DISUSUN
Oleh:
KELOMPOK 5
WINDATUL IDA
2102090267
UNIT : III.H
Dosen : Maisura, M.Pd
MK : Pembelajaran IPS SD
1
KATA PENGANTAR
Semoga resensi penulis dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menjadi panduan bagi semua orang yang membutuhkan. Adapun nantinya banyak
kekeliruan ataupun kesalahan dalam makalah ini, penulis mohon kritik dan saran
agar makalah ini menjadi resensi yang benar-benar berguna bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
BAB IV PENUTUP.........................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh ,menganalisis, menafsirkan, baik proses maupun hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Informasi tersebut
dapat di manfaatkan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan, keberhasilan proses pembelajaran, tingkat
kesulitan belajar peserta didik, menentukan tindak lanjut pembelajaran laporan
hasil belajar peserta didik dan pertanggung jawaban (accountbility) terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan. Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah,
terutama yang berkaitan dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil
belajar siswa. Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber
belajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan
kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang
mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat
yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan
kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara
dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa. Hasil evaluasi
pelaksanaan Kurikulum menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas
kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar siswa, oleh karna itu kami
bermaksud membuat makalah yang berjudul “Penilaian Pembelajaran IPS”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian pembelajaran IPS ?
2. Apa saja fungsi-fungsi penilaian pembelajaran IPS ?
3. Apa implikasi penyusunan penilaian pembelajaran IPS ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari penilaian pembelajaran IPS.
2. Untuk mengetahui fungsi penilaian pembelajaran IPS.
3. Untuk mengetahui implikasi penyusunan penilaian pembelajaran IPS.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dilakukan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “how much”, sedangkan
penilaian dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan “what
value”.
Di sisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran/ pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang tak
terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata ain,
kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran/ pendidikan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang guru
memiliki kemampuan menyelenggarakan evaluasi. Guru akan lebih menguasai
kemampuan ini apabila sejak dini dikenalkan dengan kegiatan evaluasi.
Menurut Sardiyo penilaian adalah suatu proses sistematik untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan efisisensi suatu program. Penilaian
merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalis
atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas
yang terkait. Menurut Ign. Masidjo, penilaian sifat suatu objek merupakan suatu
kegiatan membandingkan hasil pengukuran sifat suatu objek dengan suatu acuan
yang relevan sedemikian rupa sehingga di peroleh kuantitas suatu objek yang
bersifat kualitatif.
Menurut Oktaviandi penilaian adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi
adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga
dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penilaian itu merupakan suatu proses atau suatu kegiatan yang dilakukan untuk
3
membandingkan, mengumpulkan, atau menerapkan hasil pengukuran untuk
memberikan nilai kepada objek penilaian.
4
3. Penilaian bersifat sebagai penempatan
Dalam menentukan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
kelompok dapat dilakukan penilaian. Penilaian digunakan untuk menentukan
posisi pasti di kelompok mana seorang siswa harus di tempatkan. Sekelompok
siswa yang mempunyai hasil penilaian sama akan berada dalam kelompok yang
sama dalam belajar.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana suatu program berhasil diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap
semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah dapat dipakai untuk
mengetahui apakah program pendidikan yang diterapkan berhasil atau tidak pada
siswa tersebut.
Jadi tujuan adanya penilaian ini dilakukan adalah untuk melihat seberapa
jauh proses perkembangan siswa yang terjadi selama proses belajar mengajar
yang telah dilaluinya. Hal ini dilakukan guna untuk mengembangkan perbaikan
mutu pendidikan di sekolah agar mengetahui sejauh mana kualitas peserta didik
sehingga akan tahu untuk memperbaikinya lebih lanjut dimasa yang akan datang.
5
dari 1-10. Bahkan ada juga yang menggunakan 1-100. Cara mana yang dipakai
tidak jadi masalah asal konsisten dalam pemakaiannya.
Jadi, guru dapat memakai cara penilaian tersebut baik menggunakan
sistem huruf, menggunakan standar empat ataupun menggunakam rentangan
angka dari 1-10. Beberapa cara tersebut dapat dipakai oleh guru dan bukan
menjadi suatu masalah, dengan catatan guru harus konsisten dalam pemakaian
penilaiannya.
Mengingat pentingnya penilaian pembelajaran IPS dalam menentukan
kualitas pendidikan, upaya merencanakan penilaian pembelajaran IPS hendaknya
memperhatikan beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan proses penilaian pembelajaran IPS hasil belajar, yakni:
1. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
2. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus
mata pelajaran.
3. Menyusun alat-alat penilaian pembelajaran IPS, baik tes maupun non tes
yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang
tergambar dalam tujuan pengajaran.
4. Menggunakan hasil-hasil penilaian pembelajaran IPS sesuai dengan tujuan
penilaian pembelajaran tersebut yakni untuk kepentingan mendeskripsikan
kemampuan siswa, kepentingan perbaikan, pengajaran, kepentingan
bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban
pendidikan.
6
kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Misalnya apabila
pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan
eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang di nilai. Contoh : Dalam
pelajaran penjaskes, guru menilai kompetensi permainan badminton siswa,
penilaian dianggap valid jika menggunakan testpraktek langsung, jika
menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak valid.
2. Obyektif. Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-
bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang
dihasilkan oleh peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya.
Penilaian harus dilaksanakan secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh
subyektivitas penilai. Contoh : Guru memberi nilai 85 untuk materi volley
pada si A yang merupakan tetangga dari guru tersebut, namun si B, yang
kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai hanya 80. Ini adalah penilaian
yang bersifat subyektif dan tidak disarankan. Pemberian nilai haruslah
berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
3. Adil. Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil
belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya,
adat istiadat, status sosial, ekonomi, fisik, dan gender. Contoh : Guru
penjaskes laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa dari murid
perempuan yang cantik kemudian memberi perlakuan khusus, semua murid
berhak diperlakukan sama saat KBM maupun dalam pemberian nilai. Nilai
yang diberikan sesuai dengan kenyataan hasil belajar siswa tersebut.
4. Terbuka. Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait harus
tahu bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai
tersebut didapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan
nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima. Contoh : Pada
tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang kesepakatan pemberian
nilai dengan bobot masing-masing aspek, misal, partisipasi kehadiran diberi
bobot 20%, tugas individu dan kelompok 20%, ujian tengah semester 25%,
7
ujian akhir semester 35%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian
antara murid dan guru.
5. Bermakna. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan
manfaat yang dapat ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta
didik, orang tua, dan masyarakat. Contoh : Bagi guru, hasil penilaian dapat
bermakna untuk melihat seberapa besar keberhasilan metode pembelajaran
yang digunakan, sebagai evaluasi untuk perbaikan kedepan, serta memberikan
pengukuran prestasi belajar kepada siswa.
6. Mendidik. Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina
peserta didik maupun pendidik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya
dengan cara memperbaiki kualitas belajar mengajar. Contoh : Budi
mendapatkan nilai 60 untuk pelajaran matematika, 50 untuk bahasa
Indonesia, dan 65 untuk Fisika, namun dalam kegiatan ekstrakurikuler futsal,
ia meraih prestasi yang membanggakan. Budi sadar bahwa ia harus
menyeimbangkan prestasi akademik dan non akademiknya. Kemudian budi
berusaha untuk mengevaluasi kesalahannya dan memperbaiki kualitas belajar
dan hidupnya, memperoleh nilai yang baik, juga memperoleh prestasi yang
baik.
7. Menyeluruh. Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek kompetensi
peserta didik dan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
termasuk mengumpulkan berbagai bukti aktivitas belajar peserta didik.
Penilaian meliputi pengetahuan (cognitif), keterampilan (phsycomotor), dan
sikap (affectif). Contoh : Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni
Budaya mengumpulkan berbagai bukti aktivitas siswa dalam catatan
sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang
seni budaya, keterampilan menari, menggambar, bermusik, kehadiran dalam
KBM, dan penilaian sikap peserta didik, semua hal tersebut digabungkan
menjadi satu dan menghasilkan nilai.
8. Berkesinambungan. Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan secara
terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar peserta didik. Contoh : guru matematika melakukan
8
KBM secara terencana, guru menjelaskan materi tiap pertemuan, memberikan
tugas, mengadakan ulangan harian, ujian tengah semester, serta ujian akhir
semester, semua dilaksanakan secara terus menerus dan bertahap, dan dari
setiap tahap tersebut, guru mengumpulkan informasi yang akan diolah untuk
menghasilkan nilai.
9. Akuntabel. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggung
jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Contoh : guru
bahasa mandarin dapat menjelaskan secara benar kepada pihak terkait,
tentang proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai
dengan kenyataan kemampuan hasil belajar peserta didiknya. Sedangkan
Menurut Purwanto ada 5 (lima) prinsip penilaian, yaitu:
10. Prinsip keobjektifan. Penilaian hasil belajar harus dilaksanakan secara
obyektif atau apa adanya dan sedapat mungkin menjauhi unsur-unsur
subyektif atau berdasarkan pendapat pribadi.
11. Prinsip Keadilan. Keputusan yang dibuat sebagai tindak lanjut kegiatan
penilaian hendaknya adil bagi semua siswa tanpa memandang siapa mereka.
Semua siswa diperlakukan sama, rasa tidak senang atau bahkan benci, rasa
tidak suka karena jasa dan sebagainya tidak boleh mempengaruhi pembuatan
keputusan.
12. Prinsip Keberlanjutan. Penilaian belajar harus dilakukan secara berkelanjutan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
13. Prinsip Keseluruhan. Semua kompetensi yang telah dirumuskan diukur
pencapaiannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi mana
yang telah dikuasai dan mana yang belum.
14. Prinsip Kependidikan. Penilaian tidak sekedar digunakan sebagai dasar untuk
menghakimi siswa, melainkan harus bermanfaat untuk mendidik mereka,
terutama untuk membangkitkan motivasi, berdisiplin dalam belajar, meminati
materi pelajaran, dan sebagainya.
Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian dan pencatatan
secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah:
9
1. Prosedur penilaian harus dapat diterima dan dipahami secara jelas oleh
guru.
2. Prosedur penilaian dan catatan harian hasil belajar siswa hendaknya
mudah dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran dan tidak
menggunakan waktu yang berlebihan.
3. Catatan harian harus mudah dibuat, mudah dipahami, dan bermanfaat
untuk perencanaan pembelajaran.
4. Informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa
dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya.
5. Penilaian pencapaian hasil belajar yang bersifat positif untuk pembelajaran
selanjutnya perlu direncanakan oleh guru dan siswa.
6. Klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa
mendapatkan bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya.
7. Hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan
pencapaian hasil belajar siswa.
8. Penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya
efektivitas pembelajaran dan kurikulum perlu dilaksanakan.
9. Peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman
dan membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan.
10. Pelaporan penampilan siswa kepada orang tua atau wali dan atasannya
(kepala sekolah, pengawas) dan instansi lain yang terkait seharusnya
dilaksanakan.
Adanya implikasi dengan diterapkannya standar kompetensi dalam proses
penilaian yang dilakukan guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus
menggunakan acuan kriteria. Maka guru dalam menggunakan standar kompetensi
diharapkan dapat: (1) Mengembangkan matriks kompetensi belajar yang
menjamin pengalaman belajar yang terarah, dan (2) Mengembangkan penilaian
otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Dan dengan adanya penerapan dari penilaian ini diharapkan guna dapat
dilaksanakan guru dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mengetahui seberapa
jauh perkembangan siswa selama ia belajar.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penilaian sangat perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di SD
untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran, maka pemahaman mengenai penilaian pembelajaran yang
mendalam bagi guru sangat penting didalam kegiatan pembelajaran, agar bukti-
bukti yang dikumpulkan dalam kegiatan itu valid, sehingga dapat mengambil
keputusan dengan tepat sesuai sasaran yang akan dituju.
B. SARAN
Bagi seorang guru harus memahami penilaian dan dalam melakukan
penilaianharus sesuai dengan sistematika yang telah ditetapkan serta penilaian
harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam pelaksanaan penilaian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ramli. 2015. Urgensi Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kelas Mata
Pelajaran Ips di Madrasah Tsanawiyah. Lantanida Jurnal, Vol. 3 no. 2.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
12