Disusun Oleh:
Kelompok 1
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Menuju paradigma baru pembelajaran matematika”.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari motivasi
dan bantuan berbagai pihak.Untuk itu, terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak Nahor M. Hutapea selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi
Pembelajaran Matematika.
Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ilmu dan
pengetahuan yang penulis peroleh.Penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama dalam kemajuan dunia pendidikan.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
sistematika penulisan maupun dari segi penyajian.Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.Atas perhatian, saran,
dan kritikan dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................... 31
Daftar Pustaka................................................................................................ 32
Lampiran......................................................................................................... 33
Berita Acara.................................................................................................... 39
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Tulisan berikut akan memberikan gambaran tentang kondisi
pembelajaran kovensional, landasa filosofis, arti penting pandangan baru
dalam pembelajaran matematika, model dimensi menelaah pembelajaran
matematika, prinsip pembelajaran matematika, harapan pembelajaran
matematika kedepan. Harapannya tulisan ini akan memberi bekal kepada
pengajar baik di sekolah maupun perguruan tinggi supaya dapat
mempersiapan pembelajaran, melaksanakan serta melakukan evaluasi
terhadap pembelajaran matematika yang dilakukan. Sehingga peserta didik
dapat belajar matematika dengan senang dan benar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk dankondisi pembelajaran konvensional?
2. Apa itu landasan filosofis pembelajaran matematika?
3. Bagaimana arti penting pandangan baru dalam pembelajaran
matematika ?
4. Bagaimanamodel dimensi menelaah pembelajaran matematika ?
5. Apa prinsip pembelajaran matematika ?
6. Apa saja harapan pembelajaran matematika kedepan ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini ditujukan untuk mencari tujuan dari
dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan
penulisan makalah, sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pembelajaran konvensional.
2. Mahasiswa dapat mengetahui landasan filosofis paradigma baru
pembelajaran matematika.
3. Mahasiswa dapat mengetahui arti penting pandangan baru dalam
pembelajaran matematika.
4
4. Mahasiswa dapat mengetahui model pembelajaran matematika.
5. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip pembelajaran matematika.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode ceramah
Menurut Abuddin Nata (2011:181-182), metode ceramah
6
adalah penyampaian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung di hadapan
peserta didik. Penyampaian materi dimulai dengan menjelaskan
pengertian, menyingkap garis besar materi yang sedang
dibicarakan, tujuan yang ingin dicapai, dan menghubungkan
antara materi yang disajikan dengan bahan yang telah di sajikan.
Kesulitan metode ceramah adalah mengelola perhatian, dan
mengetahui kondisi didik, memikirkan bagaimana agar peserta
didik tertarik dalam mengikuti pembelajaran dengan cara
memvariasikan bagaimana cara mengajarnya.
Kelebihan metode ceramah adalah pendidik lebih
mengetahui arah pembicaraan materi yang di sampaikan, dapat
diikuti oleh sejumlah peserta didik dalam jumlah banyak, metode
ini tidak memakan banyak biaya untuk mempersiapkan alat-alat
pembelajaran.
Kekurangan metode ceramah adalah tidak mengetahui
sampai dimana peserta didik mengerti materi yang dipelajari,
kata-kata yang di jelaskan pendidik, ditafsirkan lain oleh peserta
didik. Cenderung membuat peserta didik kurang kreatif, materi
yang disampaikan hanya berdasarkan ingatan.
2. Metode tanya jawab atau berbasis masalah
7
Kelebihan metode tanya jawab adalah peserta didik lebih
aktif dalam berdiskusi, pendidik hanya perlu menjelaskan materi
penting saja yang tidak dipahami oleh peserta didik.
Mengecek
pemahaman dan Mengecek apakah siswa telah berhasil
4.
mmberikan umpan melakukan tugas dengan baik,
balik memberi umpan balik.
8
memberikan contoh-contoh, guru membuka sesi tanya jawab dan
dilanjutkan dengan pemberian tugas, guru melanjutkan dengan
mengkonfirmasi tugas yang dikerjakan siswa dan guru
menyimpulkan inti pelajaran.
1. Hakikat Matematika
9
hasil himpunan bagian pertama. Ini dinotasikan dengan WoT (Harel,
2008).
10
Ramaley menyatakan bahwa beberapa dari siswa sebagai bagian dari
pendidikan matematika mungkin mendalami matematika dengan tujuan
untuk menjadi seorang matematikawan.Beberapa yang lainnya hanya
butuh bekal untuk bekerja pada bidang yang tidak secara langsung
berkaitan dengan matematika.Oleh karena itu, sebagai pendidik sangat
perlu untuk memperhatikan keanekaragaman motivasi mereka dalam
belajar matematika. Lebih lanjut, Ramaley (2007) menekankan peran
akademisi yang harus melayani semua siswa dengan baik, walaupun pada
akhirnya mereka akan menggunakan matematika dengan cara yang sangat
beragam. Dengan demikian, kita harus mengingat dan menjaga semua
siswa kita dan mengajari mereka dengan tulus dan dengan jujur,
menjadikan mereka setia (faitful) dan sadar (midful) akan matematika dan
bagaimana mereka mengembangkannya sebagai siswa.
kecemerlangan akademik;
11
it is part of our culture. Paul Ernest (1991:42) memandang bahwa
matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga
pernyataan penting yaitu:
(i) The basis of mathematical knowledge Is linguistic language,
conventions and rules, and language is a social constructions;
(ii) Interpersonalsocialprocesses are required to turnan individual’s
subjective mathematical knowledge, after publication, into
accepted objective mathematical knowledge; and
(iii) Objectivity it self will be understood to be social.
12
memberikan deskripsi benar tentang objek; dan 4) matematika adalah studi
tentang sifat-sifat berbagai struktur matematis yang bersifat abstrak.
13
bersaing dalam kehidupan nasional maupun internsional. Untuk itu perlu
batasan tentang definisi kurikulum secara jelas dan sederhana (Henderson
& Kesson, 2004). Dari segi asal katanya istilah kurikulum berasal dari
bahasa Latin ’currere’ yang bermakna ‘thecoursetoberun’ atau jalan yang
harus dilalui (Henderson & Kesson, 2004; Netherlands Institute for
Curriculum Development, 2009:9).
14
mulai tahun 1999 tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 34 dari 48
negara, tahun 2003 pada posisi 35 dari 46 negara, tahun 2007 pada posisi
36 dari 49 negara, dan pada tahun 2011 pada posisi 36 dari 40 negara.
Sementara itu studi tiga (3) tahunan PISA, yang diselenggarakan oleh
Organization for Economic Cooperationand Development (OECD) sebuah
badan PBB yang berkedudukan di Paris, bertujuan untuk mengetahui
literasi matematika siswa.Fokus studi PISA adalah kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi dan memahami serta menggunakan dasar-dasar
matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Studi yang
dilakukan mulai tahun 2000 menempatkan Indonesia pada posisi 39 dari
41 negara, tahun 2003 pada posisi 38 dari 40 negara, tahun 2006 pada
posisi 50 dari 57 negara, tahun 2009 pada posisi 61 dari 65 negara, dan
yang terakhir tahun 2012 pada posisi 64 dari 65 negara. Studi TIMSS dan
PISA tersebut intinya terletak pada kekuatan penalaran matematis peserta
didik serta kemampuan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini menunjukkan kelemahan peserta didik dalam menghubungkan konsep-
konsep matematika yang bersifat formal dengan permasalahan dalam
dunia nyata. Memperhatikan rendahnya kemampuan peserta didik
Indonesia dalam survei tersebut, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya telah
mengantisipasinya dengan melakukan beberapa perubahan kurikulum.Pada
kurun waktu tahun 2000 sampai sekarang telah ada tiga jenis kurikulum
yang diberlakukan, yaitu kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan kurikulum
2013 (saat ini sedang dikaji ulang dan revisi).Walaupun berganti
kurikulum, ternyata belum mampu mengangkat prestasi peserta didik
untuk matematika di forum internasional. Pengamatan sementara
menunjukkan bahwa meskipun kurikulum berganti dan menggarah pada
pembelajaran yang menekankan penalaran matematis peserta didik melalui
kegiatan scientific serta kemampuan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, tetapi fungsi dan peran pengajar dalam pembelajaran
matematika, khususnya terkait cara menyampaikan materi pelajaran tidak
15
pernah berubah belum mampu memberi peluang peserta didik mencapai
kompetensi tersebut.
16
Sayangnya, penerapan kurikulum 2013 dipaksakan secepatnya. Bahkan
dalam pelatihan tersebut hanya diminta satu hingga dua orang guru untuk
terlibat. Akibatnya, pihak sekolah mengalami kesulitan memilih guru dan
tentu saja sejumlah besar guru yang tidak terlibat dalam pelatihan tidak
paham dengan mekanisme kurikulum 2013 (Mukmiman: 2015).
17
keterlibatan siswa dalam proses belajar. Mereka akan merasa lebih terlibat,
aktif, dan berperan dalam pembelajaran.
18
model dimensi ini siswa didorong untuk menggunakan kreativitas dan
pengetahuan yang mereka dapatkan miliki. Model dimensi menelaah
pembelajaran matematika :
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan
pembelajaran dimana masalah yang terjadi didunia nyata digunakan
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar materi pembelajaran dengan
menggunakan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah
serta untuk memperoleh penetahuan dan konsep yang menjadi esensi
dari materi pembelajaran (Depdiknas, 2002)
Pendapat Barrowa (1986) tentang lima karaktersistik kunci PMB:
a) Masalah dijadikan titik awal proses pembelajaran yang akan
memotivasi siswa untuk menyelesaikannya.
b) Siswa merencanakan penyelesaian masalah dengan pengumpulan
berbagai informasi yang diperlukan.
c) Siswa difasilitasi dengan berbagai sumber belajar yang dapat berpa
sumber cetak maupun elektronik untuk dieksplorasi.
d) Siswa secara aktif terlibat dalam penyelesaian masalah dan
komunikasi masalah dengan para guru.
e) Peran guru adalah sebagai fasilitator yang mendukung proses
penyelesaian masalah oleh siswa.
19
d) Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang
dapat dimanfaatkan dalam pemecahan masalah, dan mendorong
siswa melakukan eksperimen untuk mencari penjelasan dan
pemecahan.
e) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu
siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan maupun presentasi, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
f) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangsungnya pemecahan masalah.
2. Pendekatan Investigasi
Investigasi matematika adalah suatu aktivitas matematika yang
divergen. Investigasi matematika memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja dalam situasi matematika yang terbuka. Dalam
kerja investigasi, siswa menggunakan berbagai heuristik pemecahan
masalah dan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah
investigatif dengan penekanan pada penemuan pola-pola dan
hubungan-hubungan (Singapore Ministry of Education, 2004).
Copes (2008) menulis buku dengan judul Discovering Geometry:
An Investigative Approach yang menegaskan bahwa investigasi
matematika dapat dipandang sebagai sebuah pendekatan pembelajaran
dibanding hanya sebagai aktivitas siswa semata. Melalui pembelajaran
matematika dengan pendekatan investigasi, siswa belajar dan
mengembangkan pengetahuan serta kemampuan proses matematikanya
melalui kegiatan investigasi yang terintegrasi dalam pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika seperti ini akan memuat
investigation activity, investigation task, investigation work atau
investigation process serta meliputi juga aspek-aspek pemecahan
masalah, pengajuan masalah, penalaran induktif dan heuristik atau
proses berpikir matematis. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan investigasi merupakan bentuk-bentuk dari pendekatan
pembelajaran tidak langsung (indirect approach) yang berciri induktif.
20
g) Menguji dugaan (testing conjecture)
h) Melakukan pencarian secara informal (expressing finding
informally)
i) Simbolisasi (symbolising)
j) Membuat generalisasi formal (formalising generalitation)
k) Menjelaskan dan mempertahankan kesimpulan (explaining and
justifying)
l) Mengomunikasikan hasil temuan
3. Pendekatan Problem Solving
Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi
tuntutan situasi yang tidak umum (non-routine problems) dengan
tujuan untuk mengasah kemampuan dalam pemecahan masalah. Modal
utama dalam pemecahan masalah adalah adanya rasa tertarik
menghadapi “tantangan” dan tumbuhnya kemauan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut S. Nasution, (2003) memecahkan masalah dapat
dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi
aturanaturan yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah yang
baru. Pemecahan masalah juga merupakan keterampilan individu
dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah
melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun
berbagai alternatif pemecahan dan memilih pemecahan masalah yang
paling efektif.
Beberapa prinsip dasar atau karakteristik pembelajaran
menggunakan pendekatan problem solving menurut Branca (1980)
sebagai berikut :
a) Adanya interaksi antarsiswa dan interaksi antara guru dan siswa.
21
g) Guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur
membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri. Dapat
menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan
konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.
22
awal pembelajaran sepanjang akhir pembelajaran.
2. Konsep matematika pembelajaran. 2. Masalah tidak rutin
masuk melalui 2. Masalah dimulai dari dan menantang.
masalah. yang sederhana 3. Masalah dapat
3. Masalah yang menuju kompleks. bersifat tertutup atau
diberikan biasanya 3. Masalah yang terbuka.
bersifat tertutup. diberikan bersifat
terbuka.
23
Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan
kebenaran konsisten, tidak bertentangan antara kebenaran suatu
konsep dengan yang lainnya.Suatu pernyataan dianggap benar bila
didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.
1. Prinsip Kesetaraan
Pesan yang kuat dari prinsip kesetaraan adalah harapan yang tinggi
untuk semua siswa.Semua siswa harus mempunyai kesempatan dan
dukungan yang cukup untuk belajar matematika tanpa memandang
karakteristik personal, latar belakang atau hambatan fisik.
2. Prinsip Kurikulum
“A curriculum is more than a collection of activities; it must be
coherent, focused on important mathematics, and well articulated
across the grades.”Koheren berkaitan dengan pentingnya membangun
atau mengembangkan pengajaran seputar ide-ide besar baik di dalam
kurikulum maupun di dalam pengajaran di kelas.Siswa harus melihat
matematika sebagai sesuatu yang utuh bukan sesuatu yang
terpisah.Ide-ide matematika penting apabila ideide tersebut berguna
dalam pengembangan ide lainnya.
3. Prinsip Pengajaran
“Effective mathematics teaching requires understanding of what
students know and need to learn and then challenging and supporting
them to learn it well.” Untuk mencapai pendidikan matematika yang
berkualitas tinggi, para guru harus memahami secara mendalam
matematika yang mereka ajarkan, memahami bagaimana siswa belajar
matematika termasuk didalamnya mengetahui perkembangan
24
matematika siswa secara individual, dan memilih tugas-tugas dan
strategi yang akan meningkatkan suatu proses pengajaran.
4. Prinsip Pembelajaran
Students must learn mathematics with understanding, actively
building new knowledge from experience and prior knowledge.
Belajar matematika.dengan pemahaman adalah penting. Keterampilan
berhitung bukan menjadi satu-satunya hal yang diperlukan dalam
belajar matematika. Namun kecakapan untuk berfikir dan berasalasan
secara matematis untuk menyelesaikan soal-soal baru dan
mempelajari ide-ide baru yang akan dihadapi siswa di masa yang akan
datang. Selain itu siswa dapat belajar matematika dengan
pemahaman.Misalnya siswa diminta untukk menilai ideide temannya,
didorong untuk membuat dugaan tentang matematika lalu mengujinya
dan mengembangkan keterampilan memberi alasan logis.
5. Prinsip Penilaian
Assessment should support the learning of important mathematics
and furnish useful information to both teachers and students.
Penilaian yang melibatkan pengamatan dan interaksi yang terus
menerus akan mendorong siswa untuk menyampaikan dan
menjelaskan gagasan dengan lancar. Selain itu guru akan
mendapatkan informasi tentang perkembangan dan pemahaman siswa
sehingga guru dapat membuat keputusan yang lebih baik yang
mendukung proses belajar siswa.
6. Prinsip Teknologi
Technology is essential to teaching and learning mathematics; it
inflences the mathematics that is taught and enhances students’
learning. Teknologi meningkatkan proses belajar matematika karena
memungkinkan eksplorasi yang lebih luas dan memperbaiki penyajian
ide-ide matematika. Dengan teknologi lebih banyak soal yang dapat
dipecahkan (John A. Van De Walle, 2008, 2-3).
25
F. Harapan Pembelajaran Matematika Kedepan
Pada dasarnya proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar
mentransfer gagasan dari guru kepada siswa. Lebih dari itu, pembelajaran
matematika merupakan suatu proses yang dinamis, ketika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan memikirkan gagasan yang
diberikan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika merupakan
kegiatan interaksi antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru untuk
mengklarifikasi pikiran dan pemahaman terhadap suatu gagasan matematika
(Berry, Bol, & McKinney, 2009). Dengan kata lain, kemampuan penalaran,
komunikasi, dan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan
yang esensial dan fundamental dalam pembelajaran yang harus
dikembangkan kepada diri siswa dengan kokoh (Hekimoglu & Sloan, 2015).
Komunikasi matematika adalah cara berbagi ide dan memperjelas
pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide menjadi objek refleksi, perbaikan,
diskusi, dan perubahan. Ketika siswa ditantang untuk mengkomunikasikan
hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan atau tertulis, mereka
belajar harus jelas, meyakinkan, dan tepat dalam penggunaan bahasa
matematika.
Kita mengharapkan, kemampuan komunikasi yang dimiliki siswa
mampu berperan optimal dalam perkembangan pemahaman siswa itu sendiri
(Ball, 1991). Terlebih lagi akan sangat berguna jika kemampuan yang
dimiliki dan dipahami siswa tersebut dapat disampaikan kepada siswa lainnya
sehingga pemahaman konsep pembelajaran tidak hanya dipahami oleh satu
atau dua siswa saja, melainkan dipahami seluruh siswa.
Dalam perkembangan teknologi yang sangat berkembang pesat ini,
berbagai macam permasalahan baru akan muncul, permasalahan-
permasalahan tersebut harus disikapi secara bijak dan cermat serta perlu
dicari jalan keluarnya. Penyelesaian masalah merupakan proses menerima
tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya. Suatu pertanyaan akan
merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai
26
aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan
jawaban pertanyaan tersebut (Walk & Lassak, 2017).
Kemampuan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah
matematis perlu ditingkatkan. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
meningkatkannya baik dari segi pendekatan, metode, maupun model
pembelajaran.
1. Dari segi pendekatan, metode, maupun model pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang
saya lakukan, pendekatan, metode, maupun model pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme dan Contextual Teaching and Learning (CTL)
mampu meningkatkan kemampuan penalaran, komunikasi dan
memecahkan masalah (Hekimoglu & Sloan, 2015).
2. Bahan ajar maupun media pembelajaran pun dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan kemampuan tersebut. Kita dapat memanfaatkan canggihnya
teknologi dalam proses pembelajaran, misalnya penggunaan komputer.
Potensi komputer dalam media pembelajaran matematika sangat besar
(Paridjo & Waluya, 2017). Melalui software yang sesuai, komputer bisa
menjadi alat yang efektif dalam membantu kegiatan pembelajaran
matematika. Siswa dapat mengeksplorasi sendiri konsep-konsep yang
termuat dalam software yang disajikan sehingga guru hanya berperan
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran tersebut.
3. Dengan adanya kajian mengenai kemampuan pemecahan masalah,
penalaran dan komunikasi matematis, kesiapan siswa dalam
mengembangkan kompetensinya diharapkan lebih baik dalam hal
pelaksanaan ketika proses pembelajaran berlangsung.
4. Guru diharapkan mampu mengembangkan kompetensinya dalam
mengimplementasikan model-model pembelajaran yang mengarah pada
peningkatan kemampuan penalaran, pemecahan masalah maupun
komunikasi melalui matematika di sekolah (Hekimoglu & Sloan, 2015).
5. Selain dari kesiapan pelaksanaan pembelajaran, baik dari guru maupun
siswa, hal penting lainnya adalah sarana dan prasarana. Kepala sekolah
27
selaku penanggung jawab sekolah berkewajiban memenuhi segala macam
sarana maupun prasarana yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang
akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kompetensi yang harus dicapai
melalui matematika di sekolah.
6. Setiap proses pembelajaran perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran yang dilakukan
maupun tujuan yang dicapai. Sudah seharusnya alat evaluasi yang
digunakan dapat memenuhi kriteria dari setiap tahapan maupun indikator
yang ditentukan sebagai bagian dari cerminan keberhasilan pembelajaran
yang dilaksanakan.
28
1. Mathematics as language artinya matematika tidak hanya sekedar alat
bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau
menyelesaikan masalah namun matematika juga “an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, yang
artinya sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat (Zakiri et al., 2018).
2. Mathematics learning as social activity artinya sebagai aktivitas sosial,
dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti juga
komunikasi guru-siswa merupakan bagian penting untuk “nurturing
children’s mathematical potential” (María & Clara Jessica, 2016). Akan
tetapi, sampai saat ini kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran belum mendapatkan perhatian. Dalam pembelajaran
matematika, guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal
dengan benar tanpa meminta alasan atau jawaban siswa, ataupun meminta
siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, dan ide-idenya. Karena siswa
jarang diminta untuk berargumentasi dalam pembelajaran matematika,
maka siswa akan merasa asing untuk berbicara tentang matematika
(Muqtada, Irawati, & Qohar, 2018).
29
mempunyai disposisi ataupun rasa percaya diri untuk mempelajari konsep-
konsep baru yang diyakininya punya hubungan dengan konsep yang sudah
dipahami. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis maka siswa akan
bisa membangun pengetahuan matematikanya didasarkan pada hubungan
antar konsep matematika yang sudah dikuasainya (Sari et al., 2018). Siswa
juga bisa mempunyai kesadaran yang lebih tinggi tentang manfaat
matematika, karena mereka mengetahui bahwa matematika bisa digunakan
untuk mendukung bidang studi lain dan matematika bisa diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran konvesional dalam matematika bisa dibilang
cukup efektif dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran matematika
yang terstruktur membuat para murid sedikit kuwalahan dalam memahami
materi, sehingga diperlukan guru untuk menjelaskan materi dengan cara
konvensional. Untuk mengetahui peserta didik mengerti atau tidaknya dalam
memahami materi diperlukan latihan-latihan soal untuk menguji kemampuan
para peserta didik. Tetapi dengan metode yang benar agar peserta didik tidak
memiliki rasa takut untuk menjawab soal-soal latihan yang diberikan.
31
kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikan nasional sehingga warganya
dapat bersaing dalam kehidupan nasional maupun internasional.
32
mempunyai disposisi ataupun rasa percaya diri untuk mempelajari konsep-
konsep baru yang diyakininya punya hubungan dengan konsep yang sudah
dipahami. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis maka siswa akan
bisa membangun pengetahuan matematikanya didasarkan pada hubungan
antar konsep matematika yang sudah dikuasainya (Sari et al., 2018). Siswa
juga bisa mempunyai kesadaran yang lebih tinggi tentang manfaat
matematika, karena mereka mengetahui bahwa matematika bisa digunakan
untuk mendukung bidang studi lain dan matematika bisa diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
35
36
37
38
39
40
BERITA ACARA
Tanya-Jawab :
Presentator 1 : Khairunnisa Yulia Rinanda (2105113360)
Presentator 2 : Dwi Nyarianti (2105111533)
Presentator 3 : Wan Balqist Nabilah Hanum (2105113564)
Presentator 4 : Chelvy Yoelanda (2105111268)
Presentator 5 : Rahma Amelia (2105126338)
1. Suzu Asma Isya (Kelompok 6)
Mengapa sebagai calon guru perlu memahami prinsip-prinsip dalam
pembelajaran matematika?
Jawaban:
Karena memahami prinsip-prinsip pembelajaran merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan harus diaplikasikan dalam
aktivitas pembelajaran, guna mencapai hasil yang optimal. Nana Sujana
mengatakan bahwa, “prinsip pembelajaran merupakan salah satu usaha
pendidik dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi pembelajaran
agar peserta didik melakukan kegiatan belajar secara optimal” Jadi pada
dasarnya, implementasi prinsip pembelajaran merupakan kiat-kiat
pendidik dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan bergairah belajar, simpati dan
menyenangkan. Kondisi yang demikian peserta didik dapat terpusat
perhatiannya dan lebih termotivasi mengikuti pembelajaran.
Sumber: Ali, G. (2013). Prinsip-prinsip pembelajaran dan implikasinya
terhadap pendidik dan peserta didik. Al-Ta'dib, 6(1), 31-42.
41
individu memiliki kesetaraan hak dan posisi dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Oleh karena itu setiap siswa dari berbagai latar
belakang kehidupan sosial maupun yang berada di pelosok perlu
mendapatkan kesetaraan pendidikan matematika. Kemudian, dari keenam
prinsip pembelajaran matematika, prinsip yang paling dominan atau yang
harus paling diperhatikan adalah prinsip kesetaraan. Tidak ada batasan
bagi setiap orang untuk mendapatkan pendidikan. Karena pendidikan
menjadi hal yang sangat penting sehingga diharapkan dapat
menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di negeri ini.
Siswa yang mengalami kesulitan memahami matematika mungkin perlu
adanya tambahan les, siswa penyandang cacat mungkin perlu waktu yang
cukup untuk menyelesaikan tugas. Begitu juga dengan siswa yang
memiliki potensi dan bakat dalam matematika, mereka harus diberikan
pengayaan dan pendalaman soal – soal matematika yang menantang.
Bakat dan minat siswa ini harus dipupuk dan di dukung agar memiliki
kesempatan dan bimbingan untuk mendukung potensi yang dimiliki. Pesan
yang kuat dari prinsip kesetaraan adalah semua siswa harus mempunyai
kesempatan dan dukungan yang cukup untuk belajar matematika tanpa
memandang personal, latar belakang ataupun hambatan yang berhubungan
dengan fisik.
42
pendekatan tematik integratif dengan contextual teaching and learning
(CTL). Dikarenakan hal tersebut, guru dituntut untuk bisa menyesuaikan
diri dan mengubah pola pembelajaran mereka. Salah satu bentuk
perubahan tersebut adalah pemilihan model pembelajaran atau pun
pendekatan pembelajaran (Gordah, 2012). Guru harus merancang sebuah
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum baru ini,
namun juga harus efektif mengingat beban materi yang diberikan juga
cukup banyak. Sehingga kemampuan tersebut dapat terwujudkan pada diri
peserta didik.
43
44