Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi atau KBK (2006) yang memuat
seperangkat target pencapaian yang harus dimiliki setiap anak sesuai dengan
jenjang/kelasnya. Target tersebut lebih di kenal dengan istilah SK (standar kompetensi ),
Standar kompetensi ini kemudian diurai kembali menjadi target-target yang lebh ternci dalam
bentukKD atau kompetensi dasar . SK dan KD inilah yang membedakan kurikulum
sebelumnya dengan kurikulum terbaru (2006) yang sebelumnya diuji cobakan pada tahun
2004 yang lalu.
Perbedaan mendasar ini, kemudian memicu kita para guru untuk melakukan penilaian yang
mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan oleh kurikulum melalui SK dan KD tadi..
dalam penilaian acuan kriteria, setiap anak hanya dapat dibandingkan dengan SK atau KD.
Jika dalam KD menyatakan bahwa seorang siswa harus mampu menafsirka apabla hambatan
dperbesar maka arus lstrik yang mengalir akan semakin kecil, maka siapun yang telah mampu
memenuhi kriteria tersebut dinyatakan kompeten atau lulus mencapai KD yang dimaksud,
tanpa harus membanding-bandingkan bagus-tidaknya tulisan tiap-tiap anak.
Penilaian acuan kriteria (PAK) adalah penilaian yang dilakukan untuk mennnngetahui
kemampuan siswa dibandingkan dengan kriteria yang sudah dibuat terlebih dahulu didalam .
penlaian acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun
waktunya yang berbeda. Konsekwensi acuan ini adalah adanya program remedi. Penafsiran
SK , KD dan indikator skor hasil ujian selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan lebih dahulu. Hasil ujian ini dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa melakukan,
tidak lulus berarti tidak bisa melakukan. Acuan ini banyak digunakan untuk bidang sains dan
teknologi serta mata pelajaran praktik. Tujuan penggunaan acuan kriteria untuk menyeleksi
(secara pasti) status individual mengenai domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan
dengan baik. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kinerja
peserta ujian tanpa memperhatikan bagaimana kinerja tersebut dibandingkan dengan kinerja
yang lain.
Dalam pendekatan dengan acuan kriteria, penentuan tingkatan didasarkan pada skor-
skor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk presentase. Untuk mendapatkan nilai
tertentu , seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan
oleh SK dan KD tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain dalam
kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa
bergantung pada tingkat kesulitan ujian yang mereka terima. Artinya apabila ujian yang
diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila
ujian tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A
atau B akan sangat kecil.
1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik
terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif
digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam
komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya,
selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu
tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya
menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya
(kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan
tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat
istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan
kelompok.