Anda di halaman 1dari 5

Bahagia Bersama Derita

Dua tahun kemudian


Ironis kehidupan kadang tak pernah disangka-sangka. Kadang derita bukan
hanyalah sekedar derita, namun justru mengundang bahagia.
Biasanya kala derita itu menghampiri, baru sedikit saja derita itu terasa, rasa
hati ingin segera keluar dari derita itu pun mulai memuncak, namun, tidak pernah
memikirkan akan kebahagiaan yang selama ini didapatkan itu tidak sebanding dengan
derita itu.
Dikala derita itu mulai memberontak didalam hati dan pikiran, hanya kesabaran
dan keikhlasanlah yang mampu menenangkannya.
Kini aku telah berumur 15 tahun dan telah duduk di kelas IX, SMP. Tak terasa
sudah dua tahun aku jalani hidupku dengan dia si LUPUS itu, mengapa dia masih saja
ingin hidup denganku..?? Aku tak pernah menginginkan dia masuk dan ikut campur
dalam detik demi detik relung waktu hidup ini, dia masih saja besemayam di sudut itu,
di sudut terdalam tempat di mana aku tak pernah mendatanginya. Ingin ku berteriak
dan menyeret paksa dia keluar.
Namun, apalah dayaku, hanya keikhlasan dan kesabaran yang mampu membuat
aku berdiri tegak dan hanya keajaiban Allah SWT yang dapat membantuku untuk
mengusirnya dari tubuhku.
Tinggal sebentar lagi aku akan ujian akhir, dan untuk persiapan yang matang,
sekolah mengadakan les pemantapan di sore hari, aku pun mengikuti les pemantapan
dengan penuh semangat.
Hingga tak ku sadari aktivitas yang ku lakukan terlalu berlebihan dan LUPUS
pun kambuh, dia mengamuk dan menyerang tubuhku, aku pun mendadak panas dan
tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Aku sangat sedih karena takut ketinggalan
materi.
Bagaimana aku bisa mengisi soal ujian nanti, jika keadaan ku lemah seperti
ini..?? ucapku.

Ketika ujian akhir tahun ajaran 2011/2012, aku mengikuti ujian dengan
tenang, dan Alhamdulillah aku berhasil melewatinya.
Saat ujian peraktik tiba.
Saat itu materinya adalah lari.
Apa kamu yakin, mau mengikuti ujian lari ini, bagaimana jika kamu pingsan
nanti..?? ucap sahabatku kepadaku.
Sebenarnya aku tidak yakin dengan kemampuan ku. Namun, aku telah bertekad
untuk tetap mengikuti ujian praktek ini ucapku dalam hati.
Aku pun langsung mengambil posisi start, ku lihat wajah sahabat ku yang
khawatir dengan kondisiku.
Bisikan halus angin-angin itu mulai terasa, membuat tubuh ini terasa
gemetaran, suasana pun agak sedikit tenang.
Apa kamu yakin Indah..??Tanya salah satu dari sahabat ku.
Aku menjawabnya hanya dengan senyuman di bibirku. Dengan focus ku tatap
garis finish di ujung sana.
Bersedia, siap, ya..!! pak guru memberi aba-aba.
Aku pun berlari sekuat mungkin, seluruh kemampuan yang aku miliki telahku
keluarkan, tak ku hiraukan kata-kata ejekan dari teman-teman yang lainnya.
Dengan mata yang terus menuju ke garis finish itu dan otak yang terus
memusatkan fikirannya pada garis finish di depan sana.
aku pasti bisa ucapku dalam hati
Aku pun mulai terasa lelah dan pandanganku terasa gelap. Dan setelah tiba di
garis finish.
Bruuuuk,,,!!
Tubuhku terhempas ke tanah, nafasku terasa sesak, semuanya panik dan aku
terlihat begitu lemah, sahabatku segera membawaku ke rumah sakit. Dan
alhamdulillah aku brhasil ditangani oleh dokter.
Tidak terasa waktu telah berlalu, ujian akhir telah berhasil ku lalui, dan kini
tiba saatnya hari-hari yang paling menegangkan, yaitu hari pengumuman kelulusan dan
sekaligus perpisahan siswa kelas IX.
Mama pun menghadiri acara tersebut.
Ya ALLAH SWT, semoga kami semua lulus ujian doaku.
Disaat pembagian hasil penggumuman tiba.
Ketika mama membuka surat pengumuman tersebut, tiba-tiba mama
mengeluarkan wajah yang sangat sedih, aku pun terkejut, aku takut jika aku tidak
lulus ujian, aku pun menangis. Tiba-tiba raut wajah mama berubah menjadi raut wajah
senang.
Hahaha,,,, selamat ya nak.. Kamu dinyatakn lulus ucap mama kepadaku.
Ya ampun ternyata mama membohongiku, aku pun memeluk orang tuaku.
Alhamdulillah ya ALLAH SWT ucapku.

***

Setelah beberapa minggu, aku dan sahabat-sahabatku pergi mendaftar sebagai


siswa baru ke SMA Negeri 1 Taliwang, yang ada di Jln. Telaga Biru No. 1 Taliwang,
Kabupaten Sumbawa Barat.
Dan syukur Alhamdulillah kami di terima.
Satu uji tes seleksi telah berhasil aku lalui, sekarang tinggal tes tulis.
Dan Alhamdulillah aku dapat mengisi tes tersebut dengan baik.
Keesokan harinya ketika pengumuman hasil tes, aku datang bersama mama
untuk mendengarkan hasilnya. Dan ternyata aku lulus dengan peringkat ke 22 dari
kurang lebih 160 siswa. Cukup membanggakan buat aku yang sakit-sakitan ini bisa
mendapatkan peringkat ke 22.
Dua rintangan telah berhasil ku lalui, sekarang tingal satu lagi rintangan yang
harus ku lalui.
Keesokan harinya aku pun menjalani pramos (persiapan masa orientasi siswa).
Karena kegiatan yang terlalu padat mama dan ayahku menghawatirkan
keadaanku, mereka takut kalau LUPUS kambuh dan bangun menyerangku. Namun,
Alhamdulillah karena pertolongan dan hidayah dari Allah SWT keadaanku sehat-sehat
saja.
Pada hari itu tepatnya tanggal 5 Juli 2012, hari terakhir pramos, hari
penentuan di terima atau tidaknya aku di SMA Negeri 1 Taliwang ini.
Namun di akhir hari pramos, aku sempat sakit, aku berusaha menahan rasa
sakit itu dan alhamdulillah berkat perlindungan dari Allah aku mampu melewatinya,
dengan perlahan tubuhku kembali fit.
Kami akan membagikan sebuah surat yang didalamnya berisi keputusan,
diterima atau tidaknya kalian di SMA ini..! ucap kakak Pembina kepada seluruh siswa.
Kami semua pun menjadi gelisah.
Ketika semua surat telah dibagikan.
Dengan perlahan aku pun membuka dan membacanya kata demi kata isi surat
itu dan tiba-tiba sampailah mataku tertuju pada tulisan Nur Indah Kurniasari
dinyatakan tidak lulus, aku pun terkejut dan langsung menangis memeluk sahabatku
Fadhila Mardatulla yang sering aku panggil Poteng, dia sahabatku sejak aku duduk di
SD. Dia sangat baik dan sayang sama aku.
Ya Allah SWT, aku tidak lulus, Poteng, ucapku sambil memeluk poteng.
Kakak Pembinaku pun menyuruh yang tidak lulus maju ke depan kelas, yang maju
hanya aku dan satu temanku, yaitu Nanda. Begitu banyak kakak Pembina yang datang
melihat dan menertawakan kami. Aku malu, aku takut.
Cuma kalian berdua di sekolah ini yang tidak lulus, apa kalian tidak malu..??
ucap salah satu dari kakak Pembina.
Aku pun terkejut mendengar kata-kata sentakan dari mereka dan tak sadar air
mataku terjatuh membasahi pipiku.
Itu salah kalian juga yang tidak aktif dalam pramos ini, ucap kakak Pembina.
Panggil semua siswa yang ada di kelas lain, suruh mereka semua melihat dua
orang yang sedang berdiri di depan kelas ini yang tidak lulus karena ulah mereka yang
nakal..!! ucap kakak Pembina.
Ya Allah SWT, aku sangat takut. Sedangkan, air mataku tak pernah ingin
berhenti, tetap terjatuh, terjatuh dan terjatuh. Ketika semua siswa datang, mereka
menertawakan kami.
Aku saaangaattt malu. Setelah beberapa menit, tiba-tiba.
Happy Birthday suara teman-teman dan kakak pembinaku.
Dan dari balik sana, datang sosok pahlawan yang telah berjuang pada tanggal 5
Juli 1996 lalu, yang telah bertaruh nyawa hanya demi kelahiranku, hal yang tak ku
sangka akan hadir dalam drama tadi, drama yang telah menguras banyak air mataku.
Beliau mamaku dan aku juga tidak menyangka ternyata keluargaku juga datang
menghampiriku sambil membawa sebuah kue.
Ya Allah SWT, aku baru ingat ternyata hari ini adalah hari ulang tahun ku
ucapku dalam hati.
Rentang waktu terkadang membuat kita lupa bahwa kita semakin dewasa. Kini
umur ku telah genap 16 tahun. Tak terasa air mataku pun keluar lagi. Namun, kali ini
adalah air mata bening, air mata kebahagiaanku.
Begitu bahagianya aku ya Allah, moment yang tak akan pernah aku lupakan,
hari-hari bahagia ini akan selalu ku kenang selamanya. ucapku dalam hati.

***

Saat hari belajar mengajar tiba, kami di bagikan kelas baru dan aku mendapat
kan kelas baru, yaitu kelas sepuluh dua dan sekaligus juga teman baru. Aku duduk
semeja dengan seorang perempuan bernama Iga Mudalipa, dia anak dari SMP Negeri
3 Taliwang, dia sangat baik sekali sama aku, kemarin kita satu kelas saat pramos, dan
tidak disangka juga sekarang kami satu kelas lagi.
Di kelas sepuluh dua, begitu banyak teman-teman yang baik kepadaku.
Selama 6 bulan kami bersatu, kami bermain bersama, bercanda bersama, dan
disaat itulah aku menemukan lagi sahabat yang sangat sayang kepadaku, kami selalu
bersama, bermain bersama, bercanda bersama dan sedihnya pun juga bersama.
Mereka selalu punya cara untuk membuatku tetap tersenyum, berkat mereka hidupku
menjadi lebih berwarna.
Beberapa minggu kemudian, LUPUS ku terbangun, dia mengamuk dan kembali
menyerang ku, aku pun jatuh sakit dan tidak dapat mengikuti aktivitas belajar
mengajar dengan normal seperti biasanya. Tapi tidak lama kemudian aku kembali pulih.
Dan aku kembali menjalani aktivitasku seperti biasa.
***

Satu tahun kemudian.


Tidak terasa, sudah satu tahun aku menjadi siswa SMA, kini aku semakin
mengerti tentang artinya kesabaran.
Liburan kenaikan kelas pun tiba. Aku dan keluargaku pergi berlibur ke Mataram.
Senyuman ini mulai terbentuk lagi di bibirku dan kebahagiaan-kebahagiaan yang
sempat terputus kini tersambung lagi di tengah-tengah keluarga kami.
Dan saat itu bertepatan dengan hari ulang tahunku. Orang tuaku pun memberi
kejutan dengan membeli sebuah kue ulang tahun. Kami pun bermain bersama, bercanda
ria.
Tidak terasa kini aku telah berusia 17 tahun. Tak ada lagi aku melihat air mata
yang selalu membasahi pipi kedua orang tuaku. Senyuman-senyuman itu kini menambah
indahnya liburan kami.
Namun, semuanya berkata lain. Lupus itu telah bergabung dalam liburan ini. Dan
aku pun jatuh sakit lagi.
Keesokan harinya kami pun pulang ke Taliwang, dan setelah tiba di Taliwang,
aku segera istirahat.
Namun aku masih lemah. Sebagai pertolongan pertama, aku pun dilarikan ke
AIA klinik yang ada di wilayah NNT, maluk dan aku di tangani oleh Dr. Aneke Samuel,
dan syukur Alhamdulillah, beberapa minggu kemudian, keadaanku kembali normal.
Aku tahu, jalanku ini masih panjang, aku ingin membahagiakan kedua orang
tuaku, dan mereka yang ada di sekelilingku, aku ingin mengejar cita-citaku, aku ingin
membuktikan kepada mereka yang mengejekku, kalau aku mampu dan kuat melewati
ini semua.
Dan suatu hari nanti aku yakin Allah SWT akan mengabulkan doaku, Allah akan
mengambil dia dari hidupku dan membuangnya jauh-jauh dari kehidupanku.
Dan juga, aku berharap, setelah aku, tidak akan ada lagi orang yang merasakan
hal pahit sperti yang aku rasakan, aku brharap aku adalah orang terakhir yang
menderita karena penyakit ini. Jangan lagi ada orang lain ya Allah SWT karena ini
sangat perih. Cukup hanya aku yang merasakannya.
AMIN YA ROBBAL ALAMIN.

***

Anda mungkin juga menyukai