Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
SURAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan nikmat dan
hidayahNya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA DI SD / MI ”Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah saw, kepada
keluarganya, para sahabat dan umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada ajaran beliau.
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran guru atau pendidik memiliki peran utama dalam
pemberian nilai atau penentuan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, seorang guru dituntut untuk
mampu mengevalusi hasil belajar anak didiknya secara profesional. Dalam dunia pendidikan,
evaluasi berarti mengumpulkan informasi (berupa angka, deskripsi verbal) untuk kemudian
dianalisis dan interpretasi informasi sebagai dasar untuk membuat keputusan.
Evaluasi pendidikan itu sendiri mempunyai dasar-dasar yang sudah menjadi standar
penilaian pendidikan. Hal ini juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2007. Sehingga untuk dapat melaksanakan proses evaluasi dengan baik dan
benar, seorang pendidik/guru sebaiknya paham dengan hal-hal yang berkenaan dengan
dasardasar evaluasi pendidikan.
Adapun penilaian dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan
membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi pada guru
tentang prestasi siswa terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini,guru
membuat keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa.
Untuk itu pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan hal yang penting untuk
dilakukan dalam proses pembelajaran, karena perkembangan ilmu pendidikan telah
mensyaratkan tercakupnya tiga ranah dalam proses pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Tiga ranah ini, tidak semuanya bisa diukur dengan satu teknik penilaian saja,
tetapi harus melibatkan berbagai teknik penilaian yang berbeda-beda. Karena itu guru dituntut
untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran.
Dengan melihat kondisi tersebut, dalam makalah ini penulis akan membahas beberapa
hal yang berkaitan dengan hakekat evaluasi pendidikan antara lain meliputi pengertian,
tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip evaluasi pendidikan serta evaluasi proses dan hasil belajar
IPA di SD/MI.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II PEMBAHASAN
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung kata dasar
value "nilai". Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan keyakinan bahwa
sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau salah, kuat atau lemah, cukup atau belum cukup,
dan sebagainya.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses mempertimbangkan suatu hal atau
gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif, misalnya
baik atau tidak baik, kuat lemah, memadai atau tidak memadai, tinggi rendahnya kesenjangan
tersebut.
Pengertian evaluasi menurut beberapa ahli antara lain menurut Suchman yang dikutip
oleh Suharsimi Arikunto, evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Sedangkan Worthen dan Sanders mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari
sesuatu yang berharga tentang sesuatu. Dalam pencarian tersebut, juga termasuk mencari
informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur,
serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Sedangkan menurut Cross yang dikutip Sukardi, evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna
memperoleh kesimpulan.
b. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan.
3
B.Tujuan Evaluasi Pendidikan di SD/ MI
Evaluasi merupakan salah satu proses penting dalam proses pendidikan khususnya
dalam proses belajar mengajar. Tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapat data
pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan
siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu oleh guru-guru dan para
pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan
pengalamanpengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode mengajar yang
digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu
dalam proses belajar mengajar.
Adapun tujuan evaluasi pendidikan secara umum dan khusus menurut Anas Sudjiono
adalah sebagai berikut:
Tujuan umum
Tujuan khusus
Dengan mengetahui kemajuan belajar peserta didik, maka dapat diketahui pula
kedudukan mereka dalam kelompoknya dan dapat dipakai untuk mengadakan perencanaan
yang realistik dalam mengarahkan dan mengembangkan masa depannya.
4
Sementara Chabib Thoha (1980) melihat fungsi evaluasi pendidikan lebih fokus
pada komponen-komponen yang terkait langsung dengan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran, dengan membagi pada beberapa komponen yaitu :
a. Fungsi selektif
Fungsi selektif dimaksudkan untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di
sekolah tertentu, memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tinggal kelas,
memilih peserta didik yang seharusnya mendapat beasiswa.
b. Fungsi diagnostik
Fungsi ini dimaksudkan untuk mendiagnosa kepada peserta didik tentang kebaikan
dan kelemahannya. Dengan mengetahui sebab-sebab kelemahan itu akan lebih mudah
mencari cara untuk mengatasi.
5
c. Fungsi Penempatan
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu program telah berhasil
diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor seperti guru,
metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.
Fungsi ini dimaksudkan untuk menempatkan dan menentukan pada kelompok mana
seorang peserta didik harus ditempatkan sesuai dengan bakat, minat dan keahlian
yang dimiliki.
1. Mengukur kemajuan
2. Penyusunan Program
3. Penyempurnaan Kembali
Bertolak dari hasil evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan, maka dapat
dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan atau perbaikan-perbaikan baik yang
menyangkut kelembagaan, tata kerja bahkan mungkin juga perbaikan terhadap tujuan
organisasi itu sendiri. Perbaikan dan penyempurnaan suatu program tidak mungkin
bisa dilakukan jika tidak dilakukan evaluasi (Sujono, 2003).
a. Untuk mengetahui taraf kesiapan anak didik dalam menempuh suatu pendidikan
tertentu.
6
b. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses
pendidikan yang telah dilaksanakan.
c. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita
lanjutkan dengan bahan yang baru atau mengulang kembali bahan yang telah
lampau.
f. Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak sudah sesuai
dengan kapasitasnya atau belum.
g. Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang untuk dilepas ke
dalam masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih
tinggi.
h. Untuk mengadakan seleksi terhadap calon yang paling cocok untuk suatu jabatan
atau jenis pendidikan tertentu.
Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung dari sudut mana kita melihatnya.
Bila kita melihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi proses belajar adalah :
1. Secara didaktis metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik kepada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki proses
pembelajarannya.
2. Berfungsi untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam
rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas. Melalui evaluasi
kita dapat mengetahui potensi peserta didik sehingga kita pun dapat memberikan
bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
7
C. Prinsip Evaluasi Pendidikan di SD/ MI
Untuk memperoleh hasil evaluasi pendidikan yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi
pendidikan harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu sendiri
adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara
kontinu. Hasil evalusi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan
hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti
bagi peserta didik.
b. Komprehensif (keseluruhan)
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh
obyek itu seagai bahan evaluasi. Misalnya, jika obyek evaluasi adalah peserta didik, maka
seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus di evaluasi, baik yang menyagkut kognif,
afektif, maupun psikomotor. Begitu juga dengan obyek-obyek evaluasi yang lain. c. Adil
dan obyektif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Guru juga
hendaknya bertidak secara obyektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat
negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang
sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.
d. Kooperatif
Dalam keiatan evaluasi guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti
orangtua, peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-
pihak tersebut merasa dihargai.
e. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun
alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.
Secara umum ruang lingkup evaluasi pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari ruang
lingkup proses pendidikan sebagai suatu sistem. Seperti diketahui bahwa evaluasi adalah bagian
dari proses pendidikan secara menyeluruh, bukan hanya sekedar kumpulan teknik-teknik yang
diperlukan oleh guru dalam mengukur hasil belajar peserta didik, melainkan suatu proses
kontinyu yang mendasari seluruh proses pendidikan dan pembelajaran yang baik.
8
Menurut Anas Sujono (2003) ruang lingkup evaluasi pendidikan mencakup tiga komponen
utama yaitu :
a. Evaluasi kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung dengan garis-garis
besar program pembelajaran yang telah ditentukan.
d. Evaluasi terhadap minat atau perhatian peserta didik di dalam mengikuti pelajaran
9
e. Evaluasi terhadap keaktifan atau partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
f. Evaluasi terhadap program peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik
yang memerlukannya.
g. Evaluasi terhadap komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung
h. Evaluasi terhadap pemberian tugas-tugas kepada peserta didik dalam rangka penerapan
teori-teori yang diperoleh di dalam kelas
j. Evaluasi terhadap upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
b. Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuantujuan khusus yang
ingin dicapai dalam unit-unit program pembelajaran.
10
Sementara itu Stufflebran seperti dikutip oleh Chabib Thoha (2003) membagi ruanglingkup
evaluasi pendidikan menjadi empat bagian yaitu :
Input adalah evaluasi berkaitan dengan kualitas masukan yang berupa calon peserta didik,
baik menyangkut faktor kemampuan intelektualnya maupun aspek kepribadian yang bersifat non
intelektif.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah evaluasi yang sasaranya adalah proses belajar mengajar, termasuk
faktor instrumentalnya seperti evaluasi terhadap kemampuan guru dalam hal mengajar,
kesesuaian metode yang digunakan oleh guru, evaluasi kurikulum, evaluasi terhadap media
pendidikan, kelembagaan pendidikan.
c. Evaluasi produk
Evaluasi produk adalah evaluasi pendidikan yang sasarannya hasil akhir suatu proses
pendidikan, yakni peserta didik. Hal-hal yang perlu dilakukan evaluasi adalah seluas tujuan
pendidikan, yang secara umum dapat dikelompokan dalam dua aspek yakni :
D Evaluasi konteks
11
Evaluasi konteks adalah evaluasi yang berkaitan dengan masalahmasalah kompleks yang
melibatkan hal-hal diluar proses pendidikan (stakeholder) tetapi ia secara langsung
mempengaruhi proses maupun hasil pendidikan.
Ruang lingkup evaluasi pendidikan dan pembelajaran seperti dipaparkan beberapa ahli di
atas, jika dicermati maka terdiri atas tiga bagian utama yaitu, evaluasi dalam aspek perencanaan
pendidikan (progran), evaluasi aspek pelaksanaan program (proses pembelajaran) dan evaluasi
aspek hasil pembelajaran (produk yang dihasilkan) yaitu luaran maupun produk pembelajaran itu
sendiri.
Evaluasi proses adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan proses belajar atau pengajaran yang telah dilaksanakan. Dari
sedikit uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu proses belajar atau pengajaran perlu
dilakukan evaluasi supaya mengetahui tingkat kecapaian tujuan yang telah direncanakan
sehingga dalam proses pengajaran ini menghasilkan peserta didik yang mempunyai aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik yang tinggi serta berdampak pula terhadap kemajuan
bangsa.
Untuk menentukan keberhasilan suatu proses memerlukan alat ukur. Seharusnya alat ukur
yang digunakan adalah alat ukur yang baku agar hasil pengukurannya dapat dipercayai.
Namun karena alat ukur yang baku tersebut belum banyak dikembangkan di Indonesia, maka
guru yang berpengalaman dalam mengajar diharapkan dapat membuat alat ukur pengganti
yang baku.
Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang diperlukan terdiri dari alat evaluasi untuk
mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani, dan alat untuk
mengukur kemampuan keterampilan.
Dalam praktiknya waktu khusus untuk keperluan Evaluasi Proses tidak disediakan oleh
sekolah jadi pelaksanaannya tidak sama dengan evaluasi hasil belajar pada pertengahan
12
semester atau pada akhir semester. Penilaian proses diatur sendiri oleh guru pada proses
pembelajaran berlangsung. Ada guru yang menyediakan waktu beberapa menit sebelum jam
pelajaran selesai untuk mengerjakan tes yang menanyakan materi yang baru saja diajarkan,
ada yang memberikan pertanyaan lisan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
Dalam Kegiatan Belajar 1 telah dikemukakan bahwa ketiga ranah menurut taksonomi
Bloom masing-masing ada jenjang yang harus dilalui untuk mencapai jenjang tertinggi.
Pengembangan afektif dimulai dari jenjang terendah yaitu dapat menerima suatu sikap hidup
misalnya: disiplin diperlukan dalam hidup dan kehidupan, contoh operasional adalah disiplin
diperlukan dalam lalu lintas.
Apakah semua pemakaian jalan dapat menerima (A1) pernyataan ini? Mereka yang tidak
dapat menerima persyaratan atau konsep ini, harus ada upaya untuk menyadarkan mereka
agar menerima konsep tersebut karena konsep itu adalah bagian dari hidup dan kehidupan.
Setelah mereka menerima konsep tersebut harus diupayakan lagi agar mereka tanggap (A2)
terhadap konsep itu, begitu seterusnya sampai pada jenjang paling tinggi yaitu disiplin
menjadi pola hidupnya (jenjang A5). Latihan atau upaya untuk setiap jenjang memerlukan
waktu yang lebih lama dibandingkan upaya pada jenjang kognitif. Dengan kata lain lebih
mudah melatih anak didik untuk menghafal, memahami menerapkan hukum, peraturan dan
sebagainya yang sifatnya kognitif, daripada melatih anak didik supaya berdisiplin,
menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, tepat waktu, mau bekerja sama, dan
sebagainya. Karena hal terakhir ini menyangkut sikap atau kebiasaan.
Selama proses pembelajaran, latihan tentang ranah afektif ini terus menerus dilaksanakan.
Agar latihan ini pada suatu saat memberi hasil yang baik maka guru perlu mengembangkan
alat evaluasi untuk mengamati sikap hidup peserta didik.
A4 Mengatur Diri
A3 Menghargai
A2 Menanggapi
A1 Menerima
Contoh yang dilatih adalah disiplin. Guru mengamati dan mengobservasi apakah siswa
tepat waktu dalam hal:
1) Datang di kelas/sekolah;
13
3) Mengikuti upacara bendera Mengerjakan pekerjaan rumah
6) Menepati janji
Alat yang digunakan untuk menentukan adanya perubahan selama pelatihan adalah melalui
observasi.
Seperti pada proses pembelajaran kognitif dan afektif, juga proses pembelajaran
keterampilan pada dasarnya sama yaitu melatih agar peserta didik terampil menggunakan
pancainderanya dalam pembelajaran IPA di SD, melalui demonstrasi, percobaan, kujungan
lapangan dan sebagainya. Pelajaran IPA melatihkan peserta didik menggunakan tangan,
indera penglihatan, indera pendengaran, indera pengecap, dan indera pencium, serta peraba,
tetapi tidak terlalu banyak melatih kaki.
Pada bagian ini akan dibicarakan jenis keterampilan apa yang harus dikembangkan dalam
pelajaran IPA sehingga guru dapat memusatkan latihannya pada keterampilan tersebut pada
waktu guru melatihkan demonstrasi ataupun peserta didik melakukan percobaan.
a) Cara memegang gelas beker, seperti memegang gelas biasa namun harus terampil
menuangkan isi yang harus dipindahkan ke tempat lain melalui “bibir” gelas yang
sudah didesain untuk itu.
b) Cara memegang termometer, menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kanan,
tempat memegangnya di tengah termometer. Juga dilatih bagaimana mengukur
menggunakan termometer. Hal ini perlu dilakukan terus-menerus dan perlu
bimbingan.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang sering dilakukan dalam proses
pembelajaran IPA. Percobaan mengukur suhu air yang baru saja dipanaskan
menggunakan termometer, si pembaca harus meletakkan matanya sama tinggi
dengan permukaan air raksa termometer agar tidak keliru membaca skala.
14
Yang dilatihkan di SD adalah mengecap rasa manis, pahit, dan asam pada bagian
tertentu dari lidah.
Contoh:
c) Kenalkah Anda dengan bau belerang, yaitu zat pada yang berwarna kuning? Adakah
baunya yang khas.
d) Pernahkah Anda mendatangi bengkel las? Terciumkah bau khas yang dikeluarkan
oleh gas yang dipakai tukang las.
Telah diuraikan bahwa untuk menilai proses pembelajaran yang berkenaan dengan ranah
kognitif digunakan alat ukur berbentuk tes objektif dan atau tes bentuk uraian objektif.
Dengan menggunakan kedua bentuk ini dapat diketahui materi yang telah dan belum dikuasai
begitu juga dapat diketahui, jenjang berpikir yang sudah atau belum dikuasai.
a. Ranah Kognitif
Sebagaimana telah diuraikan peserta didik paling tidak tetap menguasai 6 (enam)
kemampuan kognitif satu di antaranya dapat mengetahui nama-nama gas yang ada di udara.
Untuk mengetahui bahwa kemampuan ini benar-benar telah dikuasai oleh peserta didik, guru
dapat bertanya secara lisan maupun dalam bentuk tertulis misalya dengan menggunakan tes
objektif misalnya pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.
Contoh soal:
a) Hidrogen
15
b) Helium
c) Oksigen
d) Nitrogen
b. Ranah Psikomotor
1) Memilih alat dan bahan yang diperlukan (seperti memilih lilin yang cocok untuk
ditutup dengan gelas, memilih bejana tempat air memilih tempat tumpuan untuk gelas
yang ditelungkupkan, memiliki tempat lilin yang harus terapung di atas air).
6) Cara memberi tanda permukaan air pada gelas sebelum dan sesudah percobaan.
c. Ranah Afektif
Sifat tenggang rasa (menghargai pendapat orang lain) akan dapat dibina dan
dikembangkan terus.
Bahwa dengan adanya kerja kelompok pada waktu melakukan percobaan telah
membuahkan sifat tenggang rasa yang makin tinggi dapat dicatat melalui pengamatan atau
observasi mengenali sikap setiap peserta didik.
16
G. Evaluasi Hasil Belajar IPA di SD/ MI
Evaluasi Penilaian hasil belajar, Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang
ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat
evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai. Aspek terpenting yang
berkaitan dengan teknik pembelajaran IPA adalah sistem evaluasi yang digunakan. Sistem
evaluasi yang dilakukan guru sangat menentukan pola belajar siswa. Jika dalam evaluasi yang
ditanyakan hanya hapalan, jangan mengharapkan bahwa siswa akan mempelajari di luar
hapalan. Jika guru tak pernah mengevaluasi kemampuan keterampilan proses, wajar mereka
enggan atau tak suka mempelajari atau melakukannya. Jika evaluasi pembelajaran IPA selalu
berupa soal-soal yang mengutamakan perhitungan matematik, maka wajar mereka tertarik
belajar soal-soal dan penyelesaiannya, tanpa belajar memahami konsepnya lebih dulu.
Sistem evaluasi yang ada sekarang perlu dikembangkan sesuai dengan teknik
pembelajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan IPA itu sendiri. Pengembangan pertama
yang terpenting adalah bahwa evaluasi pembelajaran IPA tidak cukup hanya mengevaluasi
aspek produk IPA yang berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, teori, dan hukum IPA
saja. Evaluasi pembelajaran IPA hendaknya mencakup ketiga aspek yang ada pada IPA yaitu
produk, proses, dan sikap.
Dalam penilaian hasil belajar terdapat beberapa istilah yaitu evaluasi, pengukuran, tes,
dan asesmen. Evaluasi yang sering diartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan instrumen tes maupun nontes.
Tes dapat diidentifikasikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas
yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir
17
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar
(Zainul dan Nasution, 1993:2).
Asesmen, Istilah asesmen berasal dari kata assess yang berarti menempatkan sesuatu
atau membantu penilaian. Dalam konteks evaluasi, assessment berarti proses pengambilan
data dan membuat data tersebut ke dalam suatu bentuk yang dapat diinterprestasikan,
keputusan atau pertimbangan dapat dibuat berdasarkan asesmen ini. Asesmen adalah kegiatan
mengevaluasi pendidikan dengan cara mengumpulkan informasi mengenai siswa untuk
menentukan strategi pengajaran yang tepat (Wallace & Larsen, 1979). Pengertian lainnya
mengenai asesmen adalah suatu istilah yang meliputi semua metode yang dikemas dan
digunakan untuk menilai kinerja siswa, baik secara perorangan maupun secara kelompok.
Asesmen merujuk pada penilaian menyeluruh yang meliputi beberapa aspek yang dimiliki
siswa, yaitu pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap, atau dapat pula merujuk pada
alat ukur yang digunakannya. Alat ukur yang digunakan pada asesmen meliputi berbagai
metode atau prosedur, formal maupun informal untuk menghasilkan informasi mengenai
siswa, misalnya tes tertulis atau pedoman wawancara (Conner,1997:10). Target pencapaian
hasil belajar siswa, menurut Stiggins (1994) meliputi pengetahuan, penalaran, produk,
keterampilan, dan afektif. Pembahasan target hasil belajar dibagi atas ranah kognitif yang
membahas aspek pengetahuan dan penalaran, ranah afektif, serta ranah keterampilan dan
produk.
Guru Sebagai Pemegang Otoritas, Guru secara langsung melakukan penilaian untuk
mengukur apa yang telah dipelajari siswa dan apa yang dirasakan siswa. Guru adalah
pengendali sistem penilaian yang dapat menentukan keefektifan sekolah.
Siswa Sebagai Pemegang Kunci, Siswa adalah pengguna yang utama hasil penilaian.
Siswa menggunakan hasil penilaian guru mereka untuk menyusun harapan-harapan diri
mereka. Mereka menaksir kemungkinan sukses berdasar pada penilaian sebelumnya.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah
melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar
dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan
adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapat data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian
tujuan-tujuan kurikuler
Untuk memperoleh hasil evaluasi pendidikan yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi
pendidikan harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut
b. Komprehensif (keseluruhan)
d. Kooperatif
e. Praktis
Penilaian proses pembelajaran IPA dibagi atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penilaian proses yang sifatnya kognitif dilaksanakan dengan lisan atau tertulis dalam bentuk
pertanyaan objektif atau esai objektif. Penilaian proses yang sifatnya psikomotor dan afektif
dilakukan dengan observasi dan dugunakan untuk menentukan kualitas pembelajaran bukan
untuk menentukan nilai peserta didik.
Penilaian hasil pembelajaran IPA yang berkenaan dengan kognitif menggunakan tes
berbentuk objektif atau tes bentuk uraian. Pengembangan keterampilan di laboratorium
adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari penilaian kognitif dan menjadi tanggung
jawab guru IPA untuk melaksanakannya, teknik mengukurnya dengan observasi.
19
Daftar pustaka
[1] M. Ainin, dkk. Evaluasi dalam pembelajaran bahasa arab,( Malang: Misykat , 2006), 2 [2]
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan ,cet.ke-2(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 1 [3]
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya,( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 1.
[6] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), 5.
[8] Sapriati, Amalia. dkk. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
20