Anda di halaman 1dari 10

MENGUBAH NILAI MENTAH MENJADI

NILAI JADI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : IV (EMPAT)
NAMA : 1. KAPERIUS DAELI
2. KRISTIAN HAREFA
3. MERLIANI TELAUMBANUA

MK : EVALUASI PEMBELAJARAN
SEMESTER : IV (EMPAT)
DOSEN PENGAMPU : LESTARI WARUWU,.M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI NIAS (UNIAS)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini berjudul “MENGUBAH NILAI MENTAH MENJADI NILAI JADI”. Atas
terselesainya makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan dan kelemahan yang
menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis atas terbentuknya makalah ini, semoga makalah ini memberikan informasi bagi
mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penulis,

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Penilaian Acuan Kriteria..............................................................................................2
B. Penilaian Acuan Norma................................................................................................3
C. Penilaian Nilai Akhir....................................................................................................3
BAB III PENUTUP..................................................................................................................6
A. Kesimpulan...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada
hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Sebagaimana diketahui, tujuan
pembelajaran meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan (kognitif) dan
sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat diukur. Oleh karena itu, dalam proses
penilaian hasil belajar langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan tujuan pembelajaran
yang memungkinkan untuk diamati dan diukur (observable and measurable).

Berangkat dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah instrumen untuk
mengamati dan mengukur hasil pembelajaran. Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data
yang mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada seorang peserta didik. Data ini
selanjutnya harus diolah dan dimaknai sehingga menjadi informasi yang bermakna. Selain itu
berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat keputusan mengenai posisi atau status seorang
peserta didik, misalnya naik atau tidak naik kelas, lulus atau tidak dan sebagainya. Seluruh
proses penilaian hasil belajar tentu harus dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan
instrumen, pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir.
B. Rumusan Masalah
1 Penilaian acuan kriteria?
2 Penilaian acuan penilaian?
3 Penilaian nilai akhir?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengubahan nilain mentah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan acuan penilaian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Acuan Kriteria

Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi atau KBK (2006) yang


memuat seperangkat target pencapaian yang harus dimiliki setiap anak sesuai dengan
jenjang/kelasnya. Target tersebut lebih di kenal dengan istilah SK (standar kompetensi ),
Standar kompetensi ini kemudian diurai kembali menjadi target-target yang lebh ternci dalam
bentukKD atau kompetensi dasar . SK dan KD inilah yang membedakan kurikulum sebelumnya
dengan kurikulum terbaru (2006) yang sebelumnya diuji cobakan pada tahun 2004 yang lalu.

Penilaian acuan kriteria (PAK) adalah penilaian yang dilakukan untuk mennnngetahui
kemampuan siswa dibandingkan dengan kriteria yang sudah dibuat terlebih dahulu didalam .
penlaian acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun
waktunya yang berbeda. Konsekwensi acuan ini adalah adanya program remedi. Penafsiran SK ,
KD dan indikator skor hasil ujian selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih
dahulu. Hasil ujian ini dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa melakukan, tidak lulus berarti
tidak bisa melakukan. Acuan ini banyak digunakan untuk bidang sains dan teknologi serta mata
pelajaran praktik. Tujuan penggunaan acuan kriteria untuk menyeleksi (secara pasti) status
individual mengenai domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan dengan baik. Hal itu
dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kinerja peserta ujian tanpa
memperhatikan bagaimana kinerja tersebut dibandingkan dengan kinerja yang lain.

Dalam pendekatan dengan acuan kriteria, penentuan tingkatan didasarkan pada skor-skor
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk presentase. Untuk mendapatkan nilai tertentu ,
seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan oleh SK dan
KD tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu
kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat
kesulitan ujian yang mereka terima. Artinya apabila ujian yang diterima siswa mudah maka para
siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila ujian tersebut terlalu sulit untuk
diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil

2
B. Penilaian Acuan Norma

Dalam pendekatan ini hasil yang diperoleh siswa dibandingkan dengan yang diperoleh
siswa lain dalam kelompoknya. Patokan pembanding yang digunakan dalam menentukan
keberhasilan siswa adalah hasil kelompok itu yang diperoleh pada saat penilaian atau
pengukuran berlangsung, dengan demikian hasil yang diperoleh siswa tidak dikaitkan dengan
patokan atau kondisi di luar kelompok tersebut. Dasar penilian adalah kurva normal sedangkan
besaran yang dipakai untuk menafsirkan angka yang diperoleh siswa adalah angka rata-rata
(mean) dan simpangan baku. Patokan acuan noma bersifat relatif dan dapat bergeser ke atas
maupun ke bawah sesuai dengan harga besaran rata-rata dan simpangan baku yang diperoleh di
dalam kurva kelompok. Bila hasil ujian siswa di dalam kelompok pada umumnya baik maka
patokan atau batas lulus menjadi tergeser keatas, dan demikian sebaliknya bila hasil ujian siswa
rendah maka patokan atau batas lulus menjadi menurun.

Pada hakekatnya pendekatan PAN dapat dipakai untuk semua pelajaran baik untuk
bersifat teoritis seperti materi yang memuat aspek kognitif maupun aspek afektif dan
psikomotorik. Pendekatan ini cocok dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dari yang
tidak pandai, dengan demikian untuk menentukan siswa yang ternyata hanya sedikit yang akan
diluluskan atau diterima dalam suatu tes cocok digunakan.

C. Teknik Penilaian Nilai Akhir


1. Pengertian Nilai Akhir
Nilai akhir sering dikenal juga dengan istilah nilai final. Adalah nilai baik berupa
angka ataupun huruf yang melambangkan tingkat keberhasilah peserta didik setelah mereka
mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
2. Fungsi Nilai Akhir
Penentuan nilai akhir setidak-tidaknya memiliki empat macam fungsi, yaitu :
fungsi administratif, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi instruksional.
a. Fungsi Administratif Secara administrative pemberian nilai akhir oleh seorang
pendidik terhadap peserta didiknya itu memiliki fungsi sebagai berikut:

3
1) Menentukan, apakah seorang peserta didik dapat dinaikkan ke tingkatan yang
lebih tinggi, dapat dinyatakan lulus, dapat dinyatakan tamat belajar, ataukah
tidak.
2) Memindahkan atau menempatkan peserta didik pada kelompok atau bidang
yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
3) Menentukan, apakah seorang peserta didik layak atau dipandang telah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu untuk diberikan beasiswa,
pembebasan SPP, ataukah tidak.
4) Menentukan, apakah kepada peserta didik dapat diberikan rekomendasi
ataukah tidak, guna menempuh program pendidikan tertentu, atau program
pendidikan lanjutan.
5) Memberikan gambaran tentang prestasi belajar para peserta didik, kepada
para calon pemakai tenaga kerja.
b. Fungsi Informatif Pemberian nilai akhir oleh pendidikan kepada para peserta
didiknya juga memiliki fungsi informatif. Hal ini mengandung pengertian bahwa
pemberian nilai akhir itu berfungsi memberikan informasi kepada pihak-pihak
terkait, seperti: para orang tua atau wali murid, wali kelas, penasehat akademik
dan lain-lain, tentang prestasi belajar murid, siswa atau mahasiswa yang berada
dalam asuhannya atau menjadi tanggung jawabnya.
c. Fungsi Bimbingan Dengan memperhatikan nilai-nilai akhir yang dicapai oleh
peserta didik, maka guru yang diserahi tugas menangani kegiatan bimbingan dan
penyuluhanakan dapat bekerja dengan lebih terarah dalam rangka memberikan
bimbingan dan bantuan psikologis kepada para peserta didik yang memang
menghajatkannya, seperti: peserta didik yang nilai-nilainya selalu rendah untuk
matapelajaranmatapelajaran tertentu, siswa yang selalu mengganggu jalannya
proses belajar mengajar, dan sebagainya.
d. Fungsi Instruksional Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses
pembelajaran kecuali mengusahakan agar perkembangan dan kegiatan belajar
para peserta didik dapat mencapai tingkat yang optimal. Dalam hubungan ini
secara instruksional pemberian nilai akhir berfungsi memberikan umpan balik
(feed back) yang mencerminkan seberapa jauh peserta didik telah dapat

4
mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam program pengajaran, atau dalam
sistem instruksional. Jika pemberian nilai akhir itu dapat dilaksanakan dengan
tepat dan obyektif, maka akan dapat diketahui pula keberhasilan atau
ketidakberhassilah peserta didik pada setiap bagian dari tujuan pengajaran
tersebut.

3. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Nilai Akhir


Sekalipun antara lembaga pendidikan formal yang satu dengan lembaga
pendidikan formal lainnya belum tentu memiliki kesamaan, namun pada umumnya kegiatan
menentukan nilai akhir itu didasarkan pada empat factor, yaitu: factor pencapaian atau prestasi
(achievement), factor usaha (effort), factor aspek pribadi dan social (personnal and social
characteristics) dan factor kebiasaan kerja (work habit)
a. Faktor pencapaian atau prestasi (achievement) Faktor pencapaian atau prestasi
dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir,
sebab prestasi atau pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan nilai-nilai
hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sejauh mana tingkat keberhasilan yang
telah dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditentukan bagi masingmasing mata pelajaran atau bidang studi.
b. Faktor usaha (effort) Disamping nilai-nilai hasil belajar yang dicapai oleh para
peserta didik, factor usaha yang telah mereka lakukan juga perlu mendapatkan
pertimbangan dalam rangka penentuan nilai akhir.
c. Faktor Aspek Pribadi dan Sosial (Personnal and Social Charateristics) Dimaksud
dengan kebiasaan kerja di sini adalah hal-hal yang ada hubungannya dengan
kebiasaan melakukan tugas. Misalnya: tepat waktu atau tidaknya dalam menyerahkan
pekerjaan rumah (PR), rapi tidaknya hasil pekerjaan rumah tersebut, ketelitiannya
dalam menghitung dan sebagainya. Daapt juga dimasukkan di sini: kebersihan badan,
kerapian berpakaian dan sebagainya.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penilaian dalam pengertian yang luas penilaian iartikan sebagai suatu proses menentukan
nilai dari suatu objek dengan menggunakan kriteria tertentu. Oleh karena itu ciri utama
penilaian adalah adanya program yang dinilai, adanya judgment dalammenentukan nilai,
ada adanya suatu kriteria dalam menentukan atau menetapkan keberhasilan penilaian.
2. Lingkup penilaian dapat meliputi program, proses belajar mengajar, dan hasil belajar
pada hakikatnya erupakan program yang dinilai. Sedangkan judgment erat kaitannya
dengan kriteria, yaitu suatu interpretasi hasil penilaian dibandingkan dengan kriteria yang
dapat digunakan sehingga dapat ditetapkan keputusan penilaian.
3. Dalam menentukan jenis, teknik dan alat penilaian dalam suatu program pengukuran,
pengujian, atau penilaian perlu mempertimbangkan tujuan, aspek yang diukur, materi
yang diukur, peserta pengukuran, waktu yang tersedia dan sarana prasarana.
4. Pendekatan penilaian berdasarkan PAP lebih menitik beratkan pada mutu pengajaran
sedangkan PAN pada jumlah lulusan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli,2021.Evaluasi pembelajaran.Medan:Percetakan Unimed


Anas, S. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai