Anda di halaman 1dari 3

Nama: Syahla Rafie Taqia Ramadhani

NIM: 19/441098/SV/16450

Fakultas: Sekolah Vokasi

Prodi: Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrasrukur Sipil

Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Pengalaman dimana aku menemukan Allah SWT, menemukan arti dari Tuhan. Ada beberapa
peristiwa yang sangat membekas dalam benakku, dan terus terjadi secara berurutan dan berkala. Awal
hati ini merasakan Tuhan adalah saat diriku berumur 16 tahun. Memang, selama 16 tahun aku hidup
hanya mengikuti nasihat, kata kata orang tua, dan buku mengenai islam. Aku percaya dengan semua
yang mereka ajarkan dan melakukan yang mereka contohkan. Islamku masih sekedar ikut ikutan dan
belum menemukan arti Islam yang sesungguhnya.

Memasuki masa ujian adalah masa tobat bagi para siswa karena disitulah masjid akan ramai
didatangi untuk shalat Dhuha. Diriku pun ikut ambil bagian dalam keramaian tersebut dengan masih
berpikir aku shalat Duha agar doaku bias cepat terkabul dan lulus dengan nilai baik. Padahal, sebenarnya
makna dari shalat itu sangat berbeda. Shalat yang kuyakini sekarang adalah sebuah kesadaran dan cara
kita bersyukur terhadap nikmat nikmat yang telah diberikan-Nya dan tak jarang pula sebagai media
untuk mengadu dan bercerita kepada Allah SWT, serta selalu menyampaikan kerinduan kepada
Rasulullah SAW. Berikut adalah salah satu pengalaman dimana Allah SWT secara nyata hadir dalam
hatiku sampai saat ini.

Suatu hari, aku ditunjuk untuk mewakili Kabupaten Cilacap dalam Perkemahan Peransaka Jawa
Tengah di Tegal. Persiapannya hanya 1 Minggu untuk mempersiapkan semua lomba, akomodasi, dan
peralatan, menjadi persiapan kontingen tercepat dalam sejarah Pramuka Cilacap dalam mengirim
delegasinya utuk 1 minggu kemah di Tegal. Pada awalnya, kumaknai ini sebagai beban namun sekarang
kusyukuri bahwa aku dipilih menjadi ketua kontingen Putrid an perwakilan lomba Duta Peransaka Jawa
Tengah, serta aerodinamis disana.

Selama masa pelatihan, kuikuti semua kegiatan dengan biasa biasa saja tanpa ada semangat/
ekspektasi untuk menang karena memang sangat sedikit waktu yang diberikan, sampai pada H-2
sebelum bernagkat kami dikarantina selama 2 hari di sanggar Pramuka Cilacap. Sungguh terasa berat
dan tanggung jawab yang harus kupenuhi terhadap seluruh anggota, aku mulai mengeluh dan berpikiran
negative tentang semua hal. Disitulah titik terbawahku dimana aku hampir ingin mengundurkan diri. Aku
mulai menyediri, berpikir, belajar, dan melakukan hal hal sendiri. Hatiku terasa berat, cemas, dan takut
kalau nantinya diriku tidak bias memenuhi tanggung jawab dan ekspetasi yang diberikan orang orang
kepadaku, memang pada saat itu aku terbilang siswi yang cerdas dan aktif dalam organisasi maupun
kegiatan perlombaan, pengalaman pramukaku juga salah satu yang terbanyak dari semua kontingen
yang ikut.

Benar kata ustadz yang pernah kudengar ceramahnya saat acara mauled nabi di sekolah, Allah
SWT akan hadir di hati kita ketika kita percaya Dia, ketika hati kita cemas, takut, dan ragu Allah SWT
akan hadir disitu. Suatu sore, ketika aku selesai membantu kaka pembimbing menyiapkan makan
malam, aku mendengar suara adzan maghrib dan hatiku terasa sangat damai dan ingin segera shalat.
Setelah menyelesaikan pekerjaan dan menunggu teman teman selesai shalat aku pun segera shalat,
memang mushalla disana kecil jadi harus bergantian ketika akan berjamaah. Setelah shalat, hatiku masih
cemas lalu aku mulai berdoa, menyampaikan isi hati dan unek unek yang ada dalam pikiranku saat itu.
Tak terduga, air mataku mulai menetes tanpa sebab. Aku merasa sangat kecil dihadapan-Nya. Disitulah
aku merasa sangat lelah dan marah dengan diriku sendiri. Aku mulai berpikir tentang dosa dosa yang
telah aku perbuat, tentang Allah SWT, keluargaku, dan berbagai peristiwa dalam hidupku. Aku mulai
menyadari, tanpa Allah SWT aku tidak bisa apa apa. Disitu aku bersyukur, meminta maaf, memohon
ampunan, dan menyadari apa itu Islam dan semua kebenarannya. Aku menangis sejadi jadinya dalam
bilik kecil itu sampai semua orang pergi, sampai tiba waktu Isha aku shalat dan menangis lagi. Kurenungi
kehidupanku, keimananku selama 2 jam sambil menangis kala itu. Teman teman dan kaka pembimbing
serta Pembina mulai mencariku, beberapa orang yang tahu keadaanku tetap diam dan tidak
mengatakan keberadaanku agar aku bisa melanjutkan doaku. Malam sebelum semua tidur, aku keluar
dari bilik dengan mata masih memerah dan berkaca kaca, mencoba menyembunyikan diri menuju ruang
rapat untuk belajar kembali dalam persiapan lomba. Ketika waktu sudah semakin malam, aku
menyempatkan untuk berwudhu sebelum tidur dan terus kulakukan sampai sekarang.

Sebelum tidur, aku merenungkan kembali kejadian kejadian yang selama ini aku lalui. Salah
satunya yang aku sadari yaitu cita citaku untuk ikut dalam Kompetisi Duta Wisata di Cilacap. Sayangnya,
sekolah hanya mengirimkan satu pasang putra dan putri jadi aku gagal ikut dalam kompetisi itu. Tapi
memang benar Allah SWT menyimpan suatu kejutan kecil bagiku Dia yang paling tahu apa yang terbaik
bagiku dengan memberikan kesempatan bagiku untuk mengikuti kompetisi Duta Peransaka Jawa Tengah
2019. Aku sadar harus bersungguh sungguh kali ini, selain untuk memenuhi ekspektasi orang orang di
sekitarku juga karena ini adalah cita cta dan impian yang ingin kuraih, bukan suatu paksaan dan beban.

Tibalah hari kami berangkat menuju Buper Martoloyo di Tegal. Berbagai peristiwa kualami
selama berada disana. Berbagai konflik, masalah, suka, dan duka kulalui selama 7 hari. Yang paling
berkesan adalah perjalananku dalam kompetisi Duta Peransakan ini. Pada saat tes tertulis, aku telat
dating karena salah memakai seragam, tapi Alhamdulillah bisa menyelesaikan semua soal. Setelah lolos
ke tahap wawancara, aku terus focus dengan tes selanjutnya dan rajin mendapat bimbingan dari kaka
Pembina. Sebelum masuk ke dalam ruang wawancara, aku melakukan video call dengan mamah untuk
meminta doa dan mengurangi ketegangan. Semangat dan rasa percaya diriku mulai pulih dan
Alhamdulillah bisa melakukannya dengan lancar. Selama proses itupun diriku terus dihantui perasaan
cemas, takut, dan gelisah kalau nanti tidak bisa mendapatkan juara. Sehari sebelum babak final,
pengumuman dibacakan tentang siapa saja yang lolos. Alhamdulillah, namaku ada dalam daftar itu,
diriku mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk penampilanku besok, tapi ada sebuah kendala.
Sepatu yang aku bawa ternyata kebesaran dan sangat tidak nyaman ketika memakainya untuk jalan, jadi
saat aku mengikuti perlombaan lain, kaka Pembina dan teman temanku berusaha membantuku dengan
mencarikan sepatu. Perlu diketahui bahwa lokasi buper ini sangat tinggi di atas gunung dan sangar
jarang terdapat toko.

Aku sangat terkejut, ketika kaka pembinaku dating bersama teman laki lakiku membawakan 2
pasang sepatu untuk kucoba. Mereka turun gunung dengan sepeda motor selama 2 jam hanya untuk
membeli sepatu untukku. Aku sangat terharu sekaligus cemas. Malamnya, aku sangat takut dan gelisah
memikirkan penampilan besok. Teman teman dan kaka pembinaku sudah banyak berkorban untukku,
memberiku nasihat, saran, melatihku, dan bahkan menyemangatiku selalu. Aku takut, sangat takut akan
situasi ini.

Tibalah hari penampilan final, paginya aku melakukan video call dengan mamah. Ia
menyarankanku untuk memakai hijab, tetapi aku bersikeras untuk memakai sanggul karena acara ini
bertemakan budaya, dan aku sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat baik. Alhasil, aku dan
mamah sedikit berdebat. Setelah melakukan jalan di karpet dan menjawab pertanyaan dari juri, akupun
bersiap untuk melakukan pertunjukan tari, tiba tiba hatiku merasa tidak enak dan ingin menangis lalu
aku menelepon mamah. Ia mencoba menenangkanku dan memberikan nasihat, saat itu aku meminta
maaf dan meminta doa kepadanya sambil menangis.Aku berdoa kepada Allah SWT, dengan aamiin
paling serius, selalu berdoa Setelah melakukan tarian tradisional khas daerahku aku merasa sangat lega
karena telah selesai melaksanakan kewajibanku di lomba ini.

Setelah semua perjuangan, kesulitan, hambatan yang aku lalui tiba saatnya pengumuman
pemenang pada malam harinya. Saat itu aku bernazar kalau aku menang aku tidak akan makan es krim
selama satu bulan (es krim adalah makanan favoritku). Almhamdulillah wasyukuruillah aku
mendapatkan juara 1 putri. Air mataku langsung mengalir deras sambil memeluk kaka pembinaku, ka
Umi. Aku langsung menelepon mamah dan mengucapka terimakasih.

Banyak pelajaran yang aku ambil dari pengalaman ini, Allah SWT sangat sayang pada hambanya
yang percaya dan ingat kepadaNya. Allah SWT yang paling tahu apa yang terbaik bagi hambanya.
Seluruh apapun yang terjadi kepada kita baik maupun buruk pasti ada hikmahnya, pasti berguna bagi
kita. Allah SWT hadir dalam hidupku mulai saat itu, secara nyata, secara sadar, bukan sebuah pola
piker/mindset, tapi sebuah kepercayaan dan iman.

Anda mungkin juga menyukai