative standing in a norm group by
nothing that percent of the pupils in the group who optained the same
score or one lower.” Dalam interpretasi PAN menunjukkan kedudukan
relatif siswa dalam kelompok. Skor penilaian norma bisa disebut juga
dengan skor percentil. Kedudukan seorang siswa bersifat relatif karena
berpatokan pada rata-rata skor kelompok. Jika diberikan soal yang
bobotnya sama bisa jadi nilai yang didapat siswa dalam kelompok tersebut
berbeda-beda.

Pengolahan nilai ini biasanya digunakan untuk tes seleksi. Karena


tujuannya agar dapat mengetahui kemampuan seorang siswa dalam
kelompok tertentu. Penentuan nilai ini juga cocok digunakan pada tes-tes
seperti ulangan umum, ulangan tengah semester, EBTANAS, dan lainnya
yang setara dengan itu. Dalam proses pengolahan skor mentah hasil
evaluasi belajar menjadi nilai didasarkan pada nilai rata-rata yang dicapai

1
Ngalim Purwanto, Prinsip Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Remaja karya,
1988), hal,141

3
oleh kelompok tersebut, simpangan baku dan standar deviasinya. Setelah
diperoleh nilai rata-ratanya, skor yang dicapai oleh tiap-tiap siswa
dikonversi atau diubah dalam bentuk nilai standar. Ada bermacam-macam
nilai standar yang dapat digunakan untuk melakukan konversi tersebut ,
namun yang biasa digunakan ditingkat pendidikan dasar adalah nilai
standar sebelas (standard eleven).

2) Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Penilaian acuan patokan (criterion referenced evaluation)
menunjukkan sampai batas mana kemampuan siswa mencapai kriteria
kemampuan/ keberhasilan yang telah ditentukan, dan skor yang demikian
tidak tergantung dari kemampuan siswa-siswa lain. PAP berasumsi bahwa
hampir semua siswa bisa belajar apa saja namun waktunya berbeda.
Konsekuensi acuan ini adalah adanya program remidial dan pengayaan.
Siswa yang belum memiliki kemampuan minimal seperti yang disyaratkan
harus belajar lagi atau mengulang lagi kegiatan belajarnya sampai
kemampuannya mencapai standar minimal yang ditetapkan. Sedang bagi
siswa yang telah mencapai standar minimal, dapat menempuh pelajaran
selanjutnya atau diberi pelajaran tambahan yaitu yang disebut dengan
pengayaan.
PAP menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan harus
berdasarkan patokan atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Patokan atau kriteria yang ditentukan sebagai batas lulus atau tingkat
penguasaan minimal yang akan digunakan dalam membandingkan hasil
pengukuran. Patokan yang digunakan pada PAP bersifat tetap atau mutlak,
artinya patokan tersebut dibuat berdasarkan berbagai pertimbangan
sehingga tidak dapat lagi diubah - ubah. Pemakaian PAP sangat mudah,
sebab tidak memerlukan perhitungan statistik, namun yang menjadi
hambatan adalah sukarnya menetapkan patokan terutama patokan yang
benar-benar tuntas.

4
B. Persamaan dan Perbedaan Antara Penilaian Acuan Norma dan Penilaian
Acuan Patokan
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan memiliki
beberapa perbedaan antara lain:

a) Penilaian Acuan Norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku


tertentu, dan setiap perilaku memiliki seperangkat item tes. Sedangkan
Penilaian Acuan Patokan biasanya mengukur serangkaian perilaku
tertentu yang terbatas, dengan beberapa item tes untuk setiap perilaku.
b) Penilaian Acuan Norma menekankan perbedaan antara peserta tes
dalam tingkat pembelajaran relatif.
Penilaian Acuan Patokan menekankan deskripsi tentang perilaku apa
yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
c) Penilaian Acuan Norma berlaku untuk lebih banyak item tes yang
memiliki tingkat kesulitan sedang dan umumnya menolak tes yang
terlalu mudah atau terlalu sulit.
Penilaian Acuan Patokan menekankan item tes yang relevan dengan
perilaku yang diukur tanpa peduli dengan tingkat kesulitannya.
d) Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian
acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan .2

Selain memiliki perbedaan-perbedaan PAN dan PAP juga memiliki


beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Penilaian Acuan Norma dan Acuan Patokan mengandaikan adanya


tujuan evaluasi spesifik untuk menentukan fokus item yang
dibutuhkan.
b) Kedua pengukuran membutuhkan penggunaan sampel yang relevan
guna evaluasi. Sampel yang diukur mempresentasikan populasi siswa
yang merupakan target akhir dari pengambilan keputusan.
2
Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di sekolah, (yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), hal. 252

5
c) Untuk memperoleh informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran tersebut mensyaratkan butir-butir dalam suatu tes disusun
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen tersebut.
d) Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang
akan diukur.
e) Keduanya menggunakan macam tes dan instrumen yang sama.
f) Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
g) Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud
yang berbeda.

Selain itu, perbedaan PAN dan PAP didasarkan atas tiga (3) kriteria :

1) Ditinjau dari pengembangan tes


PAP:
 Hanya terdiri dari soal-soal tes yang didasarkan pada tujuan khusus
pembelajaran.
 Setiap upaya memiliki prasyarat bagi siswa untuk menunjukkan
kinerja mereka seperti yang tercantum dalam TIK 
 Dasar pertimbangan untuk diterimanya kinerja tertentu harus
berdasarkan pada kriteria tertentu.
 Mementingkan butir tes sesuai dengan perilaku (tujuan
pembelajaran)
PAN:
 Soal tes bukan hanya didasarkan pada pelajaran yang diterima
siswa
 Tidak perlu terlebih dahulu menentukan secara pasti kinerja yang
diharapkan sebelum tes disusun
 Dasar pertimbangan diterimanya kinerja berdasarkan hasil
perolehan nilai yang didapat oleh siswa
 Pembuatan tes dengan kategori sedang

6
2) Ditinjau dari standar performance
PAP:
 Ditentukan dalam bentuk tingkah laku
 Pengukur performance dalam menempuh tes didasarkan pada
standar performance yang telah ditetapkan
 Distribusi nilai tidak menyerupai kurva normal
 Didasarkan pada batas kelulusan atau KKM
PAN:
 Berdasarkan pada jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh
siswa dihubungkan dengan siswa lain yang menempuh tes tersebut.
 Prestasi siswa adalah 80% dari siswa lain.
 Penilaian didasarkan pada hasil prestasi siswa sehingga bernilai
apa adanya.
 Perolehan nilai didasarkan pada kelompok/kelas.
3) Ditinjau dari maksud tes
PAP:
 Dimaksudkan untuk mengklasifikasikan dan mendiagnosa belajar
seorang siswa
PAN:
 Untuk mengadakan seleksi atau bisa dikatakan menentukan
ranking seorang siswa

C. Konsep Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui
kegiatan belajar. Dalam pengertian lain, hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
ketermapilan. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif
menetap Penjabaran di atas memberikan suatu pengertian bahwa hasil belajar

7
adalah adanya perubahan yang terjadi dalam diri individu yang belajar, baik
perubahan pengetahuan dan tingkah laku, yang ditunjukkan melalui nilai tes.3

Hasil belajar menurut Benyamin Bloom secara garis besar dibagi


menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.

1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat
enam jenjang proses berpikir antara lain yaitu: (1) Pengetahuan hafalan
ingatan (Knowledge), (2) Pemahaman (Comprehension), (3) Penerapan
(Application). (4) Analisis (Analysis), (5) Sintesis (Synthesis), (6)
Penilaian (Evaluation), Perubahan yang terjadi pada ranah kognitif ini
tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami oleh siswa.
Dengan pengertian bahwa perubahan yang terjadi pada ranah kognitif
diharapkan siswa mampu melakukan pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi sesuai dengan bidang studi yang dihadapinya.

2) Ranah Efektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa setiap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi. Adapun jenis kategori dalam ranah ini adalah sebagai hasil belajar
mulai dari tingkat dasar sampai dengan kompleks yaitu: (1) Menerima
rangsangan (Receiving). (2) Merespon rangsangan (Responding), (3)
Menilai sesuatu (Valuing), (4) Mengorganisasikan nilai (Organization), (5)
Menginternalisasikan mewujudkan nilai-nilai (Characterization by Value
or Value Complex).

3
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 19.

8
Pada ranah ini siswa mampu lebih peka terhadap nilai dan etika
yang berlaku, dalam bidang ilmunya perubahan yang terjadi cukup
mendasar, maka siswa tidak hanya menerimanya dan memperhatikan saja
melainkan mampu melakukan suatu sistem nilai yang berlaku dalam
ilmunya.

3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar


khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah proses
yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif menatap dalam tingkah
laku seseorang yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. 4 Baik yang
meliputi kognitif, afektif, psikomotorik, maupun aspek-aspek yang lain
sehingga perubahan sifat yang terjadi pada masing-masing aspek tersebut
tergantung pada kedalaman belajar.

D. Konsep Ketuntasan Pembelajaran


Pendekatan ketuntasan belajar digunakan sebagai salah satu reformasi
pendidikan di Indonesia setelah penerapan kurikulum pada tahun 1975 dan
sekitar waktu perintisan dengan menggunakan sistem modul Ketuntasan
dalam belajar pada hakekatnya adalah suatu pendekatan dengan cara belajar
yang menitikberatkan pada penguasaan siswa terhadap mata pelajaran yang
dipelajari. Pembelajaran tuntas ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang lebih jauh sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
masing-masing serta dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran Konsep
ketuntasn belajar didasarkan pada pandangan bahwa semua atau hampir semua
siswa dapat mempelajari informasi atau keterampilan dengan baik asalkan
diberi waktu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap siswa memiliki kapasitas
4
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelar (Jakarta: Gaming Persada, 2011), h. 128.

9
dan kemampuan untuk menguasai sesuatu yang dipelajarinya Tingkat
penguasaan tergantung pada kualitas pembelajaran yang dialami.

Pembelajaran tuntas merupakan salah satu pendekatan pembelajaran


yang memastikan bahwa semua siswa dapat menguasai hasil belajar yang
diharapkan oleh satu unit pembelajaran sebelum melanjutkan pelajaran
berikutnya. Pendekatan ini membutuhkan waktu yang cukup dan proses
pembelajaran yang berkualitas Menurut Bloom (1968), deep learning adalah
metode pembelajaran yang menitikberatkan pada penguasaan siswa terhadap
apa yang telah dipelajari. Selain itu. Anderson & Block (1975) menunjukkan
bahwa deep learning pada dasarnya adalah sekumpulan ide dan pembelajaran
individual yang dapat membantu siswa belajar secara konsisten. 5 Gagasan dan
langkah- langkah ini mengarah pada pembelajaran yang sistematis, membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan membutuhkan waktu yang cukup
untuk belajar agar siswa mencapai kesempurnaan berdasarkan kriteria
kesempurnaan yang jelas.

Pembelajaran tuntas adalah salah satu pendekatan pembelajaran


dimana siswa diharapkan menguasai secara penuh standar kompetensi
pelajaran Asumsi yang digunakan dalam pembelajaran tuntasl adalah jika
setiap siswa diberikan waktu yang cukup untuk mencapai suatu tingkat
penguasaan dan jika siswa tersebut menyediakan waktu yang diperlukan,
maka kemungkinan besar siswa tersebut akan mencapai tingkat penguasaan
tersebut. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau jika siswa tidak
menginvestasikan waktu yang diperlukan, siswa tidak akan mencapai tingkat
penguasaan dalam belajar.

Keberhasilan belajar sangat tergantung pada berapa lama siswa


berusaha untuk mencapai keberhasilan Menurut Brown dan Saks (1980),
usaha belajar siswa memiliki dua dimensi, yaitu (1) waktu yang dihabiskan
siswa dalam belajar dan (2) intensitas keterlibatan siswa dalam belajar Upaya

5
Asep Herry Herniawan, “Makna Ketuntasan Dalam Belajar”, Bandung: Jurusan Kurkulum dan
Teknologi FIP UPI, 2006

10
belajar dan waktu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan untuk
keberhasilan belajar. Ketika seorang siswa dikatakan menghabiskan banyak
waktu untuk belajar, biasanya siswa tersebut kuat dalam usahanya untuk
berhasil dalam belajar. Jika kita mengatakannya siswa menginvestasikan
sedikit waktu untuk belajar, dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut lemah
dalam usahanya untuk mencapai pembelajaran

Masalah yang berkaitan dengan belajar dan waktu telah lama menjadi
bahan penelitian para ahli pendidikan. Pada tahun 1963, John B. Carroll
menerbitkan suatu lembar kerja berjudul “A Model of School Learning” Inti
modelnya adalah siswa berhasil mempelajari tugas tertentu sebanyak dia
menghabiskan waktu yang diperlukan untuk mempelajari tugas tersebut”
Pernyataan ini menganggap bahwa belajar atau waktu belajar siswa
memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan belajar. Teori
yang dikemukakan oleh Carroll juga menyatakan bahwa siswa mencapai
tujuan pendidikan yang relatif sama meskipun menempuh waktu yang
berbeda. Teori Carroll ini menyatakan bahwa derajat pengendalian
pembelajaran (degree of learning) ditentukan oleh rasio antara waktu yang
sebenarnya dihabiskan untuk belajar (Time Actual Spent) dan waktu yang
dibutuhkan untuk belajar (Need). Ini ditunjukkan oleh simbol berikut.

time actually spent


Degree of learning = f ( )
time needed

Simbol di atas menunjukkan bahwa jika setiap siswa diberi waktu yang
diperlukan untuk mencapai tingkat penguasaan dan jika siswa memasukkan
waktu yang diperlukan, kemungkinan besar siswa tersebut akan mencapai
tingkat penguasaan tersebut. Sebaliknya, jika siswa tidak diberikan waktu
yang cukup atau tidak menyediakan waktu yang dibutuhkan, maka siswa
tersebut tentu tidak akan mencapai ketuntasan dalam belajar. Meskipun waktu
merupakan faktor penting dalam pembelajaran, Carroll mengingatkan kita
bahwa banyak variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri,
dan waktu adalah bagian dari banyak variabel tersebut. Secara teori, Carroll

11
bahkan tidak mengklaim bahwa variabel temporal ini merupakan faktor
terpenting dalam pembelajaran siswa. Menurutnya, waktu bukanlah satu-
satunya faktor penting yang mempengaruhi proses pembelajaran, meskipun
beberapa variabel dalam teori ini dinyatakan dalam waktu, yang penting
adalah apa yang sebenarnya terjadi selama waktu itu. Tentu saja, belajar
membutuhkan waktu, tetapi waktu saja tidak cukup.

Teori Carroll masih memiliki tiga variabel utama dan dua variabel
tambahan. Variabel pertama disebut aptitude (bakat), yaitu jumlah waktu ideal
yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Variabel kedua
disebut penyimpangan (persistence). yaitu durasi yang benar-benar digunakan
siswa untuk belajar. Variabel ketiga adalah peluang untuk belajar (upportunity
to learn), yaitu jumlah waktu yang ditentukan atau disediakan Dua komponen
lain yang juga mempengaruhi proses belajar siswa adalah kemampuan
memahami pembelajaran (ability to understanding teaching) dan kualitas
pembelajaran itu sendiri (reaching quality).

Menurut Carroll, tidak masuk akal jika semua siswa membutuhkan


waktu belajar yang sama. Jika anggapan ini benar, lalu mengapa kita harus
memaksa siswa untuk belajar pada waktu yang sebenarnya tidak ideal bagi
mereka? Pertanyaan mendasar lain yang perlu diperhatikan adalah mana yang
lebih penting mendidik peserta didik dengan waktu yang sama tetapi proporsi
pendidikan yang diberikan berbeda, atau sebaliknya mendidik peserta didik
pada selang waktu yang berbeda tetapi proporsi pendidikan yang diberikan
sama. Memang, jawaban atas pertanyaan retoris seperti itu sudah jelas bahwa
semua siswa harus mencapai tingkat pendidikan tertentu Dengan kata lain,
diharapkan semua siswa mendapatkan pendidikan dalam bakat, tekad,
kemampuan belajar, kemampuan memahami pengajaran, kualitas pengajaran,
derajat pembelajaran dengan porisi yang sama. Jika tidak. tentunya tidak perlu
membuat RPP dan menentukan berbagai kompetensi dasar Ada beberapa
perbedaan antara pendekatan pembelajam konvensional dan pendekatan
pembelajaran tuntas antara lain:

12
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Norma atau bisa disingkat PAN ialah penilaian dengan
cara membandingkan hasil belajar siswa dengan siswa yang lain dalam
satu kelompok.
Penilaian acuan patokan (criterion referenced evaluation) menunjukkan
sampai batas mana kemampuan siswa mencapai kriteria kemampuan/
keberhasilan yang telah ditentukan, dan skor yang demikian tidak
tergantung dari kemampuan siswa-siswa lain.
2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan
belajar. Dalam pengertian lain, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan.
3. Pembelajaran tuntas merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang memastikan bahwa semua siswa dapat menguasai hasil belajar yang
diharapkan oleh satu unit pembelajaran sebelum melanjutkan pelajaran
berikutnya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kesalahan baik dari segi penulisan, ejaan, maupun yang lainnya.
Untuk itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang bersifat konstruktif agar bisa kami jadikan motivasi – motivasi
dalam pembuatan makalah selanjutnya

14
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi


Aksara 2010)

Gronlund, NE & R.LLinn, Measurement and Evaluation in teaching, 6 ed.


(New York: MacMillan Publishing Company, 1990).

Kusaeri, Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2012)

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


(Bandung: remaja karya, 1988)

Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani,


2012)

Widoyoko, Eko Putro, Penilaian Hasil Pembelajaran Di sekolah,


(yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)

15

Anda mungkin juga menyukai