Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENGERTIAN TES,PENGUKURAN,PENILAIAN DAN EVALUASI”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran

Dosen Pengampuh : Yusri Handayani ,S.Pd,M.Pd

Disusun :

KELOMPOK 1 :

FAJAR SYAMSI (105401108320)

ANDI NURFADILLAH (105401114520)

MUHAMMAD NABIL (105401108420)

PGSD 4E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum… Wr…Wb…

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk yang
sederhana dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sholawat serta salam tak
lupa pula tercurahkan kepada baginda Nabiullah Muhammad SAW, Nabi akhir
zaman yang telah membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman islamiah seperti
saat ini.

Kami bermaksud untuk menguraikan secara singkat mengenai makalah yang


telah kami kerjakan sebelumnya. Walaupun dalam penulisan makalah ini kami
menemukan banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu kami harapkan kritik dan
saran dari pembaca.

Wassalamualaikum Wr.. Wb..


DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
Bab II PEMBAHASAN
A. Pengertian tes ,pengukuran ,penilaian dan evaluasi…………………
B. Hubungan tes,pengukuran ,penilaian dan evaluasi………………….
C. Perbedaan pengukuran ,tes, penilaian dan evaluasi………………….

Bab III PENUTUP


A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu
melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita
jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Hal ini dapat dilihat mulai
dari berpakaian, setelah berpakaian kemudian dihadapkan ke kaca apakah
penampilannya sudah baik atau belum.
Dari kalimat tersebut kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu:
evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang cenderung lebih
mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga
dalam pemakaiannya tergantung dari kata mana yang siap
diucapkannya.Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha
mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang
dimaksud adalah baik atau tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll.
Apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik
tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian
sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang
telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui
evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi
hasil belajar dan evaluasi pembelajaran.
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi.
Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk
memantau proses kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik
sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru
agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
Namun penilaian yang ada tidak serta merta dilakukan begitu saja agar
proses penilaian yang dilakukan oleh guru tidak asal-asalan dan tanpa arah
yang jelas. Penilaian yang dilakukan secara asal-asalan pada akhirnya akan
menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian pembelajaran peserta didik
yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
Dalam Ensiklopedia Pendidikan, Prof. Soegarda mengatakan bahwa
evaluasi adalah: perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam
rangka situasi yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai. Pendapat lain
evaluasi pendidikan adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Bagaimana
bisa evalausi itu dikatakan valid jika dalam pelaksanaan penilaiannya
cenderung asal-asalan dan tanpa acuan.Oleh karena itu, adanya acuan dalam
penilaian mutlak harus ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tes, pengukuran ,penilaian dan evaluasi?
2. Bagaimana hubungan antara tes ,pengukuran ,penilaian dan evaluasi?
3. Bagaimana perbedaan pengukuran ,tes, penilaian dan evaluasi pada
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tes,pengukuran,penilaian dan evaluasi
2. Untuk mengidentifikasi hubungan antara tes,pengukuran ,penilaian dan
evaluasi
3. Untuk dapat mengetahui perbedaan pengukuran,tes,penilaian dan evaluasi
pada pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes ,Pengukuran ,Penilaian Dan Evaluasi


1. Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang
trait (sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar.
Menurut Riduwan (2006: 37) tes adalah serangkaian pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.
2. Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seorang
peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan
erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran
diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas. Berikut ini akan dikutip beberapa definisi
pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran pendidikan
dan psikologi yang acap kali dijadikan acuan beberapa penulis.
Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka
terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada
klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan Peserta didik dengan
menggunakan suatu standar.
Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah
seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah.
Sedangkan non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak
memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bias berbentuk
kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan atau pernyataan
sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau memberikan
pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Inventori merupakan
instrument yang berisi tentang laporan diri dari keadaan peserta didik,
misalnya potensi peserta didik. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa
bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa angka,
sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan
sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan lain sebagainya.
3. Penilaian
Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup
semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar
siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau
kelompok.
Depdikbud (1994) dalam Zainal Arifin (2009) mengemukakan
“penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi
secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang
telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa
penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang
tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai.
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian
kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik.
Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari
Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan tehnik
penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap proses dan
hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal
merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada
saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan
penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses
pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga baik
didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga /
institusi tersebut dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil
belajar peserta didik.
Metode dan tehnik penilaian sebagai bagian dari penilaian internal
(internal assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta
didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini
bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi
oleh peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan
hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga
sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses program pembelajaran.
Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan
sering kali digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta
didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Namun
diantara keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering
dicampuradukan, padahal keempat istilah tersebut memiliki pengertian
yang berbeda.
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian
merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya
kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari
proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan
proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan
dengan kegiatan penilaian.
4. Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung
kata dasar value “nilai”. Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi
berkaitan dengan keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar
atau salah, kuat atau lemah, cukup atau belum cukup, dan sebagainya.
Secara umum evaluasi diartikan sebagai suatu proses mempertimbangkan
suatu hal atau gejala dengan menggunakan patokan-patokan tertentu yang
bersifat kualitatif, misalnya baik-tidak baik, kuat-lemah, memadai-tidak
memadai, tinggi-rendah, dan sebagainya.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau
tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses
penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat
hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan
informasi tentang sesuatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi
yang akurat dan objektif tentang suatu program. Selain itu juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun
penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.
Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (1961) menjelaskan
evaluasi tersebut dengan mengatakan bahwa evaluasi itu berhubungan
dengan pengukuran. Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam
evaluasi juga termasuk penilaian formal dan penilaian intuitif mengenai
kemajuan peserta didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa
yang baik dan apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil pengukuran
yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan evaluasi.
B. Hubungan Tes,Pengukuran ,Penilaian Dan Evaluasi
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian
merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan
dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses
pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses
pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatan penilaian.
Tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur. Tes merupakan
alat utama yang digunakan untuk melalui proses pengukuran penilaian dan
evaluasi. Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang
berkesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang
menghasilkan skor kemudian dari hasil pengukuran kita dapat melaksakan
penilaian.
Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan
evaluasi dalam pendidikan, antara lain :
1. Seleksi
Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil
keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu
proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini
maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada
masa yang akan datang dengan resiko yang terendah. Tes jenis ini sangat
umum dalam masyarakat kita, karena hampir selalu terjadi peminat untuk
pekerjaan atau pendidikan jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Dilihat
dari segi ini, maka acapkali tes seleksi yang dilakukan hanya sekedar
untuk memisahkan orang yang akan diterima dari orang yang akan
ditolak. Bukan untuk memperoleh calon yang paling besar kemungkinan
berhasil dalam pekerjaan atau program yang akan dilakukan.
2. Penempatan
Dalam kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan tes
penempatan, untuk menentukan tempat yang paling cocok bagi seseorang
untuk dapat berprestasi dan berproduksi secara efisien dalam suatu proses
pendidikan atau pekerjaan. Tes seperti ini terutama didasarkan pada
informasi tentang apa yang telah dan apa yang belum dikuasai oleh
seseorang.
3. Diagnosis dan remedial
Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan
seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan
dalam suatu program pendidikan tertentu. Jadi sebelum dilakukan
remedial, maka seharusnya didahului oleh suatu tes diagnosis.
4. Umpan balik
Hasil suatu pengukuran atau skor tes tertentu dapat digunakan sebagai
umpan balik, baik bagi individu yang menempuh tes maupun bagi guru
atau instruktur yang berusaha mentransfer kemampuan kepada peserta
didik. Suatu skor tes dapat digunakan sebagai umpan balik, bila telah
diinterpretasi. Setidak-tidaknya ada dua cara menginterpretasi skor tes,
yaitu dengan membandingkan skor seseorang dengan kelompoknya dan
dengan melihat kedudukan skor yang diperoleh seseorang dengan kriteria
yang ditentukan sebelum tes dimulai. Untuk yang pertama dinamakan
“norm reference test” dan yang kedua dinamakan “criterion reference
test”.
5. Memotivasi dan membimbing belajar
Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar peserta didik, dan juga
dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka
yang memperoleh skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk
lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat
mengetahui diwilayah mana terletak kelemahannya. Dan bagi mereka
yang mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi
mempertahankan dan maningkatkan hasilnya, serta dapat menjadi
pedoman dalam mempelajari bahan pengayaan.
6. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
Salah satu peran yang penting evaluasi pendidikan ialah mencari dasar
yang kokoh bagi perbaikan kurikulum dan program pendidikan. Perbaikan
kurikulum atau program pendidikan yang dilakukan tanpa hasil evaluasi
yang sistematik acapkali menjadi usaha sia-sia yang mubajir.
7. Pengembangan ilmu
Hasil pengukuran, tes, dan evaluasi tentu saja akan dapat member
sumbangan yang berarti bagi perkembangan teori dan dasar pendidikan.
Ilmu seperti pengukuran pendidikan dan psikometrik sangat tergantung
pada hasil-hasil pengukuran, tes, dan evaluasi yang dilakukan sebagai
kegiatan sehari-hari guru dan pendidik. Dari hasil itu akan diperoleh
pengetahuan emperik yang sangat berharga untuk pengembangan ilmu dan
teori.
C. Perbedaan Pengukuran, Tes, Penilaian Dan Evaluasi Pembelajaran
Tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur
suatu aspek tertentu.
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas dari peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, dan
sebagainya.
Penilaian merupakan kegiatan mengumpulkan, melaporkan, dan
menggunakan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil
pengukuran untuk dianalisis hasil kerja siswa atau prestasi siswa dalam
mengerjakan tugas.
Evaluasi merupakan suatu bagian penting dalam pembelajaran yang
memberikan keuntungan bagi guru dan siswa, serta sebagai alat untuk
memonitor apakah pembelajaran telah dipahami oleh siswa, mengetahui
kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam
apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement
dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur pada
hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran
tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer:
hasilnya: 360 celcius, 380 celcius, 390 celcius dan seterusnya. Contoh lain:
dari 100 butir yang diajuakan dalam tes, ahmad menjawab dengan betul
sebanyak 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat kita dipahami bahwa
pengukuran itu sifatnya kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu,
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu; misalnya ;
pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang
lengan, panjang kaki, lebar bahu, ukuran pinggan dan sebagainya.
2) Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu : misalnya ;
pengukuran untuk menguji daya tahan per baja terhadap tekanan berat,
pengukuran untuk menguji daya tahan lampu pijar, dan sebagainya.
3) Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji
sesuatu ; misalnya : mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam
rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka
dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga inilah yang
biasa dikenal dalam dunia pendidkan.

Penialian” berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung


arti : mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegang teguh pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam
contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36°Celcius termasuk orang
yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan
sehat badannya. Dari 100 butir soal, 80 butir dijawab dengan betul oleh
Ahmad; dengan demikan dapat ditentukan Ahmad termasuk anak yang
pandai. Sedangkan “Evaluasi” adalah mencangkup kegiatan yang telah
dikemukakan terdahulu, yaitu mencangkup “pengkuran” dan “penilaian”.
Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat
menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah
pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian
inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.

Di atas telah dikemukakan bahwa pengukuran itu adalah bersifat


kuantitatif; hasil pengukuran itu berwujud keterangan yang berupa angka-
angka atau bilangan-bilangan. Adapun evaluasi adalah bersifat kualitatif;
evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang
sering bersumber pada data yang bersifat kuantitatif. Dikatakan sering
bersumber pada data yang bersifat kuantitatif, sebab sebagaimana
dikemukakan oleh Prof.Dr, Masroen, M.A (1979), tidak semua penafsiran itu
bersumber dari keterangan-keterangan yang bersifat kuantitatif. Sebagai
contoh dapat dikemukakan disini, misalnya keterangan –keterangan mengenai
hal-hal yang disukai siswa, informasi yang datang dari orang tua siswa,
pengalaman-pengalaman masa lalu, dan lain-lain, yang kesemuanya itu tidak
bersifat kuantitaif melainkan kualitatif.

Lebih lanjut masroen menegaskan bahwa penilaian (setidak-tidaknya


dalam bidang psikologi dan pendidikan) mempunyai arti yang lebih luas
ketimbang istilah pengukuran, sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah
merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam
rangka pelaksanaan evaluasi. Dikatakan “kiranya perlu diambil” sebab tidak
semua penilaian itu harus senantiasa didahului oleh tindakan pengukuran
secara lebih nyata. Sebagai contoh dapat dikemikakan di sini, misalnya untuk
dapat untuk dapat menetukan keberhasilan pengajaran pendidikan agama
islam . ada cara lain yang dapat ditempuh guna mengetahui apakah para siswa
telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah
diberikan kepada mereka di sekolah; cara lain itu misalnya dengan melakukan
observasi (pengamatan) melakukan wawancara dan sebagainya.

Namun demikian tidak dapat disangkal adanya kenyataan, bahwa


Evaluasi dalam bidang pendidikan sebagian besar bersumber dari hasil-hasil
pengukuran. Menurut Masroen, pada umumnya para pakar di bidang
pendidikan sependapat, bahwa evaluasi mengenai proses pembelajaran
disekolah, tidak mungkin dapat berjalan dengan bail apabila evaluasi itu tidak
didasarkan atas data yang bersifat kuantitatif, inilah sebabnya mengapa dalam
praktek masalah pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting di
dalam dalam proses evaluasi. Baik buruknya evaluasi akan banyak bergantung
pada hasil-hasil pengukuran yang mendahuluinya. Hasil pengukuran yang
Kurang cermat akan memberikan hasil evaluasi yang kurang cermat pula,
sebaliknya teknik pengukuran yang tepat akan memberikan landasan yang
kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan
sering kali digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta
didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Namun diantara
keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering dicampuradukan, padahal
keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian
merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan
dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses
pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses
pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatan penilaian.
Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian
yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam
melakukan kegiatan penilaian.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari
beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa dan sekolah.Ketiga pihak tersebut
memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing.
Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif,
dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan
sistem penilaian.
B. Saran
Dengan mengetahui kegiatan evaluasi (penilaian) diharapkan bisa
membantu memberikan pengetahuan kepada calon guru agar bisa memahami
cara mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa termasuk metode yang
digunakan apakah sudah tepat atau belum lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ainin, M. 2006. Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penialaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai