Anda di halaman 1dari 4

Yth.

Bismillah, LPDP
Risda Mursyida, gadis berusia 21 tahun tepat pada 6 Juli kemarin, Risda Mursyida
adalah nama cantik dengan dua kata yang selaras yang dinisbatkan kepada kedua orang tua
saya, yakni bapak dengan namanya Ali Mursidi, sedangkan ibu bernama Mursidah, satu
keluarga sangat selaras bukan. Tidak lain, tidak bukan, tak ada makna lain selain sebagai
lambang doa agar selalu bersama-sama saling membersamai langkah secara dhohir dan batin.
Saya lahir di Dusun Gebang Sewu RT 01/04, Desa Banteng Mati, Kecamatan Mijen, Kabupaten
Demak, Provinsi Jawa Tengah. Adapun pekerjaan kedua orang tua saya, yakni bapak
merupakan sosok perantau ke Pulau Borneo dengan menyandang sebagai pedagang dengan
keliling naik motor yang harus melewati jalanan berkelok-kelok nan becek di salah satu daerah
pelosok pulau borneo, sedangkan ibu hanya menjadi seorang ibu rumah tangga yang fokus
kepada anak-anaknya dan rumahnya.
Bicara soal penghasilan, tak besar, hanya cukup untuk menghidupi keluarga sehari-
harinya. Meskipun begitu, saya sangat bangga kepada kedua orang tua saya, karena saya
memilikki kedua orang tua yang pekerja keras, selalu mengupayakan yang terbaik untuk anak-
anaknya dan tentunya, saya merasa beruntung karena mereka selalu ridho atas langkah anak-
anaknya, mendoakan anak-anaknya, serta mereka tak pernah menuntut apapun dari kami.
Sehingga mereka dapat membesarkan saya menyelesaikan pendidikan sampai sarjana hingga
menyandang gelar cumlaude, tepatnya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Fakultas
Humaniora di jurusan BSA (Bahasa dan Sastra Arab).
Sedari kecil, banyak sekali yang memperhatikan pendidikanku. Tak hanya dalam
keluarga inti saja, keluarga besarpun antara paman-pamanku ikut andil memilihkan dunia
pendidikan yang terbaik untukku. Pasalnya, saya merupakan cucu pertama dari pihak keluarga
ibu, serta saya menjadi keponakan pertama yang hadir diantara mereka, kasih sayangnya yang
selalu membuat saya tak pernah merasa kurang dari apapun. Serta inilah alasan kenapa saya
pantang menyerah dan berhenti. Saya dipilihkan untuk tinggal di salah satu pesantren di
Kabupaten Pati, yakni “Raudlatul Ulum” di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Pati, Jateng.
Saat itu, saya mulai menyicip pesantren saat duduk di bangku Tsanawiyyah (MTs) hingga
Aliyah (MA) yakni selama 6 tahun lamanya.
Lalu saya melanjutkan ke Jenjang yang lebih tinggi yaitu Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim dan tinggal di Ma’had selama 4 tahun. Untuk itu, perjuangan ini harus
saya lanjutkan hingga benar-benar sampai pada tujuannya, dengan jalan melalui beasiswa
bangkit, saya dapat membanggakan mereka agar mereka menjadi manusia yang paling
bersyukur atas hadirnya saya diantara mereka dan tak lain, saya siap berjuang belajar dengan
setulus-tulusnya, saya abdikan hasil belajar saya, ilmu saya untuk negeri saya tercinta, bagi
siapapun yang membutuhkan dan terlebih, bismillah untuk mengabdi pada ilmunya Allah Swt.
Semoga saya selalu dilindungi pada titik tujuan yang benar.
Dengan memanfaatkan kesempatan dengan baik, setelah satu tahun tinggal di Ma’had
kebetulan di UIN Malang menyediakan Ma’had Aly bagi siapapun mahasantri yang ingin dan
memilikki kemampuan membaca kitab kuning. Dengan background saya, seorang santri, saya
tertarik untuk mendaftar sampai akhirnya, Alhamdulillah saya keterima sebagai santri Ma’had
Aly yang dilengkapi fasilitas tempat tinggal gratis dengan maksud untuk meringankan beban
orang tua saya, waktu itu, dan mendapat beasiswa satu kali saat masuk pertama kali senilai satu
juta rupiah. Sebagaimana seleksinya dites dengan membaca kitab kuning Kifayatul Akhyar saat
itu. Tak hanya itu, sistem Mahad Aly ini sama statusnya seperti KBM di perguruan tinggi
dengan satu jurusan yakni, Fikih Nisa’. KBM Mahad Aly dilaksanakan waktu malam hari jam
19.30-21.30, karena kami di pagi harinya ada kuliah sebagaimana mestinya. Spesialnya,
menjadi mahasiswa UIN Malang saya juga menjadi Mahasantri Mahad Aly yang dapat mengaji
setiap malamnya serta ada UTS, UAS sampai sidang skripsi, bonusnya saya mendapatkan dua
ijazah atau double degree.
Selain itu, waktu semester lima, saya juga memilikki pengalaman mengajar anak-anak
diniyah, dikarenakan saya suka dengan anak kecil, saya merasa senang saat bersama mereka
serta pada malam hari kami membuka les belajar bersama mereka. Menginjak semester tujuh,
saya memilikki pengalaman kerja lapangan di sebuah agensi percetakan dan penerbitan cukup
ternama di Kota Yogyakarta, yakni Lingkar Media yang sering disingkat menjadi “LinkMed”.
Kesehariannya bekerja lumayan padat sebagaimana pesanan buku yang sering masuk bisa
sampai ribuan, saya bekerja sebagaimana karyawan pada umumnya, dari menata halaman,
mengangkat serta membersihkan buku-buku, memasukkan buku dalam plastik dan bekerja di
depan laptop yakni, mengetik serta mengecek kembali tulisan arabnya. Pada semester tujuh,
saya mengikuti Choaching Clinic pelatihan dan pendampingan menulis artikel jurnal oleh
pihak Dosen Fakultas dengan mendaftar dan disertakan biaya, akan tetapi ada beberapa orang
yang diberi kesempatan gratis dengan syarat mengirim draft jurnalnya. Saya mencoba dengan
mengirim draft jurnal yang saya punya, hingga akhirnya, Alhamdulillah saya masuk dengan
tanpa dipungut biaya.
Sebagai Mahasiswa yang memilikki dua tanggung jawab tidak membuat saya
mengesampingkan salah satunya, saya harus menuntaskan dua-duanya dan bersikap adil pada
dua tanggung jawab atas konsekuensi yang saya pilih. Hal ini tidak membuat saya merasa lebih
baik dari siapapun, malahan saya merasa cukup berat menyandang dua gelar sekaligus dalam
waktu yang bersamaan. Saya selalu mengusahakan diri saya untuk selalu belajar lebih giat lagi
dan berjuang lebih keras lagi untuk mewujudkan potensi yang benar-benar nyata sebagai
sarjana calon pendidik anak nusantara terlebih dunia Agama Islam. Saya ingin melanjutkan
belajar saya di jurusan Studi Islam, sebagaimana sebelumnya saya ingin melanjutkan ilmu
agama dari strata 1 di Mahad Aly dan di UIN Malang sebelumnya saya belajar terkait ilmu alat
untuk dapat memahami ilmu agama. Oleh karena itu, melalui beasiswa bangkit saya bertekad
untuk mengedukasi dengan sebaik-baiknya ilmu keislaman dengan arus dan bahasa yang benar
dan melindungi kebenaran ajaran Islam dan anak-anak nusantara, sebagaimana akhir-akhir ini
banyak pendidik ajaran Islam/ pesantren yang terlihat mengamankan justru menyesatkan.
Terjun sebagai pendidik saya akan mengusahakan untuk mendapatkan wawasan yang
luas serta memilikki kreativitas dan inovasi yang tinggi, sebagaimana dapat menawarkan
prosesi KBM dengan mengganti prosesi KBM sehingga siswa-siswi tidak merasa jenuh dan
dapat memberikan dunia baru seperti belajar yang diselipkan hiburan sehingga kegiatan KBM
berjalan diiringi dengan hati para murid yang merasa bahagia akan terasa enjoy. Selain itu
menjadi pendidik, titik paling tinggi adalah mengabdi, saya akan menyerahkan diri saya
sebagai pendidik mereka, saya akan mengabdi pada nusantara dan berikhtiyar semampu
mungkin untuk mewujudkan harapan para orang tua yang menginginkan anaknya berada di
jalan yang benar. Karena, agama tidak akan pernah bisa ditukar dengan apapun. Sebagaimana
agama adalah nasehat, dan sebagaimana pendidik adalah orang yang menasehatinya. Saya akan
selalu berusaha untuk menjadi pendidik yang mendidik melalui hati mereka; seperti
memberikan penuh perhatian, dan kasih sayang pada mereka, serta menjadi pendidik yang
keras dan tegas saat menegaskan ilmu agama pada mereka. Oleh sebab itu, dengan keilmuan
yang saya punya, saya bertujuan untuk berkontribusi mengabdikan diri kepada nusantara
tercinta untuk selalu belajar memberikan yang terbaik untuk generasi bangsa Indonesia agar
menciptakan generasi yang berguna untuk memajukan bangsanya dan mengindahkan cita-cita
negara.
Besar impian saya, saya di masa depan menjadi pakar dari ilmu agama islam, yang
memilikki atau sebagai pendidik di yayasan ataupun pesantren dan mengamalkan ilmu agama
untuk negara sebagaimana mestinya, membantu mereka generasi nusantara yang berjuang di
jalan Allah pastinya bersanad dengan ajaran yang telah diajarkan pejuang ulama’ terdahulu
dengan islam yang ahlussunah waljamaah. Alasan kenapa saya suka Ilmu Agama tidak berhenti
pada pelajarannya yang memang sangat dibutuhkan dalam beragama. Tetapi ilmu agama
sebagai pelindung diri manusia untuk tidak saling merusak antar agama/ sesama agama.
Sebagaimana pancasila yang pertama, negara yang beragama dengan Tuhannya yang Maha
Esa. Oleh karena itu Ilmu Agama harus ditanamkan sedini mungkin agar mereka kuat dengan
keyakinannya yang tidak hanya berkeyakinan tapi mentaati keyakinannya mereka sendiri, serta
diiringi toleransi untuk menghargai ilmu dan keyakinan orang lain tanpa ada kejahatan verbal
maupun non verbal.
Berdasarkan impian saya diatas saya akan menanamkan komitmen pada diri saya
sendiri untuk sampai pada impian saya. Saya akan selalu bertekad dengan power yang tinggi,
hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan amanah. Komitmen tidak mungkin
berjalan tanpa adanya konsisten yang dibentuk dalam diri sendiri ataupun dalam kamus santri
disebut sebagai istiqamah suatu kebaikan yang dilakukan secara terus menerus. Sebagaimana
Baginda Guru saya pernah berkata “seberapa istiqamah kamu, seberapa jadimu nanti”. Jadi
konsisten yang saya buat pada diri saya sendiri merupakan tantangan yang harus saya taklukan
di setiap saatnya.
Tantangan ini sebagian dari perjuangan yang harus saya menangkan, sampai saat ini
pada pendidikan jenjang S2 yakni, mendaftar beasiswa LPDP. Dengan melalui jalan beasiswa
LPDP ini, tanpa keraguan saya pasti akan menjalani kehidupan yang saya impikan sekarang.
Serta nantinya saya dapat menciptakan karya dari beberapa riset seperti meneruskan skripsi
kemarin atau menciptakan riset baru berupa jurnal dan tesis. Dalam proses belajar selanjutnya
saya memilih jurusan Studi Islam di tiga universitas terbaik dengan akreditasi terbaik yakni;
UIN Maulana Malik Ibrahim, UIN Sunan Ampel, dan UIN Walisongo.
Bismillah, niat untuk belajar dengan semaksimal mungkin, menjadi manusia berguna,
seorang yang bisa menggunakan ilmu agamanya dengan benar untuk menyambut generasi
Islam Indonesia yang membanggakan. Serta menyadarkan masyarakat bahwa bukan seorang
laki-laki saja yang harus belajar dan mengurusi ilmu atau hukum agama. Semua gender berhak
belajar apapun untuk menjadi apapun, begitupun perempuan harus terjun untuk menegaskan
ilmu dan hukum-hukum Allah. Siapapun mereka yang menggapai impiannya, mustahil, jika
tidak berjuang keras untuk mewujuudkannya. Untuk itu kesuksesan adalah milik mereka yang
mau berjuang, melalui LPDP saya dapat merealisasikan impian saya dan saya abdikan untuk
yang mulia, negeri saya tercinta.

Anda mungkin juga menyukai