Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENILAIAN ACUAN NORMATIF DAN PENILAIAN ACUAN PATOK


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Joyce Bulan Basrawi, M. Pd

Disusun Oleh:
Muhammad Muzaki (21.03.2900)
Ilham Aminudin (21.03.2848)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAI PERSIS BANDUNG
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENILAIAN ACUAN NORMATIF DAN PENILAIAN ACUAN PATOK” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibu Joyce Bulan Basrawi, M. Pd pada mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya dan membantu kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 18 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Acuan Normatif dan Penilaian Acuan
Patokan.............................................................................................. 3
B. Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan
Pengukuran Acuan Patokan ............................................................. 6
C. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian
Acuan Normatif ............................................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ............................................................................... 10
B. SARAN ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penilaian merupakan salah satu aspek dalam proses belajar mengajar
di sekolah. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil suatu keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar yang menggunakan instrument tes maupun non tes. Jadi tidak hanya
sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih
ditekankan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh
suatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu tim.
Pengukuran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
penilaian. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu
atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang, hal atau objek
tertentu menurut aturan yang jelas. Dalam bidang menengah, dosen dapat
mengukur penguasaan peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu
yang telah dilatih, tetapi tidak mengukur peserta didik itu sendiri. Tanpa
kemampuan melakukan pengukuran seorang guru tidak dapat mengetahui
di mana ia berada pada suatu kegiatan.
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang
atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban yang
dianggap benar.
Tes, penilaian dan pengukuran merupakan suatu rangkaian kegiatan
guru dalam proses belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan.
Keterkaitan antara tes, pengukuran dan penilaian adalah penilaian hasil
belajar baru dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan tes
sebagai alat ukurnya. Oleh karena itu, kajian tentang Penilaian Acuan Pokok
(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN) ini penting dilakukan untuk
memberikan bekal kepada guru dalam melakukan penilaian hasil
pembelajaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Penilaian Acuan Normatif (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
2. Apakah persamaan dan perbedaan Penilaian Acuan Normatif
(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan Penilaian Acuan Normatif
(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Penilaian Acuan Normatif (PAN)
dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan Penilaian Acuan
Normatif (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Penilaian Acuan
Normatif (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patoka
1. Pengertian Penilaian Acuan Normatif (PAN)
Norm referenced measurement pada umumnya disebut pula
sebagai Penilaian Acuan Normatif (PAN), adalah penilaian yang
dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang
diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain
yang termasuk dalam kelompok itu. Maksud dengan “norma” dalam hal
ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud
dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa yang mengikuti tes
tersebut. Jadi, pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat berarti
sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau
wilayah.1
Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik,
karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes
dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang
sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang
menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran
normatif, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku
normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang
bervariasi.2
Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si B mendapat nilai 9,
maka dengan serta merta si A dianggap tidak lebih pintar daripada si B.
contoh lain, si C mendapat nilai 5 sementara teman-temannya yang lain
mendapatkan nilai di bawahnya. Biasanya si C dianggap yang paling
pintar dibandingkan dengan teman-temannya.
Dalam penggunaan norm referenced, prestasi belajar seorang
siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas

1
Ngalim Puwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1984), Hlm. 77.
2
Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Hlm.
23.

3
seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Seorang
siswa yang apabila terjun ke kelompok A termasuk “hebat”, mungkin
jika pindah ke kelompok lain hanya menduduki kualitas “sedang” saja.
Ukurannya adalah relatif. Oleh sebab itu maka dikatakan pula diukur
dengan standar relatif. Ukuran demikian juga disebut menggunakan
norma referenced, atau norma kelompok.
Dalam suatu seleksi penyelenggara tesnya hanya bertujuan
memilih sekian orang yang terbaik di antara semua peserta, tanpa peduli
tingkat penguasaanya, tes yang harus digunakan adalah tes acuan norma.
Cara penafsiran yang digunakan adalah adalah penafsiran acuan norma.
Orang yang terpilih mungkin benar-benar orang yang sangat menguasai
perilaku yang diukur, karena semua peserta adalah orang-orang yang
pandai. Mungkin pula terjadi orang-orang yang dipilih terdiri atas
orang-orang yang mempunyai tingkat penguasaan kurang karena semua
peserta berasal dari orang orang yang kurang pandai.3
2. Pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) juga sering disebut criterion
evaluation merupakan pengukuran lain dengan menggunakan acuan
beda. Dalam pengukuran ini penampilan siswa dikomparasikan dengan
kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan instruksional,
bukan dengan penampilan siswa lain. Keberhasilan siswa dalam
prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria
yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung
tujuan instruksional.
Dikatakan demikian apabila posisi siswa merupakan hasil
penampilannya dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Pada
penilaian acuan patokan ini hasil penampilan seorang siswa
menunjukkan posisinya sendiri tanpa membandingkan dengan hasil
penampilan siswa lain. Dengan kata lain, dalam acuan patokan, apa

3
Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern, (Jakarta, Erlangga, 2012), Hlm. 214.

4
yang dicapainya dalam suatu tes adalah menggambarkan
penampilannya dalam mengerjakan tes.4
Di dalam penggunaan criterion referenced, siswa dibandingkan
dengan sebuah standar tertentu, yang dalam uraian sebelum ini,
dibandingkan dengan standar mutlak, yaitu 100. Uraian dalam contoh
siswa A dan B di atas, siswa juga dibandingkan dengan standar tertentu,
yaitu skor maksimum. Penggunaan standar mutlak ini terutama
dipertahankan dalam pengetrapan prinsip belajar tuntas.5
Sebagai contoh, misalkan untuk dapat diterima sebagai calon
penerbang di sebuah lembaga penerbangan, setiap calon harus
memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 165 cm
dan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) serendah-rendahnya 130
berdasarkan hasil tes yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria atau patokan itu, siapa pun calon yang tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak
akan diterima sebagai siswa calon penerbang.6
Contoh lain, misalnya dalam suatu modul dinyatakan bahwa
untuk dapat dinyatakan lulus, seorang siswa harus memperoleh nilai 80%
dari tes akhir modul (post-test). Jika ternyata seorang siswa setelah
mempelajari modul tersebut dan mengerjakan tes akhir modul
mendapat nilai 60, yang berarti 60%, maka siswa tersebut masih harus
mempelajari kembali bagian-bagian dari modul yang belum
dikuasainya, kemudian dites lagi sampai akhirnya ia dapat memperoleh
nilai 80 atau lebih.
Dari contoh-contoh tersebut di atas terlihat bahwa
menggunakan kriteria penilaian tertentu. Contoh pertama
menggunakan kriteria batas tinggi badan dan tingkat IQ yang
merupakan syarat dalam pencapaian tujuan sebagai calon penerbang.
Contoh kedua menggunakan kriteria tingkat kemampuan penggunaan

4
Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Hlm. 23.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta, BINA AKSARA, 1987), Hlm.
233.
6
Alex Shirran, Evaluating Students, (Jakarta, PT Gramedia, 2006), Hlm. 107.

5
pengetahuan sesuai dengan tujuan kurikulum sehingga nilai yang
diperoleh siswa sekaligus mencerminkan sejauh mana kemampuan atau
penguasaan siswa akan materi pengajaran yang diteskan.
Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa kriteria atau patokan yang
digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat
tetap, setidaknya untuk beberapa tahun atau jangka waktu tertentu dan
berlaku bagi semua siswa atau mahasiswa yang mengikuti tes di
lembaga yang bersangkutan.7

B. Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan


Pengukuran Acuan Patokan
Pengukuran acuan normatif dan acuan patokan mempunyai
beberapa persamaan sebagai berikut:
1. Kedua pengukuran acuan normatif dan acuan patokan memerlukan
adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai menentukan fokus item yang
diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan instruksional umum
dan tujuan instruksional khusus.
2. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relavan, digunakan
sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang
diukur merepresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi
target akhir pengambilan keputusan.
3. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam
suatu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.
4. Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas
dan reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur
apa yang hendak dukur, sedangkan reliabilitas yiatu apakah item tes
memiliki hasil konsistensi. Suatu item tes dikatakan memiliki
reliabilitas, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsistensi dalam mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi 2003).

7
Alex Shirran, Evaluating Students, (Jakarta, PT Gramedia, 2006), Hlm. 108

6
5. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul
data siswa yang dievaluasi.

Di samping persamaan karakteristik antara pengukuran acuan


normatif dan acuan patokan tersebut, kedua pengukuran tersebut pun
memiliki beberapa perbedaan seperti berikut:
1. Pengukuran acuan normatif
a. Merupakan tes yang mencakup domain tugas
pembelajaran dengan item pengukuran yang spesifik.
b. Menekankan pembedaan antara individual siswa satu
dengan siswa lain dalam kelompok/kelas.
c. Item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan
cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat
kesulitan rendah.
d. Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang
memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan antara
siswa pandai, di atas rerata, di bawah rerata, dan bodoh.
e. Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan
atas kelompok-kelompok tertentu secara jelas.
2. Pengukuran acuan patokan
a. Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada
penentuan domain tugas belajar dengan tingkat kesulitan
sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran.
b. Menekankan penggambaran tugas apa yang telah
dipelajari oleh para siswa.
c. Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa
menghilangkan item atau soal yang memiliki tingkat
kesulitan rendah.
d. Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan
tugas pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi
belajar (mastery learning).

7
e. Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi
kriteria tertentu atau domain pencapaian belajar.

C. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian


Acuan Normatif
1. Keunggulan Penilaian Acuan Norma (PAN)
a. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi
norma atau kelompok di pendidikan tinggi;
b. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas
mata pelajaran/kuliah dan memberikan hadiah.
c. Mendukung ide tradisional kekukuhan akademis dan
menggunakan standar.
2. Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN)
a. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi
siswa/mahasiswa apa yang mereka ketahui atau dapat
mereka lakukan.
b. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal
sekarang mungkin dapat lulus pada tahun berikutnya;
c. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak
diketahui para siswa/mahasiswa.
3. Kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
a. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan
standar dan kriteria minimal;
b. Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa/mahasiswa
serta fokus pada pembelajaran;
c. Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan
seseorang dalam proses pembelajaran.
4. Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
a. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui
sebuah kriteria dan standar;
b. Lebih menekankan hasil daripada proses;

8
c. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan
dari menilai berdasarkan referensi norma menjadi referensi
kriteria.

Walaupun benar bahwa dari kedua model penilaian, guru dapat


menggunakan acuan yang berbeda, dan dengan sifat-sifat yang berbeda,
penilaian atas dasar acuan normatif lebih mudah dikomunikasikan dengan
para stakeholder yang relavan termasuk pimpinan sekolah, siswa, orangtua
dan masyarakat pengguna. Kemudian bagaimana untuk kondisi tertentu
misalnya pemilihan suatu jabatan di lembaga pendidikan seperti jabatan
kepala sekolah, kepala pendidikan wilayah kabupaten atau wilayah provinsi,
posisi atau jabatan yang jumlah sangat terbatas, atau lebih sedikit dibanding
orang-orang yang menginginkannya, maka penilaian acuan patokan atau
kriteria memiliki hasil yang lebih tepat untuk digunakannya, guna memilih
dan menempatkan orang yang betul-betul mampu pada jabatan pilihan
tersebut.8

8
Ibid., Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Hlm. 60.

9
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa
diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk
dalam kelompok itu. Penilaian acuan patokan adalah merupakan
pengukuran lain dengan menggunakan acuan beda. Dalam
pengukuran ini penampilan siswa dikomparasikan dengan kriteria
yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan instruksional,
bukan dengan penampilan siswa lain.
2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain
adalah kedua pengukuran memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik, memerlukan sampel yang relavan, memerlukan item-item
yang disusun dalam suatu tes, memerlukan persyaratan pokok, yaitu
validitas dan reliabilitas, kedua pengukuran tersebut sama
manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang dievaluasi.
3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:
a. Penilaian acuan norma menekankan pembedaan antara
individual siswa satu dengan siswa lain dalam
kelompok/kelas. Penilaian acuan patokan menekankan
penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para
siswa.
b. Penilaian acuan norma lebih banyak digunakan, khususnya
pada kelas yang memiliki kelompok-kelompok dengan
pembedaan antara siswa pandai, di atas rerata, di bawah
rerata, dan bodoh. Penilaian acuan patokan Lebih banyak
digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas
pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar
(mastery learning).

10
c. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey.
Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk
penguasaan.

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
segala bentuk saran dan masukan yang membangun. Semoga makalah ini
dapat membeikan manfaat bagi pembaca, pendengar, dan berguna bagi
perkembangan dunia pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, BINA

AKSARA, 1987

Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Yogyakarta,

Graha Ilmu, 2012.

Mudijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: BUMI AKSARA, 1995.

Puwanto Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1984

Shirran Alex, Evaluating Students, Jakarta, PT Gramedia, 2006

Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Jakarta: Bumi

Aksara, 2008

12

Anda mungkin juga menyukai