Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Taqwim Ta’lim Al–Lughoh Al-arabiyah


Tentang

Dasar, Prinsip-Prinsip Dan Syarat Evaluasi Pembelajaran

Oleh :

Azizah Rahmah : 2014020042

Niswatin Humairoh : 2014020051

Dosen Pengampu

Dr. Rahmawati, M.Ag.

JURUSAN PENDDIKAN BAHASA ARAB (B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS IMAM BONJOL PADANG
TAHUN 2022 M / 1444 H
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya, guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Taqwim Ta’lim Al Lughoh Al arabiyah Tahun Ajaran 2022. Makalah ini dapat
memberikan wawasan tentang apa pengertian dari dasar prinsip-prinsip dan syarat
evaluasi pembelajaran.
Dalam pembuatan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada kepada
Ustadzah Dr. Rahmawati, M. Ag., selaku dosen pengampu mata kuliah Taqwim Ta’lim Al
Lughoh Al arabiyah. Selain itu, ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada orang tua
dan teman-teman yang telah memberikan bantuan kepada saya sehingga makalah ini dapat
saya selesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan manfaat.

4 , Oktober 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

A. Dasar Evaluasi Pembelajaran ............................................................... 3

B. Evaluasi Pengukuran dan Pembelajaran...............................................7

C. Prinsip Prinsip Evaluasi Pembelajaran ............................................... 10

D. Syarat Syarat Evaluasi Pembelajaran.................................................. 14

BAB III PENUTUP......................................................................................... 17

A. Kesimpulan ......................................................................................... 17

B. Saran ................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Prinsip diartikan sebagai
asas atau kebenaran yang menjadi dasar berpikir dan bertindak. Dalam kaitannya
dengan evaluasi belajar dibidang pendidikan, prinsip diperlukan sebagai pemandu
dalam kegiatan evaluasi. Dengan demikian, tidak hanya diutamakan prosedur dan
teknik evaluasi, tetapi prosedur dan teknik itu harus dilakukan dalam paduan prinsip
tersebut. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi
harus bertitik tolak pada prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran.

Selain itu juga harus mengetahui jenis-jenis alat yang digunakan untuk
melaksanakan evaluasi pembelajaran.
1. Menurut Aunurrahman, agar evaluasi yang dilakukan memberikan manfaat
sebagaimana yang diharapkan, maka evaluasi harus dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip yang tepat.
2. Evaluasi dalam pembelajaran adalah untuk mengevaluasi kegiatan atau
mengoreksi hal-hal yang telah terjadi atau dilakukan selama pembelajaran.
Dengan demikian evaluasi dalam proses pembelajaran memiliki tujuan untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi sistem pembelajaran baik pada tujuan,
materi, media, sumber belajar, lingkungan
3. Dalam implementasi kurikulum 2013 evaluasi harus disesuaikan dengan
penataan yang dilakukan pada standar isi, standar kompetensi, lulusan, dan
standar proses.
4. Evaluasi pada kurikulum 2013 harus mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap secara utuh dan proporsional, sesuai dengan

1
2

5. kompetensi inti yang telah ditentukan. Aspek pengetahuan, dapat dilakukan


dengan ujian tulisan, lisan, dan daftar isi pertanyaan. Aspek keterampilan
dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan, analisis tugas,
serta penilaian sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap yang
disesuaikan dengan kompetensi inti.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
Tentang Standar Penilaian menyebutkan bahwa Standar penilaian
pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen
hasil belajar siswa. Evaluasi pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Dasar Evaluasi Pembelajaran ?
2. Apa Saja Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran ?
3. Apa Saja Syarat Syarat Evaluasi Pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Dasar Evaluasi Pembelajaran
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Syarat Syarat Evaluasi Pembelajaran
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Evaluasi Pembelajaran


Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran
dapat diartikan Sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan seseorang dapat
melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengelaman.
Perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaruh obat-obatan atau zat kimia
lainnya dan cenderung bersifat permanen. Istilah “pembelajaran” (instruction)
berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengejaran” lebih bersifat
formal dan hanya ada didalam konteks guru dengan peserta didik dikelas secara
formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik diluar kelas
Yang mungkin saja tidak dihadiri guru secara fisik.1
Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik
secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional dan sosial,
sedangkan kata “pengajaran”. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematisdan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif
antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk
menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik,
untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.
Berdasarkan rumusan di atas, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut,
yaitu:
1. Pembelajaran adalah suatu program. Ciri suatu program adalah sistematik,
sistemik dan terencana. Sistematik artinya keteraturan, dalam hal ini
pembelajaran harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian, dan setiap

1
Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran , (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 7-9.
4

langkah juga harus bersyarat. Sistemik menunjukan suatu sistem artinya


didalam pembelajaran terdapat komponen, antara lain tujuan, materi,
metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru
yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta
berlangsung secara terencana dan sistemik. Suatu program terdiri atas
serangkaian tindakan atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun
melalui proses pemikiran yang matang. Perencanaan program merupakan
instrumen penting untuk merealisasikannya dalam situasi nyata.
2. Setelah pembelajaran berproses, tentu guru perlu mengetahui kefektifan dan
efesiensi semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Begitu
juga ketika peserta didik selesai mengikuti proses pembelajaran, tentu
mereka ingin mengetahui sejauh mana kemampuan hasil uang ingin dicapai.
Untuk itu guru harus melakukan penilaian hasil belajar. Dalam
pembelajaran terdapat proses sebab akibat. Oleh karena itu, guru sebagai
“figur sentral”, harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang
tepat,sehingga mendorong perbuatan belajar peserta didik yang aktif,
produktif dan efisien.
3. Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah anatara guru,
peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling memengaruhi,
tidak didominasi oleh satu komponen saja. Nana Sy. Sukmadinata (2001)
menjelaskan “interaksi ini bukan hanya pada apa dan bagaimana, tetapi
lebih jauh dari itu, yaitu pada tingkat mengapa, tingkat mencari makna, baik
makna sosial maupun makna pribadi. Sedangkan komunikatif artinya bahwa
sifat komunikasi antara peserta didik dengan guru atau sebaliknya, sesama
peserta didik, dan sesama guru harus saling mengerti dan menerima serta
memahami. Untuk itu, baik guru maupun peserta didik juga mampu
menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam keseharian. Sehingga
5

dapat mengundang antusiasme peserta didik untuk memperhatikan dan


menyimak materi pelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi-
kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar peserta didik.
Kondisi-kondisi yang dimaksud, antara lain: memberi tugas, mengadakan
diskusi, tanya jawab, mendorong peserta didik berani mengemukakan
pendapat, melakukan evaluasi atau penialaian. Hal ini yang dimaksudkan
(Furqon, 2001) bahwa “assessment as intruction”, maksudnya, “assessment
and teaching can be one and the same”, untuk itu guru harus banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik sehingga terjadi kegiatan atau
tindakan belajar.
5. Proses pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang telah
ditetepkan. Tujuan kompetensi pembelajaran itu biasanya harus sudah
dirancang dalam perencanaan pembelajaran yang berbentuk tujuan
pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Untuk
mngetahui sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau
menguasai isi kompetensi tertentu, maka guru perlu melakukan tindakan
evaluasi.
Jadi proses pembelajaran, guru akan mengatur seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran, mulai dari membuat desaint pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, mengajar atau pembelajaran atau membelajarakan, serta melakukan
evaluasi pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang efektif. Peran peserta
didik adalah bertindak belajar yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil
belajar dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai “dampak
pengiring”. Melalui belajar, maka kemampuan mental peserta didik semakin
meningkat, hal itu sesuai dengan perkembangan peserta didik yang beremanasipasi
diri sehingga menjadi utuh dan mandiri.
6

Dalam kedudakan evaluasi pembelajaran perlu diketahui adanya prestasi.


Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi, yang berarti hasil usaha. Sedangkan istilah prestasi
belajar berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada
umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi
aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam
berbagai bidang dan kegiatan anatara lain dalam kesenian, olah araga, dan
pendidikan khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan suatau masalah yang bersifat perenial dalam
sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehupannya manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar
(achievement)semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa
fungsi utama anatara lain:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasi peserta didik.
2. Prsetasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
(couryosity) dan merupakan kebutuan umum manusia”.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inofasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadukan pendorong bagi perta
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan
sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator produktivitas suaru institusi pendidikan.
5. Prestasi blajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus
utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang dihharapakan
dapat menyerap seluruh materi pembelajaran.
7

Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa
pentingnya kita mengetahui dan memehami prestasi belajar peserta didik, baik
secara perseorangan maupun kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanay
sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai
indikator kualitas institusi pendidikan. Sebagai mana yang dikemukan oleh
Cronbach (1970) bahwa kegunaan prestasi bekajar banyak ragamnya, antara lain
“sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperlun diagnotis, untuk
keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan
penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk
menentukan kebijakan sekolah”.Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa
pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling
interaksi, berintelasi dan berinterpendensi. Salah satu komponen pembelajaran
adaah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran, salah satu langkah yang
harus ditempuh guru adalah evaluasi.
Dengan demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis karena evaluasi
merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri2
Pengertian Evaluasi, Pengukuran dan Penilaian Pembelajaran
a. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation.
Wrightstone, dkk. (Djaali & Pudji Muljono, 2007). yang mengemukakan bahwa
evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa
kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Lebih
spesifik Grondlund dan Linn (1990), mendefinisikan evaluasi pembelajran adalah
suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras

2
Arifin, Zainal.Peran Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2014 Offset.
8

sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.


Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran.

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang


dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian
belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup
kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi
pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan
sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas
evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui
tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.

Evaluasi pembelajaran diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara


tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah
karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-
karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah
tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap,
minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan
tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan
demikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah
sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum. Apabila lebih
lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh
pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum.

Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai


pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan
9

penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses


membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan
pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang
dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan
pembelajaran secara kualitatif. Kemampuan pembelajar dalam menyampaikan
materi kepada pembelajar dan bagi pembelajar sebagai penjajagan seberapa banyak
materi yang mampu mereka serap selama proses pembelajaran. Dari hasil tes,
pembelajar/penyusun silabus dapat mengubah/memperbaiki silabus, metode, dan
media. Tes merupakan pengumpul informasi (Zuhud,1995: 10).

Berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi


secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai
sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek)
berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa
diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik
semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang
mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang
dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan3
b. Pengukuran Pembalajaran
Pengukuran pembelajaran, merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka)
sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut
dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Menurut Ign. Masidjo
(1995: 14), pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan menentukan
kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang
diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud. Menurut

3
Elis Ratna Wulan,Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia 2014 ), hlm.
29-31
10

Cangelosi (1991), pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan


empiris.

Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh


Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-
fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau satuan-satuan tertentu.
Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek
dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007). Sedangkan
menurut Endang Purwanti (2008: 4), pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan
atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Dari
pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran
pembelajaran, adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran,
diperlukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-
kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.
c. Penilaian Pembelajaran
Penilaian dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assessment yang
berarti menilai sesuatu. Menilai itu sendiri bararti mengambil keputusan terhadap
B. Prinsip-prinsip Evalusi Pembelajaran
Mendesain dan melakukan proses atau kegiatan evaluasi seorang guru
hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut:
1. Prinsip berkesinambungan (continuity) Maksud Prinsip ini adalah kegiatan
evaluasi dilaksanakan secara terusmenerus. Evaluasi tidak hanya dilakukan
sekali setahun atau persemester, tetapi dilakukan secara berkelanjutan mulai
dari proses pembelajaran dengan memperhatikan peserta didik hingga ia
tamat dari institusi tersebut.
2. Prinsip menyeluruh (comprehensive) Prinsip ini maksudnya adalah dalam
melakukan evaluasi haruslah melihat keseluruhan dari aspek berfikir
(domain kognitif),aspek nilai atau sikap (domain afektif), maupun aspek
11

keterampilan ( domain psikomotor) yang ada pada masing-masing peserta


didik.
3. Prinsip objektivitas (objektivity) Maksud dari prinsip ini adalah bahwa
Objektivitas artinya mengevaluasi berdasarkan keadaan yang sesungguhnya,
tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain yang bersifat emosional dan irasional.
4. Prinsip valididitas (validity) Validitas artinya keshahihan yaitu bahwa
evaluasi yang digunakan benar-benar mampu mengukur apa yang hendak
diukur atau yang diinginkan. Validitas juga selalu disamakan dengan
ketepatan, misalnya untuk mengukur partisipasi peserta didik dalam proses
pembelajaran bukan dievaluasi dengan melihat nilai ketika ulangan tetapi
dilihat juga mulai dari kehadiran, keaktifan dan sebagainya.
5. Prinsip penggunaan criteria Pada saat memasuki tingkat pengukuran,baik
pengukuran dengan standar mutlak maupun dengan relative, misalnya
apabila angka 70 menunjukkan siswa telah menguasai materi, maka siswa
dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai tersebut.
6. Prinsip kegunaan Dengan maksud bahwa evaluasi yang dilakukan
merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi siswa maupun bagi pendidik.
7. Prinsip Praktikabilitias Evaluasi harus bersifat praktis mudah dilaksanakan
dan mudah diadministrasinya.
8. Mendidik Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi
guru dan meningkatkan kulalitas belajar bagi siswa, yang memberikan
sumbangan positif bagi siswa (Kunandar.2010)
9. Terbuka Prinsip terbuka ini mengandung arti bahwa prosedur evaluasi,
kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh
pihak yang berkepentingan.4

4
I Putu Suardipa, Kadek Hengki Primayana “Peran Desain Evaluasi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran” hlm. 92-93
12

Evaluasi hasil belaiar dapat dikatakan terlaksana dengan baik,jika berpegang pada
tiga prinsip dasar berikut.
1. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh dikenal dengan prinsip
komperehensif. Dengan prinsip ini maka evaluasi hasil belajar dapat terlaksana
dengan baik, apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh atau
menyeluruh. Perlu diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan
sePotong-potong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh.
2. Prinsip Kesinambungan
Prinsip ini dikenal dengan prinsip kontinuitas, yakni evaluasi hasil
belajar yang baik adatah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur
dan sambung-menyambung dari waktu ke waktu.
3. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belaiar dapat
dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor
yang sifatnya subjektif. Seorang pendidik iuga harus memerhatikan berbagai
prinsip dalam menilai hasil belaiar peserra didiknya. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Sahih. Penilaian yang dilakukan pendidik dapat sahih ketika
dilakukan berdasarkan data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur, dan menggunakaninstrumenPengukuran
b) objektif.PendidiktidakmemasukanpenilaianSecarasubjektif.Dengan
demikian, digunakan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat
menyamakan antara persepsi penilai dan memperkecil subjektivitas.
c) Adil. Penilaian harus sesuai dengan hasil nyata capaian belaiar
Peserta didik dengan kompetensi yang dinitai. 16
EvaluasiPembelajaran
13

d) Terpadu. Penilaian oleh pendidik adalah salah saru komponen yang


tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran, dan mengacu
pada kompetensi yang diajarkan pada proses pembelajaran.
e) Terbuka. Prosedur dan kriteria penilaian harus terbuka dan jelas,
serta diketahui oleh pendidik dan peserta didik. peserta didik atau
pengguna hasil penilaian harus tahu proses dan acuan apa yang
dipakai untuk merumuskan penilaian.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian yang dilakukan oleh
pendidik harus mencakup semua aspek kompetensi, dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan
instrumen. Penilaian itu juga dilakukan sepanjang proses
pembelajaran, dan menggunakan pendekatan ossessment as learning,
for learning, dan of learning secara seimbang.
g) Sistematis. Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti berbagai langkah baku. Hal ini diawali dengan
pemetaan, yaitu mengidentifikasi, menganalisis KD, dan indikator
ketercapaian KD. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut
selanjutnya dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen, dan waktu
penilaian yang sesuai.
h) Beracuan kriteria penilaian. Penilaian dilakukan sesuai dengan acuan
kriteria minimal yang telah ditetapkan- Peserta didik yang telah
mencapai batas tersebut maka dinyatakan tuntas, sedangkan peserta
didik yang belum mencapai batas harus menjalani remedial.
i) Akuntabel. Hasil penilaian dapat dipertanggungjawabkan dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya. Selain penilaian dilakukan secara
sahih, objektif, adil, dan terbuka, namun penilaian juga harus
14

memiliki makna bagi peserta didik dan juga proses


pembelajarannya.5

C. Syarat Syarat Evaluasi Pembelajaran


Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar
siswa adalah menyusun alat evaluasi(test instrument) yang sesuai dengan
kebutuhan, dalam artian tidak menyimpang dari indicator dan jenis prestasi yang
diharapkan. Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif
psikologi belajar (The Psychology of learning) meliputi dua macam, yakni:
a) Reliabilitas
b) Validitas
1. Reliabilitas
Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau dapat
dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji apabila memiliki
konsistensi atau keajegan hasil.
2. Validitas
Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid
atau abash apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.6
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan
evaluasi dalam proses pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:194-198)
terurai sebagai berikut :
1. Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan
sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi.
untuk memperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan insturmen yang
memiliki/memenuhi syarat-syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi.
Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil
pengalaman.

5
Rina Febriana, ( jakarta : Bumi Aksara 2019) Evaluasi Pembelajaran hlm. 92-95
6
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2003. Hal:199
15

2. Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni


tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan
hasil yang tepat. Gronlund dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:196)
mengemukakan bahwa, “keterandalan menunjukkan kepada konsistensi
(keajegan) pengukuran yakni bagaimana keajegan skor tes atau hasil
evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke pengukuran yang
lain”. Dengan kata lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai tingakat
kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrument
evaluasi.
3. Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang
ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan,
menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam
menyimpanya.
Sementara menurut Arikunto dan Jabar (2010:8-9) evaluasi memiliki ciri-ciri dan
persyaratan sebagai berikut :
a) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku bagi penelitian pada umumnya.
b) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu
memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari
beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam
menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi.
c) Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu
adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu
bagi keberhasilan program.
d) Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam
menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil
kesimpulan.
16

e) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau


rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah
ditentukan.
f) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara
rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana,
maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi
subkomponen, sampai pada indikator dari program evaluasi.
g) paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak
kelemahan dari proses kegiatan.
h) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.7

7
Ibid hlm. 145
17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran


dapat diartikan Sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan seseorang dapat
melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengelaman.
Perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaruh obat-obatan atau zat kimia
lainnya dan cenderung bersifat permanen.

Evaluasi pembelajaran diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara


tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah
karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-
karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah
tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap,
minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan
tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi


dalam proses pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:194-198) terurai
sebagai berikut :
1. Kesahihan
2. Keterandalan
3. Kepraktisan
18

B. Saran
Alhamdulillah pemakalah telah menyelesaikan penulisan makalah pada
mata kuliah Taqwim Ta’lim Al lughoh Al arobiyah. Melalui makalah ini,
pemakalah memberikan saran kepada pembaca agar memahami materi tentang “
Dasar, Prinsip dan Syarat Evaluasi pembelajaran” mungkin masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini karena keterbatasan pengetahuan yang kami
dapatkan. Oleh karena itu, kami sangat berharap kepada pembaca agar
memperbanyak bacaannya dengan sumber lain sehingga ilmu yang didapatkan
lebih banyak lagi.
19

DAFTAR PUSTAKA

RatnaWulan, Elis Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran Bandung: Pustaka Setia,


2014

Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja


Grafindo Persada.

Arikunto Suharsimi. 2011 Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi


Aksara. dan Jabar,

Safruddin Abdul.2010. Evaluasi Progaram Pendidikan Pedoman Praktis Bagi


Mahasiswa dan Praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suherman, U. 2007. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Azzam


Media.

Sukardi. E, dan Maramis. W. F. 1986. Penilaian Keberhasilan Belajar. Jakarta


Erlangga:University Press,

Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi


Kurikulum 2004. Bandung; Remaja Rosdakarya.

Suryabrata Sumadi. 1987. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: CV


Rajawali.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syaiful Bahri Djamarah, 1995. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka


Cipta.

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta,


tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai