Anda di halaman 1dari 3

MERCON KEMBANG API

BY : HAIKA RAHMAH RAMADHONA



Mercon kembang api itu pertama kali didengar nampak mengganggu pendengaran dan
ketika sudah menjadi kembang api semua tampak indah dalam waktu sepersekian detik
lupa akan suara-suara yang memanaskan telinga yang ada hanya pada kekaguman cahaya
warna warni.
Berpacu dengan waktu, pagi itu saatnya ujian sekolah hari yang di tunggu- tunggu karena
kami seminggu yang lalu sudah di liburkan untuk minggu tenang, ya di setiap sekolah memang
punya minggu tenang yang aku sebut minggu deg-degan, minggu mempersiapkan bahan-bahan
yang akan di pelajari, minggu pinjam catatan teman dan buku mata pelajaran lalu fotocopy.
**
Jam 07.00 wib, ujian matematika di mulai, aku dengan santainya menuliskan Barbara
Mangkurani, NIS.1112, merasa sangat percaya diri karena aku di kelilingi sahabat-sahabatku
yang aku yakini mereka pintar matematika, setidaknya di dekat mereka sudah membuatku
merasa energy positif bisa masuk ke otakku. Salahnya aku hanya mengharap energi positif itu
tidak dari sumber segala kebaikan. Namun Allah masih membantuku, ada 2 soal dari bu sonya
guru matematika kami yang hanya ada satu-satunya di sekolah, terkenal sangat disiplin dan ada
tanduknya kalau lagi marah. Ujian dimulai, tas letakkan di depan, tugas yang saya berikan
kumpulkan sekarang, yang ada di atas meja hanya alat tulis, kalau ada handphone yang berbunyi
silahkan keluar dan tidak usah ikut ujian lagi karena akan mengganggu siswa lainnya ujar bu
sonya. Soal dibagikan, ku lihat soalnya adalah soal yang aku pelajari semalam bersama sahabat-
sahabatku tadi malam ya sebagian kecil genk manis cantik semalam belajar untuk hari ujian
pertama, mata pelajaran pertama, soal pertama dengan mudah aku jawab dan tiba pada soal
kedua mataku membelalak pikiranku mulai gusar, ini soal aku ingat tapi jawabannya tidak aku
ingat karena soal ini sudah pernah jadi tugas sekolah kami namun di awal pertama masuk
sekolah tepatnya, saat ingatan tak lagi bagus akibat gadget. aku yang saat itu duduk di bangku
paling depan berniat mencontek dengan sahabatku yang paling pintar di kelas,aku bersyukur dia
tepat di belakangku, dalam keadaan mencekam ada. Lalu aku tanya jawaban no.2 apa ya,
jalannya aja. Aku tahu posisi aman terkendali, ku pacu seranganku ketika bu sonya keluar izin
ke kamar kecil namun belum sampai lima menit bu sonya sudah ada di hadapanku tanpa aku
sadari, malang tak dapat di tolak mujur tak dapat kejar. Berakhirlah ujian hari itu dengan
tangisan padahal aku sudah mengisi jawaban no.1 dengan benar setidaknya ada 50% nilai sudah
di tangan dan di tambah nilai tugas ya akan amanlah, tapi mungkin sudah kehendaknya itu hanya
angan-angan semu.
**
Di perjalanan pulang, aku bertanya dalam hati dengan diam seribu tanya, bagaimana ya nasib
lembar jawaban ujianku, bu sonya kan guru yang terkenal mengedepankan kejujuran, apa nanti
bakal jadi pembungkus cabe pikirku. Aku berjalan bersama sahabatku yang tak yakin dengan
jawabannya juga tapi kupikir dia aman karena dia jawab dengan jujur, meski ada juga temanku
yang juga mencontek dengan ku tapi dia tidak sampai ketahuan bu sonya, ya Allah tau yakinku.
Tiba di rumah meysi, dia sahabatku yang punya nasihat-nasihat pamungkas, kerumahnya
sedikitnya member solusi bagaimana aku harus tegar.
Kadang ku kuat setegar karang,kadar ku rapur liar merana, lagu diva Indonesia
krisdayanti mengalir air mata yang deras mengalir karena penyesalan dan kemungkinan terburuk.
Aku sudah pasrah dengan nilaiku, di satu sisi aku memikirkan nilaiku dan disisi yang lain aku
juga memikirkan nilai sahabatku yang aku contek pagi tadi meski yang di contek pun hanya
sedikit sekali yang terlihat tapi dampaknya akan luar biasa, ya aku kenal dengan bu sonya sudah
dari aku belum masuk sekolah favorit ini dari kakakku. Menghela napas panjang, lalu berujar
dalam hati Sudahlah nasibku sudah di ujung tanduk dan aku tak mau berharap ketika yang aku
perjuangkan itu dengan jalan yang tidak baik. Namun aku sadar ada faktor luar juga kenapa aku
bisa tidak konsentrasi, aku tidak tidur saking takut dan khawatirnya dengan ujian ini, terlepas
dari sekian banyak alas an, salah ya tetap salah apapun alasanya.
Mey gimana ya, rasanya menyesal sekali, rasanya tak mau lagi mengulangi, dan rasanya aku
memang harus lebih percaya pada Allah daripada manusia .
Ran, yakinlah percaya dengan dirimu sendiri sama halnya kamu percaya dengan Allah, saat
kamu jujur di sanalah ada Allah yang akan turun tangan membantu dengan cara-Nya.
Di kamarnya yang sejuk kami mulai percakapn itu, dan kalimat itu aku yakini sampai ujian
selesai dan Alhamdulillah semua nilai yang keluar luar biasa bagus kecuali satu nilai mata
pelajaran yaitu MATEMATIKA, aku sudah berlapang dada dan kuat karena air mataku sudah
habis ketika kejadian ketika hari senin minggu lalu. Aku pun sudah lega karena orang tuaku
sudah tau penyebabnya, dan hanya berpesan jangan ulangi lagi dan aku ikuti semua saran yang
menurutku itu memang benar, jangankan bertanya jawaban ke sahabat-sahabatku yang lain
ketika aku tidak tahu apa yang akan aku jawab, menoleh kanan kiri pun aku tidak, aku hanya
fokus dengan jawabanku, ketika aku tidak bisa menjawab aku hanya membaca surat Al-fatihah,
Al-ikhlas dan ayat kursi dalam benakku pasti ada setan yang menghalau pikiranku. Banyak
sekali kejutan ketika aku memang benar menjalankannya dengan kejujuran, seperti contohnya
ujian kimia, fisika yang juga terkenal sulitnya tapi jawaban yang aku isi semua benar tanpa aku
sadari jawaban itu kadang buakan dariku tapi dari Dia yang menolongku.
**

Firman Allah, Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, maka (jawablah), Bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka Beriman
kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS.Al-Baqarah:186).
Namun ada kesempatan kedua yang Allah berikan untukku karena yang mendapat nilai di bawah
standar banyak maka pelajaran matematika di ulang kembali, aku manfaatkan kesempatan itu
dengan sebaik mungkin, sebelum mulai ujian aku menelpon ibu dan ayahku meminta doa mereka
agar ujian ku lancar dan sukses. Aku berdua dengan sahabat yang aku sesali ikut terlibat dalam
masalahku. Bersyukurnya dia ikhlas dengan semua kejadian ini, Nadia memang sudah kuat akan
agamanya makanya dia bisa sekuat itu.
Ku pilih posisi duduk paling depan, tepat di depan meja guru, aku buktikan niatku karena Allah
bukan karena nilai. Seminggu lagi pembagian raport, ku buka raport pelan-pelan dengan sudah
komat-kamit dzikir yang aku ucapkan penasaran sekali, cemas sekali, namun mataku tertuju pada
mata pelajaran paling paling bawah di urutan raportku, matematika. Yehaaa, Alhamdulillah,aku
dapat nilai sembilan. Sembilan itu angka tertinggi di raport kami, langsung sujud syukur aku
melihatnya. Aku berlari ke kantor guru, lalu ku temui bu sonya, mana bu sonya, mana bu
sonya, ku tanya pada penjaga kantor,kak dev, ini penting, penting sekali .
Kak dev pun khawatir mungkin dia kira ada kejadian apa sampai napasku seperti sudah di kejar
puluhan anjing. di sana dek, di perpustakaan tadi kakak lihat beliau lagi membaca buku
Aku langsung berlari kesana, ku temui tanpa takut, aku sujud di tangannya, meminta maaf dan
mengucapkan terima kasih.
Dia hanya menjawab, ini bukan karena ibu tapi karena usaha kejujuranmu, kamu yang percaya
akan kemampuanmu sama halnya kamu menyerahkan urusan dunia ini pada pemilikNya.
Kehidupan ini milik-Nya dan Dia maha tahu segalanya, dia tidak perlu bertanya kepada kita, apa
keluhan kita, apa kebutuhan kita, Dia hanya perlu kita mendekatiNya seraya memperbaiki sikap
dan sifat kesaharian kita, di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, Dialah Allah, di
tanganNya segala kehendak terjadi.
Dari kejadian ini aku merasa Allah begitu dekat, akupun pernah bertaruh denganNya dan Dia
memenangkanku dalam kebenaran seperti mercon kembang api, keburukan menurut kita belum
tentu tidak baik bila kita tau bagaimana menyikapinya, seperti layaknya minum obat pahit di rasa
manfaat di dapat, terlepas dengan yang mendapat nilai bagus dengan tetap mencontek tanpa
ketahuan, kadar nilai itu keberkahannya, dia mencontek dapat 8 dan kalau dia tidak mencontek
mungkin akan dapat nilai tertinggi yaitu 9. Allah itu adil dengan segala ketentuanNya.
**Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai