Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH MATEMATIKA HINDU DAN ARAB

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Filsafat dan Sejarah
Matematika

Dosen Pengampu :

1. Dra. Hj. Wati Susilawati, M.Pd


2. T. Tutut Widiastuti A., M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 10
Aulia Putri Timur (1192050028)
Ayu Ratna Komalasari (1192050029)

KELAS 6A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan potensi pada setiap insan untuk melakukan sebuah proses berpikir dan
bertindak, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang berharga. Shalawat dan salam
semoga selamanya tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang-benderang serta
berpengetahuan seperti sekarang iini.
Sebagaimana yang telah ditugaskan oleh dosen mata kuliah Filsafat dan Sejarah
Matematika, yang memberikan tugas untuk membuat makalah tentang materi
“Matematika Hindu dan Arab”. Puji syukur kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan mengerahkan peluang yang ada, yang mana dalam
pengambilan materi diperoleh dari berbagai sumber seperti : buku, internet, jurnal, dan
sumber lainnya.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen yang selalu memberikan arahan dan
juga kawan-kawan yang selalu memberikan stimulus berupa spirit, sehingga kami
mampu senantiasa menyelesaikan makalah ini dengan maksimal. Tentunya dalam
penyajian makalah ini tak luput dari berbagai kesalahan. Kami sebagai penulis sadar
bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
diperlukannya saran dan kritik yang membangun untuk dijadikan perbaikkan di masa
yang akan datang.

Bandung, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Sejarah Matematika ..................................................................... 3
2.2 Sejarah Matematika dalam Peradaban Hindu ..................................................... 4
2.3 Sejarah Matematika dalam Peradaban Islam ...................................................... 9
2.4 Tokoh Ilmuwan Matematika Islam dan Perannya dalam Peradaban Islam ... 15
2.5 Tokoh Ilmuwan Matematika Hindu .................................................................... 25
2.6 Peran Ilmuwan Matematika Hindu dalam Peradaban Hindu .......................... 26
2.7 Angka Hindu-Arab................................................................................................ 28
2.8 Perhitungan Bilangan dalam Matematika Arab ................................................ 29
2.9 Perhitungan Bilangan dalam Matematika Hindu .............................................. 29
2.10 Sistem Bilangan Matematika Hindu (India) ....................................................... 30
2.11 Sistem Bilangan Matematika Arab ...................................................................... 31
BAB III ................................................................................................................................... 33
PENUTUP .............................................................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 33
3.2 Saran ....................................................................................................................... 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan dari filsafat adalah menemukan pemahaman dan tindakan
yang sesuai. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu, sebab bagaimana pun juga tujuan
dari mempelajari ilmu adalah untuk dapat dipahami kemudian direalisasikan ke
dalam kehidupan yang nyata. Serta jika tanpa pemahaman maka ilmu tidak akan
mungkin dapat dikuasai.
Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, jika dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lainnya. Hal ini berdasarkan alasan bahwa filsafat merupakan
pangkal untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada
juga pendapat yang mengatakan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu dari
segala ilmu yang ada. Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena kedua
hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis serta keduanya tidak memerlukan
bukti secara fisik.
Bidang pengetahuan yang disebut dengan filsafat matematika merupakan hasil
pemikiran filsafat dimana sasarannya adalah ilmu matematika itu sendiri. Filsafat
matematika pada dasarnya adalah pemikiran relatif terhadap matematika.
Matematika menjadi suatu pokok soal yang dipertimbangkan secara cermat dan
dengan penuh perhatian.
Matematika juga memiliki sejarah yang cukup panjang hingga tercipta
seragkaian ilmu matematika yang kompleks dan kita pelajari hingga saat ini.
Terdapat berbagai penemuan yang terjadi pada Ilmu Matematika hingga akhirnya
memiliki berbagai cabang ilmu matematika. Sebagai seseorang yang mempelajari
ilmu tersebut, kita perlu mengetahui asal usul dan perkembangan ilmu yang kita
pelajari sehingga kita tidak hanya mengetahui tentang ilmunya saja tetapi juga
mengetahui sejarah perkembangannya. Salah satu fase dalam sejarah dan filsafat
matematika yaitu Matematika Hindu dan Matematika Arab.
Matematika India atau dikenal juga dengan Matematika Hindu muncul pada
abad ke-26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika Hindu berkembang
setelah Matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya Matematika
Eropa Abad Pertengahan.
Matematika Arab mengalami puncak masa keemasannya pada abad ke-9 M
sampai abad ke-13 M. Selang periode tersebut merupakan masa saat semua ilmu
pengetahuan Kuno baik Yunani atau negeri lainnya telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab. Adapun Matematikawan Arab yang paling populer adalah Al-
Khawarizmi yang merupakan penemu bilangan nol. Beliau juga dikenal sebagai
Bapak Aljabar.
Matematika India dan Arab memiliki perkembangan yang cukup pesat dan
menarik untuk mempelajari. Namun saat ini, banyak orang yang tidak mengetahui
hal tersebut. Saat ini, ilmu pengetahuan dan khususnya Matematika juga berkiblat
ke Negeri Barat (Eropa dan Amerika). Hampir tidak pernah terdengar mengenai
Matematikawan yang berasal dari Negeri Timur (Arab, India, dan China). Untuk
itu, agar lebih banyak orang termotivasi untuk mempelajari sejarah matematika

1
India dan Arab serta menumbuhkan semangat untuk melahirkan Matematikawan-
Matematikawan Negeri Timur (khususnya India dan Arab) yang dapat
berkontribusi pada perkembangan matematika, maka disusunlah makalah ini
dengan judul “Matematika Hindu dan Arab”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Matematika dan bagaimana sejarah
Matematika ?
2. Bagaimana sejarah Matematika dalam peradaban Hindu ?
3. Bagaimana sejarah Matematika dalam peradaban Islam ?
4. Siapa saja tokoh ilmwuan Matematika Islam dan bagaimana perannya dalam
Peradaban Islam ?
5. Siapa saja tokoh ilmuwan Matematika Hindu ?
6. Bagaimana peran ilmuwan Matematika Hindu dalam peradaban Hindu ?
7. Bagaimana penulisan angka Hindu-Arab ?
8. Bagaimana perhitungan bilanagan dalam matematika Arab ?
9. Bagaimana perhitungan bilangan dalam Matematika Hindu ?
10. Bagaimana sistem bilangan Matematika Hindu ?
11. Bagaimana sistem bilangan Matematika Arab ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian Matematika dan
bagaimana sejarah Matematika
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Matematika dalam peradaban Hindu
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Matematika dalam peradaban Islam
4. Untuk mengetahui siapa saja tokoh ilmwuan Matematika Islam dan bagaimana
perannya dalam Peradaban Islam
5. Untuk mengetahui siapa saja tokoh ilmuwan Matematika Hindu
6. Untuk mengetahui bagaimana peran ilmuwan Matematika Hindu dalam
peradaban Hindu
7. Untuk mengetahui bagaimana penulisan angka Hindu-Arab
8. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan bilanagan dalam matematika Arab
9. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan bilangan dalam Matematika Hindu
10. Untuk mengetahui bagaimana sistem bilangan Matematika Hindu
11. Untuk mengetahui bagaimana sistem bilangan Matematika Arab

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Sejarah Matematika
Kata Matematika berasal dari bahasa latin “methematika” yang diambil dari
bahasa yunani “mathematike” yang artinya mempelajari. Perkataan itu
mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar. Jadi, berdasarkan asal katanya
maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir.
Bahasa simbol matematika adalah bahasa numerik. Matematika merupakan studi
besaran,struktur,ruang dan perubahan. Matematika digunakan diseluruh dunia
sebagai alat penting berbagai bidang termasuk ilmu alam,teknik, kedokteran /
medis, dan ilmu social seperti ekonomi dan psikologi. Para matematikawan juga
bergulat didalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan
matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan didalam pikiran, meskipun
penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata
seringkali ditemukan kemudian. Sejarah ilmu matematika berkembang sesuai
dengan zamannya. Sebagai contoh, pada tahun 2000 SM sampai dengan 300 M,
telah muncul Ilmu Hitung, Geometri, dan Logika. Pada 300 M sampai dengan
1400 M telah berkembang teori bilangan, Geometri Analitik,Aljabar, dan
Trigonometri (Wiriani, 2021).
Perkembangan sejarah matematika Babilonya merujuk pada seluruh
matematika yang dikembangkan oleh bangsa mesopotamia sejak permulaan
Helenistik. Dinamai “matematika babiliona” karena peran utama kawasan
Babilonya sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman perdaban Helenistik
matematika Babilonya berpadu dengan matematika Yunani dan Mesir untuk
membangkitkan matematikaYunani. Matematika Babilonya ditulis dalam 400
lempengan tanah liat yang berisi topik-topik pecahan
aljabar,invers,perkalian,dan bilangan prima kembar, tabel perkalian dan metode
penyelesaian persamaan linier dan persamaan kuadrat. Matematika Babilonya
menggunakan sistem desimal. Penemuan matematika Mesir yang paling panjang
masanya adalah lembaran rhind (lembaran ahmes) yang merupakan manual
instruksi bagi pelajar aritmatika dan geometri, diperkirakan berasal dari tahun

3
1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih
tua dari kerajaan tengah yaitu tahun 2000-1800 SM (Wiriani, 2021).
Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis dalam bahasa
Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 SM. Matematika yunani diayakini
dimulakan oleh thales dari miletus (624 SM sampai 546 SM). Tokoh lain yang
berperan dalam perkembangan matematika Yunani diantaranya Phytagoras yang
membuktikan pythagoras secara matematis (terbaik) , Archimedes mencetuskan
nama parabola yang artinya bagian sudut kanan kerucut, Hipassus yang
merupakan penemu bilangan irrasional, Diophantus yang merupakan penemu
aritmatika (pembahasan teori-teori bilangan yang isinya merupakan
pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat sebuah persamaan
(Wiriani, 2021).
Matematika India dimulai di India sejak Zaman Besi. Samantha Brahmana
(sekitar Abad ke-9 SM) menghampiri nilai π; menulis Sulba Sultras (sekitar 800
– 500 SM) yang merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan
bilangan irasional, bilangan prima, aturan pangkat tiga dan akar kubik;
menghitung akar kuadrat dari bilangan 2 sampai sebagian dari seratus ribuan;
memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi
yang diberikan; menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan
Tripel Pythagoras secara aljabar; serta memberikan pernyataan dan bukti
numerik untuk Teorema Pythagoras (Wiriani, 2021).
Matematika Arab, pada masa keemasannya Arab berhasil menjadi pustaka
ilmu pengetahuan kala itu. Peran bangsa Arab dalam perkembangan sejarah
matematika tidak hanya sebagai compiler dan penyebar ilmu kepada bangsa lain,
namun juga berperan serta dalam mengkontribusikan beberapa penemuan ilmu
pengetahuan tersendiri. Selain hanya mengalih bahasakan serta memberi
penjelasan terhadap matematika Yunani, ahli matematika arab juga memiliki
karya karya otentik original mereka sendiri (Wiriani, 2021)
2.2 Sejarah Matematika dalam Peradaban Hindu
2.2.1 Matematika Awal di India
Karena signifikasnsi geometrisnya, tidak mengherankan bahwa
persamaan Pythagoras 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑧 2 mendapat perhatian lebih awal
daripada persamaan derajat pertama (persamaan linear) yang secara
konseptual lebih sederhana yaitu persamaan 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐, dengan a, b,
4
dan c adalah bilangan bulat. Meskipun teori yang diperlukan untuk
memecahkan persamaan terakhir ditemukan di Elemen Euclid, itu tidak
muncul dalam karya-karya penulis Yunani berikutnya yang masih ada.
Mungkin Diophantus mempertimbangkan persamaan terlalu sepele untuk
dimasukkan dalam Aritmatika. Sebagian besar masalahnya terlibat
membuat ekspresi istilah tingkat pertama atau kedua menjadi pangkat dua
atau kuadrat. Yang paling awal upaya untuk memecahkan persamaan tak
tentu 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 dengan metode umum dilakukan di India, dimulai
sekitar abad ke-5, dalam karya matematikawan Hindu Aryabhata (lahir
476), Brahmagupta (sekitar 600), Mahavira (sekitar 850), dan Bhaskara
(1114-1185) (Burton, David M., 2011).
Invasi Alexander ke India, dan pendirian kerajaan Yunani di India dan
di perbatasannya, sangat merangsang komunikasi gagasan antara Asia dan
dunia Mediterania. Tampaknya matematika India dipengaruhi secara
langsung dan terinspirasi oleh orang-orang Yunani pada tahap awal dan
dipengaruhi oleh tradisi Cina di kemudian hari waktu. Seluruh pertanyaan
tentang metode mana yang dikembangkan oleh orang India sendiri adalah
subjek banyak dugaan. Awalnya, matematika mereka berkembang sebagai
hasil astronomi, dan bukan kebetulan bahwa sebagian besar dari apa yang
telah turun kepada kami muncul sebagai bab dalam karya astronomi.
Memang sepertinya tidak ada teks matematika yang terpisah. Karena para
penulis tidak memiliki simbolisme aljabar, mereka mengungkapkan
masalah dalam syair dan dengan gaya berhutang. Ini menyenangkan dan
menarik pembaca dan membantu ingatan. Sedikit penekanan ditempatkan
pada demonstrasi, sehingga terkadang hanya ada gambar ilustrasi dan
komentar penulis, “Lihatlah.” (Burton, David M., 2011).
Pada periode 400 hingga 1200, orang India mengembangkan sistem
matematika unggul, dalam segala hal kecuali geometri, dengan orang-
orang Yunani. Di antara mereka yang berkontribusi pada ilmu
pengetahuan ialah astronom terkenal bernama Aryabhata yang
menyelidiki penjumlahan dari deret aritmatika dan geometri, membuat
tabel sinus sudut di kuadran pertama, dan mencoba untuk memecahkan
persamaan kuadrat dan linier tak tentu. Dalam Aryabhatiya, dia
menghitung nilai 𝜋 sebagai berikut:
5
“Tambahkan empat dengan seratus, kalikan dengan delapan, lalu
tambahkan enam puluh dua ribu; hasilnya adalah kira-kira keliling
lingkaran berdiameter dua puluh ribu. Dengan aturan ini hubungan
keliling dengan diameter diberikan”
Dengan kata lain :

𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 8(100 + 4) + 62000 62832


𝜋 =≈ ≈ = = 3,1416
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 20000 20000
Brahmagupta, yang hidup lebih dari satu abad setelah Aryabhata,
sebagian besar mendasarkan karyanya pada apa yang telah dilakukan
pendahulunya yang termasyhur. Praktik miliknya, bagaimanapun,
mengambil √10 sebagai "nilai rapi" dari 𝜋 yang agak merupakan langkah
ke belakang. Dia memperkenalkan angka negatif dan mengembangkan
aturan yang memuaskan untuk memperoleh dua akar kuadrat persamaan,
bahkan dalam kasus di mana salah satunya negatif. Brahmagupta juga
memberikan rumus 𝐴 = √(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)(𝑠 − 𝑑) untuk luas segi
empat siklik yang sisi-sisinya adalah, b, c, dan d dan semiperimeternya
adalah s (Burton, David M., 2011).
Kontribusi Aryabhata dan Brahmagupta yang paling abadi adalah untuk
penelitian persamaan tak tentu, topik favorit Diophantus. Meskipun
mereka mengulangi banyak permasalahan Diophantus, namun
pendekatannya berbeda. Di mana Diophantus mencari untuk memecahkan
persamaan dalam bilangan rasional, matematikawan India hanya
mengakui bilangan bulat positif sebagai solusi. Saat ini, untuk
menghormati Diophantus, persamaan apa pun untukmenjadi satu atau
lebih yang tidak diketahui yang harus diselesaikan untuk nilai integral dari
yang tidak diketahui disebut Persamaan Diophantus (Burton, David M.,
2011).
Meskipun Aryabhata tampaknya mengetahui metode untuk menemukan
solusi dari Persamaan Diophantus linier 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐, namun
Brahmagupta adalah yang pertama mendapatkan semua kemungkinan
solusi integral. Dalam hal ini dia maju melampaui Diophantus, yang telah
puas memberi satu solusi khusus dari persamaan tak tentu (Burton, David
M., 2011).

6
Kondisi solvabilitas persamaan ini mudah dinyatakan; Persamaan
Diophantine 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 mengakui solusi jika dan hanya jika
𝑑|𝑐, dimana 𝑐 = 𝑓𝑝𝑏 (𝑎, 𝑏). Kita mengetahui ada bilangan bulat r dan s
dimana 𝑎 == 𝑑𝑟 dan 𝑏 = 𝑑𝑠. Jika solusi dari 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 ada, sehingga
𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 = 𝑐 cocok untuk 𝑥0 dan 𝑦0 , maka :
𝑐 = 𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 = 𝑑𝑟𝑥0 + 𝑑𝑠𝑦0 = 𝑑(𝑟𝑥0 + 𝑠𝑦0 )
yang dapat dikatakan hanya dengan 𝑑|𝑐. Sebaliknya, asumsikan bahwa
𝑑|𝑐, katakana bahwa 𝑐 = 𝑑𝑡. Sekarang, bilangan bulat 𝑥0 dan 𝑦0 dapat
ditemukan 𝑑 = 𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 . Jika hubungan ini dikalikan dengan t, kita
dapatkan :
𝑐 = 𝑑𝑡 = (𝑎𝑥0 + 𝑏𝑦0 )𝑡 = 𝑎(𝑡𝑥0 ) + 𝑏(𝑡𝑦0 ) = 𝑑(𝑟𝑥0 + 𝑠𝑦0 )

Oleh karena itu, persamaan diophantine 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 memiliki 𝑥 = 𝑡𝑥0


dan 𝑏 = 𝑡𝑦0 sebagai solusi khususnya.
Bhaskara (1114-1185) adalah matematikawan India terkemuka abad
kedua belas. Karyanya yang paling terkenal adalah Siddhanta Siromani
(Permata Kepala dari Astronomi System), yang ditulis pada tahun 1150.
Isinya dikenal di Eropa Barat melalui Terjemahan bahasa Arab pada tahun
1587. Siddhanta Siromani disusun dalam empat bagian, di antaranya dua
yang pertama, Lilavati (Yang Indah) dan Vijaganita (Ekstraksi Akar),
berurusan dengan aritmatika dan aljabar, masing-masing. Bagian pertama
dinamai putri Bhaskara, dan banyak dari masalah-masalahnya yang aneh
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
dia. Misalnya:
“Seperlima dari kawanan lebah beristirahat di semak kadaba dan
sepertiga di semak silindha; sepertiga dari perbedaan antara dua angka
ini ada di kutaja, dan seekor lebah memiliki tertiup angin sepoi-sepoi,
terbawa oleh aroma melati dan pandam. Katakan padaku, cantik
bidadari, ada berapa lebah?” (Burton, David M., 2011).
2.2.2 Pencapaian Terkenal pada Matematika Hindu
Pencapaian paling terkenal dari matematika Hindu adalah sistem
posisi desimal yang kita ketahui saat ini. Sistem desimal sangat kuno,
begitu pula system posisinya ; tetapi kombinasi ini tampaknya berasal di

7
India, di mana dalam perjalanan waktu secara bertahap dikenakan pada
sistem non-posisi yang lebih tua. Kejadian pertama yang diketahui ada di
sekitar tahun 595 M, di mana tanggal 346 ditulis dalam nilai tempat
desimal notasi. Umat Hindu jauh sebelum epigrafi ini tercatat sudah
memiliki sistem untuk mengekspresikan angka besar dengan arti kata
yang disusun menurut metode nilai tempat. Terdapat teks-teks awal di
mana kata "Sunya," yang berarti nol, secara eksplisit digunakan. Naskah
Bakshali, terdiri dari tujuh puluh lembar kulit kayu birch yang asal dan
tanggalnya tidak pasti (perkiraan berkisar dari abad ketiga hingga abad
kedua belas M), dan dengan materi tradisional Hindu di indeterminate dan
persamaan kuadrat serta aproksimasi, memiliki titik untuk menyatakan
nol. Catatan epigrafis tertua dengan tanda nol tanggal dari abad
kesembilan. Ini semua jauh lebih lambat dari munculnya tanda nol dalam
teks Babilonia. (Struik, Dirk.J, 1954).
Sistem nilai tempat desimal perlahan menembus di sepanjang jalan
karavan ke banyak bagian Timur, mengambil tempatnya di samping
sistem lain. Penetrasi ke Persia, mungkin juga Mesir, sangat mungkin
terjadi terjadi pada periode Sassanian (224-641), ketika kontak antara
Persia, Mesir, dan India sangat dekat. Pada periode ini memori Babilonia
kuno mengenai sistem nilai tempat mungkin masih hidup di Mesopotamia.
Referensi pasti tertua untuk Hindu mengenai sistem nilai tempat di luar
India ditemukan dalam sebuah karya dari 662 ditulis oleh Severus
Sebokht, seorang uskup Suriah. Dengan terjemahan Al-Fazaii dari
"Siddhantas" menjadi Arab (c. 773) maka dunia ilmiah Islam mulai
mengenal apa yang disebut sistem Hindu. Sistem ini mulai lebih banyak
digunakan di dunia Arab dan seterusnya, meskipun sistem penomoran
Yunani juga tetap digunakan serta sistem asli lainnya. (Struik, Dirk.J,
1954).
Faktor sosial mungkin telah memainkan peran tehadap tradisi Oriental
yang mendukung metode nilai tempat desimal bertentangan dengan
metode orang Yunani. Simbol yang digunakan untuk menyatakan angka
nilai tempat menunjukkan variasi yang luas tetapi ada dua jenis utama:
simbol Hindu yang digunakan oleh orang-orang Arab Timur; dan yang
disebut "gobar" (atau ghubar) angka yang digunakan di Spanyol di antara

8
orang Barat orang arab Simbol pertama masih digunakan di dunia Arab
tetapi sistem angka sekarang tampaknya diturunkan dari sistem "gobar".
Terdapat teori Woepcke yang telah disebutkan, yang menurutnya Angka
"gobar" digunakan di Spanyol ketika orang-orang Arab tiba, setelah
mencapai Barat melalui Neo-Pythagoras dari Alexandria pada awal 450
M. (Struik, Dirk.J, 1954).
2.3 Sejarah Matematika dalam Peradaban Islam
Pada awal abad ke-7, kaum Muslimin dibawah kepemimpinan Mohammed
berhasil menguasai tanah India hingga Spanyol, termasuk bagian Afrika Utara
dan Italia Selatan. Ketika orang-orang Arab menetap di kota-kota baru, mereka
banyak terjangkit penyakit, terutama penyakit terkait kehidupannya di padang
pasir. Pada masa itu, dokter yang masuk kawasan tersebut dibatasi hanya untuk
orang-orang Yunani dan Yahudi saja. Dengan didorong oleh Khalifah (para
pemimpin lokal di Arab), para dokter diminta untuk menetap di Baghdad,
Damaskus, dan kota-kota lain. Kontak sosial yang terjadi di kawasan tersebut
menyebabkan penyebaran pengetahuan matematika.
Pada sekitar tahun 800, Khalifah Harun al-Rasyid memerintahkan agar
karya-karya dari Hippocrates, Aristoteles, dan Galen diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa Latin sehingga dapat diakses oleh orang-orang Eropa. Hal tersebut
menjadi catatan penting bagi kita di masa sekarang ini, untuk tetap melestarikan
tradisi pelestarian di bidang Matematika dan Sains karena jika tidak maka karya-
karya klasik akan hilang dari peradaban.
George Scheder dalam Wikipedia (2017) menyatakan bahwa huruf
alfabhet pertama kali digunakan oleh bangsa Semit yang kemudian
dikembangkan menjadi huruf abjad arab oleh bangsa arab. Mereka membakukan
angka dengan abjad arab ini. Demikian juga halnya mengenai huruf abjad pada
zaman Rasulullah SAW. Pada abad pertama Hijriyah para ilmuwan muslim
menggunakan huruf-huruf abjad dalam menuliskan karangan-karangan mereka.
Setiap huruf mempunyai angka khusus untuk menunjukkannya. Huruf alif
melambangkan angka 20, huruf lam melambangkan angka 30 dan scterusnya.
Dalam hisab allumal (penggunaan huruf abjad sesuai dengan nilai
angkanya) digunakan oleh bangsa Arab dalam masa yang panjang di bcrbagai
ilmu dan urusan perdagangan. Pengaruh hitungan ini tampak pada tabel
astronomi dan hitungan berat berbagai metal.Sebagai contoh, dalam buku Al-

9
Qanum al-Mas’udi oleh Abu ar-Rihan al- Biruni (362-440 H) banyak
menggunakan metode hisab allumal. Karena itu jelas bahwa para ilmuwan
muslim masih menggunakan metode hisab al-jumal setelah munculnya angka-
angka India-Arab yang digunakan sampai ke masa kita sekarang. Pengenalan
angka- angka India-Arab serta perluasan penggunaannya di dunia Arab dan
Islam adalah berkat jasa ilmuwan terkenal, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
(164-235 H), yang menulis buku tentang angka-angka India-Arab. Dengan
demikian, bentuk-bentuk dari angka- angka India-Arab mulai menempati huruf-
huruf abjad (Himawan, A, 2013). Al-Khawarizmi juga merupakan Ilmuwan yang
memperkenalkan bilangan nol (0) sebagai tempat dalam basis sepuluh (desimal),
penerjemah karya-karya Yunani Kuno, dan juga dikenal sebagai Bapak Aljabar.
Bangsa Arab juga yang telah mengembangkan konsep angka nol sehingga
memberi kemudahan yang tidak terbatas bagi kita dalam proses menghitung.
Para matematikawan mengemukakan bahwa penemuan angka nol ini dianggap
sebagai penemuan paling besar yang dikenal oleh umat manusia. Dalam
perkembangan angka nol, umat Islam menggambarkan angka nol dengan
lingkaran dimana titik menjadi pusatnya. Di Masyriq (saat ini Mesir dan negeri-
negeri Muslim di sebelah timurnya) menggambarkan angka nol dengan
menggunakan titik (pusat lingkaran) bersama angka-angka yang mereka miliki.
Sedangkan di Magrib (negeri-negeri sebelah barat Mesir, termasuk Andalusia)
menggambarkan angka nol dengan menggunakan lingkaran tanpa titik (pusat
lingkaran) (Parnabhakti & Ulfa, 2020).
Umat Islam menggambarkan angka nol dengan titik, karena titik memiliki
peranan penting dalam penulisan Arab yaitu dipandang sebagai pengontrol dan
pembeda antara huruf-huruf. Contohnya, jika titik diletakkan diatas huruf
menjadi huruf ( ). Jika diletakkan dua titik diatasnya menjadi huruf ( ), dan
sebagainya (Ihsan, 2019).
Penemuan angka nol memilliki berbagai keistimewaan, misalnya yang
terpenting adalah penemuan pecahan desimal yang membantu dalam penciptaan
komputer. Sejarawan Jerman terkenal bernama Lucy, mengakui dalam Sejarah
Matematika bahwa penciptaan pecahan desimal harus dinisbatkan kepada
Ilmuwan Matematika Muslim bernama Jamsyid bin Mahmud Ghiyatsuddin al-
Kasyi (w. 1436 M). Namun, orang-orang Barat mengklaim bahwa Ilmuwan

10
Belanda bernama Simon Stephen lah yang menemukan pecahan desimal. Samuel
al-Maghribi (570 H) telah mengemukakan pecahan-pecahan desimal dalam
bukunya berjudul “Al-Qawivami fi al-Hisab al-Hindi” dengan pengantar ilmiah
luar biasa. Akan tetapi, orang yang menghimpun seluruh gagasan tentang
pecahan desimal, memunculkan dan menyusunnya dalam sebuah susunan ilmiah
yang dapat diterima sampai saat ini ialah Jamsyid bin Mahmud Ghiyatsuddin al-
Kasyi (Naga, 1980).
Selain itu, dalam karya al-Kashi yang berjudul “Ar-Risalah al-Muhithat”
juga ditemukan pembahasan mengenai hubungan antara lingkaran bola dengan
garis tengahnya, yang ia sebut dengan π dan digambarkan menggunakan pecahan
desimal (Alisjahbana, dkk, 2001).
Matematika Arab daalam (Efendi, dkk, 2021) dapat dibagi menjadi empat
kategori yaitu :
1) Aritmatika, yang dianggap merupakan turunan dari India dan didasarkan pada
prinsip posisi.
2) Aljabar, meskipun berasal dari Yunani, Hindu dan sumber-sumber lain di
Babylonia, akan tetapi di tangan para pakar Muslim diubah menjadi
mempunyai karakteristik baru dan lebih sistematis.
3) Trigonometri, dengan ramuan utama dari Yunani, tetapi oleh bangsa Arab dan
ditangani menurut cara Hindu, menjadi mempunyai lebih banyak fungsi-
fungsi dan rumus-rumus. Kategori ini menjadi dikenal karena peran ibn-
Yunus (meninggal tahun 1008) dan Alhazen, keduanya dari Mesir,
mengenalkan rumus Salah satu rumus penjumlahan ini yang sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan matematika pada umumnya dan
trigonometri pada khususnya pada abad 16, sebelum ditemukannya logaritma.
4) Geometri, yang juga berasal dari Yunani tetapi di tangan bangsa Arab
digeneralisasi di sana-sini sampai mengkristal seperti bentuknya sekarang ini.
Untuk kategori ini setelah era Alhazen, dikembangkan oleh seorang ilmuwan
Timur, namun oleh orang Barat lebih dikenal sebagai penyair, yaitu Umar
Khayyam.

Di era setelah al-Khawarizmi, terdapat Al-Mahani (l. 820) dan Abu Kamil
(l. 850) memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar.
Misalnya aplikasi aritmatika terhadap aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap

11
trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap
geometri dan sebaliknya. Penelitian-penelitian ini mendasari penciptaan aljabar
polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik, solusi numerik dari
persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan (Mohammad,
Mohaeni, 2001).

Matematikawan Muslim lainnya yaitu Al-Karaji (l. 935) diyakini sebagai


orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan pengaruh operasi geometri
dalam aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, dan memberikan aturan-
aturan untuk perkalian dari dua suku lainnya. Selain itu, ia juga berhasil
menemukan teorema binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya untuk
memajukan matematika, ia mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya
(200 tahun kemudian), yaitu Al-Samawal adalah orang pertama yang membahas
topik baru dalam aljabar. Menurutnya bahwa mengoperasikan sesuatu yang tidak
diketahui (variabel) adalah sama saja dengan mengoperasikan sesuatu yang
diketahui (Lukmantara, Adeng, 2010).

Ilmuwan Matematika Muslim lainnya yaitu Umar Khayyam (1050 –


1123). Dia berjasa besar melalui penelitiannya, memberikan klasifikasi lengkap
dari persamaan pangkat tiga melalui penyelesaian geometri dengan
menggunakan konsep pemotongan kerucut. Dia juga memberikan sebuah
konjektur (dugaan) tentang deskripsi lengkap dari penyelesaian aljabar dari
persamaan-persamaan pangkat tiga. Ia juga mberhasil menyelesaikan suatu
persamaan, dimana hasil dari persamaan ini adalah hiperbola dan variable untuk
melakukan substitusi, , adalah parabola. Sharaf al-Din al-Tusi yang lahir tahun
1135. Juga mengikuti Umar Khayyam dalam mengaplikasikan aljabar pada
geometri, yang pada akhirnya menjadi permulaan bagi cabang algebraic
geometry (Lukmantara, Adeng, 2010).

Di luar bidang aljabar, matematikawan Muslim juga mempunyai andil.


Salah seorang dari Bani Musa bersaudara, yaitu Thabit Ibnu Qurra (lahir tahun
836), mempunyai kontribusi yang banyak bagi matematika.Salah satunya adalah
dalam teori bilangan, yaitu penemuan pasangan bilangan yang mempunyai sifat
unik yaitu; dua bilangan yang masing-masingnya adalah jumlah dari pembagi
sejati bilangan lainnya dan disebut pasangan bilangan bersahabat (amicable

12
number).Teorema Thabit Ibnu Qura ini kemudian dikembangkan oleh Al-
Baghdadi (l. 980) (Latham, J. D., 2003).

Thabit Ibnu Qurra juga mempunyai kontribusi bagi teori dan observasi
dalam astronomi. Al-Batanni (l. 850) membuat observasi yang akurat yang
memungkinkannya untuk memperbaiki data-data dari Ptolemy tentang bulan dan
matahari. Nadir al-Din al-Tusi (l. 1201), berdasarkan astronomi teoritisnya
dalam pekerjaan Ptolemy, membuat pengembangan yang sangat signifikan
dalam model sistem planet (Latham, J. D., 2003).

Ibrahim Ibnu Sinan (l. 910-an) dan kakeknya Thabit Ibnu Qurra,
mempelajari kurva yang diperlukan dalam mengonstruksi jam matahari.Abul-
Wafa (l. 940-an) dan Abu Nasr Mansur (l. 970-an) mengaplikasikan geometri
bola terhadap astronomi dan menggunakan rumus-rumus yang melibatkan sinus
dan tangen.Kemudian Al-Biruni (l. 973) menggunakan rumus sinus baik dalam
astronomi maupun dalam perhitungan garis bujur dan lintang dari kota-
kota.Dalam kasus ini, Al-Biruni melakukan penelitian yang sangat gencar dalam
proyeksi dari bola pada bidang (Latham, J. D., 2003).

Ahli matematika berikutnya adalah Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (l.
965 di Basrah Irak), yang oleh masyarakat Barat dikenal dengan nama Alhazen.
Al- Haytam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan semua bilangan
sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah dari pembagi-
pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2𝑘 − 1(2𝑘 − 1) dimana 2𝑘 − 1
adalah bilangan prima. Selanjtnya, al-Haytam berhasil membuktikan bahwa bila
𝑝 adalah bilangan prima maka 1 + (𝑝 − 1)! habis dibagi oleh 𝑝. Namun
sayangnya, jauh di kemudian hari hal ini dikenal dengan Teorema Wilston bukan
Teorema Al-Haytam, yang diumumkan pada tahun 1770.

Khalifah Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah,


sangat memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa
kekhalifahannya, yang dimulai pada sekitar tahun 786, terjadi proses
penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga ilmu pengetahuan
lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Bahkan khalifah
berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun lebih besar lagi perhatiannya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.Pada masa kekhalifahannya di Bagdad

13
didirikan Dewan Kearifan, yang menjadi pusat penelitian dan penerjemahan
naskah Yunani. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika. Pada abad ke 19
permintaan dari Industri dan perdagangan semakin besar, sehingga matematika
mulai berkembang dan sejak saat itu pendidikan matematika menjadi sangat
penting dan dibutuhkan (Kasmiati, 2006).

Menurut Muqowim (2012), dalam sejarah peradaban Islam,


perkembangan matematika setidaknya dipengaruhi oleh lima hal. Pertama,
adanya dorongan normatif yang bersumber dari Al-Qur’an mengenai perlunya
mengoptimalkan nalar untuk merenungkan ayat-ayat Tuhan baik yang berkaitan
dengan fenomena alam. Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran ayat 190- 191
yang artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.S. Ali Imran
ayat 190-191)

Kedua, adanya tantangan realitas yang mengharuskan saintis muslim


untuk mengembangkan matematika sebagai ilmu yang akan terus dibutuhkan
dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam urusan agama.
Ketiga, adanya ilmu matematika sebagai hasil peradaban pra-Islam dirasa perlu
untuk dikembangkan lebih lanjut seiring dengan semakin meluasnya wilayah
kekuasaan Islam. Keempat, adanya dorongan etos keilmuan dari saintis muslim.
Kelima, adanya dukungan politik dari penguasa, seperti pada masa keemasan
Abbasiyyah dan Umayyah.

Matematika juga dikenal sebagai fondasi dari segala ilmu pengetahuan,


yang memiliki sejarah perkembangan begitu panjang mulai dari peradaban
Babylonia sekitar 4000 tahun yang lalu hingga pada masa sekarang (Hodgkin,
2005). Bukti keberadaan matematika pada masa peradaban Babylonia adalah
ditemukannya lembaran yang terbuat dari tanah liat yang memuat daftar

14
permasalahan kuadrat untuk menentukan panjang dan lebar suatu lahan
berbentuk persegi panjang. Dalam menyelesaikan masalah matematika, bangsa
Babylonia menggunakan teknik penyelesaian geometri cut and paste. Teknik
penyelesaian cut and paste ini merupakan sebuah teknik penyelesaian masalah
yang menggunakan ide geometri (Muqowim, 2012).

Beberapa kajian tentang geometri ternyata mampu memberikan inspirasi


kepada ilmuwan-ilmuwan besar yang lahir pada masa berikutnya, termasuk
ilmuwan-ilmuwan muslim seperti Al-Khawarizmi, Al-Buzjani, dan Al-Battani.
Ketiga ilmuwan tersebut ialah ilmuwan muslim yang kemudian menghasilkan
temuan-temuan baru, berperan dalam mendeklarasikan teori-teori yang ada pada
matematika bahkan mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan
trigonometri. Trigonometri dalam perkembangan matematika memiliki
sumbangsih yang cukup besar bagi peradaban Islam, khususnya yang berkaitan
dengan agama Islam.

2.4 Tokoh Ilmuwan Matematika Islam dan Perannya dalam Peradaban Islam
1. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi
Khawarizmi seorang matematikawan muslim yang dilahirkan di
Khawarizm, Uzbekistan. Al-Khawarizmi (Khawarizm, Uzbekistan, 194 H/780
M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika,
astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu Ja‟far Muhammad bin
Musa al-Khawarizmi dan di barat ia lebih dikenal dengan nama Algoarisme
atau Algorisme. Ia terkenal sebagian besar karena dua karya besarnya yaitu
satu buku tentang aritmatika dan yang lainnya tentang aljabar, yang mana
Eropa berkenalan dengan angka Hindu dan pendekatan aljabar untuk
matematika melalui karya-karya tersebut.
Al-Khawarizmi menulis risalah kecil dengan judul seperti “Book of
Addition and Substraction According to the Hindu Calculation”. Ini
merupakan karya pertama yang menggunakan bahasa Arab untuk menjelaskan
penggunaan sistem angka desimal Hindu. Meskipun al-Khawarizmi hanya
menyebutkan “sembilan huruf” (yaitu, simbol untuk angka 1 sampai 9) yang
akan digunakan untuk menulis angka, ia juga menggunakan angka nol :
“when nothing remains [in substraction], put down a small circle must ocupy
it” (Burton, David M., 2011)

15
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu
pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-
Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan
abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan,
dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari
tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini
tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka
lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab,
termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka
nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah
ditemukan al-Khawarizmi.
2. Abu Kamil

Abu Kamil (850 – 930), atau sering disebut juga “The Reckoner from
Egypt” merupakan penulis Arab besar yang kedua mengenai Aljabar. Buku
nya mengenai Aljabar yang berjudul “Ktab fil jabr wal muqabalah” pada
dasarnya merupakan komentar dan penjabaran dari karya Al – Khawarizmi,
sebagian karena alasan tersebut dan sebagian karena kelebihan buku itu
sendiri, buku itu memiliki popularitas yang luas di dunia Muslim. Aljabar yang
dijelaskan oleh Abu Kamil memuat 69 permasalahan, dimana lebih luas
dibandingkan dengan masalah Aljabar yang dijelaskan oleh Al-Khawarizmi
yaitu 40 permasalahan.

Seperti umumnya sebuah komentar, Abu Kamil secara utuh banyak


menjelaskan masalah yang telah dijelaskan oleh Al-Khawarizmi. Namun, pada
saat yang sama ia tidak ragu-ragu untuk menambahkan metode solusi lebih
lanjut dari yang sudah dijelaskan oleh Al-Khawarizmi. Hal ini dapat terlihat
pada Permasalahan 8 Aljabar yang berbunyi :

“Divide 10 into two parts in such a way that when each of the parts is divided
1
by the other their sum will be 4 4” (Burton, David M., 2011).

Dalam notasi modern, permasalahannya merupakan menemukan dua bilangan


yang memenuhi persamaan :

𝑥 𝑦 1
𝑥 + 𝑦 = 10 , + =4
𝑦 𝑥 4
16
Identitas aljabarnya yaitu :

𝑥 𝑦 𝑥2 + 𝑦2
+ =
𝑦 𝑥 𝑥𝑦

Digunakan untuk mengkonversi menjadi :

1
𝑥 2 + 𝑦 2 = 4 𝑥𝑦
4

Abu Kamil juga berhasil mengembangkan kalkulator radikal yang sangat unik.
Ia berhasil menemukan rumusan mengenai penjumlahan dan pengurangan
akar kuadrat, bukan menggunakan simbol, tetapi dengan menggunakan
persamaan :

√𝑎 ± √𝑏 = √𝑎 + 𝑏 ± 2√𝑎𝑏

Dengan menggunakan hasil pekerjaan Al-Khawarizmi, aljabar


sepenuhnya retoris, dengan semua perhitungan (seringkali rumit) dijelaskan
menggunakan kata-kata, satu-stunya notasi yang tertulis dalam teks ialah
bilangan bulat. Misalnya, aturan untuk mengurangkan akar kuadrat dari 9
dengan akar kuadrat dari 4 diekspresikan dengan kalimat sebagai berikut:

“If you wish to substract the root of 4 from the root of 9 until what remains of
the root of 9 is a root of one number, then you add 9 to 4 to give 13 that was
retined. One remains. The root is 1. It is the root of 9 less the root of 4”.
(Burton, David M., 2011).

Hal ini hanyalah deskrips verbal dari apa yang tertulis sebagai berikut :

√9 − √4 = √9 + 4 − 2√9.4 = √13 − 2√36 = √13 − 2(6) = √13 − 12 = √1 = 1

Kemajuan besar lainnya dari Abu Kamil yaitu penggunaan koefisien


irasional pada persamaan tak tentu. Misalnya pada permasalahan 53 Aljabar.
Disitu ia mencari bilangan sedemikian sehingga jika akar kuadrat dari 3
dijumlahkan pada bilangan tersebut dan akar kuadrat dari 2 dijumlahkan pada
bilangan tersebut, maka dua penjumlahan tersebut adalah 20. Dalam notasi
modern, hal tersebut dapat ditulis sebagai :

17
(𝑥 + √3)(𝑥 + √2) = 20

Hal ini mengarah pada persamaan kuadrat :

𝑥 2 + √6 + √3𝑥 2 + √2𝑥 2 = 20

Abu Kamil memberikan nilai yang tepat yaitu :

1 1 3 1
𝑥 = √21 − √6 + √1 − √ − √
4 2 4 2

Pengenalan koefisien irasional untuk beberapa persamaan kuadrat juga


merupakan titik tolak lainnya dari penemuan-penemuan dasar Al-Khawarizmi.

Aljabar yang dijelaskan oleh Abu Kamil memegang peranan yang sangat
penting dalam perkembangan Matematika di Barat melalui pengaruhnya pada
karya-karya Leonardo of Italia Pisa atau lebih dikenal dengan Fibonacci. Ketika
Fibonacci menulis Liber Abaci (1202) ia penggemar berat penulis Arab, ia
memproduksi sekitar 29 masalah Aljabar dengan sedikit atau tidak ada
perubahan.

Abu Kamil memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari


aljabar. Penelitian-penelitian tersebut menjadi dasar bagi penciptaan aljabar
polinom, analisis numerik, analisis kombinatorik, teori bilangan, dan konstruksi
geometri dari persamaan (Puspaningtyas & Ulfa, 2020), (Maskar & Anderha,
2019).

3. Al-Battani
Al-Battani (sekitar 850–923 M) adalah seorang ahli astronomi dan
matematikawan dari Arab. Al Battani, nama lengkap: Abu ʿAbdullah
Muhammad ibn Jabir ibn Sinan ar-Raqqi al-Harrani as-Sabiʾ al-Battani), lahir
di Harran dekat Urfa. Beliau adalah seorang ahli astronomi dan
matematikawan dari Arab. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah
tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24
detik. Dalam bidang matematika, Al Battani banyak berperan dalam hal
trigonometri. Istilah, pengertian, dan sejumlah rumus sinus dan cotangen

18
berhasil diuraikannya dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam
bentuk derajat-derajat sudut.
4. Al-Qalasadi
Kontribusi Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh
sangat tak ternilai. Ia sang matematikus Muslim abad ke-15, kalau tanpa dia
boleh jadi manusia tidak mengena simbol-simbol ilmu hitung. Sejarah
mencatat Alqasadi merupakan salah seorang matematikus muslim yang
berjasa mengenalkan simbol-simbol Aljabar.
Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak
ternilai. Ia sang matematikus Muslim di abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi
dunia dunia tak mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarang mencatat, al
Qalasadi merupakan salah seorang matematikus Muslim yang berjasa
memperkenalkan simbol-simbol Aljabar. Simbol-simbol tersebut pertama kali
dikembangkan pada abad 14 oleh Ibnu al-Banna kemudian pada abad 15
dikembangkan oleh al-Qalasadi, al-Qalasadi memperkenalkan simbol-simbol
matematika dengan menggunakan karakter dari alphabet Arab. Ia
menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), untuk
pengurangan (-), al-Qalasadi menggunakan illa berarti “kurang”. Sedangkan
untuk perkalian (x), ia menggunakan fi yang berarti “kali”. Simbol ala yang
berarti ”bagi” digunakan untuk pembagian (/).
5. Al-Biruni
Abu Raihan Al-Biruni (juga, Biruni, Al Biruni; lahir 5 September 973 –
meninggal 13 Desember 1048 pada umur 75 tahun) merupakan
matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia,
filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak
menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.
Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau
Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang pada masa itu terletak
dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari
Abu Nashr Mansur.
Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu
Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar
etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera
Abu Al Abbas Ma'mun Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga

19
mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani dia dalam
ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan
menulis buku mengenainya. Dia juga menguasai beberapa bahasa diantaranya
bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber, bahasa Sanskerta.
Sumbangannya pada bidang matematika yakni: aritmatika teoritis dan praktis,
penjumlahan seri, analisis kombinatorial, kaidah angka 3, bilangan irasional,
teori perbandingan, definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar,
geometri, Teorema Archimedes dan sudut segitiga.
6. Al-Khazin atau Abu Ja’far AL-Khazin
Al-Khazin atau Abu Ja‟far Al-Khazin Beliau seorang astronom dan ahli
matematika Muslim Persia dari Khurasan. Dia menguasai bidang astronomi
dan teori bilangan. Beliau merupakan salah satu ilmuwan yang dibawa ke
Istana Rayy oleh penguasa Dinasti Buyid, Adud ad-Dawlah. Sekitar tahun 959
– 960 al-Khazin diminta oleh wazir dari Rayy, untuk mengukur arah miring
ekliptika atau sudut di mana matahari muncul untuk membuat garis
khatulistiwa bumi. Dia dikatakan telah membuat pengukuran menggunakan
cincin sekitar 4 meter.
Al-khazin mengerahkan usahanya sehingga menghasilkan tabel sinus dan
tangen yang lebih tepat untuk setiap menit busur, bersamaan dengan perhitungan
gerak longitusinal matahari dan bulan. Ia juga merevisi katalog bintang Ptolemy
berdasarkan penelitian terbaru, untuk memberikan posisi yang lebih tepat untuk
lebih dari 1000 bintang. Karya The Calculator Key miliknya juga merupakan
sebuah karya tentang aritmatik, aljabar, dan pengukuran yang didedikasikan
untuk Ulugh Beg.
Risalah al-Kashi mengenai lingkaran menguraikan tentang penggunaan
pecahan desimal. Representasinya mengenai 𝜋 yaitu :
𝜋 = 3,14159265358979324
tepat hingga 16 tempat desimal, jauh melebihi semua perhitungan sebelumnya.
Al-Kashi juga merupakan penulis dari The Key to Arithmetic, Treatise on the
Cord and Sine dan beberapa karya yang muncul dari penelitian astronominya
7. Al-Karaji
Abu Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karaji atau al-Karkhi
adalah seorang matematikawan muslim Persia abad ke-10 dan insinyur. Tiga
karya utamanya adalah Al-Badi’ fi’l-hisab (perhitungan yang indah), Al-
20
Fakhri fi’l-jabr wa’l-muqabala (aljabar yang agung), dan Al-Kafi fi’lhisab
(perhitungan yang memadai). Beliau lahir di Karajatau Karkh tahun 953 M,
dan wafat tahun 1029 M. Al-Karaji menulis tentang matematika dan teknik.
Beberapa menganggap dia hanya ulang ide-ide orang lain, ia dipengaruhi oleh
Diophantus, tetapi kebanyakan menganggapnya lebih orisinil, khususnya
untuk membebaskan aljabar dari geometri.
Muhammad al-Karaji adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang
berjasa mengembangkan studi hidrologi, seorang saintis terkemuka dari Karaj,
Persia. Lewat Kitab Inbat al-miyah al-Khafiya, al-Karaji mengkaji dan
menyumbangkan pemikirannya dalam ilmu ekstraksi air bawah tanah. Berkat
kehebatannya, ia bahkan mendapat julukan sebagai pelopor mesin tenaga air.
Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air
bersih, pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi
hidrologi. Teknologi pengeolaan yang dikenalkan al Karaji merupakan metode
pengelolaan air yang canggih yang membuat pasokan air di kota-kota modern
Islam tetap melimpah sehingga perkembangan kota tetap pesat.
Di usianya yang masih muda, ia telah melanglangbuana ke Baghdad. Di
pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, yang saat itu dikuasai Dinasti
Buwaih, ia memegang posisi tinggi dalam bidang administrasi, sekitar tahun
402 H/1011-1012 M. Setelah itu dia kembali ke tanah kelahirannya.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk
Muhammad Al-Karaji: A Mathematician Engineer from the Early 11th
Century. Menurut Abattouy, pengusaan teknologi mesin air di dunia Islam
telah melahirkan sebuah revolusi pertanian yang berbasis pada penguasaan di
bidang hidrologi.
Abattouy mengungkapkan, salah seorang ilmuwan Muslim yang
menjadi perintis di bidang mesin air adalah Muhammad al-Karaji. Ia adalah
seorang ahli matematika dan juga ahli mesin. Menurut Abattouy, pada masa
itu, al-Karaji sudah mampu menjelaskan tentang air bawah tanah dan segala
perlengkapannya.
8. Al-Abbas ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari
Al-Abbas ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari adalah seorang
matematikawan Arab dan astronom yang menulis tentang Euclid’s Elements
dan menjadi yang pertama untuk mencoba bukti dalil paralel. Beliau adalah

21
seorang ahli geometri yang bekerja di Rumah Kebijaksanaan di Baghdad dan
dalam waktu singkat di Damaskus di mana ia membuat pengamatan astronomi.
Beliau lahir di Baghdad, al-Jawhari adalah anggota sebuah lembaga ulama
yang didirikan oleh Khalifah al-Ma‟mun (sekitar 813-833 M). Dalam bukunya
Commentary on Euclid’s Elements, al-Jawhari menyajikan sekitar 50 dalil
selain yang ditawarkan oleh Euclid, ia berusaha meskipun tidak berhasil untuk
membuktikan postulat parallel.
9. Abd al-hamid ibn Turki
Beliau yang dikenal juga sebagai Abd al-Hamid bin Wase bin Turk Jili
adalah matematikawan Muslim Turki pada abad kesembilan. Beliau menulis
sebuah karya pada aljabar yang hanya terdiri dari bab “Kebutuhan Logika
dalam Persamaan Campuran”, pada solusi persamaan kuadrat, dan masih ada
sampai saat ini.
Beliau menulis sebuah naskah berjudul Kebutuhan logis dalam
Persamaan Campuran, yang sangat mirip dengan al-Khwarizmi Al-Jabr dan
diumumkan di sekitar waktu yang sama, atau bahkan mungkin lebih awal dari
Al-Jabr. Naskahnya memberikan persis demonstrasi geometris yang sama
seperti yang ditemukan di Al-Jabr, dan dalam satu kasus contoh yang sama
seperti yang ditemukan di Al-Jabr, dan bahkan melampaui Al-Jabr dengan
memberikan bukti geometris bahwa jika determinan negatif maka persamaan
kuadrat tidak memiliki solusi. Kesamaan antara dua karya tersebut telah
menyebabkan beberapa sejarawan untuk menyimpulkan aljabar yang mungkin
telah dikembangkan dengan baik pada saat alKhwarizmi dan „Abd al-Hamid.
10. Yaqub ibn Ishaq al-Kindi
Abu Yusuf Yaʻqub ibn ʼIshaq as-Sabbah al-Kindi lahir pada tahun 801
dan wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke Barat oleh versi nama
Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai seorang polymath
Arab Irak, filsuf Islam, ilmuwan, ahli astronomi, kosmologi, kimia, ahli
logika, matematikawan, musisi, dokter, ahli fisika, psikolog, dan meteorologi.
Al-Kindi adalah yang pertama dari para filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal
atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan Helenistik ke dunia
Arab.
Al Kindi telah menulis banyak karya dalam pelbagai disiplin ilmu, dari
metafisika, etika, logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi,

22
matematika, astrologi dan optik, juga meliputi topik praktis seperti parfum,
pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa bumi.
Di antaranya ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan
karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang
ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih
dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang
bilangan, harmoni, geometri dan astronomi. Yang paling utama dari seluruh
cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika
bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
11. Banu Musa
Banu Musa terdiri dari tiga bersaudara yang bekerja di Rumah
Kebijaksanaan di Baghdad, Irak. Risalah matematika paling terkenal mereka
adalah kitab dari pengukuran pesawat dan angka bulat, yang dianggap masalah
yang sama seperti Archimedes lakukan pada pengukuran lingkar, pada bola
dan silinder.
Banu Musa melihat daerah lingkaran sedikit berbeda dari orangorang
Yunani lakukan. Dalam penelitian mereka menerjemahkan, orangorang
Yunani memandang volume dan area yang lebih dalam hal rasio, daripada
memberikan mereka sebuah nilai angka yang sebenarnya. Sebagian besar dari
mereka berdasarkan pengukuran tersebut relatif pada ukuran benda lain.
Dalam salah satu publikasi yang masih hidup mereka Kitab marifat masakhat
al-ashkal Kitab Pengukuran Pesawat dan Angka Bulat) Banu Musa memberi
volume dan luas jumlah nilai. Ini adalah bukti bahwa tidak hanya
menerjemahkan materi Yunani dan menciptakan. Mereka benar-benar
membangun konsep dan datang dengan beberapa karya asli mereka sendiri.
Yang paling populer dari publikasi mereka adalah Kitab Al-Hiyal, yang
sebagian besar karya Aḥmad, saudara tengah, adalah sebuah buku yang penuh
dengan seratus perangkat mekanik. Ada beberapa penemuan yang nyata
praktis dalam buku ini termasuk lampu dengan mekanis redup, bolak air
mancur, dan ambil clamshell. Delapan puluh dari perangkat ini digambarkan
sebagai “kapal trik” yang menunjukkan penguasaan nyata mekanika, dengan
fokus nyata pada penggunaan tekanan ringan. Beberapa perangkat tampaknya

23
ulangan dari karya-karya Yunani sebelumnya, tapi sisanya yang jauh lebih
maju dari apa yang orang-orang Yunani yang telah lakukan.
12. Abu Abd Allah Muhammad ibn Isa Al-Mahani
Beliau adalah salah satu penulis modern yang dikandung gagasan
pemecahan teorema bantu yang digunakan oleh Archimedes dalam proposisi
keempat buku kedua dari risalah tentang bola dan silinder aljabar.
Abu-Abdullah Muhammad bin Isa Mahani adalah seorang Muslim
Persia, matematikawan dan astronom dari Mahan, Kerman, Persia.
Serangkaian pengamatan gerhana bulan dan matahari dan konjungsi planet,
yang dibuat oleh dia 853-866, ternyata digunakan oleh Ibn Yunus. Dia menulis
komentar tentang Euclid dan Archimedes, dan meningkatkan terjemahan
Ishaq bin Hunain tentang Menelaus dari Alexandria Spherics. Dia mencoba
sisa-sisa untuk memecahkan masalah Archimedes: untuk membagi bola
dengan cara pesawat menjadi dua segmen berada dalam rasio tertentu volume.
Masalah yang menyebabkan persamaan kubik, yang disebut persamaan al-
Mahani itu.
13. Umar Khayyam
Beliau lahir pada tahun 1048 di Khurasan. Nama lengkapnya adalah
Ghyasiddin Abul Fatih ibn Ibrahim al-Khayyam. Umar Khayyam dikenal
sebagai ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia memiliki nama besar di bidang
matematika, astronomi dan sastra. Adapun di bidang matematika, khususnya
mengenai aljabar, ia juga menghasilkan sebuah karya, seperti alJabr (Algebra).
14. Al-Hajjaj bin Yusuf bin Matar
Al-Hajjaj bin Yusuf bin Matar adalah seorang matematikawan Arab
yang pertama kali menerjemahkan Elemen Euclid dari bahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab. Selain sebagai seorang matematikawan dia juga terkenal
sebagai astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender
Persia.
Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072- 1092)
memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Umar, seperti yang dilakukan
oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap
Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552
dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius (meskipun Britania
Raya baru beralih dari Kalender Julian kepada kalender Gregorian pada 1751,

24
dan Rusia baru melakukannya pada 1918). Dia pun terkenal karena
menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah
parabola dengan sebuah lingkaran.
15. Ibnu Sina
Ibnu Sina lebih dikenal sebagai seorang tokoh cendekiawan muslim
yang besar di bidang kedokteran, seorang ilmuwan yang magnum opus-nya
berjudul Canon (al-Qanun fi al-Tibb) menjadi buku teks kedokteran di
universitas-universitas Eropa selama lebih dari 5 abad. Selain itu, dia juga
seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan
kesatuan dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara,
negarawan, dan seorang guru. Lahir di daerah Bukhara, Asia Tengah, pada
tahun 981 Masehi. Bakat dan ketekunannya yang besar mengantarkan menjadi
dokter yang diakui masyarakat Bukhara pada usia 17 tahun. Bagi banyak
orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern”. Dia juga pendiri
Avicennian logika dan filosofis dari sekolah Avicennism, yang berpengaruh
pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.
2.5 Tokoh Ilmuwan Matematika Hindu
2.5.1 Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM)
Pāṇini yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta. Notasi
yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan
menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi.
2.5.2 Surya Siddhanta (kira-kira abad ke-400 SM)
Surya Siddhanta memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus,
dan balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak
sejati benda-benda langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka
sebenarnya di langit. Daur waktu kosmologi dijelaskan di dalam tulisan itu,
yang merupakan salinan dari karya terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata
tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang
daripada nilai modern sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab dan bahasa Latin pada Zaman Pertengahan. ‘Surya
Siddhanta’ adalah salah satu buku astronomi terawal India.
2.5.3 Aryabhata (abad ke-499)
Aryabhata adalah Matematikawan dan Astronom India yang lahir pada
tahun 475 M dan meninggal pada tahun 550 M. Pada tahun 499 M, saat

25
usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat sebuah karya besar yaitu
sebuah Kitab yang ia beri judul ‘Aryabhatiya’. Saking populernya, kitab ini
diterjemahkan kedalam bahasa Arab pada abad ke-8 M, dan kemudian
dalam bahasa Latin pada abad ke-13 M. Aryabhata juga menyatakan
hubungan kelliling sebuah lingkaran pada diameternya.
2.5.4 Brahma Gupta
Brahma Gupta adalah matematikawan besar India yang hidup daritahun
598 sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma
Siddhanta yang terdiri dari dalil dan peraturan. Disamping itu terdapat pula
teorema-teorema Brahma Gupta yang eksak yaitu dengan
memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron untuk menentukan jari-jari
lingkaran luar suatu segitiga. Salah satu contohnya adalah saat
Brahma Gupta membuat rumus yang ekivalen dengan rumus
trigonometri yang kita pakai sekarang yakni: 2𝑅 = 𝑎/𝑠𝑖𝑛 𝐴 = 𝑏/𝑠𝑖𝑛 𝐵 =
𝑐/𝑠𝑖𝑛𝐶 yang merupakan formulasi kembali dari hasil karya ptolami
barangkali hasil yang paling menarik dari Brahma Gupta adalah
menggeneraisasikan dari rumus beron untuk menentukan luas segi empat
yakni : 𝐾 = √(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)(𝑠 − 𝑑)
2.5.5 Mādhava
Mādhava adalah matematikawan dan astronom India dari kota
Irinjalakkuda. Ia merupakan pendiri sekolah astronomi dan matematika
Kerala. Mādhava dianggap sebagai salah satu matematikawan-astronom
terbesar pada abad pertengahan, dan telah menyumbangkan kontribusi
dalam deret tak hingga, kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar. Karya
Madhava yang memberikan suatu urutan untuk π diterjemahkan kedalam
bahasa matematika modern, dibaca:

(4𝑟) (4𝑟)
Π𝑟 = 4𝑟 – +
3 𝑠

Pada abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama menemukan rumus Leibniz


untuk pi, dan menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π sebagai berikut
3,14159265359.

2.6 Peran Ilmuwan Matematika Hindu dalam Peradaban Hindu

26
Terkait peran Ilmuwan Matematika Hindu dalam peradaban Hindu, terdapat
beberapa penemuan terkait Matematika Hindu sebagai berikut :
a) The Sulba Sutra
Catatan tertua matematikawan India yang berisi lampiran teks-teks agama yang
memberikan aturan sederhana untuk membangun altar berbagai bentuk, seperti
kotak, persegi panjang, dan lain-lain. lampiran ini juga memberi metode untuk
membuat lingkaran dengan memberikan persegi yang luasnya sama. Serta
berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema Pythagoras.
b) The Siddhanta Surya
Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus
invers, dan meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya
posisi benda-benda langit.
c) Naskah Bakhshali
Naskah Bakhshali merupakan naskah awal yang ditemukan ratusan tahun yang
lalu. Gupta menulis: “Naskah Bakhshali adalah naskah yang diberikan pada
pekerjaan matematika yang ditulis pada pelapah pohon ditemukan pada musim
panas tahun 1881 di dekat kampong Bakhshali Yusufzai Peshawar (sekarang
Pakistan). Kampong tersebut berada di Mardhan Tsanil 50 mil dari kota
Peshawar”.
Naskah Bakhsahali sebuah buku petunjuk tentang aturan-aturan dan contoh
ilustrasi dan pemecahannya. Terutama tentang Aritmatika dan Aljabar serta
beberapa Geometri dan pengukuran. Naskah tersebut diperkirakan disusun
sekitar 400M.
d) Nilai π
Pemahaman π oleh Aryabhata
e) Trigonometri
Penelitian trigonometri oleh Aryabhata
f) Aljabar
Penelitian Aljabar oleh Aryabhata
g) Geometri
Basis dan inspirasi dari keseluruhan matematika India adalah geometri. Ilmu
geometri yang berasal dari India dapat diketahui melalui sebuah catatan
konstruksi geometri para pendeta Weda yang disebut Sulbasutra. Sulbasutra
adalah panduan untuk pembangunan altar-altar tersebut untuk pemujaan dan

27
menjelaskan sejarah geometri bangsa India. Geometri Hindu terutama untuk
keperluan praktek. Geometri yang pertama mengenai pendirian altar agama
Hindu. Pendirian altar itu terkait dengan teorema Pythagoras.
2.7 Angka Hindu-Arab
Sejarah matematika tidak pernah lepas dari sejarah bilangan. Bilangan
telah digunakan sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Dalam sejarah, matematika,
pertama kali digunakan di Mesir dan Babylonia. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya bukti berupa tebel-tabel matematika.

Gambar 1. Tablet yang berisi bilangan dari Zaman Babylonia 2050 SM


(Sumber : Hodgin L, 2005 p 15)
Seiring dengan berkembangnya waktu dan ilmu pengetahuan, maanusia
menemukan teknik praktis untuk merepresentasikan angka diatas kertas mulai
dari zaman Mesir dan Babylonia, China, Hindu, dan Islam sampai pada zaman
modern. Terdapat banyak sistem angka yang telah digunakan dalam sejarah
manusia. Namun, para Ilmuan mengakui bahwa sistem angka Arab-Hindu
dianggap yang paling praktis penggunaannya dan diterima secara Internasional.
Angka Hindu-Arab mulanya lahir dan digunakan di India, lalu digunakan
di Arab. Para matematikawan Islam kemudian menggunakan dan
mengembangkannya. Sebelum munculnya angka Hindu-Arab, angka yang
digunakan adalah angka 1-9. Kemudian Al-Khawarizmi memperkenalkan angka
0 dan digunakan dalam perhitungan yang Ia sebut dengan sifr atau berarti kosong
atau tak berpenghuni.
Angka 1-4 diperoleh dengan membuat sudut yang dibentuk oleh
garis/kurva yang dibuat. Sedangkan, untuk angka 5-10 menggunakan simbol
tangan dengan tangan menggenggam di bawah adalah 5 dan tangan
menggenggam du atas adalah 10. Kemudian angka 6 adalah simbol tangan untuk

28
angka 5 dan 1 jari terangkat, 7 adalah simbol tangan untuk angka 5 dan 2 jari
terangkat, 8 adalah simbol tangan untuk angka 10 dan dikurangi 2 jari, serta 9
adalah simbol tangan untuk angka 10 dan dikurangi 1 jari.
Ilustrasi mengenai angka Hindu-Arab adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Banyaknya sudut kurva menunjukkan angkanya

Gambar 3. Pembentukan angka 5, 6, 7, 8, dan 9


2.8 Perhitungan Bilangan dalam Matematika Arab
Cara lain mengenai metode perkalian bilangan diketahui berasal dari
Arab yang diduga diperoleh dari Hindu (India) sebagai berikut :
Misalnya : 126 × 13 = 1638

Gambar 4. Perhitungan Bilangan dalam Matematika Arab


2.9 Perhitungan Bilangan dalam Matematika Hindu
Pada mulanya, bangsa India menjumlahkan bilangan dari kiri ke kanan,
tetapi kemudian berubah dari kanan ke kiri. Misalnya penjumlahan bilangan 276
dengan 265 dengan cara sebagai berikut :
2+2=4 selanjutnya
7+6 = 13, sehingga 4 berubah jadi 5 dengan sisa 3
6+5 = 11, sehingga 3 berubah jadi 4 dengan sisa 1
Akhirnya didapatkan jumlah 541
Cara praktisnya dari contoh soal tadi yaitu sebagai berikut :
2+2= 4
+

7+6=1 3
29
+
6+5=1 1
Hasilnya adalah 541
Atau dengan proses sebagai berikut :
Jumlah Bilangan Satuan : 6+5=11
Jumlah Bilangan Puluhan : 7+6=13
Jumlah Bilangan Ratusan : 2+2=4

= 541 +
Demikian pula dengan perkalian dua buah bilangan, misalnya 125 dengan 6
Prosesnya yaitu :
6 × 1 = 6 ditulis diatas bilangan 125, selanjutnya
6 × 2 = 12 dengan menambahkan bilangan 6 dengan 1
6 × 5 = 30 dengan menambahkan bilangan 2 dengan 3
Jadi, hasilnya adalah 750.
Cara lain dapat dilakukan sebagai berikut :
Misalnya 125 × 6 dengan cara pertama, 125 × 2 = 250, selanjutnya 250 ×
3 = 750, yang nampaknya cara ini menggunakan cara asosiatif. Atau cara lain
yaitu 125 × 2 = 250 dan dijumlahkan dengan 125 × 4 = 500 sehingga
hasilnya adalah 750, nampaknya cara ini menggunakan cara asosiatif.
Prosesnya yaitu :
Cara Asosiatif
125 × 6 = (125 × 2) × 3 = 250 × 3 = 750
Jadi, hasil dari 125 × 6 adalah 750
Cara Distributif
125 × 6 = 125 × (2 + 4) = (125 × 2) + (125 × 4) = 250 + 500 = 750
Jadi, hasil dari 125 × 6 adalah 750
2.10 Sistem Bilangan Matematika Hindu (India)
Penomoran India berdasarkan basis 10. Ada beberapa macam angka di India
yaitu angka Brahmi, angka Gupta dan angka Nagari.
a) Angka Brahmi

30
Kebanyakan sistem angka kedudukan yang menggunakan 10 sebagai
asas yang digunakan di seluruh dunia adalah berasal dari India. Sistem
angka India lazimnya dikenali di Barat sebagai sistem angka Hindu-Arab
atau angka Arab, karena ia diperkenalkan di Eropa melalui orang Arab.
Digit 1 hingga 9 dalam sistem angka Hindu-Arab berevolusi dari angka
Brahmi. Angka Brahmi ditemukan pada prasasti di gua dan kuil di daerah
dekat Poona, Bombay dan Uttar Pradesh, prasasti yang berbeda, berbeda
pula bentuk simbolnya. Angka Brahmi sudah digunakan lebih lama sampai
abad 4M.
b) Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke
Magadha di Timur laut India pada awal abad 4M sampai akhir abad 6M.
Angka Gupta dibangun dari angka Brahmi dan tersebar luas oleh kerajaan
Gupta. Angka Gupta lalu berkembang menjadi angka Nagari kadang-
kadang juga disebut angka Devahagari.
c) Angka Nagari
Angka Nagari sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebangai
“kebanyakan bilangan” karena banyak dikirim ke dalam dunia Arab.
Angka Nagari sering disebut angka Devanagari. Angka India menyebar
kenagian dunia antara abad 7 sampai abad 16 M dan sudah menyebar di
Eropa di akhir abad 5 M.
Berdasarkan angka-angka yang ditemukan di India kita dapat
mengetahui perkembangan sistem angka India yaitu dari angka Brahmi
menuju angka Gupta kemudian kedalam angka Nagari dan selanjutnya
angka-angka India tersebut dikembangkan di bangsa Arab dan
beerkembang menjadi angka modern yang kita gunakan sekarang ini.
2.11 Sistem Bilangan Matematika Arab
Sistem bilangan Arab atau Angka Arab (Arabic Numerals) merupakan
sebuah sistem bilangan populer yg terdiri dari angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9). Sistem angka ini paling banyak digunakan di zaman modern ini. Angka Arab
dipopulerkan oleh matematikawan Muslim di abad pertengahan, kemudian
menyebar ke Eropa beberapa abad kemudian, dan menjadi angka standar dunia
sejak zaman kolonial.

31
Bentuk evolusi dari angka Arab, yaitu angka Arab Latin (yang banyak
digunakan sekarang) muncul pertama kali di Maroko dan Spanyol (Andalusia)
di akhir abad ke-10, dan dikenal sebagai angka "Ghubar". Layaknya huruf
Latin, angka Ghubar bisa digunakan dari kiri-kanan.
Angka Arab Latin ini kemudian menjadi populer dan menggantikan
angka Romawi di Italia dan kemudian seluruh Eropa. Ditambah lagi sejak
ditemukannya Mesin Cetak di abad ke-15, angka Arab Latin menjadi sangat
populer dan digunakan di hampir semua kerajaan di Eropa.
Sesuai dengan sejarah mereka, angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga
dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab. Alasan mereka lebih
dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan Amerika adalah karena mereka
diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-10 melalui bangsa Arab di Afrika Utara.
Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut masih dipergunakan oleh
orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko. Di sisi lain, orang-
orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama “Angka Hindu”, yang
mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini tidak boleh
dirancukan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-orang Arab di
Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩), yang disebut dengan nama lain Angka
Arab Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India
(misalnya angka Dewanagari: ०.१.२.३.४.५.६.७.८.९).
Sekarang, angka Arab Latin telah menjadi angka Internasional dan
digunakan di hampir seluruh dunia. Bahkan di negara yg tidak menggunakan
huruf Latin sekalipun, seperti Cina, Korea, Jepang, India, Thailand, dll. Angka
Arab Latin sesekali digunakan menggantikan angka tradisionalnya. Sedangkan
angka Romawi terkadang masih digunakan untuk tujuan formalitas atau seni.

32
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika India atau dikenal juga dengan Matematika Hindu muncul pada
abad ke-26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika Hindu berkembang
setelah Matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya Matematika
Eropa Abad Pertengahan. Tokoh-tokoh matematika Hindu (India) diantaranya
adalah Pāṇini, Surya Siddhanta, Aryabhata, Brahma Gupta, dan Mādhava.
Penemuan yang berhubungan dengan Matematika Hindu (India) adalah The Sulba
Sutra, The Siddhanta Surya, Naskah Bakhshali, Nilai π, Trigonometri, Aljabar, dan
Geometri.
Sedangkan, matematika Arab pada masa keemasannya Arab berhasil menjadi
pustaka ilmu pengetahuan kala itu. Peran bangsa Arab dalam perkembangan sejarah
matematika tidak hanya sebagai compiler dan penyebar ilmu kepada bangsa lain,
namun juga berperan serta dalam mengkontribusikan beberapa penemuan ilmu
pengetahuan tersendiri. Selain hanya mengalih bahasakan serta memberi penjelasan
terhadap matematika Yunani, ahli matematika arab juga memiliki karya karya
otentik original mereka sendiri. Tokoh-tokoh matematika Islam diantaranya adalah
Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, Abu Kamil, Al-Battani, Al-Qaladasi, Al-
Biruni, Al-Khazin atau Abu Ja’far AL-Khazin, Al-Karaji, Al-Abbas ibn Said al-
Jawhari atau Al-Jawhari, Abd al-hamid ibn Turki, Yaqub ibn Ishaq al-Kindi, Banu
Musa, Abu Abd Allah Muhammad ibn Isa Al-Mahani, Umar Khayyam, Al-Hajjaj
bin Yusuf bin Matar, dan Ibnu Sina.
3.2 Saran
Penulis menyadari penulisan “Makalah Matematika Hindu dan Arab” ini masih
terdapat kekurangan didalamya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran para pembaca untuk kemajuan makalah ini. Penulis berharap “Makalah
Matematika Hindu dan Arab” dapat bermanfaat bagi para pembaca, khusunya
mahasiswa jurusan pendidikan atau mahasiswa bidang ilmu pengetahuan lainnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S., & dkk. (2001). Sumbangan Islam kepada Sains dan Peradaban
Dunia. Jakarta : Nuansa

Anwar, N. (2017). Belajar lebih dari matematikawan muslim. Jurnal Itqan, Vol.
8(2), 17–33.

Burton, M. David. (2011). The History of Mathematics : An Introduction Seventh


Edition. Mc Graw Hills. New York

Delviana, R. (2020). Menganalisis perkembangan matematika hindu,arab,eropa


makalah. 1–33.

Djadir, dkk. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Matematika. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan : Jakarta

Efendi, A ., Fatimah, C ., Parianata, D., &Ulfa, M., (2021). Pemahaman Gen Z


terhadap Sejarah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung,
9(2), 116 – 126

Hodgin, L. (2005). A Hystory of Mathematics: form Mezopotania to Modernity.


Oxford University Press: New York.

Ihsan, M. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Realistik berbasis Al-


Qur’an Pokok Bahasan Pecahan. Suska Journal of Mathematics Education, 5(1), 39 –
46

Latham, J . D. (2003). “Review ofRichard Lorch’s ‘Thabit Ibn Quran : On the


Sector Figure and Related Texts”. Journal of Semitic Studies. Oxford University Press.
48(2) : 401 – 403

Lukmantara, Adeng. (2010). Mengenal Pakar Matematika dalam Peradaban Islam

Mohamed Mohaeni. (2001). Matematikawan Islam Terkemuka. Jakarta : Salemba


Teknika

Naga, D.S. (1980). Berhitung : Sejarah dan pengembangannya

Wiriani, W. T. (2001). Sejarah serta Perkembangan Matematika dalam Dunia


Pendidikan. Dunia Ilmu, 1(2), 1 – 7

Parnabhakti, L., & Ulfa, M. (2020). Pelatihan Soal Matematika Berbasis Literasi
Numerisasi pada Siswa SMA IT Fitrah Insani. Jurnal Pengabdian Masyarakat MIPA
dan Pendidikan MIPA, 4(2), 137 – 140

Struik, Dirk.J. (1954). A Concise History of Mathematics. G. Bell and Sons LTD.
London.

34

Anda mungkin juga menyukai