Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENUJU PARADIGMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Khairunnisa Yulia Rinanda (2105113360)

Dwi Nyarianti (2105111533)

Wan Balqist Nabilah Hanum (2105113564)

Chelvy Yoelanda (2105111268)

Rahma Amelia (2105126338)

Desti Fitria Amanda (2105114176)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR
 
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Menuju paradigma baru pembelajaran matematika”.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari motivasi
dan bantuan berbagai pihak.Untuk itu, terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak Nahor M. Hutapea selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi
Pembelajaran Matematika.

Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ilmu dan
pengetahuan yang penulis peroleh.Penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama dalam kemajuan dunia pendidikan.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
sistematika penulisan maupun dari segi penyajian.Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.Atas perhatian, saran,
dan kritikan dari pembaca penulis ucapkan terima kasih. 

Pekanbaru, Agustus 2022


 
 
Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 1

Daftar Isi.......................................................................................................... 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Kondisi Pembelajaran Konvensional.................................................... 6


B. Landasan Filosofis................................................................................ 9
C. Arti Penting Landasan Baru Pembelajaran Matematika....................... 11
D. Model Dimensi Menelaah Pembelajaran Matematika.......................... 17
E. Prinsip Pembelajaran Matematika........................................................ 21
F. Harapan Pembelajaran Matematika Kedepan ................................... 24

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................... 31

Daftar Pustaka................................................................................................ 32

Lampiran......................................................................................................... 33

Berita Acara.................................................................................................... 39

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ibu dari Ilmu eksak, karena sifatnya yang


mutlak maka matematika di jadikan dasar dalam pengembangan ilmu-ilmu
baru. Manfaat yang diberikan dari mempelajari matematika sangatlah banyak
dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan tersebut
memberikan dampak kehidupan manusia yang semakin kompleks. Banyak
teknologi baru yang dihasilkan dari ilmu matematika.

Berdasarkan manfaat tersebut seorang ahli matematika memberikan


julukan yang begitu menarik tentang matematika. Salah satunya adalah Carl
Friedrich Gauss (1963:366) yang mengatakan bahwa matematika adalah ratu
dan pelayan ilmu (mathematics is the queen and servant of science).
Matematika sebagai ratunya ilmu artinya bahwa matematika sebagai sumber
dari ilmu lain dan pada perkembangannya tidak tergantung pada ilmu lain.

Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan


pengembangannya bergantung dari matematika. Sebagai contoh teori dan
cabang dari fisika dan kimia yang ditemukan dan dikembangkan melalui
konsep kalkulus.

Setiap orang punya kebebasan untuk memberikan makna tentang


matematika dan boleh belajar matematika sesuai pemahaman mereka masing-
masing. Pandangan atau yang dikenal juga sebagai paradigma seseorang
tentang matematika akan mempengaruhi cara dia belajar dan mengenal lebih
lanjut tentang matematika. Paradigma tersebut juga dipengaruhi oleh
paradigma para ahli tentang matematika.Banyak paradigma tentang
matematika dari para ahli.Pandangan itu terus berkembang dari masa ke masa.

3
Tulisan berikut akan memberikan gambaran tentang kondisi
pembelajaran kovensional, landasa filosofis, arti penting pandangan baru
dalam pembelajaran matematika, model dimensi menelaah pembelajaran
matematika, prinsip pembelajaran matematika, harapan pembelajaran
matematika kedepan. Harapannya tulisan ini akan memberi bekal kepada
pengajar baik di sekolah maupun perguruan tinggi supaya dapat
mempersiapan pembelajaran, melaksanakan serta melakukan evaluasi
terhadap pembelajaran matematika yang dilakukan. Sehingga peserta didik
dapat belajar matematika dengan senang dan benar.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk dankondisi pembelajaran konvensional?
2. Apa itu landasan filosofis pembelajaran matematika?
3. Bagaimana arti penting pandangan baru dalam pembelajaran
matematika ?
4. Bagaimanamodel dimensi menelaah pembelajaran matematika ?
5. Apa prinsip pembelajaran matematika ?
6. Apa saja harapan pembelajaran matematika kedepan ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini ditujukan untuk mencari tujuan dari
dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan
penulisan makalah, sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pembelajaran konvensional.
2. Mahasiswa dapat mengetahui landasan filosofis paradigma baru
pembelajaran matematika.
3. Mahasiswa dapat mengetahui arti penting pandangan baru dalam
pembelajaran matematika.

4
4. Mahasiswa dapat mengetahui model pembelajaran matematika.
5. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip pembelajaran matematika.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Pembelajaran Konvensional


Pembelajaran konvensional adalah suatu konsep belajar yang
digunakan guru dalam membahas suatu materi dengan metode guru
menjelaskan sedangkan murid hanya mendengarkan. Melaksanakan tugas
yang diberikan guru dalam bentuk latihan soal-soal.
Menurut pandangan psikologi pendidikan, model pembelajaran
konvensional adalah model atau cara yang digunakan pengajar atau pendidik
dalam pembelajaran sehari-hari dengan menggunakan model yang bersifat
umum dan biasa, bahasan tanpa menyesuaikan cara yang tepat berdasarkan
sifat dan karakteristik dari materi pembelajaran atau bidang pelajaran yang
dipelajari.

Ciri-ciri pembelajaran konvensional, yaitu :

1. Pembelajaran berpusat pada guru.


2. Terjadi passive learning (murid mendengarkan, mencatat,
menghafal catatan untuk ujian akhir).
3. Belajar secara individual.
4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
5. Prilaku dibangun berdasarkan kebiasaan.
6. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.
7. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
8. Prilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
9. Interaksi di antara peserta didik kurang.

Metode pembelajaraan konvensional, yaitu :

1. Metode ceramah
Menurut Abuddin Nata (2011:181-182), metode ceramah

6
adalah penyampaian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung di hadapan
peserta didik. Penyampaian materi dimulai dengan menjelaskan
pengertian, menyingkap garis besar materi yang sedang
dibicarakan, tujuan yang ingin dicapai, dan menghubungkan
antara materi yang disajikan dengan bahan yang telah di sajikan.
Kesulitan metode ceramah adalah mengelola perhatian, dan
mengetahui kondisi didik, memikirkan bagaimana agar peserta
didik tertarik dalam mengikuti pembelajaran dengan cara
memvariasikan bagaimana cara mengajarnya.
Kelebihan metode ceramah adalah pendidik lebih
mengetahui arah pembicaraan materi yang di sampaikan, dapat
diikuti oleh sejumlah peserta didik dalam jumlah banyak, metode
ini tidak memakan banyak biaya untuk mempersiapkan alat-alat
pembelajaran.
Kekurangan metode ceramah adalah tidak mengetahui
sampai dimana peserta didik mengerti materi yang dipelajari,
kata-kata yang di jelaskan pendidik, ditafsirkan lain oleh peserta
didik. Cenderung membuat peserta didik kurang kreatif, materi
yang disampaikan hanya berdasarkan ingatan.
2. Metode tanya jawab atau berbasis masalah

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran yang


dilakukan dengan cara, peserta didik mencari tahu dan memahami
terlebih dahulu materi yang akan di pelajari secara mandiri dan
menanyakan apa saja yang ia tidak ketahui setelah mempelajari
materi tersebut.

Kesulitan metode tanya jawab adalah membuat seluruh


peserta didik memahami materi, meyakinkan peserta didik agar
mau bertanya tanpa rasa takut atau malu akan kurangnya
pemahaman dari materi tersebut.

7
Kelebihan metode tanya jawab adalah peserta didik lebih
aktif dalam berdiskusi, pendidik hanya perlu menjelaskan materi
penting saja yang tidak dipahami oleh peserta didik.

Kekurangan metode tanya jawab adalah tidak semua


peserta didik akan aktif dalam proses pembelajaran, terkadang
prilaku pendidik yang membuat peserta didik tidak berani
menanyakan materi pembelajaran, dan pastinya tidak sedikit murid
yang malas mempelajari materi tersebut.

Tabel 1.1 Sintaks Pembelajaran Konvensional

No Fase Kegiatan Guru

Guru menjelaskan TPK, informasi


Menyampaikan latar belakang pelajaran, pentingnya
1.
tujuan dan pelajaran, mempersiapakan siswa
menyiapkan siswa untuk belajar.

Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan ketrampilan


2. pengetahuan dan dengan benar atau menyajikan
keterampilan informasi tahap demi tahap.

3. Membimbing Guru merencanakan dan memberi


penelitian bimbingan pelatihan awal.

Mengecek
pemahaman dan Mengecek apakah siswa telah berhasil
4.
mmberikan umpan melakukan tugas dengan baik,
balik memberi umpan balik.

Memberikan Guru mempersiapkan kesempatan


kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
5.
pelatihan lanjutan perhatian khusus kepada situasi lebih
dan penerapan kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah pembelajaran konvensional secara umum


adalah, guru memberikan apersepsi dilanjutkan dengan
menerangkan bahan ajar secara verbal dilanjutkan dengan

8
memberikan contoh-contoh, guru membuka sesi tanya jawab dan
dilanjutkan dengan pemberian tugas, guru melanjutkan dengan
mengkonfirmasi tugas yang dikerjakan siswa dan guru
menyimpulkan inti pelajaran.

B. Landasan Filosofis Pembelajaran Matematika

1. Hakikat Matematika

Matematika sebagai disiplin ilmu mengalami perkembangan dari


waktu ke waktu.Pandangan para ahli terhadap matematika juga bervariasi.
Hal itu terlihat pada pengertian matematika yang berbeda satu sama lain.
Seorang ahli matematika August Comte menyatakan bahwa matematika
bukanlah ilmu, melainkan alat bepikir logik (Muhadjir, 2001).Matematika
sebagai bahasa untuk serangkaian makna dalam pernyataan yang ingin
disampaikan (Suriasumantri, 2009).Matematika dijelaskan sebagai
pengetahuan tentang pola abstrak dan kararkteristiknya digunakan untuk
menata mental dan struktur empirik (Teppo, Diverse Ways of Knowing,
1998).Matematika pada awalnya berasal dari berbagai budaya, dan dapat
menjadi sumber inspirasi untuk siswa dari budayanya sendiri (Lesser,
2006).

Matematika terdiri dari dua himpunan bagian yang saling melengkapi:

1) Pertama adalah koleksi atau struktur, dimana struktur memuat


sejumlah aksioma-aksioma, definisi-definisi, teorema-teorema,
pembuktian-pembuktian, masalah-masalah, dan solusisolusi. Himpunan
bagian ini memuat seluruh cara-cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah matematik dan masalah ilmiah sepanjang sejarah.
Selanjutnya, himpunan bagian ini dinotasikan dengan WoU;

2) Himpunan bagian kedua memuat semua cara-cara berpikir, yang


mana merupakan sifat-sifat dari aktivitas mental yang terdiri dari hasil-

9
hasil himpunan bagian pertama. Ini dinotasikan dengan WoT (Harel,
2008).

Lebih lanjut, Turnbull (2000) dalam (Alangui, 2016) menyatakan


bahwa matematika adalah sebuah kreasi manusia dan bermatematika
sering merupakan usaha keras dan mendalam dalam situasi
tertentu/lokal.Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah adalah produk dari sosial budaya
yang digunakan sebagai alat pikir dalam memecahkan masalah ilmiah dan
didalamnya memuat sejumlah aksioma-aksioma, definisi-definisi,
teoremateorema, pembuktian-pembuktian, masalah-masalah, dan solusi-
solusi.

2. Hakikat Pendidikan Matematika

Pendidikan Matematika pada dasarnya merupakan penggabungan


kata “pendidikan” dan “matematika”. Pendidikan adalah niat kita untuk
mengajarkan nilai-nilai kepada kaum muda dan menyempurnakan
peradaban kita dan untuk menyiapkan mereka memasuki kehidupan
dewasa (Ramaley, Aims of Mathematics Education, 2007).Jadi pendidikan
matematika dapat dipandang sebagai niat kita untuk mengajarkan kepada
kaum muda nilai-nilai dari produk sosial budaya yang digunakan sebagai
alat pikir dan memuat sejumlah aksioma-aksioma, definisi-definisi,
teoremateorema, pembuktian-pembuktian, masalah-masalah, dan solusi-
solusi sebagai bekal menuju kehidupan dimasa mendatang. Disisi lain,
Pendidikan Matematika dapat didefinisikan sebagai pendidikan formal
untuk melihat dengan jelas ethnomathematics dan proses belajar sehari-
hari dan belajar matematika diakui sebagai aktivitas sosial dan budaya
(Teppo, Diverse Ways of Knowing, 1998).

Pengertian di atas secara jelas menunjukkan bahwa pendidikan


matematika sebagai aktivitas sosial dan budaya dengan misi untuk
membekali kaum muda kemampuan berpikir logis.Namun, perlu diingat

10
Ramaley menyatakan bahwa beberapa dari siswa sebagai bagian dari
pendidikan matematika mungkin mendalami matematika dengan tujuan
untuk menjadi seorang matematikawan.Beberapa yang lainnya hanya
butuh bekal untuk bekerja pada bidang yang tidak secara langsung
berkaitan dengan matematika.Oleh karena itu, sebagai pendidik sangat
perlu untuk memperhatikan keanekaragaman motivasi mereka dalam
belajar matematika. Lebih lanjut, Ramaley (2007) menekankan peran
akademisi yang harus melayani semua siswa dengan baik, walaupun pada
akhirnya mereka akan menggunakan matematika dengan cara yang sangat
beragam. Dengan demikian, kita harus mengingat dan menjaga semua
siswa kita dan mengajari mereka dengan tulus dan dengan jujur,
menjadikan mereka setia (faitful) dan sadar (midful) akan matematika dan
bagaimana mereka mengembangkannya sebagai siswa.

Adapun landasan filosofis kurikulum baru adalah senagai berikut :

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa;

2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa;

3) Pendidikan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan

kecemerlangan akademik;

4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan

yang lebih baik dari masa lalu

C. Arti Penting Landasan Baru Pembelajaran Matematika


Paradigma para ahli matematika tentang matematika akan begitu
berpengaruh terhadap orang yang ingin belajar tentang matematika.
Karena setiap orang yang belajar matematika akan mengikuti ahli
matematika yang disukainya. ReubenHersh dalam jurnal Jo Boaler
(2008:2) mengatakan mathematicsis a human activity, a
socialphenomenon, a set of methods used to helpilluminate the world, and

11
it is part of our culture. Paul Ernest (1991:42) memandang bahwa
matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga
pernyataan penting yaitu:
(i) The basis of mathematical knowledge Is linguistic language,
conventions and rules, and language is a social constructions;
(ii) Interpersonalsocialprocesses are required to turnan individual’s
subjective mathematical knowledge, after publication, into
accepted objective mathematical knowledge; and
(iii) Objectivity it self will be understood to be social.

Pandangan ini yang dikenal dengan matematika kontenporer atau


matematika modern. Matematika dipandang sebagai aktivitas manusia dan
kejadiannya dekat dengan manusia. Matematika bagian dari budaya
manusia dan merupakan konstruksi sosial dari aktivitas manusia. Sehinga
bahasa menjadi sesuatu yang penting pada saat seseorang belajar
matematika.

Pandangan ini merupakan buah perkembangan dari pandangan


platonisme dan formalisme dalam bukunya ReubenHersh (1997:2-23).
Padangan awal para ahli mengatakan bahwa matematika diawali dari
sebuah perkiraan (conjecture) dan pembuktian (proof)/appliedmathematics
yang diawali dengan sebuah masalah. Matematika adalah raangkaian yang
luas dari masalah dan solusi yang saling berkaitan. Permasalahan disebut
sebuah perkiraan (a conjecture).

Permasalahan yang ada akan memberikan gambaran tentang bagaimana


untuk membuktikannya, sesuai dengan heuristik/pemecahan masalah
Polya. Dalam bukunya, Hersh mengatakan bahwa aliran Platonisme
mengatakan bahwa 1) pandangan metafisik tentang adanya benda abstrak
matematika yang keberadaannya independen dari kita dan bahasa, pola
pikir, dan praktik; 2) abstrak juga objek, meskipun benda abstrak tidak ada
dalam ruang dan tidak terbuat dari materi fisik; 3) teorema matematika

12
memberikan deskripsi benar tentang objek; dan 4) matematika adalah studi
tentang sifat-sifat berbagai struktur matematis yang bersifat abstrak.

Pandangan matematika modern inilah yang memberikan pemahaman


baru tentang matematika. Matematika merupakan aktifitas manusia
sebagai konstruktivisme sosial dan aktivitas seni serta budaya yang kreatif
hasil interaksi manusia dengan lingkungan. Dengan demikian pada saat
seseorang belajar matematika maka dirinya sedang berinteraksi dengan
lingkungannya. Matematika bukan sekedar ilmu hitung dan yang
menyajikan angka dan hitungan tetapi matematika menjadi bagian dari
aktivitas manusia. Hal ini akan membuat belajar matematika akan lebih
mudah karena objek matematika dekat dengan hidup manusia dan ada di
sekitar manusia. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa seluruh proses
berfikir dan belajar dibentuk oleh pengalaman seseorang dengan
lingkungan sosialnya termasuk belajar matematika. Untuk membawa
pengalaman sosial yang bermakna dalam suatu pembelajaran maka
pengajar harus bisa memfasilitasi kegiatan pembelajaran tersebut sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Bukan lagi pengajar yang harus berperan
aktif dalam pembelajaran memberi materi dan materi. Tetapi peserta didik
sebagai individu yang aktif dalam belajar.

Matematika bukan lagi diajarkan dalam bentuk rumus yang harus


dihafalkan tetapi matematika bisa dipelajari melalui aktivitas hidup
manusia sehingga matematika lebih nyata dan mudah dipelajari.

Sesuai dengan karakteristik matematika saat ini yaitu sebagai sesuatu


yang dekat dengan manusia, sebagai aktivitas manusia, bagian budaya dari
manusia, maka perlu dipikirkan tentang bagaimana matematika itu
dibelajarkan bagi peserta didik. Bagian pertama yang menjadi perhatian
adalah kurikulum. Sesuai dengan definisi dan fungsinya, kurikulum perlu
dikaji, disiapkan dan dikembangkan agar dapat menjawab kebutuhan dan
dapat mencapai tujuan pendidikan nasional sehingga warganya dapat

13
bersaing dalam kehidupan nasional maupun internsional. Untuk itu perlu
batasan tentang definisi kurikulum secara jelas dan sederhana (Henderson
& Kesson, 2004). Dari segi asal katanya istilah kurikulum berasal dari
bahasa Latin ’currere’ yang bermakna ‘thecoursetoberun’ atau jalan yang
harus dilalui (Henderson & Kesson, 2004; Netherlands Institute for
Curriculum Development, 2009:9).

Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap


sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses
pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935)
kurikulum … to be composed of all the experiences children have under
the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll
(1974) dan Jack C. Richards (2013) yang mengatakan bahwa: “the term
curriculum is used here to refer to the overall plan ordesignfor a course
and how the content for a course is transformed into a blue print for
teaching and learning which enables the desired learning ot comes to
beachieved”.

Sementara dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang ada


menyebutkan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara-cara yang dapat
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU RI No. 20 Tahun 2003
maupun PP no.19 Tahun 2005 yang disempurnakan dengan PP no.32
Tahun 2013).

Survei TIMSS, yang dilakukan oleh The International Association for


the Evaluation and Educational Achievement (IAE) berkedudukan di
Amsterdam, mengambil fokus pada domain isi matematika dan kognitif
siswa. Domain isi meliputi Bilangan, Aljabar, Geometri, Data dan
Peluang, sedangkan domain kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, dan
penalaran. Survei yang dilakukan setiap 4 (empat) tahun yang diadakan

14
mulai tahun 1999 tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 34 dari 48
negara, tahun 2003 pada posisi 35 dari 46 negara, tahun 2007 pada posisi
36 dari 49 negara, dan pada tahun 2011 pada posisi 36 dari 40 negara.
Sementara itu studi tiga (3) tahunan PISA, yang diselenggarakan oleh
Organization for Economic Cooperationand Development (OECD) sebuah
badan PBB yang berkedudukan di Paris, bertujuan untuk mengetahui
literasi matematika siswa.Fokus studi PISA adalah kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi dan memahami serta menggunakan dasar-dasar
matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Studi yang
dilakukan mulai tahun 2000 menempatkan Indonesia pada posisi 39 dari
41 negara, tahun 2003 pada posisi 38 dari 40 negara, tahun 2006 pada
posisi 50 dari 57 negara, tahun 2009 pada posisi 61 dari 65 negara, dan
yang terakhir tahun 2012 pada posisi 64 dari 65 negara. Studi TIMSS dan
PISA tersebut intinya terletak pada kekuatan penalaran matematis peserta
didik serta kemampuan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini menunjukkan kelemahan peserta didik dalam menghubungkan konsep-
konsep matematika yang bersifat formal dengan permasalahan dalam
dunia nyata. Memperhatikan rendahnya kemampuan peserta didik
Indonesia dalam survei tersebut, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya telah
mengantisipasinya dengan melakukan beberapa perubahan kurikulum.Pada
kurun waktu tahun 2000 sampai sekarang telah ada tiga jenis kurikulum
yang diberlakukan, yaitu kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan kurikulum
2013 (saat ini sedang dikaji ulang dan revisi).Walaupun berganti
kurikulum, ternyata belum mampu mengangkat prestasi peserta didik
untuk matematika di forum internasional. Pengamatan sementara
menunjukkan bahwa meskipun kurikulum berganti dan menggarah pada
pembelajaran yang menekankan penalaran matematis peserta didik melalui
kegiatan scientific serta kemampuan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, tetapi fungsi dan peran pengajar dalam pembelajaran
matematika, khususnya terkait cara menyampaikan materi pelajaran tidak

15
pernah berubah belum mampu memberi peluang peserta didik mencapai
kompetensi tersebut.

Sepuluh kali sudah perubahan kurikulum di Indonesia mulai kurikulum


1947 sampai dengan kurikulum 2013. Mulai tahun 1994 yaitu kurikulum
dengan istilah kurikulum 1994 disempurnakan 1999 sampai dengan
kurikulum 2013 trenskurikulum Indonesia sudah menekankan pada
aktivitas yang berpusat kepada siswa. Mulai tahun 2004 diterapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sudah menekankan pada
pencapain kompetensi peserta didik dalam pembelajaran. Disempurnakan
dengan kurikulum KTSP pada tahun 2006 dan kurikulum 2013.

Kurikulum 2013, sebagaimana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


telah jelaskan, merupakan perbaikan dari kurikulum 2004 dan 2006, yang
merupakan kurikulum berbasis sekolah dan berbasis kompetensi. Namun,
guru masih sedang mempelajari bagaimana melaksanakan kurikulum
2006. Sangat disesalkan, kebanyakan guru dan masyarakat umum tidak
diinformasikan apa yang sebenarnya tidak beres dengan kurikulum 2006.

Pemerintah seharusnya telah mempublikasikan data hasil evaluasi


untuk mengidentifikasikan aspek mana kurikulum 2013 yang bermasalah.
Data semacam itu akan membuat perubahan kurikulum lebih masuk akal.
Hasil penelitian Federasi SerikatGuru Indonesia (FSGI) (2013)
menyangkut pelatihan dan persiapan implementasi kurikulum 2013 di 17
kabupaten/kota di 10 provinsi di tanah air menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah masalah krusial dan kegagalan sistemik pelatihan persiapan guru.
Pelatihan tidak merubahmindset guru, yaitu menggunakan pendekatan
tradisional, tutor berceramah, peserta mendengar. Dalam pelatihan tersebut
tidak ditekankan pendekatan scientific, murid mengamati,bertanya,
mencoba, mengeksplorasi dan berkomunikasi. Perubahan maindset guru
ke pendekatan scientific tidak mudah dan butuh waktu bertahun-tahun
untuk belajar dan membiasakan diri.

16
Sayangnya, penerapan kurikulum 2013 dipaksakan secepatnya. Bahkan
dalam pelatihan tersebut hanya diminta satu hingga dua orang guru untuk
terlibat. Akibatnya, pihak sekolah mengalami kesulitan memilih guru dan
tentu saja sejumlah besar guru yang tidak terlibat dalam pelatihan tidak
paham dengan mekanisme kurikulum 2013 (Mukmiman: 2015).

Secara prinsip Indonesia, Finlandia, Kanada dan Jepang dalam


pembelajarannya sudah menekankan pada kegiatan belajar yang berpusat
pada peserta didik. Yang membedakan Indonesia adalah pada sumber daya
pengajar (dalam hal ini guru) dan sarana prasarana serta dukungan
pemerintah terhadap suksesnya kurikulum di semua sekolah di Indonesia.

Dapat diambil kesimpulan dari arti penting pandangan baru dalam


pembeljaran matematika karena

1. Mendorong kreativitas dan pemikiran kritis: Pandangan baru dalam


matematika mengajak siswa untuk berpikir secara kreatif dan kritis. Ini
membantu mengembangkan keterampilan berpikir logis, analitis, dan
problem solving yang berguna di dalam dan di luar kelas.

2. Merangsang rasa ingin tahu: Dengan memperkenalkan pandangan


baru, siswa akan merasa tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang
matematika. Mereka akan lebih termotivasi untuk mengeksplorasi,
mencoba hal baru, dan mencari pemahaman yang lebih mendalam.

3. Membantu siswa melihat keterkaitan dengan dunia nyata: Pandangan


baru dalam matematika sering kali mengaitkan konsep dan aplikasinya
dengan situasi dunia nyata. Ini membantu siswa melihat relevansi
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan memahami mengapa
mempelajarinya penting.

4. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan siswa: Dengan


memanfaatkan pendekatan yang berbeda dan menarik, pandangan baru
dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan partisipasi dan

17
keterlibatan siswa dalam proses belajar. Mereka akan merasa lebih terlibat,
aktif, dan berperan dalam pembelajaran.

5. Membantu mengatasi kesulitan belajar: Setiap siswa memiliki gaya


belajar dan pemahaman yang berbeda. Pandangan baru dalam matematika
dapat memberikan alternatif dan pendekatan yang berbeda untuk
mengatasi kesulitan belajar. Ini membantu siswa yang mungkin
menghadapi kesulitan dalam memahami konsep matematika secara
tradisional.

6. Memperluas pandangan tentang matematika: Pandangan baru dalam


matematika memperluas pemahaman siswa tentang disiplin ini. Mereka
akan melihat matematika bukan hanya sebagai serangkaian rumus dan
aturan, tetapi juga sebagai alat untuk memecahkan masalah, menggali
pola, dan memahami struktur dunia di sekitar mereka.

Dalam keseluruhan, pandangan baru dalam pembelajaran matematika


tidak hanya meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa, tetapi juga
membantu mereka melihat matematika sebagai sesuatu yang menarik,
relevan, dan bermanfaat dalam kehidupan mereka. Hal ini penting untuk
memotivasi siswa dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan
masa depan.

D. Model Dimensi Menelaah Pembelajaran Matematika


Model dimensi menelaah pembelajaran adalah suatu kerangka kerja
instruksional yang sifatnya komprehensif untuk membantu pendidik dalam
merencakan pengalaman belajar yang akan disajikan kepada peserta
didiknya. Model dimensi menelaah pembelajaran matematika pada
paradigma baru yaitu pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM),
Pendekatan Investigasi, dan pendekatan Problem Solving. Ketiga
pendekatan tersebut memiliki karakteristik berupa penggunaan masalah
sebagai awal untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan adanya

18
model dimensi ini siswa didorong untuk menggunakan kreativitas dan
pengetahuan yang mereka dapatkan miliki. Model dimensi menelaah
pembelajaran matematika :
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan
pembelajaran dimana masalah yang terjadi didunia nyata digunakan
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar materi pembelajaran dengan
menggunakan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah
serta untuk memperoleh penetahuan dan konsep yang menjadi esensi
dari materi pembelajaran (Depdiknas, 2002)
Pendapat Barrowa (1986) tentang lima karaktersistik kunci PMB:
a) Masalah dijadikan titik awal proses pembelajaran yang akan
memotivasi siswa untuk menyelesaikannya.
b) Siswa merencanakan penyelesaian masalah dengan pengumpulan
berbagai informasi yang diperlukan.
c) Siswa difasilitasi dengan berbagai sumber belajar yang dapat berpa
sumber cetak maupun elektronik untuk dieksplorasi.
d) Siswa secara aktif terlibat dalam penyelesaian masalah dan
komunikasi masalah dengan para guru.
e) Peran guru adalah sebagai fasilitator yang mendukung proses
penyelesaian masalah oleh siswa.

Oon – Seng Tan berpendapat bahwa PBM dapat dilakukan


dalam lima langkah pembelajaran berikut :

a) Mengorientasikan siswa pada masalah. Guru menyampaikan


tujuan pembelajaran, menyiapkan logistik yang diperlukan
selama proses pembelajaran, serta memotivasi siswa agar aktif
dalam memecahkan masalah yang disediakan.
b) Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
memahami dan mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

19
d) Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang
dapat dimanfaatkan dalam pemecahan masalah, dan mendorong
siswa melakukan eksperimen untuk mencari penjelasan dan
pemecahan.
e) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu
siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan maupun presentasi, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
f) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangsungnya pemecahan masalah.
2. Pendekatan Investigasi
Investigasi matematika adalah suatu aktivitas matematika yang
divergen. Investigasi matematika memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja dalam situasi matematika yang terbuka. Dalam
kerja investigasi, siswa menggunakan berbagai heuristik pemecahan
masalah dan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah
investigatif dengan penekanan pada penemuan pola-pola dan
hubungan-hubungan (Singapore Ministry of Education, 2004).
Copes (2008) menulis buku dengan judul Discovering Geometry:
An Investigative Approach yang menegaskan bahwa investigasi
matematika dapat dipandang sebagai sebuah pendekatan pembelajaran
dibanding hanya sebagai aktivitas siswa semata. Melalui pembelajaran
matematika dengan pendekatan investigasi, siswa belajar dan
mengembangkan pengetahuan serta kemampuan proses matematikanya
melalui kegiatan investigasi yang terintegrasi dalam pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika seperti ini akan memuat
investigation activity, investigation task, investigation work atau
investigation process serta meliputi juga aspek-aspek pemecahan
masalah, pengajuan masalah, penalaran induktif dan heuristik atau
proses berpikir matematis. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan investigasi merupakan bentuk-bentuk dari pendekatan
pembelajaran tidak langsung (indirect approach) yang berciri induktif.

Bastow, et.al. (1984) merinci langkahlangkah kegiatan investigasi


matematika dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Menafsirkan/memahami masalah (interpreting)
b) Eksplorasi secara spontan (exploring spontaneously)
c) Pengajuan pertanyaan (posing problem)
d) Eksplorasi secara sistematis (exploring systematically)
e) Mengumpulkan data (gathering and recording data)
f) Memeriksa pola (identifying pattern)

20
g) Menguji dugaan (testing conjecture)
h) Melakukan pencarian secara informal (expressing finding
informally)
i) Simbolisasi (symbolising)
j) Membuat generalisasi formal (formalising generalitation)
k) Menjelaskan dan mempertahankan kesimpulan (explaining and
justifying)
l) Mengomunikasikan hasil temuan
3. Pendekatan Problem Solving
Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi
tuntutan situasi yang tidak umum (non-routine problems) dengan
tujuan untuk mengasah kemampuan dalam pemecahan masalah. Modal
utama dalam pemecahan masalah adalah adanya rasa tertarik
menghadapi “tantangan” dan tumbuhnya kemauan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut S. Nasution, (2003) memecahkan masalah dapat
dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi
aturanaturan yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah yang
baru. Pemecahan masalah juga merupakan keterampilan individu
dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah
melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun
berbagai alternatif pemecahan dan memilih pemecahan masalah yang
paling efektif.
Beberapa prinsip dasar atau karakteristik pembelajaran
menggunakan pendekatan problem solving menurut Branca (1980)
sebagai berikut :
a) Adanya interaksi antarsiswa dan interaksi antara guru dan siswa.

b) Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.

c) Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan


siswa mengklarifikasi,

d) menginterpretsi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.

e) Guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.

f) Guru membimbing, melatih, dan menanyakan dengan pertanyaan-


pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan
masalah.

21
g) Guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur
membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri. Dapat
menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan
konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.

Menurut Polya dalam bukunya How to Solve It, a New Aspect of


Mathematical Method (2nd Ed) terdapat empat langkah yang harus
dilakukan dalam menyelesaikan suatu masalah, yaitu sebagai berikut :

a) Memahami masalah (understand the problem). Pada langkah ini


siswa memahami permasalahan yang terjadi terlebih dahulu,
sehingga siswa dapat menentukan strategi yang akan digunakan
untuk menyelesaikannya.

b) Merencanakan pemecahan masalah (devise a plan). Pada langkah


ini siswa merencanakan strategi yang akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah. Adapun strategi-strategi yang dapat
dilakukan antara lain: strategi act it out, membuat gambar atau
diagram, menemukan pola, membuat tabel, memperhatikan semua
kemungkinan secara sistematik, tebak dan periksa, strategi kerja
mundur, menentukan yang diketahui yang ditanya dan informasi
yang diperlukan, menggunakan kalimat terbuka, menyelesaikan
masalah yang mirip atau masalah yang lebih mudah, mengubah
sudut pandang, dan sebagainya.

c) Menyelesaikan masalah (execute the plan). Pada langkah ini siswa


menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi pemecahan masalah
yang sudah dipilih. Selain itu siswa harus memastikan setiap
langkah pengerjaan yang dilakukannya telah benar dan sesuai
dengan rencana sebelumnya.

d) Memeriksa kembali (looking back). Pada langkah ini, siswa


memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh, apakah sudah sesuai
dengan data pada soal. Memikirkan atau menelaah kembali
langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

4. Perbedaan antara PBM, Pendekatan Investigasi, dan Problem Solving

PBM Pendekatan Investigasi Problem Solving

1. Masalah diberikan di 1. Masalah diberikan 1. Masalah diberikan di

22
awal pembelajaran sepanjang akhir pembelajaran.
2. Konsep matematika pembelajaran. 2. Masalah tidak rutin
masuk melalui 2. Masalah dimulai dari dan menantang.
masalah. yang sederhana 3. Masalah dapat
3. Masalah yang menuju kompleks. bersifat tertutup atau
diberikan biasanya 3. Masalah yang terbuka.
bersifat tertutup. diberikan bersifat
terbuka.

E. Prinsip Pembelajaran Matematika


Mengingat bahwa pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas
dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan kognitif
siswa. Oleh sebab itu seorang pendidik perlu memperhatikan karakteristik
pembelajaran matematika di sekolah (Suherman, 2003) yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap)


Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap,
yaitu dari hal konkrit ke abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang
lebih komplek, atau dari konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.
2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Setiap pembelajaran materi baru perlu memperhatikan materi yang
telah dipelajari sebelumnya.Materi yang baru selalu dikaitkan dengan
materi yang telah dipelajari. Pengulangan materi dengan cara
memperluas dan memperdalam materi sangat diperlukan dalam
pembelajaran matematika.
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika tersusun secara deduktif aksiomatik.Namun demikian
harus dapat dipilih pendekatan yang cocok dengan kondisi
siswa.Meskipun dalam pembelajaran belum sepenuhnya
menggunakan pendekatan deduktif, tapi masih bercampur dengan
pendekatan induktif.
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten

23
Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan
kebenaran konsisten, tidak bertentangan antara kebenaran suatu
konsep dengan yang lainnya.Suatu pernyataan dianggap benar bila
didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.

Selain itu, National Council Of Teachers Of Mathematics (NCTM)


memberikan enam prinsip dasar yang harus dimasukan secara serius kedalam
perogram matematika sekolah untuk mencapai pendidikan matematika yang
berkualitas tinggi. Enam prinsip tersebut, yakni:

1. Prinsip Kesetaraan
Pesan yang kuat dari prinsip kesetaraan adalah harapan yang tinggi
untuk semua siswa.Semua siswa harus mempunyai kesempatan dan
dukungan yang cukup untuk belajar matematika tanpa memandang
karakteristik personal, latar belakang atau hambatan fisik.
2. Prinsip Kurikulum
“A curriculum is more than a collection of activities; it must be
coherent, focused on important mathematics, and well articulated
across the grades.”Koheren berkaitan dengan pentingnya membangun
atau mengembangkan pengajaran seputar ide-ide besar baik di dalam
kurikulum maupun di dalam pengajaran di kelas.Siswa harus melihat
matematika sebagai sesuatu yang utuh bukan sesuatu yang
terpisah.Ide-ide matematika penting apabila ideide tersebut berguna
dalam pengembangan ide lainnya.
3. Prinsip Pengajaran
“Effective mathematics teaching requires understanding of what
students know and need to learn and then challenging and supporting
them to learn it well.” Untuk mencapai pendidikan matematika yang
berkualitas tinggi, para guru harus memahami secara mendalam
matematika yang mereka ajarkan, memahami bagaimana siswa belajar
matematika termasuk didalamnya mengetahui perkembangan

24
matematika siswa secara individual, dan memilih tugas-tugas dan
strategi yang akan meningkatkan suatu proses pengajaran.
4. Prinsip Pembelajaran
Students must learn mathematics with understanding, actively
building new knowledge from experience and prior knowledge.
Belajar matematika.dengan pemahaman adalah penting. Keterampilan
berhitung bukan menjadi satu-satunya hal yang diperlukan dalam
belajar matematika. Namun kecakapan untuk berfikir dan berasalasan
secara matematis untuk menyelesaikan soal-soal baru dan
mempelajari ide-ide baru yang akan dihadapi siswa di masa yang akan
datang. Selain itu siswa dapat belajar matematika dengan
pemahaman.Misalnya siswa diminta untukk menilai ideide temannya,
didorong untuk membuat dugaan tentang matematika lalu mengujinya
dan mengembangkan keterampilan memberi alasan logis.
5. Prinsip Penilaian
Assessment should support the learning of important mathematics
and furnish useful information to both teachers and students.
Penilaian yang melibatkan pengamatan dan interaksi yang terus
menerus akan mendorong siswa untuk menyampaikan dan
menjelaskan gagasan dengan lancar. Selain itu guru akan
mendapatkan informasi tentang perkembangan dan pemahaman siswa
sehingga guru dapat membuat keputusan yang lebih baik yang
mendukung proses belajar siswa.
6. Prinsip Teknologi
Technology is essential to teaching and learning mathematics; it
inflences the mathematics that is taught and enhances students’
learning. Teknologi meningkatkan proses belajar matematika karena
memungkinkan eksplorasi yang lebih luas dan memperbaiki penyajian
ide-ide matematika. Dengan teknologi lebih banyak soal yang dapat
dipecahkan (John A. Van De Walle, 2008, 2-3).

25
F. Harapan Pembelajaran Matematika Kedepan
Pada dasarnya proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar
mentransfer gagasan dari guru kepada siswa. Lebih dari itu, pembelajaran
matematika merupakan suatu proses yang dinamis, ketika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan memikirkan gagasan yang
diberikan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika merupakan
kegiatan interaksi antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru untuk
mengklarifikasi pikiran dan pemahaman terhadap suatu gagasan matematika
(Berry, Bol, & McKinney, 2009). Dengan kata lain, kemampuan penalaran,
komunikasi, dan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan
yang esensial dan fundamental dalam pembelajaran yang harus
dikembangkan kepada diri siswa dengan kokoh (Hekimoglu & Sloan, 2015).
Komunikasi matematika adalah cara berbagi ide dan memperjelas
pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide menjadi objek refleksi, perbaikan,
diskusi, dan perubahan. Ketika siswa ditantang untuk mengkomunikasikan
hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan atau tertulis, mereka
belajar harus jelas, meyakinkan, dan tepat dalam penggunaan bahasa
matematika.
Kita mengharapkan, kemampuan komunikasi yang dimiliki siswa
mampu berperan optimal dalam perkembangan pemahaman siswa itu sendiri
(Ball, 1991). Terlebih lagi akan sangat berguna jika kemampuan yang
dimiliki dan dipahami siswa tersebut dapat disampaikan kepada siswa lainnya
sehingga pemahaman konsep pembelajaran tidak hanya dipahami oleh satu
atau dua siswa saja, melainkan dipahami seluruh siswa.
Dalam perkembangan teknologi yang sangat berkembang pesat ini,
berbagai macam permasalahan baru akan muncul, permasalahan-
permasalahan tersebut harus disikapi secara bijak dan cermat serta perlu
dicari jalan keluarnya. Penyelesaian masalah merupakan proses menerima
tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya. Suatu pertanyaan akan
merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai

26
aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan
jawaban pertanyaan tersebut (Walk & Lassak, 2017).
Kemampuan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah
matematis perlu ditingkatkan. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
meningkatkannya baik dari segi pendekatan, metode, maupun model
pembelajaran.
1. Dari segi pendekatan, metode, maupun model pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang
saya lakukan, pendekatan, metode, maupun model pembelajaran yang
berbasis konstruktivisme dan Contextual Teaching and Learning (CTL)
mampu meningkatkan kemampuan penalaran, komunikasi dan
memecahkan masalah (Hekimoglu & Sloan, 2015).
2. Bahan ajar maupun media pembelajaran pun dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan kemampuan tersebut. Kita dapat memanfaatkan canggihnya
teknologi dalam proses pembelajaran, misalnya penggunaan komputer.
Potensi komputer dalam media pembelajaran matematika sangat besar
(Paridjo & Waluya, 2017). Melalui software yang sesuai, komputer bisa
menjadi alat yang efektif dalam membantu kegiatan pembelajaran
matematika. Siswa dapat mengeksplorasi sendiri konsep-konsep yang
termuat dalam software yang disajikan sehingga guru hanya berperan
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran tersebut.
3. Dengan adanya kajian mengenai kemampuan pemecahan masalah,
penalaran dan komunikasi matematis, kesiapan siswa dalam
mengembangkan kompetensinya diharapkan lebih baik dalam hal
pelaksanaan ketika proses pembelajaran berlangsung.
4. Guru diharapkan mampu mengembangkan kompetensinya dalam
mengimplementasikan model-model pembelajaran yang mengarah pada
peningkatan kemampuan penalaran, pemecahan masalah maupun
komunikasi melalui matematika di sekolah (Hekimoglu & Sloan, 2015).
5. Selain dari kesiapan pelaksanaan pembelajaran, baik dari guru maupun
siswa, hal penting lainnya adalah sarana dan prasarana. Kepala sekolah

27
selaku penanggung jawab sekolah berkewajiban memenuhi segala macam
sarana maupun prasarana yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang
akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kompetensi yang harus dicapai
melalui matematika di sekolah.
6. Setiap proses pembelajaran perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran yang dilakukan
maupun tujuan yang dicapai. Sudah seharusnya alat evaluasi yang
digunakan dapat memenuhi kriteria dari setiap tahapan maupun indikator
yang ditentukan sebagai bagian dari cerminan keberhasilan pembelajaran
yang dilaksanakan.

Penalaran dan matematika tidak dapat dipisahkan satu sama lain


karena dalam menyelesaikan permasalahan matematika memerlukan
penalaran sedangkan kemampuan penalaran dapat dilatih dengan belajar
matematika. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa
matematika merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian
siswa merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan,
dibuktikan, dan dapat dievaluasi.

Pikiran dan kemampuan tentang matematika siswa ditantang selama


proses pembelajaran, sehingga komunikasi merupakan bagian penting dari
siswa dalam menyampaikan hasil berpikir mereka secara lisan atau dalam
bentuk tulisan. Hal ini, dengan adanya komunikasi matematis akan
memudahkan guru untuk dapat memahami kemampuan siswa dalam
menginterpretasikan dan mengekspresikan pemahaman siswa dalam konsep
yang mereka pelajari. Hal tersebut diharapkan dapat digunakan untuk semua
tingkatan (Zakiri, Pujiastuti, & Asih, 2018).

Menurut Baroody (dalam Ega Edistria, 2017) menyebutkan sedikitnya


ada 2 alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam pembelajaran
matematika perlu ditingkatkan dikalangan siswa.

28
1. Mathematics as language artinya matematika tidak hanya sekedar alat
bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau
menyelesaikan masalah namun matematika juga “an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, yang
artinya sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat (Zakiri et al., 2018).
2. Mathematics learning as social activity artinya sebagai aktivitas sosial,
dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti juga
komunikasi guru-siswa merupakan bagian penting untuk “nurturing
children’s mathematical potential” (María & Clara Jessica, 2016). Akan
tetapi, sampai saat ini kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran belum mendapatkan perhatian. Dalam pembelajaran
matematika, guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal
dengan benar tanpa meminta alasan atau jawaban siswa, ataupun meminta
siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, dan ide-idenya. Karena siswa
jarang diminta untuk berargumentasi dalam pembelajaran matematika,
maka siswa akan merasa asing untuk berbicara tentang matematika
(Muqtada, Irawati, & Qohar, 2018).

Fokus dari pembelajaran adalah mencoba memaknai matematika


bersama-sama. Menjelaskan, menanya, mendiskusikan, dan memaknai adalah
pembelajaran alami dan yang sangat diharapkan terjadi dalam pembelajaran
(Rohendi & Dulpaja, 2013). Demi mencapai pembelajaran yang demikian,
guru perlu membentuk lingkungan belajar yang saling percaya dan patuh,
yang dapat diperoleh dengan memberi semangat kepada siswa untuk
mengambil tanggungjawab substansial dari pembelajaran matematika mereka
dan teman sebaya (Panasuk, 2010).

Pembelajaran matematika yang menekankan pada hubungan atau


keterkaitan antar konsep dan ide matematika diharapkan bisa memberikan
pengalaman belajar yang bisa meningkatan kemandirian belajar. Dengan
berbekal pada pemahaman konsep yang sudah pernah dipelajar, siswa akan

29
mempunyai disposisi ataupun rasa percaya diri untuk mempelajari konsep-
konsep baru yang diyakininya punya hubungan dengan konsep yang sudah
dipahami. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis maka siswa akan
bisa membangun pengetahuan matematikanya didasarkan pada hubungan
antar konsep matematika yang sudah dikuasainya (Sari et al., 2018). Siswa
juga bisa mempunyai kesadaran yang lebih tinggi tentang manfaat
matematika, karena mereka mengetahui bahwa matematika bisa digunakan
untuk mendukung bidang studi lain dan matematika bisa diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran konvesional dalam matematika bisa dibilang
cukup efektif dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran matematika
yang terstruktur membuat para murid sedikit kuwalahan dalam memahami
materi, sehingga diperlukan guru untuk menjelaskan materi dengan cara
konvensional. Untuk mengetahui peserta didik mengerti atau tidaknya dalam
memahami materi diperlukan latihan-latihan soal untuk menguji kemampuan
para peserta didik. Tetapi dengan metode yang benar agar peserta didik tidak
memiliki rasa takut untuk menjawab soal-soal latihan yang diberikan.

matematika adalah sebuah kreasi manusia dan bermatematika sering


merupakan usaha keras dan mendalam dalam situasi tertentu/lokal.Mengacu
pada pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah adalah produk dari sosial budaya yang digunakan sebagai
alat pikir dalam memecahkan masalah ilmiah dan didalamnya memuat
sejumlah aksioma-aksioma, definisi-definisi, teoremateorema, pembuktian-
pembuktian, masalah-masalah, dan solusi-solusi.

Paradigma para ahli matematika tentang matematika akan begitu


berpengaruh terhadap orang yang ingin belajar matematika. Matematika
dipandang sebagai aktivitas manusia dan kejadiannya dekat dengan manusia.
Matematika bagian dari budaya manusia dan merupakan konstruksi sosial
dari aktivitas manusia. Matematika bukan lagi diajarkan dalam bentuk rumus
yang harus dihafalkan tetapi matematika bisa dipelajari melalui aktivitas
hidup manusia sehingga matematika lebih nyata dan mudah dipelajari. Sesuai
dengan karakteristik matematika saat ini, maka perlu dipikirkan bagaimana
matematika itu diajarkan kepada peserta didik. Bagian pertama yang akan
menjadi perhatian adalah kurikulum. Sesuai dengan definisi dan fungsinya,
kurikulum perlu dikaji, disiapkan dan dikembangkan agar dapat menjawab

31
kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikan nasional sehingga warganya
dapat bersaing dalam kehidupan nasional maupun internasional.

Model dimensi menelaah pembelajaran matematika pada paradigma


baru yaitu pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Pendekatan
Investigasi, dan pendekatan Problem Solving. Ketiga pendekatan tersebut
memiliki karakteristik berupa penggunaan masalah sebagai awal untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan adanya model dimensi ini
siswa didorong untuk menggunakan kreativitas dan pengetahuan yang mereka
dapatkan miliki. Model dimensi pembelajaran matematika ada tiga, yaitu
pendekatan berbasis masalah, pendekatan investigasi, dan pendekatan
problem solving.

Selain itu, National Council Of Teachers Of Mathematics (NCTM)


memberikan enam prinsip dasar yang harus dimasukan secara serius kedalam
perogram matematika sekolah untuk mencapai pendidikan matematika yang
berkualitas tinggi. Enam prinsip tersebut yakni; prinsip kesetaraan,
kurikulum, pengajaran, pembelajaran, penilaian, dan teknologi.

Pada dasarnya proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar


mentransfer gagasan dari guru kepada siswa. Lebih dari itu, pembelajaran
matematika merupakan suatu proses yang dinamis, ketika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan memikirkan gagasan yang
diberikan.

Kemampuan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah


matematis perlu ditingkatkan. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
meningkatkannya baik dari segi pendekatan, metode, maupun model
pembelajaran.

Pembelajaran matematika yang menekankan pada hubungan atau


keterkaitan antar konsep dan ide matematika diharapkan bisa memberikan
pengalaman belajar yang bisa meningkatan kemandirian belajar. Dengan
berbekal pada pemahaman konsep yang sudah pernah dipelajar, siswa akan

32
mempunyai disposisi ataupun rasa percaya diri untuk mempelajari konsep-
konsep baru yang diyakininya punya hubungan dengan konsep yang sudah
dipahami. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis maka siswa akan
bisa membangun pengetahuan matematikanya didasarkan pada hubungan
antar konsep matematika yang sudah dikuasainya (Sari et al., 2018). Siswa
juga bisa mempunyai kesadaran yang lebih tinggi tentang manfaat
matematika, karena mereka mengetahui bahwa matematika bisa digunakan
untuk mendukung bidang studi lain dan matematika bisa diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa, seharusnya memahami sejarah


perkembangan matematika di antaranya sejarah perkembangan matematika
Babilonia. Karena dengan mengetahui sejarah perkembangan matematika,
maka akan mengetahui perjuangan matematikawan terdahulu dalam
mengembangkan konsep matematika lebih sulit daripada mempelajarinya di
masa sekarang. Diharapkan dengan mengetahui sejarah perkembangan
matematika, akan lebih giat dalam belajar dan memiliki pandangan positif
terhadap mata pelajaran matematika.

33
DAFTAR PUSTAKA

Darmayasa, J.B. (2018). Landasan, Tantangan, dan Inovasi Berupa Konteks


Ethnomathematics dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Menengah Pertama. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika),
2(1), 9-23.
Kresma, E. N. (2014). Perbandingan pembelajaran konvensional dan
pembelajaran berbasis masalah terhadap titik jenuh siswa maupun
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Educatio
Vitae, 1(1).
Maulyda, Mohammad Archi. (2020). Paradigma Pembelajaran Matematika
Berbasis NCTM. Malang: CV IRDH
Ranabumi, R., Rohmadi, M., & Subiyantoro, S. (2017, June). Penggunaan metode
ceramah dalam pembelajaran menulis teks eksposisi pada siswa kelas
VII-B SMP Negeri 5 Kediri. In Proceedings Education and Language
International Conference
Sitohang, J. (2017). Penerapan metode tanya jawab untuk meningkatkan hasil
belajar ipa pada siswa sekolah dasar. Suara Guru, 3(4), 681-688.
Sugiyono, dkk. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Menggunakan Paradigma Baru Dalam Pembelajaran Matematika.
Equalita : Journal.uny.ac.id
Ulfah, M.,& Felicia, L. (2019). Pengembangan Pembelajaran Matematika Dalam
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) Pada Anak.
Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak, 1(2), 127-143.
Wahyudi, dkk. (2018). Dampak Perubahan Paradigma Baru Matematika Terhadap
Kurikulum dan Pembelajaran Matematika di Indonesia. Inopendas
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 38-47.

34
LAMPIRAN

35
36
37
38
39
40
BERITA ACARA

Tanya-Jawab :
Presentator 1 : Khairunnisa Yulia Rinanda (2105113360)
Presentator 2 : Dwi Nyarianti (2105111533)
Presentator 3 : Wan Balqist Nabilah Hanum (2105113564)
Presentator 4 : Chelvy Yoelanda (2105111268)
Presentator 5 : Rahma Amelia (2105126338)
1. Suzu Asma Isya (Kelompok 6)
Mengapa sebagai calon guru perlu memahami prinsip-prinsip dalam
pembelajaran matematika?
Jawaban:
Karena memahami prinsip-prinsip pembelajaran merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan harus diaplikasikan dalam
aktivitas pembelajaran, guna mencapai hasil yang optimal. Nana Sujana
mengatakan bahwa, “prinsip pembelajaran merupakan salah satu usaha
pendidik dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi pembelajaran
agar peserta didik melakukan kegiatan belajar secara optimal” Jadi pada
dasarnya, implementasi prinsip pembelajaran merupakan kiat-kiat
pendidik dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan bergairah belajar, simpati dan
menyenangkan. Kondisi yang demikian peserta didik dapat terpusat
perhatiannya dan lebih termotivasi mengikuti pembelajaran.
Sumber: Ali, G. (2013). Prinsip-prinsip pembelajaran dan implikasinya
terhadap pendidik dan peserta didik. Al-Ta'dib, 6(1), 31-42.

2. Mustika Indah Bestari (Kelompok 7)


Dari enam prinsip pembelajaran matematika yang telah dijelaskan, pada
prinsip kesetaraan apa pendapat menurut para ahli? Dan dari keenam
prinsip tersebut, prinsip apa yang paling dominan?
Jawaban:
Terdapat enam prinsip pembelajaran matematika yaitu prinsip kesetaraan,
kurikulum, pengajaran, pembelajaran, penilaian serta prinsip teknologi.
Pendapat mengenai prinsip kesetaraan menurut NCTM adalah
“Keunggulan dalam pendidikan matematika membutuhkan kesetaraan /
harapan yang tinggi dan dukungan yang kuat untuk semua siswa.”
Kesetaraan merupakan sebuah nilai yang menganut prinsip bahwa setiap

41
individu memiliki kesetaraan hak dan posisi dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Oleh karena itu setiap siswa dari berbagai latar
belakang kehidupan sosial maupun yang berada di pelosok perlu
mendapatkan kesetaraan pendidikan matematika. Kemudian, dari keenam
prinsip pembelajaran matematika, prinsip yang paling dominan atau yang
harus paling diperhatikan adalah prinsip kesetaraan. Tidak ada batasan
bagi setiap orang untuk mendapatkan pendidikan. Karena pendidikan
menjadi hal yang sangat penting sehingga diharapkan dapat
menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di negeri ini.
Siswa yang mengalami kesulitan memahami matematika mungkin perlu
adanya tambahan les, siswa penyandang cacat mungkin perlu waktu yang
cukup untuk menyelesaikan tugas. Begitu juga dengan siswa yang
memiliki potensi dan bakat dalam matematika, mereka harus diberikan
pengayaan dan pendalaman soal – soal matematika yang menantang.
Bakat dan minat siswa ini harus dipupuk dan di dukung agar memiliki
kesempatan dan bimbingan untuk mendukung potensi yang dimiliki. Pesan
yang kuat dari prinsip kesetaraan adalah semua siswa harus mempunyai
kesempatan dan dukungan yang cukup untuk belajar matematika tanpa
memandang personal, latar belakang ataupun hambatan yang berhubungan
dengan fisik.

Sumber: Agustianingsih, D. (2017). Pengembangan Lembar Kerja Siswa


(LKS) Matematika Materi Lingkaran Berdasarkan Standar Proses National
Council Of Teachers Of Mathematics (NCTM) Untuk Smp Negeri 2
Ngantru Tulungagung Kelas VIII. Skripsi. Universitas IAIN Tulungagung

Presentator 6 : Desti Fitria Amanda (2105114176)


1. Jane Alice Maharani (Kelompok 7)
“Berdasarkan hasil suatu penelitian yang telah dilakukan, pendekatan,
metode, maupun model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan
Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu meningkatkan
kemampuan penalaran, komunikasi dan memecahkan masalah (Hekimoglu
& Sloan, 2015)”
Jelaskan bagaimana metode berbasis konstruktivisme dan contextual
teaching and learning dalam perwujudan harapan matematika tersebut!
Jawaban
Sumber : Maulyda, Mohammad Archi. (2020). Paradigma Pembelajaran
Matematika Berbasis NCTM. Malang: CV IRDH
Menurut Kartika & Tandililing (2016), kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari
orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses, melalui

42
pendekatan tematik integratif dengan contextual teaching and learning
(CTL). Dikarenakan hal tersebut, guru dituntut untuk bisa menyesuaikan
diri dan mengubah pola pembelajaran mereka. Salah satu bentuk
perubahan tersebut adalah pemilihan model pembelajaran atau pun
pendekatan pembelajaran (Gordah, 2012). Guru harus merancang sebuah
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum baru ini,
namun juga harus efektif mengingat beban materi yang diberikan juga
cukup banyak. Sehingga kemampuan tersebut dapat terwujudkan pada diri
peserta didik.

2. Jerni Sania Purba (Kelompok 7)


“Pembelajaran matematika yang menekankan pada hubungan atau
keterkaitan antar konsep dan ide matematika diharapkan bisa memberikan
pengalaman belajar yang bisa meningkatan kemandirian belajar”
Ide dan konsep seperti apa yang diharapkan dalam pembelajaran
matematika untuk ke depan agar bisa memberi pengalaman belajar untuk
meningkatkan pengalaman belajar?
Jawaban
Sumber :
1) Fitri Indrayati, Ningsih. (2018). Analisis Pemahaman Konsep Siswa
SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ditinjau dari
Kecerdasan Emosional. Bachelor thesis, Unversitas Islam Majapahit.
2) Ginanjar, AY. (2019). Pentingnya Penguasaan Konsep Matematika
Dalam Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, 13(1), 121-129.
Konsep matematika adalah segala sesuatu yang berwujud pengertian-
pengertian, ciri khusus, hakikat dan isi dari materi matematika Budiono
(dalam Gusniwati, 2015:28) Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut
Winkel (dalam Rahmawat, 2015:2) konsep dapat diartikan sebagai suatu
sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri
yang sama.
Penguasaan konsep matematika ini sebagai dasar untuk dapat
menyelesaikan soal-soal matematika yang berpikir tingkat tinggi. Dalam
pendidikan dasar siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan kognitif
yaitu menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) bahkan mengkreasi (C6).
Kemampuan-kemampuan ini berkaitan sekali dengan banyak soal-soal
yang mengarah ke pemecahan masalah matematika. Sehingga guru melatih
siswa untuk dapat menyelesaikan soal-soal masalah matematika, dimana
siswa harus memiliki kemampuan penguasaan konsep matematika.

43
44

Anda mungkin juga menyukai