Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PEMBELAJARAN

OLEH KELOMPOK 1

1. INTAN TRI AULIA : 170730023


2. NURUL HIKMAH : 170730019
3. KHATIJAH : 170730024
4. WULAN NUZUL : 170730015
5. APRIANI : 170730013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas
tentang standard penilailaian PAN dan PAP.

Dengan menyelesaikan makalah ini, saya mengharapkan banyak manfaat yang


dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memotivasi para pembaca yang lain untuk mencari pengetahuan yang lebih luas. Dengan
begitu maka diharapkan kedepannya banyak penemuan-penemuan baru yang baik dan
menguntungkan.

Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai sumber yang
data dan faktanya telah kami pakai sebagai bahan pada makalah ini, kami juga
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
terselesaikannya makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ............................................................................................... 1
B. Rumusanmasalah........................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian standart penilaian pendidikan ........................................................ 3

B.Pendekatan dalam penilaian PAN dan PAP .................................................... 3

C.Teknik penilaian .............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................15
B. Saran ..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16


BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu wadah individu untuk belajar mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya melalui proses penanaman bermacam-macam nilai-
nilai. Pendidikan yang diselenggrakan itu terlihat sukses atau tidaknya jika adanya
hasil yang didapat baik dalam bentuk angka ataupun tidak. Dapat disimpulkan
bahwa hal tersebut tidak terlepas juga dengan adanya pengukuran, penilaian dan
evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadp siswa. Evaluasi pendidikan tersebut
memiliki ruang lingkup yang luas yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, ranah
psikomotor. Dunia pendidikan sekarang ini mengkolaborasikan ke-tiga ruang
lingkup tersebut. Namun realisasinya kurang sempurna karena banyak individu
yang tidak mengatahui akan itu. Dengan begitu penulis pada kesempatan kali ini
termotivasi untuk mengupas matei tentang ruang lingkup evaluasi pendidikan.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru


disebut bahwa”Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan salah satu
unsur penting yang wajib dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugas di
sekolah”. Evaluasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Karena hal ini sangat
menbatu untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dalam evaluasi kita akan
menemukan kelemahan dalam pembejaran tersebut sehingga mampu
dikembangkan dengan kebih baik.Idealnya, ruang lingkup evaluasi pembelajaran
mencakup semua aspek pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif
maupun psikomotor.Peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik
belum tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan
kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar,
Anda dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, dkk.,
yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif,
doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang
menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan
intelektual.Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan
perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor berkaitan dengan
kegiatan keterampilan motorik. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan
difokuskan juga kepada aspek-aspek pembelajaran yang meliputi program
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran. Selanjutnya
akan dikemukakan pula ruang lingkup penilaian proses dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu penjelasan secara rinci mengenai
ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini akan jabarkan mengenai
pengertian evaluasi, pengertian pengukuran, pengertian penilaian, cirri-ciri
evaluasi pembelajaran, dan tahapan evaluasi pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan standart penilaian pendidikan?

2. Apa yang dimaksud PAN dan PAP?

3. Apa itu teknik penilaian?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari PAN maupun PAP

2. Untuk mengetahui apa saja teknik dalam penilaian


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Standart Penilaian Pendidikan

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi


untuk menentuka pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar
peserta didik dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku
secara nasional. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik

B. Pendekatan dalam Penilaian PAN dan PAP

Penilaian Acuan Normatif (PAN)

PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil
dalam kelompoknya Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik,
karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan
dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini
digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar
kompetitif.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Normatif yaitu:;

1. Penilaian Acuan Normatif merupakan elemen pilihan yang memeberikan


daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan
tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen
normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam
penerapan standar. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai
dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal
sebagai penilaian acuan normatif (PAN).
2. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses
pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu.
Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.
3. Penilaian Acuan Normatif (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai
seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi
seluruh siswa dalam kelas atau kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.

Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan


Normatif adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma
kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai
siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu atau bisa diartikan PAN
ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap hasil
dalam kelompoknya. Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum
dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes
acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam
hubungannya dengan performa atau keadaan kelompok peserta yang lain yang
telah mengikuti tes.

Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :

1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap


peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya,
Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui
kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah,
dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau
kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya)
dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan
rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari
yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang
serius.
5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.

Kelebihan dan Kekurangan PAN

Kelebihan PAN

1. Kebiasan penggunaan penilaian berdasarkan refrensi norma


atau kelompok dipendidikan tinggi.
2. Diharapkan tinggat kinerja yang sama terjadi pada setiap kelompok
mahasiwa.
3. Bermanafaat untuk membandingkan mahasiswa atau penghargan utama
untuk sejumlah mahasiswa tertentu.
4. Mendukung tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan standar.

Kekurangan PAN

1) Sedikit menyebutkan kompetensi mahasiswa apa yang mereka ketahui


atau dapat mereka lakukan.
2) Tidak fair karena peringkat mahasiswa tidak hanya bergantung pada
tingkatan prestasi, tetapi juga atas prestasi mahasiswa lain.
3) Tidak dapat diandalkan mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat
lulus tahun berikutnya.

Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation


merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam
pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang
lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan
materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
mendukung tujuan instruksional .

Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum
dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa
yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa)
mendapat manfaat dari adanya PAP.

Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran


dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil
tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses
pembelajaran.

Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana


diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang
yang harus diterapkan. PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat
siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai
kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar
tuntas (mastery learning).

Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan materi


atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung
tujuan instruksional .

Apabila dalam penentuan nilai hasil tes belajar itu digunakan acuan kriterium
(menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan
diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada standar mutlak (standar
absolute), artinya pemberian nilai pada siswa itu dilaksanakan dengan jalan
membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing
individu siswa, dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapatdicapai oleh
siswa, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan benar.

Karena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau pada
patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada
masing-masing individu siswa, mutlak ditentukan olehbesar kecil atau tinggi
rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa yang bersangkutan.
Itu lah sebabnya mengapa penentuan nilai dengan mengacu kepada kriterium
sering disebut sebagai penentuan nilai secara mutlak (absolute) atau penentuan
nilai secara individual. Disamping itu karena penetuan nilai seorang siswa
dilakukan denagan jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor
maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini
sering juga dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan
nilai secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen. Sebagai contoh rumus
yang dapat digunakan adalah:

Nilai = skor mentah / skor maksimum ideal x 100

Selanjutnya nilai-nilai yang berhasil dicapai masing-masing siswa ditransfer atau


diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan-patokan yang telah disepakati
masing-masing lembaga/institute/universitas. Misalanya:

Nilai 85 keatas = A

Nilai 75 – 84 = B

Nilai 65 – 74 = C

Nilai 55 – 64 = D

Nilai dibawah 55 = E

Penilaian beracuan patokan, sangat baik atau sangat cocok diterapkan pada tes-tes
formatif, diamana guru ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta
didiknya telah terbentuk, setelah mereka mengalami pengajaran dengan jangka
waktu tertentu. Dengan menggunakan PAP ini,guru dapat mengetahui beberapa
orang siswa yang tingkat penguasaanya tinggi, sedang maupun rendah, maka guru
tersebut akan dapat melakukan upaya-upaya yang dipandang perlu agar tujuan
pengajaran dapat tercapai secara optimal.

Namun PAP ini jangan digunakan dalam pengolahan atau penentuan nilai hasil tes
sumatif, seperti pada ulangan umum dalam rangka mengisi raport, atau pada ujian
akhir dalam rangka mengisi nilai ijazah maupun penentuan kelulusan seperti yang
terjadi pada ujian akhir nasional yang banyak menuai kontroversi, karena
penilaian acuan patoakan ini dalam penerapannya sama sekali tidak
mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas) sehingga dikatakan
kurang manusiawi, maka dengan penerapan penilaian patokan dalan tes sumatif
bias menyebabkan sebagian besar siswa dinyatakan tidak naik kelas.Kelemahan
lain adalah bahwa apabila butir-butir soal yang dikeluarkan terlalu sukar, maka
siswa betapapun pandainya akan memperoleh nilai-nilai rendah, sedengkan jika
butir-butir soal terlalu yang rendah, mahasiswa betapa bodohnyapun akan
memperoleh nilai-nilai yang tinggi. Dalam hubungan ini maka penilaian beracuan
kriterium menggunakan standar mutlak itu sebaiknya diterapkan pada tes hasil
belajar itu mengalami uji coba decara berulang kali dan telah memberikan bukti
nyata bahwa tes tersebut sudah memliki sifat handal, baik dilihat dari segi
realiabitasnya.

Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan


Penilaian Acuan Patokan (PAP)

A. Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa


persamaan sebagai berikut:

a. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan


evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan
tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional
khusus
b. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur
mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target akhir
pengambilan keputusan.
c. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua
pengukuran sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument.
d. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan
diukur.
e. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes
karangan, tes penampilan atau keterampilan.
f. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
g. . Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang
berbeda.
B.Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:

1) Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus


dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan
biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan
banyak butir tes untuk setiap perilaku.
2) Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari
segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan
menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak
dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
3) Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang
mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang
terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan
butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa
perduli dengan tingkat kesulitannya.
4) Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

C. Teknik Penilaian

Pengertian Teknik Penilaian


Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan
sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar siswa.
Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan
melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa,
penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara penilaian yang
dapat digunakan untuk dan banyaknya jumlah materi yang sudah disampaikan.
Teknik mendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat
dengan mudah digunakan misalnya adalah: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2)
observasi atau pengamatan, (3) wawancara.
1. Teknik penilaian melalui tes
a) Tes tertulis
Tes tertulis yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab siswa dengan memberikan
jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
tes objektif, misalnya bentuk pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar-
salah, dan bentuk menjodohkan;
tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan
secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara
objektif).
b) Tes lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung antara guru dan siswa. Tes ini memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya adalah: (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat
pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan
secara berhadapan langsung; (2) bagi siswa yang kemampuan berpikirnya relatif
lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan
soal,tes bentuk ini dapat menolong sebab siswa dapat menanyakan langsung
kejelasanpertanyaan yang dimaksud; (3) hasil pengetesan dapat langsung
diketahui siswa. Kelemahannya adalah (1) subjektivitas pengetesan (Tutor) sering
mencemari hasil tes,(2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
c) Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak siswa melakukan persiapan melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan
pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, disesuaikan menurut
keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan
format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara
kelompok sebaiknya menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk
keperluan pengamatan kelompok.
2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan tutor/guru untuk mendapatkan
informasi tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya
selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada siswa
secara perseorangan ataupun kelompok. Datam kegiatan observasi perlu
dipersiapkan format pengamatan. Di dalam format perigamatan di antaranya
berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu
pengamatan.
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat
misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain,
dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

a) Cara dan Tujuan Observasi


Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi
(observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil
bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada
“diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif :
Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru
hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis


Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah
mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan
diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak
terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya
guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati,
misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan
kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku
murid dalam menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak
membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang
menanam bunga.

3. Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif
tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-
gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sebagai alat evaluasi ,
observasi digunakan untuk:
-Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
-Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
-Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa
dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga
kemampuan siswa dalam mengumpulkan data

b) Sifat Observasi
-Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
-Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
-Direncanakan secara sistematis
-Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
-Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

c) kelebihan dan kelemahan observasi


observasi sebagai alat penilaian nontes, observasi dapat memperoleh data sebagai
aspek tingkah laku anak. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang
serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting. Observasi
dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari teknik
lain, misalnya wawancara atau angket.
Selain keuntungan diatas observasi juga mempunyai kelemahan yaitu observasi
tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat
dirahasiakan.

Langkah-langkah menyusun observasi :


1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian

Teknik penilalan melalui wawancara


Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan
yang telah diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan tutor/guru untuk
tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa
tutor/guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan
sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud
untuk menilai.
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara
dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab
(responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai
dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua
adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan
pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan
(dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila
wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau
kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal :
Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini
hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai
a. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara
yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam
melaksanakan wawancara.
b. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh
guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman
secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

c. Langkah-langkah penyusunan wawancara :


1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian

d. Kelebihan dan kelemahan wawancara


Kelebihan wawancara yaitu :
-Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada
hubungan baik antara pewawancara dengan objek
-Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
-Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
-Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.
-Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara
dengan objek.

Sedangkan Kelemahan wawancara:


-Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu
yang diwawancarai
-Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan
wawancara
-Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara
-Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil
wawancara

e. Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi,
yaitu:
-Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis
(Systematic Interview).
-Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan
istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis
(Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:


-Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang
apa yang akan ditanyakan
-Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut
-Harus menjaga hubungan yang baik
-Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
-Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
-Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
-Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber
data
-Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
-Guru harus mengobrol dalam wawancara
-Batasi waktu wawancara
-Hindari penonjolan aku dari guru

Tabel 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen


Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
• Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan uraian
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kinerja
• Penugasan individual atau • Pekerjaan rumah
kelompok • Projek
• Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio
• Jurnal • Buku cacatan jurnal
• Penilaian diri • Kuesioner/lembar penilaian diri
• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri.

penilaian acuan normatif adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar


siswa terhadap hasil dalam kelompoknya Penilaian acuan norma (PAN)
merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa
pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes
yang sama.

penilaian acuan patokan (PAP) ialah pengukuran yang menggunakan acuan yang
berbeda.

Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan


menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan
adanya kekeliruan dalam penyusunannya, baik dari segi materi, maupun
penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapakan sumbangsih pembaca untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya, dan harapan bagi penyusun, semoga makalah ini
dapat memberi manfaat dalam proses evaluasi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


islam Departemen Agama RI, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
1993.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2011.

Anda mungkin juga menyukai