Anda di halaman 1dari 6

Aku adalah Oki Setiana Dewi. Aku lahir di Batam,Kepulauan Riau,13 Januari 1989.

Aku
merupakan putri pertama dari pasangan berdarah Jawa Palembang Sulyanto dan Yunifah
Lismawati. Aku memiliki dua orang adik perempuan, Shindy Kurnia dan Ria Yunita.
Hobiku adalah berdiskusi,membaca,dan menulis. Sejak tahun 2005, keluargaku hijrah
dan menetap di Jawa tepatnya di Depok.

Sejak sekolah dasar, aku bisa dikatakan memang memiliki banyak bakat. Aku adalah
wanita yang gemar membaca dan menulis, tapi semua itu tidak mudah dengan kata lain
banyak kegagalan yang aku dapat sebelum sukses seperti sekarang ini. Meskipun gemar
membaca dan menulis, aku juga gemar bergaya namun aku sudah berkali-kali gagal
menjuarai lomba peragaan busana dari tingkat kecamatan hingga provinsi, namun hal itu
tidak membuatku kecewa berat. Hal itu menjadi pelajaran dan motivasi bagiku untuk
terus mengasah kemampuanku.

Memasuki Sekolah Menengah Pertama, aku kemudian berusaha mengasah bakatku


melalui Sekolah Kepribadian Silhoutee, Disinilah kemudian kepercayaan diriku tumbuh.
Dari situ aku kemudian menjadi langganan juara di berbagai lomba peragaan busana.
Selain itu aku juga dipercaya menjadi pembawa acara atau MC diberbagai acara seperti
pameran perumahan, festival musik serta acara ulang tahun. Dari hal tersebut, aku
kemudian dapat membiayai sekolahku sendiri sebab pendapatanku ketika itu bisa
mencapai jutaan rupiah. Selain sukses dalam usaha, aku juga berprestasi di sekolah yang
menjadikan namaku lebih dikenal luas di sekolahku.

Aku sendiri menyelesaikan SMA di SMAN 1 Depok. Ketika SMA, aku memang
merupakan salah satu murid yang dikatakan mungkin cukup cerdas, terbukti bahwa aku
selalu langganan menjadi juara kelas. Aku juga sering mewakili sekolah dalam berbagai
perlombaan akademis dan non akademis. Karena kecerdasanku, aku kemudian bisa
diterima di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya di Universitas Indonesia pada tahun 2012.

DI Universitas Indonesia, aku kemudian menjadi mahasiswi teladan di kampus,


penghargaan sebagai mahasiswi baru terbaik PS MABIM FIB UI 2007 serta mahasiswi
berprestasi di bidang seni FIB UI 2010 aku terima.

Selain itu aku juga mempunyai segudang prestasi seperti :

1.Duta International Youth Forum on climate change (IYFCC) 2011

2.Duta internet sehatdan Aman (kementrian komunikasi dan informatika ) 2010


3.Aktirs pendatang baru Baru Wanita Terbaik Dan Aktirs pendatang Baru Wanita
Terfavorit unutk Ketika Cinta bertasbih Di Indonesia MoVie Award 2010..

4.Aktris Wanita Terbaik Versi Islamic Movie Days, Depok,

5.Aktris Terbaik Festival Teater “Petang Kreatif” FIB UI 2008

6.Mahasiswa Baru Terbaik “Orientasi Kehidupan Kampus” UI [2007];

7.Juara II Speech Contest tk. SLTA se-Jabodetabek PPPG Bahasa, 2nd Winner Debating

8.Constest tingkat Provinsi Jawa Barat [2005];

9.Juara I Busana Muslim “Anak Negeri Lancang Kuning” se-Kepulauan Riau

Pada Masa kuliah itulah aku memperoleh peran sebagai Anna Althafunnisa dalam film
Ketika Cinta Bertasbih (KCB),yang akhirnya melambungkan namaku. Sehingga di kenal
masyarakat luas walau dunia peran bukanlah hal baru bagiku karena sebelumnya aku
pernah bermain di FTV, tetapi aku memilih berhenti karena produser tidak mengijinkan
pemainnya menggunakan jilbab. Aku memutuskan berjilbab ketika aku berada di kelas 2
SMA dan ketika itu mama terkena penyakit dan dokter juga mengatakan bahwa penyakit
tersebut sulit untuk disembuhkan. Keputusanku untuk berjilbab karena aku ingin lebih
dekat dengan Allah SWT dan aku juga ingin lebih khusyuk dalam berdoa untuk kedua
orang tuaku terutama kepada sang bunda yang sedang sakit.

Masalah seringkali menempa manusia hingga ia menemukan makna hidupnya yang


paling hakiki. Hal itu pula yang pernah aku alami dalam perjalanan hidupku. Banyak
masalah yang aku hadapi bukannya membuaku putus asa, tapi justru melecutkan
semangatku untuk terus berjuang dan semakin tegar menghadapi berbagai tantangan
hidup bahkan menemukan titik balik yang mencengangkan. Aku menghadapi ujian
terberat dalam hidupnku ketika ibunda, Yunifah Lismawati, divonis mengidap penyakit
kulit langka, yang ketika itu diketahui tak bisa disembuhkan. Mendengar kabar itu, aku
merasa bak disambar petir di siang bolong, aku merasa sangat sedih. Aku sempat merasa
putus asa, tapi itu tidak mengakhiri hidupku karena kabar tersebut. Aku mencari berbagai
cara untuk menyembuhkan mama. Perjuangan penuh tantangan dan jadi bagian
perjalanan hidupku yang terberat.

Sebagai anak sulung, aku punya tanggung jawab untuk merawat mama.Pedihnya
merawat mama di Jakarta seorang diri, sementara papa fan adik-adikku tinggal di Batam.
Perjuanganku menyembuhkan mama saat kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan.
Maklum, papaku seorang pegawai negeri sipil di Batam. Aku mengaku hanya bisa
mengadu kepada Allah. Kesulitan keuangan membuatku menghadapi tantangan serius
saat mama menderita sakit. Mama ditolak salah satu rumah sakit di Jakarta lantaran aku
tidak sanggup membayar sejumlah uang yang diperlukan untuk pengobatan mama.
Dalam kondisi sakit, mama memintaku agar menjadi anak solehah. Permintaan mama
membuatku tersadar. Melalui pergulatan yang cukup panjang, aku pun memutuskan
berhijab. Di balik keputusanku tersebut aku berdoa semoga dengan diriku berhijab mama
bisa sembuh dari penyakit kulitnya yang langka. Berkat doa dan kesungguhanku mama
akhirnya sembuh. Tapi saat aku tak punya uang untuk biaya pengobatan mama ,aku
mendapat tantangan. Aku ditawari bekerja dengan syarat melepas hijab. Tapi tawaran
pekerjaan tersebut aku tolak walaupun aku menyadari resikoku menolak uang yang
seharusnya aku butuhkan untuk merawat mama tak bisa aku dapatkan.

Namun Keterlibatan diriku di film Ketika Cinta Bertasbih karena dukungan dari teman-
temanku. Tadinya aku nggak mau ikutan audisi karena yang aku tahu kalau dunia
entertain itu glamour dan gemerlap, makanya aku lebih memilih kuliah dan berorganisasi
saja, tapi temen-temenku tetap meyakinkan aku dengan alasan kalau penggagas di film
ini orang-orang baik dan mempunyai kredibilitas dengan karya-karyanya yang mengajak
ke arah positif".

Lulus dari Universitas Indonesia,aku mengikuti program Tahfidzul Qur’an di Rumah


Qur’an yang ada di depok dan kemudian ia belajar bahasa Arab di Mekkah di Universitas
Umm Al Qura di tahun 2012.

Selain sebagai artis di beberapa film-film islami, aku juga dikenal sebagai penulis buku.
Beberapa judul bukunya adalah Melukis Pelangi :Catatan Hati Oki Setiana Dewi, Sejuta
Pelangi : Pernik Cinta Oki Setiana Dewi, Cahaya Di Atas cahaya Perjalanan Spiritual Oki
Setiana Dewi, Hijab I’m In Love, Dekapan Kematian, Ketika Guru SD Sakit. Dalam
bukuku yang berjudul Hijab I’m In Love, merupakan karyaku yang paling berbeda
karena aku juga mengeluarkan album perdanaku dengan judul yang sama.Dalam album
Hijab Im in Love (2013) ini dinyanyikan bersama adiknya bernama Shindy.

Selain kegiatanku sebagai penulis dan artis,di samping itu aku juga kerap mengisi dan
menghadiri beberapa seminar muslimah dan juga kepemudaan. Selain itu aku juga aktif
dalam mengajar mengaji di TPA untuk anak-anak serta ibu-ibu. Akumemiliki komunitas
sendiri yaitu Sahabat Oki Setiana Dewi atau SOSD yang telah memiliki anggota beribu
orang baik itu di Indonesia dan juga di luar negeri. Dalam komunitas tersebut, aku
menggalakkan kegiatan DMKM yaitu Dari Masjid ke Masjid dan juga program “Yuk
Mengaji, Al Qur’an di Hati” dimana pelaksanaannya juga menyentuh lingkungan Lapas
Wanita Tangerang. Kecerdasan dan prestasiku juga diakui ketika aku ditunjuk sebagai
duta untuk Anak-anak Rumah Autis (2012) dan duta Internet Sehat dan Aman oleh
kementrian Komunikasi dan Informatika 2010.
Bersama komunitas ‘Sahabat Oki Setiana Dewi’ (SOSD / @sahabatosd) yang tersebar di
seluruh Indonesia dan Malaysia, aku memiliki beberapa agenda yakni DMKM (dari
masjid ke masjid), dan program mengajarkan mengaji bertajuk ‘Yuk Mengaji, Al Qur’an
di Hati’ yang telah dijalankan sejak Oktober 2011 silam dan berlangsung sepekan sekali
yang diadakan di Lapas / penjara wanita Tangerang.

Meskipun sekarang aku telah sukses,tetapi ada satu hal keinginanku yang belum tercapai
yaitu menikah. Keinginanku untuk menikah sudah kuat sejak diriku menginjak usia 20
tahun. Keinginan untuk menikah semakin kuat sekaligus menambah kecemasan tersendiri
ketika melihat teman-temannku sudah menikah dan bahkan punya anak. "Kenapa, kok
aku belum menikah? Kenapa jodohku susah sekali? Teman-teman sudah banyak yang
menikah dan punya anak, kapan giliranku, ya? Tiap malam aku berdoa, menangis, dan
bertanya kepada Allah, siapa jodohku, ya Allah? Aku wanita yang ingin menikah, merasa
siap lahir batin, tapi kenapa belum dikasih jodoh?" dalam keheningan aku berkali-kali
mencurahkan isi hatiku kepada Sang Ilahi. Memang ada beberapa laki-laki yang coba
melamarku. Tapi papaku selalu menolak, menolak, dan menolak dengan bermacam
alasan. Aku sampai berpikir, Papa maunya aku menikah di usia berapa, sih? Laki-laki
seperti apa, sih yang Papa cari buatku?". Orang tua, terutama papa, memang aku akui
sangat selektif memilihkan pasangan hidup buatku. Menikah bukan urusan sehari dua
hari, tapi seumur hidup. "Papa adalah sensor pertama. Kalau Papa oke, aku akan coba
jalani. Tapi kalau Papa enggak oke, ya enggak jalani. Beliau, karena sangat mencintaiku
dan karena aku anak perempuan pertama, ingin memilih laki-laki terbaik untukku".
Ternyata Allah menjawab doa dan permintaanku lewat cara yang tak terduga. Saat
disibukkan dengan berbagai kegiatan, termasuk syuting sinetron Anak-Anak Manusia
(AAM), akhir September lalu aku dikejutkan dengan kehadiran laki-laki yang akrab
disapa Rio. Laki-laki yang berprofesi pengusaha restoran yang dikenal dekat dengan
Dude Harlino dan Teuku Wisnu itu datang dan mengutarakan niatnya kepada ayahku
untuk menikahiku.

"Dia memperkenalkan diri kepada ayahku kemudian menyatakan niatnya untuk


menikahiku. Yang bikin aku terkejut, Papa langsung mengatakan, 'Saya sih oke-oke saja.'
Padahal sebelumnya Papa enggak pernah ngomong begitu. Papa melihat laki-laki ini
sangat santun dan sekufu (sejalan) denganku. Walau oke, Papa menyarankan kami untuk
saling kenal dulu. Di Islam, disebut taaruf. Pada akhir September, karena Papa sudah
memberi lampu hijau, aku akhirnya mencoba untuk membuka diri". Dalam taaruf kami
saling memperkenalkan keadaan masing-masing. Bila cocok bisa dilanjutkan ke proses
lamaran dan bila tidak proses akan dihentikan. "Prosesnya berjalan begitu cepat.
Pertengahan November aku dilamar. Beliau (Rio) langsung datang ke Batam untuk
melamar dan langsung diterima oleh Papa dan keluarga besarku," yang bertempat di
kampung halamanku. Dalam lamaran itu, kedua pihak keluarga menyepakati waktu
pernikahan. Akad nikah dilangsungkan 12 Januari 2014 di Gedung ESQ Menara 165 di
kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, malam harinya digelar resepsi di tempat yang
sama. "Insya Allah kami menikah 12 Januari, bertepatan dengan hari pernikahan
Rasulullah dan Siti Khadijah. Kenapa menikah di Menara 165? Pertama, di atas menara
ada tulisan Allah. Kedua, kami berharap dengan adanya tulisan Allah, pernikahan kami
diberkahi. Amin". Sampai sekarang aku masih merasa takjub dengan skenario Allah
yang datangnya tak terduga. "Ini mungkin hikmah papaku menolak beberapa laki-laki
yang selama ini mencoba melamarku. Aku takjub sekali dengan skenario Allah".

Dari pernikahanku dan Rio kami dikarunia tiga anak, yang ketiganya dilahirkan secara
caesar , Maryam Nusaibah Abdullah lahir pada 5 Desember 2014, Khadeejah Faatimah
Abdullah lahir pada 14 Januari 2016, dan anak ketiganya, Ibrahim Muhammad Abdullah
lahir pada 18 Desember 2014. Kini aku tengah disibukkan dengan mengurus tiga anak.
Dalam usia pernikahan yang memasuki tahun keempat, kami sudah dikarunia tiga orang
anak, yakni Maryam Nusaibah Abdullah (3 tahun), Khadeejah Faatimah Abdullah (2
tahun), dan Ibrahim Muhammad Abdullah (1,5 bulan). Aku sempat dibuat panik ketika
harus melihat anak-anak ketika terserang penyakit. Jarak usia yang sangat berdekatan,
membuat penyakit dapat lebih mudah menular di antara ketiga anak kami. Alhamdulillah
anak-anak sehat, tapi ya memang ada kendala ketika punya anak yang jaraknya saling
berdekatan, ketika satu sakit ya semua sakit.

Selain mengurus anak, Kini aku di tengah disibukkan dengan syuting sebuah program
acara di Malaysia. Hal ini yang membuatku jarang tampil di layar kaca. Oki juga harus
rela bolak-balik dan terkadang menetap sementara di Malaysia. Aku tengah disibukkan
dengan syuting sebuah program acara di Malaysia. Hal ini yang membuatku jarang
tampil di layar kaca. Aku juga harus rela bolak-balik dan terkadang menetap sementara di
Malaysia. Tahun ini aku kembali mendapat kepercataan untuk mengisi sebuah program
acara TV Malaysia bertajuk 'In To Jannah', sebuah program yang menceritakan tentang
penyebaran sejarah islam di seluruh dunia. Menariknya, untuk mengisi acara ini, Aku
akan menjelajah 12 negara yang memiliki banyak cerita tentang sejarah islam. Tahun ini,
sejak September sampai nanti Januari 2019, ada sebuah program tv di Malaysia, aku
akan menjelajah ke 12 negara di mana aku a kan menceritakan sejarah penyebaran agama
islam di negara-negara tersebut. Aku sangat beruntung bisa dipercaya untuk
membawakan program acara tersebut, apalagi sampai bisa mengunjungi 12 negara.
Biasanya selama ini kan hanya cerita sejarah islam di studio, tapi alhamdulillah kali ini
Allah berikan izin saya bisa untuk menceritakan sejarah langsung di tempatnya. Namun
bukan hal mudah harus syuting menjelajah 12 negara. Meski perjalanan tersebut dibagi
menjadi tiga trip di tahun 2018 ini, namun aku tetap mengaku berat, apalagi harus
meninggalkan anak-anak. September kemarin aki pergi ke Turki, Mesir, Maroko, dan itu
aku dan suami saya saja yang ikut. kemudian trip kedua setelah pulang ke Indonesia, kita
berangkat lagi ke Palestina, Yordania, dan Oman. Kemudian, Makkah,Madinah,dan Ta'if.
Aku terharu karena ini merupakan pengalaman pertama kalinya ia mengunjungi negara
yang masih belum sepenuhnya merdeka itu. Bahkan, aku sempat meneteskan air mata
saat sadar bahwa diriku bisa menginjakkan kaki di kota yang juga menjadi sejarah besar
umat islam tersebut. Aku nggak percaya selama ini di Indonesia cuma baca kisah sejarah
Palestina seperti apa, keadaan mereka seperti apa, bagaimana para Nabi singgah disitu.
Aku nggak percaya Masjidil Aqsa yang selama ini aku bela bersama teman-teman aktivis
di Indonesia, kita perjuangkan, (aku) bisa sampai di sini. Enggak semua orang bisa masuk
Palestina. Rencananya, Desember ini hingga awal tahun 2019 mendatang aku juga akan
kembali melakukan perjalanan ke Eropa.

Tak hanya bersama suami, dalam perjalanan tersebut, aku bahkan akan turut memboyong
pula anak-anak dan orang tua. Semua akan ikut melakukan perjalanan menceritakan
sejarah Islam ini ke Spanyol, Balkan dan negara-negara di Eropa seperti Paris, Belanda,
London dan sebagainya. Jadi itulah kesibukanku selama ini. Jadi mungkin jarang
kelihatan di TV Indonesia. Aku tetap berusaha untuk tetap profesional dalam perjalanan
tersebut. Sebab aku sadar bahwa dalam perjalananku itu, aku juga mengemban tanggung
jawab atas pekerjaan. Aku juga tak terlalu khawatir saat harus mengajak anak-anak nanti.

Ketika aku mencapai prestasi seperti sekarang ini sepenuhnya bukan sebuah keajaiban.
Semua itu pernah kulihat sebelumnya di kotak mimpi yang ada di kepalaku yang
berputar dengan rapi layaknya sebuah film tentang masa depan. Ex

Setiap manusia memiliki masa lalu . Ada noktah-noktah hitam diperjalanan hidupnya.
Tapi masa lalu itulah yang membuatku seperti ini. Terus-terusan memikirkan kesalahan
masa lalu akan membunuh masa depan . Bukan kah semua orang berhak di beri
kesempatan ? yang terpenting ialah melihat masa lalu . Ketika seorang hamba bertobat ,
tentu Allah Akan mengampuni dan memberikan kenikmatan iman kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai