Anda di halaman 1dari 10

Sinar Mentari membuatku terbangun dari tidur malamku, dan saat itu pun aku

menemukan sebuah pencerahan sekaligus motivasi untuk menjadi seorang dokter yang hebat ,
bahkan aku pun berkata dalam hati kecilku bahwa aku tak akan meninggalkan profesi dokter ku
nanti walau bagaimanapun keadaannya dan menjadi ikrar kecilku dalam hatiku.
Jam menunjukkan pukul 06.35 WIB, aku memasuki gerbang sekolah yang bertuliskan
SMA Negeri 1 Jakarta seakan terbuka lebar memberikanku semangat untuk profesi dokterku
nanti. Seorang siswi menutup mataku dari belakang seraya berkata Hey.. bulpen baru datang
kamu? , dari cara dia berkata aku pun mengenalnya. Iya, dia adalah sabahat tergila yang aku
kenal selama aku duduk di kelas 12 Ipa B. Mungkinkah dia memang gila atau otaknya sedikit
tergeser? Bagaimana tidak, kami baru saja saling mengenal hanya kurang lebih satu bulan tapi,
dia sudah memanggilku dengan sebutan bulpen (bulat pendek).
Hello? Kamu kira aku sebulat itu? ucapku sambil melepaskan tangannya yang sedari tadi
menutupi mataku
Iya yang namanya bulat sambil mencubit pipiku dengan seenaknya.
Kami memang lebih terlihat seperti kakak ber-adik yang setiap hari tiada henti saling
membully, tapi kami menganggap bahwa cara membully itu dengan membuat sebutan-sebutan
aneh yang tiba-tiba saja keluar. Dan kami menggapkan itu merupakan panggilan sayang dalam
persahabatan ini. Kami pun masuk kelas sambil bergandengan tangan. Aku mengerti dengan
hadirnya Fina aku dapat merasakan bagaimana serunya, bagaimana kocaknya mempunyai
seorang sahabat seperti dia, benar kata orang bahwa masa terindah dalam hidup yaitu masa-masa
SMA dan akupun merasakannya.
Fina? Dia sahabatku, iyasahabat yang menertawaiku pertama kali ketika aku jatuh dari
tangga tetapi, dia juga yang yang pertama kali menolongku saat itu juga. Dia memiliki tinggi
yang sungguh sangat tinggi, bagaimana tidak? Tinggi badannya hampir mencapai 180 cm,

dengan berat badan yang kurang ideal, bisa dibilang kurus sih, bukan kurus itu namanya tapi
krempeng.
PR matematika lks halaman 32, sudah? katanya seraya duduk
Sudah dong! jawabku sombong
Sini aku salin timpalnya dengan nada enteng
Dia memang pemalas, tapi sebenarnya dia pintar apalagi dalam pelajaran biologi, sungguh
kemampuan yang tidak diragukan lagi. Kami memiliki banyak kemiripan mulai dari hobi, warna,
style baju, makanan, komik, novel, drama korea sampai tanggal lahirpun sama, yaitu tanggal 23.
Bahkan, kami mempunyai cita-cita yang sama yaitu Dokter. Dan tak jarang kami pun sering
bertukar pikiran dan pendapat ,apalagi jika masalah cowok.
Put..kamu tau gak? Aku tadi dikantin gak disapa sama doi... katanya memulai pembicaraan
kepadaku
Terus kenapa? dia nggak ngelihat arah kamu mungkin.. jawabku
Ya masalah lah, aku lho ngerelain bolak-balik kantin tiga kali demi pengen ketemu dia, tapi
setelah ketemu dia malah nggak nyapa aku? Kan sakitttt tukas nya sambil memegang dada yang
menandakan kalo dia emang lagi galau
Tapi kamu liat kearah dia?
Engga sih..
Yaapa, kan kamunya sendiri yang nggak noleh malah nyalahin dia. Harusnya kamu sapa
duluan
Enggak lah aku malu bin gengsi
Kamu itu Fin, pengennya disapa tapi, nggak mau nyapa duluan
Iya dong Put, secara aku kan cewek. Dimana-mana cewek itu pengennya nggak mau nyapa
duluan apalagi ke dia

Yaudahlah biarkan, mungkin dia lagi banyak pikiran


Tapi bagaimana dengan hati ini Put?, sudah sekian lama aku menunggu
Sudah Fin, bisa meledak ini kuping kalo kamu nyanyi cerocos Elma yang duduk dibelakang
ku
Bel bunyi pun berdering itu menandakan bahwa aku harus segera pulang, dan bersiapsiap untuk mengikuti bimbel untuk persiapan tes SBMPTN Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Aamiin. Dan seleksi itu bukan merupakan seleksi biasa, melainkan seleksi bersama
tingkat Nasional yang pesaingnya beribu-ribu siswa dari seluruh Indonesia. Aku pun bertekad
untuk selalu semangat dalam menggapai profesi dokterku kelak.
Setelah menunggu lebih dari tiga jam di depan laptop untuk melihat pengumuman tes
hasil seleksi SBMPTN. Aku berkali-kali melihat arah jarum jam yang masih menunjukkan pukul
12.30 WIB, itu berarti masih kurang setengah jam lagi untuk menunggu pengumuman itu
muncul. Perasaan yang tak menentu, hati yang mulai berdebar-debar, tangan yang mulai
berkeringat dingin mengiringi detik-detik hasil tes. Dengan membaca Bismillahirramanirrahim
aku arahkan kursor pada tulisan buka, dan hasilnya pun mengejutkan.
Mama.. aku lulus FK UNAIR! teriakku dari dalam kamar. Aku pun menghampiri mama
yang sedang ada diruang tengah, kami pun berpelukan dan menangis menandakan rbaut wajah
yang bahagia.
Selamat nak, Mama mangga padamu sambil memelukku dengan erat dan mencium keningku
Terima kasih Ma, atas doa dan dukungannya
Sama-sama nak, Mama berharap semoga ini yang terbaik untuk masa depanmu dan
mewujudkan cita-citamu menjadi dokter yang hebat lalu mengacungkan jempolnya
Setelah melalui banyak ulangan, ujian praktek, ujian tulis, maupun ujian nasional.
Akhirnya aku pun bisa bernafas lega, mungkin hanya menunggu 1-2 bulan untuk mempersiapkan
diri secara lahir dan batin untuk menuntut ilmu dikota orang dan akan pisah dengan orang tua.
Aku tau dan sadar bahwa biaya untuk kuliah ini membutuhkan lebih banyak uang maka dari itu
aku bertekad untuk bersungguh-sungguh.

Halo Fin, kamu diterima dimana? ucapku dalam telfon


Alhamdulillah di FK Universitas Muhammadiyah Malang jawabnya
Duuu, kita sama dong
Gimana kalo kita sekarang ketemuan, aku kangen curhat bareng kamu
Dimana?
Tempat biasalah jam 07:00
Oke
Kami melakukan kebiasan ini sejak kami sepakat untuk menjadi sahabat, temen curhat
bahkan menjadi selayaknya kakak. Meskipun
Tanggal 23 Agustus adalah tanggal yang aku tunggu-tunggu, bagaimana tidak? tanggal
merupakan tanggal dimana pertamana kali aku masuk dalam lingkungan kampus Universitas
Airlangga dengan berbagai macam mahasiswa yang ada disana. Aku pun sengaja berjalan
dengan pelan untuk sekedar melihat dan mengagumi bahwa aku benar-benar menjadi seorang
mahasiswi dengan berseragam putih hitam dan itu semandakan bahwa hari itu merupakan ospek
bagi mahasiswa baru,termasuk juga aku.
Aww.. suara itu mengejutkanku. Dan aku menoleh dari asal suara itu. Dan terlihat seorang
mahasiswa dengan berpakai yang sama denganku dengan dasi yang mencolok. Maaf, saya
buru-buru ucapnya seraya pergi dari hadapanku. Iya, dia adalah mahasiswa yang akan juga
mengikuti ospek bersama denganku hari ini, dan aku teringat bahwa jam yang ada ditanganku
menunjukan pukul 07.03 WIB. apa???? ucapku kaget. Aku berlari dengan rok yang ku
sisingkan untuk mempercepat laju lariku.
Setelah menempuh bangku perkuliahan selama empat tahun lamanya, akhirnya aku lulus
dengan gelar dokter. Ini merupakan suatu keajaiban yang pernah terjadi dalam hidupku. Dan
akhirnya aku bisa mewujudkan cita-cita ku untuk menjadi dokter yang hebat, dokte yang bisa
menolong pasien yang membutuhkan pengobatan.

Hanya saja setiap ada pasien yang datang kerumah sakit dengan penyakit yang jarang
ditemui, aku merasa gugup untuk mengobatinya. Ini merupakan kelemahanku yang tak bisa aku
kendalikan. Bagaimana aku bisa mengatasi kelemahanku? Apakah aku pantas menyandang gelar
dokter ku dengan keadaan seperti ini? Hingga larut malam aku masih berkecamuk dengan
pikiranku saat itu.

Jam menunjukkan pukul 07.03 WIB. Aku terbangun dari meja kerjaku dan masih memakai baju
operasi sisa semalam. Tok tok tok
Permisi Dok, ada pasien yang membutuhkan bantuan Dokter untuk melakukan operasi. ucap
seorang pasien yang masuk kedalam ruanganku
Penyakit apa yang diderita pasien itu? tanyaku padanya
Bukan penyakit Dok, tapi kelainan pada bayi kembar. Seorang wanita tadi pagi telah
melahirkan bayi kembar siam yang hanya mempunyai satu jantung. Kasus ini perlu penanganan
yang cukup serius Dok
Bisakah saya melihat hasil pemeriksaannya?
Baik Dok seraya memberikan amplop yang berisi data tersebut
Setelah aku membaca hasil pemeriksaan, ternyata benar dugaanku!.
Kasus ini mempunyai resiko yang besar jika sampai dioperasi terangku
Tapi Dok, bayi kembar siam ini membutuhkan penanganan yang cepat, Dok jawabnya
dengan nada cemas
Iya, saya tahu. Tapi kita juga tidak boleh sembaragan dalam melakukan suatu tindakan. Nanti
saya akan carikan alternatif lain
Baik, Dok
Setelah pintu tertutup rapat, perasaan gelisah itu muncul. Ini merupakan kasus pertamaku
dalam menangani bayi kembar siam yang hanya memiliki satu jantung. Tanpa berpikir panjang,

langsung aku baca buku Kedokteran yang ada di atas meja dan mencari cara alternative serta
dampak yang dilakukan jika dengan jalan operasi. Setelah sekian jam mengutak-atik isi buku,
akhirnya aku menemukan cara penanganan serta dampak yang ditimbulkan.
Aku langsung menemui ibu dan keluarga dari sang bayi kembar siam tersebut. Serta
menjelaskan kronologi penanganan dengan cara operasi serta dampak yang ditimbulkan.

Silahkan duduk Pak, Bu seraya menunjukkan kursi yang berada didepan tepat meja kerjaku.
Terima kasih, Dok
Begini Pak, Bu. Bayi kembar Ibu memiliki kelainan pada tubuh sang bayi. Mereka memiliki
tubuh yang berbeda tetapi mempunyai jantung yang sama terangku secara halus
Lalu bagaimana Dokter? Apakah bayi saya masih bisa ditangani? ucap Bu Rahmi yang tidak
lain adalah ibu dari bayi kembar siam
Cara terbaik tentunya dengan jalan operasi
Iya Dok, tidak apa-apa nanti akan saya urus biaya administrasinya timpal Pak Karto, suami
dari Bu Rahmi
Bukan hanya soal biaya Pak, tapi resiko yang ditimbulkan jika operasi ini benar-benar
dilakukan. Dan kemungkinan untuk berhasil sangat tipis. Bahkan , kita harus merelakan salah
satu dari bayi kembar tersebut harus meninggal terangku dengan jelas
Iya Dok, saya siap dengan segala resikonya. Tetapi, anda harus menjamin salah satu dari bayi
kami harus hidup ucap sang Bapak dari bayi kembar siam tersebut
Baik Pak, saya akan usahakanjawabku dengan yakin
kalau begitu kami pamit, terima kasih atas penjelasannya, Dok.
Sama-sama, silahkan Pak sembari menunjukkan pintu keluar.

Setelah berjuang berjam-jam di meja operasi. Ternyata, hasilnya sangat mengecewakan.


Tidak ada salah satu dari bayi kembar siam tersebut yang bisa bertahan hidup. Kedua-duanya
tidak bisa tertolong. Aku merasa sangat depresi,kacau,gelisah dan perasaan bersalah it terus saja
muncul dalam pikiranku. Bagaimana aku bisa menjelaskan pada orang tua bayi itu?. Aku
berjalan keluar dari ruang operasi dengan raut wajah kecewa.
Bagaimana keadaan bayi kami,Dok? Tanya Bu Rahmi
Saya minta maaf Bu, bayi Ibu tidak bisa tertolong
Apa??? Bagaimana bisa? Anda kan seorang dokter, seharusnya anda memberikan yang terbaik
buat bayi saya! Kenapa? Soal biaya? Akan saya bayar dengan lunas jawab Pak Karto dengan
nada marah
Bukan begitu Pak, jantung yang terdapat dalam tubuh bayi Bapak memiliki keborocan pada
Halahbanyak omong, Anda yang telah membunuh bayi saya! timpal Bu Rahmi dengan nada
marah.
Saya jelaskan mengapa bayi Ibu
Tidak ada lagi penjelasan Dok, sekarang saya akan laporkan anda ke Kantor Polisi karena telah
membunuh bayi kami ucapnya dengan nada mengancam.
Tidak!!! Apakah benar ini salahku? Bagaimana bisa aku melakukan hal yang beresiko
itu?. Hatiku berkecamuk tanpa arah.
Beberapa saat kemudian
Suara sirine polisi terdengar didepan Rumah sakit. Tiba-tiba suasana menjadi ricuh dan tak
terkendali.
Permisi, apakah Anda yang bernama Dokter Putri? Tanya seorang polisi yang berada tepat
dihadapanku.
Iya, saya sendiri. Ada apa Pak? tanyaku dengan pelan.
Anda dilaporkan dengan kasus pembunuhan bayi

Tidak Pak! Saya tidak pernah membunuh seorang bayi timpalku dengan cepat.
Anda bisa terangkan itu di kantor, sekarang Anda ikut kami sambil memborgol kedua tanganku
Setelah melakukan tiga kali sidang. Akhirnya aku ditetapkan sebagai tersangka.
Sungguh? Apakah ini benar? Saya benar- benar tidak membunuh bayi tersebut. Saya bisa
menjelaskan mengapa bayi kembar siam tersebut tidak dapat tertolong. Terangku di Pengadilan
Tapi itu semua sia-sia. Tidak ada yang percaya dengan penjelasannku. Seolah-olah
mereka telah terhipnotis oleh uang yang mereka dapatkan dari orang tua bayi tersebut. Mereka
berusaha untuk mencebloskanku dalam penjara. Aku diseret secara paksa kedalam sel tahanan.
Tunggu! Ini benar-benar bukan salahku. Aku ini seorang dokter, bagaimana bisa aku membunuh
pasienku sendiri?. Tapi aku hanya bisa menjelaskan pada diriku sendiri. Tak ada seorangpun
yang berada dipihakku, tidak ada yang memberikanku motivasi. Dan akhirnya, aku mengalami
depresi akut.
Aku tahu ini adalah cobaan yang Allah berikan kepadaku. Aku mencoba untuk bersabar
dan tabah dalam menjalani cobaan ini. Dan aku pun yakin bahwa akan ada hal yang terbaik yang
Allah rencanakan untukku.
Setelah satu tahun menjalani masa tahanan, masih ada satu tahap lagi yang harus aku
jalani yaitu rehabilitasi. Dalam masa rehabilitasi, aku di tempatkan dalam sebuah Pondok
Pesantren dekat Polres tempat aku ditahan. Hari pertama, aku memasuki Pondok Pesantren itu,
aku merasakan kedamaian hadir dalam pikiran dan hatiku.
Mbak sedang mencari apa? suara seorang lelaki mengagetkanku.
Oh saya sedang mencari tempat rehabilitas jawabku dengan sedikit rasa malu.
Mari ikut saya, kebetulan Saya menjadi pembimbing dalam rehabilitasi tahun ini. Kalo tidak
salah, nama Mbak adalah Putri bukan? ucapnya dengan lembut.
Iya benar saya adalah Putri jawabku.
Nama saya Syaiful Anam, mbak boleh panggil saya Anam ucapnya memperkenalkan diri

Baik,Mas Anam
Saya sudah tahu tentang kasus yang Mbak jalani.
Tapi itu bukan kebenarannya, Saya di
Iya saya mengerti, bersabarlah Mbak, Allah akan selalu bersama kita.
Mengapa Ustadz ini mirip dengan pria yang menabrakku beberapa tahun silam? Saat
pertama kali masuk hati pertama Ospek. Ah tidak, mungkin ini hanya kebetulan.
Mbak, ini Masjidnya tempat untuk melakukan tahap rehabilitasi.
Oh iya, terima kasih
Banyak kemajuan yang terlihat dari dalam diriku. Mulai dari pola piker,ucapan serta
tindakan.
Ngomong-ngomong, Mbak lulusan mana Universitas mana? ucapnya memulai pembicaraan.
Saya lulusan Universitas Airlangga.
Wah sama seperti Saya, jangan-jangan Mbak adalah orang yang saya tabrak waktu itu saat
hari pertama Ospek?
Iya jawabku malu-malu.
Akhirnya Allah mempertemukan kita kembali ucapnya.
Ya Allah kenapa aku merasakan hal yang tidak sewajarnya?. Hari demi hari kami
semakin mengenal satu sama lain dan belajar hal-hal serta berbagi ilmu bersama. Dan itu
berlangsung selama satu bulan.
Tiga bulan kemudian Tok tok tok
Assamualaikum suara pria mengetok pintu.
Waalaikumsalam semabari aku membuka pintu.
Maukah kau menjadi pendamping hidupku? ucapnya dengan penuh harap.

Iya jawabku tersipu malu.


Ya Allah... Setelah aku melalui banyak cobaan yang Allah berikan, Allah membalasnya
dengan yang lebih indah. Dan aku percaya bahwa Allah akan merencanakan yang terbaik untuk
hamba-Nya.
~The End~

Anda mungkin juga menyukai