Mercon kembang api itu pertama kali didengar nampak mengganggu pendengaran dan ketika sudah menjadi kembang api semua tampak indah dalam waktu sepersekian detik lupa akan suara-suara yang memanaskan telinga yang ada hanya pada kekaguman cahaya warna warni. Berpacu dengan waktu, pagi itu saatnya ujian sekolah hari yang di tunggu- tunggu karena kami seminggu yang lalu sudah di liburkan untuk minggu tenang, ya di setiap sekolah memang punya minggu tenang yang aku sebut minggu deg-degan, minggu mempersiapkan bahan-bahan yang akan di pelajari, minggu pinjam catatan teman dan buku mata pelajaran lalu fotocopy. ** Jam 07.00 wib, ujian matematika di mulai, aku dengan santainya menuliskan Barbara Mangkurani, NIS.1112, merasa sangat percaya diri karena aku di kelilingi sahabat-sahabatku yang aku yakini mereka pintar matematika, setidaknya di dekat mereka sudah membuatku merasa energy positif bisa masuk ke otakku. Salahnya aku hanya mengharap energi positif itu tidak dari sumber segala kebaikan. Namun Allah masih membantuku, ada 2 soal dari bu sonya guru matematika kami yang hanya ada satu-satunya di sekolah, terkenal sangat disiplin dan ada tanduknya kalau lagi marah. Ujian dimulai, tas letakkan di depan, tugas yang saya berikan kumpulkan sekarang, yang ada di atas meja hanya alat tulis, kalau ada handphone yang berbunyi silahkan keluar dan tidak usah ikut ujian lagi karena akan mengganggu siswa lainnya ujar bu sonya. Soal dibagikan, ku lihat soalnya adalah soal yang aku pelajari semalam bersama sahabat- sahabatku tadi malam ya sebagian kecil genk manis cantik semalam belajar untuk hari ujian pertama, mata pelajaran pertama, soal pertama dengan mudah aku jawab dan tiba pada soal kedua mataku membelalak pikiranku mulai gusar, ini soal aku ingat tapi jawabannya tidak aku ingat karena soal ini sudah pernah jadi tugas sekolah kami namun di awal pertama masuk sekolah tepatnya, saat ingatan tak lagi bagus akibat gadget. aku yang saat itu duduk di bangku paling depan berniat mencontek dengan sahabatku yang paling pintar di kelas,aku bersyukur dia tepat di belakangku, dalam keadaan mencekam ada. Lalu aku tanya jawaban no.2 apa ya, jalannya aja. Aku tahu posisi aman terkendali, ku pacu seranganku ketika bu sonya keluar izin ke kamar kecil namun belum sampai lima menit bu sonya sudah ada di hadapanku tanpa aku sadari, malang tak dapat di tolak mujur tak dapat kejar. Berakhirlah ujian hari itu dengan tangisan padahal aku sudah mengisi jawaban no.1 dengan benar setidaknya ada 50% nilai sudah di tangan dan di tambah nilai tugas ya akan amanlah, tapi mungkin sudah kehendaknya itu hanya angan-angan semu. ** Di perjalanan pulang, aku bertanya dalam hati dengan diam seribu tanya, bagaimana ya nasib lembar jawaban ujianku, bu sonya kan guru yang terkenal mengedepankan kejujuran, apa nanti bakal jadi pembungkus cabe pikirku. Aku berjalan bersama sahabatku yang tak yakin dengan jawabannya juga tapi kupikir dia aman karena dia jawab dengan jujur, meski ada juga temanku yang juga mencontek dengan ku tapi dia tidak sampai ketahuan bu sonya, ya Allah tau yakinku. Tiba di rumah meysi, dia sahabatku yang punya nasihat-nasihat pamungkas, kerumahnya sedikitnya member solusi bagaimana aku harus tegar. Kadang ku kuat setegar karang,kadar ku rapur liar merana, lagu diva Indonesia krisdayanti mengalir air mata yang deras mengalir karena penyesalan dan kemungkinan terburuk. Aku sudah pasrah dengan nilaiku, di satu sisi aku memikirkan nilaiku dan disisi yang lain aku juga memikirkan nilai sahabatku yang aku contek pagi tadi meski yang di contek pun hanya sedikit sekali yang terlihat tapi dampaknya akan luar biasa, ya aku kenal dengan bu sonya sudah dari aku belum masuk sekolah favorit ini dari kakakku. Menghela napas panjang, lalu berujar dalam hati Sudahlah nasibku sudah di ujung tanduk dan aku tak mau berharap ketika yang aku perjuangkan itu dengan jalan yang tidak baik. Namun aku sadar ada faktor luar juga kenapa aku bisa tidak konsentrasi, aku tidak tidur saking takut dan khawatirnya dengan ujian ini, terlepas dari sekian banyak alas an, salah ya tetap salah apapun alasanya. Mey gimana ya, rasanya menyesal sekali, rasanya tak mau lagi mengulangi, dan rasanya aku memang harus lebih percaya pada Allah daripada manusia . Ran, yakinlah percaya dengan dirimu sendiri sama halnya kamu percaya dengan Allah, saat kamu jujur di sanalah ada Allah yang akan turun tangan membantu dengan cara-Nya. Di kamarnya yang sejuk kami mulai percakapn itu, dan kalimat itu aku yakini sampai ujian selesai dan Alhamdulillah semua nilai yang keluar luar biasa bagus kecuali satu nilai mata pelajaran yaitu MATEMATIKA, aku sudah berlapang dada dan kuat karena air mataku sudah habis ketika kejadian ketika hari senin minggu lalu. Aku pun sudah lega karena orang tuaku sudah tau penyebabnya, dan hanya berpesan jangan ulangi lagi dan aku ikuti semua saran yang menurutku itu memang benar, jangankan bertanya jawaban ke sahabat-sahabatku yang lain ketika aku tidak tahu apa yang akan aku jawab, menoleh kanan kiri pun aku tidak, aku hanya fokus dengan jawabanku, ketika aku tidak bisa menjawab aku hanya membaca surat Al-fatihah, Al-ikhlas dan ayat kursi dalam benakku pasti ada setan yang menghalau pikiranku. Banyak sekali kejutan ketika aku memang benar menjalankannya dengan kejujuran, seperti contohnya ujian kimia, fisika yang juga terkenal sulitnya tapi jawaban yang aku isi semua benar tanpa aku sadari jawaban itu kadang buakan dariku tapi dari Dia yang menolongku. **
Firman Allah, Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), Bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka Beriman kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS.Al-Baqarah:186). Namun ada kesempatan kedua yang Allah berikan untukku karena yang mendapat nilai di bawah standar banyak maka pelajaran matematika di ulang kembali, aku manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik mungkin, sebelum mulai ujian aku menelpon ibu dan ayahku meminta doa mereka agar ujian ku lancar dan sukses. Aku berdua dengan sahabat yang aku sesali ikut terlibat dalam masalahku. Bersyukurnya dia ikhlas dengan semua kejadian ini, Nadia memang sudah kuat akan agamanya makanya dia bisa sekuat itu. Ku pilih posisi duduk paling depan, tepat di depan meja guru, aku buktikan niatku karena Allah bukan karena nilai. Seminggu lagi pembagian raport, ku buka raport pelan-pelan dengan sudah komat-kamit dzikir yang aku ucapkan penasaran sekali, cemas sekali, namun mataku tertuju pada mata pelajaran paling paling bawah di urutan raportku, matematika. Yehaaa, Alhamdulillah,aku dapat nilai sembilan. Sembilan itu angka tertinggi di raport kami, langsung sujud syukur aku melihatnya. Aku berlari ke kantor guru, lalu ku temui bu sonya, mana bu sonya, mana bu sonya, ku tanya pada penjaga kantor,kak dev, ini penting, penting sekali . Kak dev pun khawatir mungkin dia kira ada kejadian apa sampai napasku seperti sudah di kejar puluhan anjing. di sana dek, di perpustakaan tadi kakak lihat beliau lagi membaca buku Aku langsung berlari kesana, ku temui tanpa takut, aku sujud di tangannya, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih. Dia hanya menjawab, ini bukan karena ibu tapi karena usaha kejujuranmu, kamu yang percaya akan kemampuanmu sama halnya kamu menyerahkan urusan dunia ini pada pemilikNya. Kehidupan ini milik-Nya dan Dia maha tahu segalanya, dia tidak perlu bertanya kepada kita, apa keluhan kita, apa kebutuhan kita, Dia hanya perlu kita mendekatiNya seraya memperbaiki sikap dan sifat kesaharian kita, di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, Dialah Allah, di tanganNya segala kehendak terjadi. Dari kejadian ini aku merasa Allah begitu dekat, akupun pernah bertaruh denganNya dan Dia memenangkanku dalam kebenaran seperti mercon kembang api, keburukan menurut kita belum tentu tidak baik bila kita tau bagaimana menyikapinya, seperti layaknya minum obat pahit di rasa manfaat di dapat, terlepas dengan yang mendapat nilai bagus dengan tetap mencontek tanpa ketahuan, kadar nilai itu keberkahannya, dia mencontek dapat 8 dan kalau dia tidak mencontek mungkin akan dapat nilai tertinggi yaitu 9. Allah itu adil dengan segala ketentuanNya. **Semoga bermanfaat