Anda di halaman 1dari 7

Skenario Illahi/ Masya Allah Sungguh Indah Skenario-Mu

Sekitar dua tahun yang lalu...

Saat dimana aku harus menghadapi situasi yang begitu rumit. Salah satu gadis yang paling aku
sayangi jatuh sakit.

Iya. Dia ialah adikku satu-satunya. Disela-sela ujian akhir sekolah yang begitu padat dan jadwal
les yang begitu mendesak, membuatku tergesa-gesa untuk kembali ke rumah.

Aku tidak bisa membiarkannya sendirian. Segala keperluan seperti makanan dan obat harus
aku beli demi kesembuhannya.

Dengan napas yang terengah-engah, aku bersandar di dinding dengan penuh rasa lelah. Hati ini
begitu berat, hingga merasa tak mampu untuk menjalani semua ini.

Ah! Mengapa ujian ini datang di saat aku sedang berjuang untuk masa depanku? Yang
seharusnya kini aku belajar dengan fokus, perhatian didapatkan, namun kini semuanya jadi
terbagi-bagi. Mau tidak mau aku harus berjuang untuk kesembuhan adik kesayanganku.

Maha baiknya Allah. "Allah tidak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuan hamba
tersebut"...(Q.S Al-Baqarah ayat 286). Banyak hikmah yang dapat kita petik dari ayat ini salah
satunya Maha Baik dan sayangnya Allah sama kita. Sebegitu baiknya Allah kepada setiap
hamba-Nya hingga ujian pun, Allah tentukan kadarnya untuk masing-masing kita.

Pagi ini arunika begitu cerah, namun tidak dengan suasana di dalam rumahku.

Senandika mulai memberontak seakan langit runtuh bersamanya.Tanpa berpikir panjang,


keluargaku memutuskan untuk menyongsongnya ke rumah sakit.

Wajah ibu tak lagi seperti mentari ketika dokter keluar memberikan kabar buruk. Air matanya
mengalir membasahi pipi tirusnya.

Suasana berubah seketika, kurangkul ibu dengan begitu eratnya. Senandika masih tak percaya,
mana mungkin! Gadis kecil yang tumbuh dengan suburnya tiba-tiba merasakan ini semua.
Adzan pun berkumandang, kubimbing ibuku ke rumah Allah yang sangat mulia itu untuk
beribadah kepada-Nya. Aku hanya bisa bersimpuh dengan kusyuk setelah melaksanakan shalat.
Kedua telapak tanganku terbuka dengan lebar. Aku terus berdoa untuk meminta pertolongan
dan ampunan dari-Nya. Tidak ada tempat mengadu selain kepada Allah SWT. Sebab, aku
percaya bahwa Allah yang bisa mengabulkan semua pintaku ini.

Masih diatas hamparan sajadah, ku raih kitab suci yang terletak kebetulan didepanku. Aku buka
perlahan dan ku membacanya dengan suara pelan, sehingga hannya terdengar di ditelingaku
saja. Sambil merenungi setiap penggalan ayatnya hatiku pun tersentuh dengan salah satu
kandungan-Nya sampai tak sadar pipi ini telah membasahinya. Akupun memutuskan untuk
menyudahinya.

Selang beberapa menit aku dihampiri seorang wanita paruh baya yang begitu anggun
pembawaannya dengan berkerudung lebar itu. Dia lemparkan senyuman, kubalas balik
senyuman itu. Wanita paruh baya itupun bertanya, adik nggak apa-apa? "Sambil melirik ibu
disisi kananku yang nampak begitu sedih". Nggak apa-apa kak timbal ku. Adik sepertinya lagi
ada masalah yaa, sini cerita aja sama kakak.

Entah kenapa hatiku luluh dan sama sekali tidak terbesit untuk berpikir negatif kepada wanita
itu. Aku merasa seperti ada magnet dari pandangannya yang begitu teduh itu untuk aku
mengikutinya. Padahal wanita paruh baya itu hanya orang asing dan belum kukenali sama
sekali.

Aku menceritakan musibah yang sedang menimpa keluargaku saat itu. Lalu dengan wajah
bijaksana, kakak itu kemudian berkata.

"Dik, Allah tidak pernah salah memberi ujian kepada seseorang. Percayalah, semuanya pasti
ada kebaikan yang terselip dibalik semua ujian ini". Dengan lembut kakak itu kemudian
memelukku bak seorang kakak yang sedang memeluk adik kesayangannya. Sungguh, aku
merasakan dekapan yang begitu hangat. Yang akhir-akhir ini tidak lagi aku rasakan.

Kemudian kakak itu melanjutkan ucapannya lagi. "Kakak dulu juga pernah berada di posisi
seperti yang sedang adik alami saat sekarang ini. Waktu itu, satu-satunya wanita yang paling
kakak sayangi sakit keras. Iyaa...wanita itu adalah ibu kakak. Beliau sempat didiagnosa tidak
akan bisa sembuh lagi. Namun, atas Kuasa Allah, Alhamdulillah ibu kakak bisa sembuh dari
penyakit itu dan hingga hari ini tidak pernah lagi sakit. Kakak melewati semua ujian itu sendirian
kala itu, sebab kakak anak tunggal sementara ayah kakak pun sudah lama meninggal. Maka
dengan berbagai usaha, kakak lakukan demi kesembuhan ibu kakak. Mulai dari mengikuti saran
dokter untuk memindahkan ibu kakak rumah ke sakit yang lebih lengkap alat medisnya hingga
mencoba berobat ke pengobatan tradisional. Semuanya kakak lakukan untuk kesembuhan ibu
kakak. Semuanya kakak jalani dengan penuh keikhlasan.

Maka mendengar kisah wanita paruh baya itu, hatiku pun langsung tersentak. Kakak itu
menghadapi ujian yang jauh lebih besar hanya sendirian, sedangkan saat ini aku masih memiliki
keluarga yang bisa dan siap membantu dan menemaniku melalui ini semua.

Dalam hati aku berkata pada diriku sendiri, "Aku juga pasti bisa melalui ini semua". Selesai
sholat , aku dan ibu kembali ke ruang rawat. Aku baru ingat tadi adikku ditinggal bersama salah
satu saudaraku.

Di sepanjang lorong rumah sakit menuju ruang rawat, aku melihat banyak orang yang sedang
dalam ujian yang sama dengan kami, bahkan mungkin lebih berat dan lebih parah lagi.

Melihat hal itu, aku seketika mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku dan ibu harus selalu
mendampingi adikku, memberikannya semangat agar bisa melewati semua ujian ini. Bahwa dia
tidak berjuang sendirian namun ada kami yang akan selalu menguatkan.

Disela-sela kesibukan menemani dan menjaga adikku, aku perlu berjuang untuk mengikuti ujian
akhir sekolah agar nanti bisa masuk perguruan tinggi yang aku inginkan.

Di sepertiga malam setelah sholat tahajud, aku sempatkan memahami materi-materi yang akan
diujiankan besoknya. Kekurangan persiapan dan perhatian sama sekali tidak menggoyahkan
semangat belajarku.
Walaupun mungkin jika dibandingkan dengan teman-temanku yang lain, pasti mereka
mendapatkan perhatian yang tidak main-main seperti alarm, asupan gizi makanan, diantar dan
dijemput sekolah hingga persiapan yang matang.

Sedangkan aku? Persiapanku tak begitu matang sama sekali dan untuk sampai ke sekolah aku
bahkan harus menaiki angkot sebanyak dua kali .

Pagi ini disela-sela fentilasi mentari menyapa ku dengan kirananya. Aku persiapkan segala
kebutuhan yang aku perlukan untuk menghadapi ujian akhir disekolah , mulai dari segaram,
sepatu, pena untuk mencari buram karena buram telah disediakan oleh pihak sekolah, dan
sarapan walaupun itu apa adanya. Aku berfikir "mungkin diluar sana banyak dari mereka yang
tidak memiliki makanan, Alhamdulillah aku masih punya makanan ucap syukur ku".

Dan tak kalah pentingnya yaitu nomor ujian. Karena ini merupakan hal yang sangat penting
ketika ujian, jika ini tidak ada bisa jadi kita dianggap gugur dalam ujian. Setelah semuanya siap
aku langkahkan kaki menuju ketempat pemberhentian angkot yang biasanya aku tumpangi.

Sambil berjalan kubuka lembaran catatan-catatan penting yang sudah ku catat semalam,
gunanya supaya mudah untuk dipahami dan di ingat kembali, inilah salah satu trik belajar ku.
Memang setiap ujian ku suka membuat seperti halnya ini.

Di perjalanan alunan suara burung mengiringi langkahku, seakan ada teman berpapasan yang
menemani ku. Menambah semangatku untuk berangkat ke sekolah pagi ini.

Sampai ketempat pemberhentian angkot, ternyata belum ada satupun angkot yang lewat. Tak
seperti biasanya, ucapku.

Sanubariku mulai campur aduk tak karuan, segala prasangka buruk muncul dalam benakku.
Kupandangi dari aksa tampaknya memang tidak ada satupun angkot yang berlalu lalang.
Memang biasanya kalo anak kelas tiga lagi ujian, siswa kelas satu dan dua diliburkan, mungkin
ini penyebabnya angkot tidak banyak yang menambang karena penumpangnya berkurang.
Dalam hati aku terus berdoa semoga ada salah satu angkot yang lewat.
Setelah beberapa lama menunggu, berhentilah salah seorang guru yang mengajar di sekolahku
walaupun aku tak pernah belajar bersama beliau. Namun beliau tahu bahwa aku salah satu
murid di tempatnya mengajar. Beliau menawarkan untuk berangkat ke sekolah bersamanya,
akupun mengiyakannya.

Diperjalanan beliau pun bertanya, kenapa ananda berangkat agak kesiangan? Padahal ini hari
terakhir ananda ujian yang sangat menentukan masa depan ananda serta pengumuman bagi
siswa yang lulus SNMPTN . Akupun menjawab, sebenarnya saya sudah sejak pagi tadi sekitar
jam 06:10 WIB untuk menunggu angkot bu, kebetulan nggak ada angkot yang lewat satupun
sampai sekarang bu. Kemudian sang guru tersebut bertanya kembali, Orang tua ananda
dimana? kan bisa minta diantarkan. Akupun menjawab balik pertanyaan beliau, orang tua laki-
laki saya sedang bekerja di luar daerah bu, sedangkan orang tua perempuan saya sedang
menemani adik saya yang lagi berjuang melawan penyakitnya di rumah sakit bu serta satu-
satunya saudara laki-laki saya sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Indonesia
sehingga tidak bisa pulang karena sedang sibuk-sibuknya bimbingan bu. Kami biasanya dirumah
hannya bertiga bu, tapi alhamdulilah dengan keadaan seperti sekarang ada saudara ibu yang
bersedia membantu. Mendengar hal tersebut beliau pun turut prihatin terhadap musibah yang
sedang menimpa keluarga ku.

Di tengah ke asyikan bercerita kami pun sampai di depan gerbang sekolah, akupun turun dan
mengucapkan terimakasih banyak kepada beliau, sedangkan beliau memakirkan mobilnya di
tempat pemakiran khusus guru.

Bukankah semua bersebab karena takdirnya? Saat kenyataan tak sesuai dengan kenyataan kita,
percayalah bahwa ada rencana lain yang disiapkan Oleh-Nya. Bisa jadi rencana yang kita
rencanakan, bukan rencana yang baik menurut-Nya. Dan rencana-Nya adalah sebaik-baik
rencana. Bukan salah-Nya rencana kita melenceng dari harapan. Karena Allah Maha Besar dan
manusia cuma bisa berencana.

Sungguh indah rencana-Mu. Disaat aku seharusnya berjalan menuju kedalam sekolah ku karena
kalau aku naik angkot, angkot hannya sampai di persimpangan jalan. Allah hadirkan sosok bak
malaikat yang menumpangi ku.
Sampai di depan kelas labor komputer ternyata semua temanku sudah berbaris, untung saja
belum pada masuk, "ucapku". Mereka masih menunggu pengawas yang masih mengecek
semua keadaan komputer dan berbagai keperluan lainnya. Alhamdulillah aku masih bisa
menenangkan diri sebelum ujian, setelah perasaan campur aduk yang sempat menghantuiku.
Sehingga aku bisa tenang nantinya mengerjakan ujian.

Jalan Allah tak pernah ada yang bisa menebak, namun percayalah jalan yang dipersembahkan
untuk kita adalah hal yang terbaik dari apa yang kita rencanakan. Maka dimanapun itu,
bersyukurlah. Kamu adalah pilihan Allah yang berkesempatan berjalan diatas pilihan-Nya. Maka
apalagi yang harus di ragukan? Semoga hati kita selalu berpaut dengan cinta-Nya yang
menumbuhkan banyak cinta dibumi dan bermekaran hingga langit, hannya untuk-Nya.

Ujian pun dimulai. Kami disuruh masuk satu persatu oleh pengawas sambil memeriksa keadaan
kami, apakah ada yang membawa alat bantu, handphone atau barang yang menjanggal lainnya
masuk ke ruang ujian. Supaya nantinya tidak ada kecurangan dalam ujian ini. Sebelum kami
mengklik login semua peserta ujian dianjurkan berdoa terlebih dahulu sebelum ujian
berlangsung.

Akupun menjawab ujian dengan tenang, tanpa menghiraukan teman-teman ku yang lainnya.
Alhamdulillah beberapa materi dan rumus yang aku pelajari semalam banyak aku temui di
dalam soal ini. Tak salah aku mengambil ujian peminatan Ekonomi ini, "ucapku didalam hati".
Ya memang ini salah satu mata pelajaran yang paling aku sukai di jurusan IPS, apalagi yang
namanya belajar Akuntansi. Kurang aja nol satu, bisa-bisa kita harus ngulang dari awal lagi.

Dengan keasyikan mengerjakan soal ternyata waktu hannya tersisa 20 menit lagi. Ada sekitar 9
soal yang memang ini termasuk rumit bagiku yang belum aku jawab. Dari semua soal yang
tersisa aku pilih soal yang menurutku agak mudah untuk ku kerjakan terlebih dahulu.

Waktu pun terus berlalu, di menit-menit terakhir dengan mengucap bismillah aku klik jawaban
yang menurutku benar dari beberapa soal yang memang tidak bisa aku jawab tadi.

Ujianpun selesai, lepaslah tanggung jawabku semuanya. Perihal hasil biar Allah SWT yang
menentukan. Hati ini pun terasa lega. Semua temanku bersorak ria hingga hebohlah satu
ruangan itu. Sebelum keluar dari ruang ujian, terdengarlah arahan dari wakil kepala sekolah
yang bersumber dari ruang guru. Memberikan informasi bahwa semua peserta ujian belum
diperbolehkan pulang, setelah di izinkan keluar dari ruang ujian. Semuanya harus berkumpul di
lapangan untuk mendengarkan pengumuman kelulusan SNMPTN. Ruangan yang tadinya heboh,
hening seketika.

Pengumuman hasil SNMPTN merupakan salah satu momen yang kutunggu-tunggu. Semoga
nasib baik tercurah kepada ku. Perasaan campur aduk mulai timbul dari benakku. Setelah guru
memberikan password untuk membuka laman webnya masing-masing siswa.

Semua siswa membukanya secara serentak tepat pukul 16.00 WIB. Alhasil Alhamdulillah aku
dinyatakan lulus disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di Padang, yaitu Universitas Negeri
Padang. Hati inipun begitu senang, tak sabar untuk memberi kabar baik ini untuk ibu, dan
adikku yang sedang berada di rumah sakit serta ayah dan saudaraku yang lainnya. Mungkin ini
bisa mengobati sedikit perihal atas musibah yang sedang menimpa keluargaku. Walaupun aku
hannya bisa lulus di pilihan ke dua jurusan yang aku pilih. Padahal aku sangat mendambakan
jurusan yang pertama aku ambil. Mungkin aku tidak ditakdirkan disana.

Aku ingat, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Cukup
serahkan segalanya kepada Allah. Allah dulu, Allah lagi, dan Allah terus. Sandarkan segalanya
kepada Allah, sang penyusun skenario kehidupan yang terbaik. Luruskan niat, perbaiki hati, dan
gapai ridho Allah. Allah lebih tahu yang mana yang terbaik untuk kita, mungkin kita berharap A,
tapi Allah berharap B. Karena, "sesuatu yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut
Allah, tetapi sesuatu yang baik menurut Allah, sudah pasti itulah yang terbaik untuk kita".

Anda mungkin juga menyukai