Anda di halaman 1dari 13

Ketika Lenteraku Mulai Redup

Pagi yang begitu cerah, matahari bersinar terang dari ufuk timur, seolah ikut
menyambut hari pertamaku di sekolah baru. Namaku Nur Indah Kurniasari, akrab
disapa Indah. Tidak terasa saat ini usiaku sudah 13 tahun, dan aku sekarang duduk di
kelas VII, SMP (Sekolah Menengah Pertama). Aku sekolah di SMPN 1 Taliwang,
kabupaten Sumbawa barat, provinsi Nusa Tenggara Barat.
Awal yang cerah, namun, mengundang kabut hitam pekat. Dari sinilah kisah
perihku dimulai.

***

Pada suatu hari, sekolahku mengadakan kegiatan kemah bakti gerakan pramuka
yang dilaksanakan dari tanggal 11 sampai dengan tanggal 15 Agustus tahun 2009
tempatnya di Kemutar Telu Center (KTC) Kantor Bupati Sumbawa Barat, Kecamatan
Taliwang, kabupaten Sumbawa Barat.
Karena tertarik, aku pun ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Ketika tiba di lokasi perkemahan, dengan penuh semangat, kami pun segera
mendirikan tenda.
Tidak lama kemudian tiba-tiba, tubuhku terasa lemas dan sakit, wajahku
terlihat pucat, seluruh persendianku membengkak, dan terasa sangat nyeri, serta
timbul bercak-bercak merah pada kulitku.
Kamu kenapa Indah..? tanya temanku.
Aku tidak tahu, tiba-tiba aku merasa lemas..! jawabku
Disaat orang tua dan adikku datang menemuiku.
Astagafirullah kamu kenapa nak..? Apa yang terjadi denganmu..? Kenapa
badanmu membengkak? Tanya mama.
Sakit ma..! jawabku merintih kesakitan.
Orang tuaku pun langsung membawaku ke dokter umum untuk di periksa. Disaat
aku memeriksa ke dokter, celakanya dokter malah memvonisku terkena penyakit
cikungunya, aku pun diberi obat untuk itu.
Keesokan harinya tubuhku mendadak panas. Aku mengira hanya panas biasa dan
aku diberi obat penurun panas, tiga sampai lima lapis selimut pun tidak mampu
membuat badanku hangat.
Dingin ma..! kataku menggigil kedinginan.
Mamaku menjadi panik.
Tenang nak, ya Allah apa yang sedang terjadi pada anakku ! ucap mama
sambil menangis.
Setelah beberapa jam panasku pun turun. Alhamdulillah!!!

***

Beberapa minggu kemudian...


Keesokan paginya..
Kakak bangun, bukannya sekarang Kakak sekolah..? ucap adikku
membangunkanku.
Aku pun tidak menjawab
Entah mengapa, tubuhku terasa sangat lemas, ternyata penyakit itu datang
lagi, disetiap sendiku membengkak kembali dan terasa sangat nyeri, membuatku tak
dapat duduk, untuk membengkokkan kakiku aku butuh perjuangan yang sangat besar,
bahkan untuk berjalan pun aku tidak mampu, aku hanya mampu berbaring lemah di
atas tempat tidurku.
Mama,,, teriak adikku memanggil mama.
Mama pun terkejut dengan teriakan itu, dengan penuh rasa panik dan penasaran
mama pun berlari kearah sumber suara itu.
Saat mama membuka pintu kamarku.
Maaaa.! Jawabku sedih.
Mama terkejut melihat aku yang begitu lemas
Ayah..ayah! mama berteriak memanggil ayah.
Ingin aku menangis karena tak mampu menahan rasa sakit ini. Namun, air
mataku ini tidak akan ku biarkan terjatuh, karena aku tidak ingin melihat orang tuaku,
saudara-saudaraku dan orang-orang yang berada disekelilingku ikut bersedih.
Aku mencoba untuk menutupi rasa sakitku dengan memperlihatkan sebuah
senyuman kebohongan, senyuman yang tak pantas mereka lihat.
Ku pandang wajah mama yang telah di basahi oleh air mata yang mengalir
dipipinya.
Biarkan rasa sakit ini hanya aku yang rasakan, aku akan sembunyikan perih
ini ucapku dalam hati.
Awalnya aku mengira hidupku hanya sampai disini. Namun, kekuasaan Allah Swt
membuatku tetap bertahan dari deritaku yang amat pedih, yang begitu membuatku
tersiksa.

***

Beberapa bulan kemudian


Saat itu awalnya bulan Ramadhan, Alhamdulillah Kedaanku semakin lama
semakin membaik. Aku pun menyambut bulan suci ramadhan dengan penuh semangat,
semuanya berjalan indah dengan senyuman. Namun,, tidak lama kemudian di akhir
bulan ramadhan tubuhku jatuh sakit lagi.
Ya Allah betapa berat cobaan yang engkau berikan ini..! ucapku dalam hati.
Dua hari setelah hari raya Idul fitri aku dibawa ke Mataram untuk diperiksa
lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya aku alami saat ini.
Perjalanan yang dihiasi penuh oleh rasa penasaranku tentang penyakit yang aku
alami saat ini
Sesampainya di Mataram aku langsung dibawa ke RSRSM (Rumah Sakit Risa
Sentra Medika) yang ada di jl. Pejanggik cakranegara, Mataram. Aku pun diperiksa
dan diputuskan untuk di rawat inap.
Astagafirullah halazim! Aku takut..!! itulah yang ku ucapkan dalam hati kecil
ini.
Dag..dig..dug, begitulah suara jantungku berdegup kencang saat benda
tajam itu (suntikan) akan menusuk tanganku.
Tidak terasa sudah satu hari aku di rawat di rumah sakit ini, dan keesokan
paginya dokter datang menemuiku untuk melihat keadaanku.
Keadaanmu sudah mulai membaik nak. Ucap dokter Farid, spesialis penyakit
dalam.
Dari hasil pemeriksaan dokter, aku dinyatakan menderita penyakit reumatik.
Aku pun diberi obat untuk penyakitku ini.
Hanya kejenuhan yang aku rasakan, ingin segera keluar dari rumah sakit ini
Setelah beberapa minggu aku dirawat, akhirnya aku di perbolehkan pulang.
Namun, tidak sampai satu minggu aku mampu bertahan di rumah.
Cabut saja nyawaku, akhiri saja hidupku,, obat yang di berikan, tidak ada
artinya bagiku, tidak ada perubahan sedikit pun di dalam diriku, ucapku dalam hati.
Astagafirullah apa yang telah aku piirkan,,,
Aku sakit lagi dan kembali lagi ke rumah sakit. Dokter menjadi bingung dengan
penyakit yang ku derita ini.
Ini sangat misterius..! Penyakit ini sangat sulit untuk di deteksi ! ucap dokter
kepada ayahku.
Jadi, apa yang harus kami lakukan, dok? tanya ayah.
Dokter pun mengambil keputusan untuk memeriksa sampel darahku ke
Surabaya.
Setelah empat hari aku di rumah sakit, akhirnya hari yang ku tunggu-tunggu
tiba, aku diperbolehkan pulang.
Beberapa minggu aku di Mataram rasa rinduku dengan teman-teman dan tanah
kelahiranku mulai tak dapat terbendung oleh hatiku. Saatnya aku pulang ke Taliwang,
kota dimana aku dilahirkan.
Hari demi hari ku lalui dengan canda tawa, keadaanku pun sudah membaik, aku
sangat senang dan bahagia.
Terima kasih ya Allah SWT karena engkau telah mengabulkan doa hamba ini
dan terima kasih buat orang tuaku yang telah memompa semangatku, memberiku
perhatian yang penuh serta kasih sayang yang begitu besar untukku. Ucapku.

***

Tiga minggu kemudian, orang tuaku mendapat kiriman surat dari pos.
Permisi bu,, apa benar ini rumahnya Nur Indah Kurniasari..? Tanya tukang pos.
Ya benar pak.. ! jawab mama.
Ini ada kiriman dari Rumah Sakit Risa Sentra Medika, Mataram..! ucap
tukang pos sambil memberikan sebuah surat kepada mama.
Terima kasih pak..! ucap mama.
Mama pun segera memberikan surat itu kepada ayahku. Dengan penuh rasa
penasaran orang tuaku segera membuka surat itu, dan setelah itu, raut wajah mama
dan ayah berubah seketika. Pandangannya kosong, dan tak sadar air mata mama keluar
lagi.
Orang tuaku tidak memberi tahuku tentang penyakit yang aku derita ini,
mereka menyembunyikannya dariku.
Ada apa ini..?? ucapku dalam hati.
Keesokan harinya aku tidak sengaja mendengar perbincangan ayah dan mama,
mereka menyebutkan kata LUPUS, awalnya itu biasa saja bagiku.
Namun, yang membuat aku bertanya-tanya, mereka selalu membicarakan kata
LUPUS itu dengan raut wajah sedih. Aku jadi penasaran dan aku pun beranikan diri
untuk menanyakannya kepada mamaku.
LUPUS itu apa sih,,,?? tanyaku kepada mama.
Dengan sekejap raut wajah mama berubah dan menjawab pertanyaanku dengan
terbata-bata.
LUPUS itu adalah nama film dahulu yang berkisahkan tentang anak muda yang
sering mengunyah permen karet jawab mama.
Aku bukan anak kecil lagi, aku merasa ada sesuatu yang mama sembunyikan
dariku. Aku jadi penasaran dan mencari tahu sendiri tentang si kata misterius itu.
LUPUS..LUPUS..dan LUPUS, kata yang selalu menghantui fikiranku.
Keesokan harinya aku mencurigai kalau LUPUS itu adalah nama penyakit yang
sedang aku derita saat ini. Aku mencoba memancing mama untuk mau
memberitahukan yang sebenarnya, kalau LUPUS itu adalah nama penyakit yang
sedang ku derita saat ini.
Dengan tidak sengaja mamaku juga mengatakan hal yang sama dengan apa yang
sedang ku pikirkan. Dari itulah aku mendapatkan jawaban yang sebenarnya, ternyata
apa yang ku curigai itu benar.
Bingung, bingung dan aku masih tetap tidak mengerti.
Aku pun segera masuk ke dalam kamarku dan mulai berfikir, sementara
pertanyaan-pertanyaan yang menjadi temanku berfikir saat itu mulai mendesakku
untuk mencari tahu tentang LUPUS itu.
LUPUS itu penyakit apa ya..?? Kenapa aku bisa terkena penyakit misterius
ini..?? Dari mana dia berasal..?? Dan yang paling penting, mengapa orang tuaku
menyembunyikannya dariku..?? Tanyaku.
Aku pun membaca surat hasil uji labolatorium. Saat hasil diagnosis tercatat
kalimat TERSERANG PENYAKIT SLE (Systemic Lupus Erythematosus), aku hanya
terdiam dan bingung, karena aku tidak mengerti dengan penyakit ini.
Ini penyakit apa yah..? tanyaku kepada orang tuaku.
Tenang nak, penyakit ini tidak akan lama kok, setelah kamu minum obat pasti
juga akan sembuh ! ucap mama menenangkanku.
Om Rudin dan Bi Emi, yaitu saudara dari mama, menyarankan untuk membawaku
berobat ke Jakarta. Orang tuaku pun setuju.
Seminggu kemudian aku dibawa berobat ke Jakarta bersama keluarga.
Setibanya di Jakarta aku dibawa ke (RSPI) Rumah Sakit Pondok Indah yang ada
di Jl. Metro Duta, Jakarta Selatan, disana aku di tangani oleh dokter Bambang
Setyohadi Sp.PD,Kr, beliau sangat ramah.
Pertemuan awalku dengan Dr. Bambang. Aku di periksa oleh beliau secara
keseluruhan.
Agar lebih yakin dan tidak salah dalam mengambil keputusan, saya akan
mengambil sampel darah Indah untuk di uji di labolatorium ! ucap dokter.
Setelah sampel darahku di ambil, kami pun menunggu hasilnya. Aku pun duduk
di kursi ruang tunggu dengan penuh rasa gelisah, sambil menggerak-gerakkan kaki kiri
dan kanansecara bergantian, penasaran dengan hasilnya membuat aku tak dapat duduk
tenang. Sesekali aku mondar mandir karena tak sabar menunggu.
Setelah beberapa jam menunggu, hasilnya pun keluar, dokter mengatakan
bahwa aku terkena penyakit LUPUS.
Itu penyakit apa, dok..? Kami baru mendengarnya..! Tanya ayahku.
Dalam istilah kedokteran, penyakit ini dikenal dengan sebutan Systemic Lupus
Erithematosus (SLE). Penyakit Lupus menyerang pada sistem kekebalan tubuh
manusia secara berlebihan. LUPUS merupakan penyakit yang kronik (menahun). Pada
manusia yang normal, system kekebalan tubuh biasanya akan membuat antibody yang
fungsinya melindungi tubuh dari berbagai macam serangan virus, kuman, bakteri,
maupun benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan, pada penyakit LUPUS,
produksi antibody yang seharusnya normal berubah menjadi berlebihan. Akibatnya,
antibody ini tidak lagi berfungsi untuk menyerang virus, kuman, bakteri, dan benda
asing lainnya, namun justru menyerang system kekebalan dan jaringan tubuhnya
sendiri. Tidak mudah untuk mengenali LUPUS, karena kehadirannya tidak disertai
tanda-tanda yang khas seperti penyakit yang lain. Pada awal mulanya penyakit ini
datang tidak mudah diketahui, bahkan oleh dokter sekali pun. LUPUS sering
dikatakan sebagai penyakit seribu wajah, karena gejalanya yang sangat beragam,
kadang menyerupai demam tinggi dan kadang juga seperti cikungunya, reumatik
maupun tifus. Sejak dulu sampai sekarang LUPUS masih dianggap penyakit misterius.
Meskipun penyakit ini sudah terdeteksi selama 150 tahun lebih, namun belum
diketahui secara pasti penyebab dan cara pembunuhannya secara tuntas. Selama ini,
upaya yang dilakukan tim medis, hanya sebatas menekan dan mengurangi gejala
LUPUS agar tidak kambuh, dan juga hingga sekarang ini belum ada ditemui dokter
yang ahli atau spesialisasi dalam bidang penyakit LUPUS ini. Bahkan, rumah sakit yang
khusus menangani penyakit seribu wajah ini belum tersedia. Penyakit Lupus
merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Penyakit ini setara dengan penyakit
Kanker, banyak yang meningal dunia karena mengidap penyakit ini. Biasanya jika gejala
yang muncul adalah suhu tubuh yang meningkat, pasien akan segera mendatangi dokter
umum. Ketika suhu tubuh tidak juga turun, si pasien akan segera menghubungi dokter
penyakit dalam, tanpa dilakukan pemeriksaan medis yang akurat dan dokter akan
memberikan obat antibiotic. Padahal, penyakit yang diderita si pasien belum tentu
juga disebabkan karena infeksi. Si pasien LUPUS pun bisa menderita radang ginjal,
radang jantung, atau radang otak. Si pasien penyakit seribu wajah ini, seringkali tidak
mampu mengingat kejadian-kejadian yang pernah dijalani sebelumnya. Kini, sekitar
80% hingga 90% pasien LUPUS mampu menikmati hidup lebih dari sepuluh tahun
setelah di diagnosis terkena penyakit LUPUS. Bahkan, berkat keajaiban dari ALLAH
SWT, pasien LUPUS ada yang kembali menjalani hidupnya secara normal. Jadi, saya
yakin Indah pasti bisa melawan penyakit ini, jelas dokter.
Astagafirullah halazim ! Jadi apa yang harus kita lakukan dok..? ucap om Rudin
terkejut.
Ya Allah, nak ! ucap mama menangis dan memelukku.
Tenang ma..! ayah menenangkan mama.
Kami akan memberikan obat pencegah rasa sakit agar LUPUS tidak kambuh
dan merajarela di dalam tubuh ! jawab dokter.
Ruangan yang tadinya indah dan nyaman, kini berubah menjadi menyeramkan.
Semuanya terkejut dan suasana pun brubah menjadi tidak karuan, mama menangis,
ayah dan yang lainnya terkejut, sementara aku terdiam membisu, tak ada satu kata
pun yang keluar dari bibir ini.
Ya allah ternyata itu semua benar, apa yang harus ku lakukan..?? ucapku
dalam hati.
Disaat itu juga semuanya terasa gelap, apa yang harus aku lakukan..??, langit
seakan runtuh, bingung, cemas, takut, marah, kesal, frustasi dan luapan emosi yang
tak mampu ku bendung. Bahkan, hingga stressku muncul. Rasa takut akan kematian
segera datang menghantuiku.
Perjalanan hidup yang ku lalui selama ini apakah hanya akan di akhiri dengan
deraian derita..? rintihanku..
Rasanya ingin aku lepas dari dia si perusak itu, si penghancur hidupku, si
penghapus jalan kebahagiaanku, ingin rasanya aku pergi jauh meninggalkannya.
Namun, apalah dayaku, itu semua tak mungkin dapat ku lakukan, walaupun bisa,
dokter berkata bahwa kemungkinan untuk pergi jauh dari dia itu sangat kecil. Aku
hanya bisa meminta, memohon, berdoa dan berharap kepada Allah SWT akan datang
keajaiban-Nya untukku.
Masa depan yang terentang di depanku pun seakan hilang entah kemana, seakan
terbang begitu saja tertiup oleh angin deritaku, lenyap begitu saja tersihir oleh
tongkat kesedihanku dan bahkan terhapus begitu saja tersirami oleh air mataku.
Ambil saja nyawaku..!! Akhiri saja hidupku..!! Aku kehilangan arah. Bantu aku
ya Allah SWT. Dimana tempat berseminya petunjuk dari engkau untuk hambanya-Nya
yang tak berdaya ini..?? ucapku.
Istigfar nak,,! ucap ayah.
Ini cobaan dari Allah, kita harus bisa melewatinya, tidak ada penyakit yang
tidak ada obatnya,, ndah ! ucap Bi Emi.
Dokter berusaha untuk menenangkanku.
Ketika kamu harus berjalan berdampingan dengannya maka kamu pun harus
tahu, siapa, apa dan bagaimana LUPUS itu, kamu harus membuatnya tertidur, karena,
jika dia terbangun maka dia akan mengamuk dan memberontak, dan kamu juga yang
akan dirugikan, dengan mudah LUPUS akan menyerang organ tubuh, seenaknya dan
semaunya saja memberontak di dalam tubuh, amukannya yang demikian dahsyat
membuat banyak penderita penyakit ini tidak mampu melewatinya, kamu harus bisa
ucap dokter kepadaku.
Siapa pun tentu tak ingin menjalani hidupnya di dunia ini dengan kesakitan,
apalagi harus berdamai dan bersahabat dengan LUPUS hingga maut menjemput.
Begitu juga dengan aku jawabku.
Sabar nak, ini cobaan dari Yang Maha Kuasa ! kita harus buktikan bahwa kita
mampu melewatinya.! Ucap ayah menenangkanku.
Hari demi hari, detik demi detik dan siang berganti malam hingga berganti lagi
menjadi siang, aku berharap ini hanya mimpi burukku dan aku ingin bangun dari tidurku
ini. Namun, itu semua nyata, tak ada perubahan setitik pun.
Ya Allah..!! Berilah aku petunjukmu, berilah kesembuhan kepada hambamu ini,
angkatlah dia dari tubuh ini, buanglah jauh-jauh dariku, jauhkanlah dia dariku.
Apakah tidak ada hal lain yang dapat ku lakukan ..?? Apakah hidup ini hanya sampai
disini..?? Apakah lebih baik mati dari pada harus hidup berdampingan dengannya...??
Tapi, aku sadar engkau ada,, walau dia bersemayam dalam tubuh ini, aku tidak akan
berputus asa, aku harus berjuang, aku tak akan menyerah, aku tak akan berhenti
sampai disini, aku akan tetap bertahan demi cita-citaku, demi orang tuaku, demi adik-
adikku, demi sahabat-sahabatku dan demi semua orang yang ada di sekelilingku,
karena aku tahu jalanku masih panjang dan di ujung jalan ini, aku yakin akan ada cahaya
yang terang benderang yang akan membawaku menuju pintu kebahagiaan, karena aku
tahu, Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya jika hambanya tidak mampu
melewatinya. Karena aku tahu tidak ada manusia yang dapat menentukan takdirnya.
Tidak ada juga manusia yang dapat bertanya akan apa yang terjadi dalam hitungan
detik kedepan dalam hidupnya ucapku.

***

Pantangan-pantangan yang harus kamu patuhi adalah, tidak boleh steres dan
frustasi, tidak boleh banyak pikiran, tidak boleh menanggung beban kerja secara
berlebihan, tidak boleh memakai obat tertentu dan disarankan untuk konsultasikan
terlebih dahulu jika memakai obat baru, tidak boleh olahraga yang berlebihan, dan
hal yang sangat penting adalah tidak boleh terpapar sinar matahari secara langsung
ucap dokter.
Aku diberi obat untuk penyakitku, dan dokter berkata bahwa aku harus
minum semua obat itu dalam jangka waktu yang cukup panjang, bisa dibilang seumur
hidup, tapi aku tidak percaya karena aku tahu segala penyakit pasti ada obatnya.
Berbagai jenis obat telah ku rasakan, pahit manis obat telah menyatu dalam
tubuh ini. Sedangkan efek samping dari obat itu sendiri, yaitu rambut rontok,
penglihatan akan terganggu dan akan terasa rabun, dan yang membuatku sedih adalah
bentuk wajah akan berbentuk seperti bentuk bulan dan pipi akan terlihat gendut, itu
semua sangat berat buatku.
Apakah sisa umurku harus dihiasi dengan derita ini..? ucapku.
Wajahmu bisa kembali normal, begitu pun pada kulitmu. Biasanya, pasien
LUPUS yang masuk pada tahap remisi terapi pengobatan, tubuhnya bisa kembali
membaik. Namun, tidak seluruhnya akan kembali normal. Adakalanya setelah
memasuki masa remisi, tetap ada bagian-bagian tubuh yang meninggalkan bekas
bercak di wajah ucap dokter kepadaku.

***

Tidak terasa, sudah dua minggu aku menjalani pengobatan di Jakarta, saatnya
kami pulang ke Taliwang, aku kangen sama temen-temen, kangen sama keluarga dan
kangen sama semuanya.
Kami pun pulang ke Taliwang. Dan alhamdulillah kondisiku semakin membaik.
Ketika tiba di Taliwang, aku pun istirahat selama seminggu dan kembali masuk
sekolah seperti biasanya.

***

Dua bulan telah berlalu


Pagi yang beritu cerah. Kokok ayam jantan mengeluarkan suara jantannya, kicau
burung-burung itu menyanyikan nada yang merdu.
Aku terbangun dan kusambut pagiku dengan canda tawa bersama keluargaku.
Dalam suasana yang hangat itu, tiba-tiba, tubuhku terasa lemas, bergerak sedikit
saja jantungku berdebar begitu kencang, untuk melangkah dengan jarak lima meter
saja aku tidak sanggup dan aku terlihat begitu pucat.
Aaaaaaaaaaa,,,,, teriakanku merintih kesakitan.
Sementara kedua orang tuaku terkejut melihat kondisiku.
Astagaaaa Indah,,,kamu kenapa, nak??? Tanya mama kepadaku.
Aku pun dilarikan ke Mataram hari itu juga. Saat itu juga dunia terasa begitu
gelap.
Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi, sementara mamaku terus,, terus
dan terus menangis.
Tak ada satu kata pun yang aku keluarkan.
Ya Allah,, kuatkanlah anakku, bantulah dia dalam melawan deritanya!! ucap
mamaku memohon kepada Allah SWT.
Allah pasti membantu Indah ma,, Allah tidak akan diam jika melihat
hambaNya merintih kesakitan, kamu yang kuat ya ma ucap ayah menenangkan
mamaku.
Dalam perjalanan, ku pandangi wajah mama dan ayah yang tenggelam oleh air
mata yang terus mengalir membasahi pipi mereka. Entah mengapa, aku sangat
membenci air mata itu, aku tidak ingin mereka bersedih, aku akan buktikan kepada
semuanya kalau aku kuat yang walau sebenarnya aku lemas.
Sementara aku masih tetap lemas, tak mampu berbuat apa-apa.
Indah sayang,,,, kamu yang kuat yah nak ucap mama dalam memelukku.
Kamu harus kuat ndah ucap ayahku.
Kendaraan ini terus memusatkan pikirannya dengan tujuannya, demi sebuah
nyawa yang tak berdaya, sementara kondisiku semakin memburuk.
Aku rasa malaikat israilku datang mendekatiku dan aku semakin terasa dekat
dengannya.
Aku lelah,, aku ingin tidur,, tolong jangan halangi aku. Ya Allah,,, inikah akhir
dari hidupku?? Jika benar,, maka tuntunlah hambaMu ini melewati jalan terindah
menuju surgaMu. Namun, jika salah,, maka bantulah dan kuatkanlah hamba dalam
melewati detik-detik kepahitan ini ucapku dalam hati kecilku.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, aku pun tiba di Mataram dan aku
langsung di larikan ke rumah sakit, dokter pun langsung memeriksaku.
Sebaiknya anak Bapak dan Ibu segera dirawat, dia sangat kekurangan
banyak darah, dan harus segera mendapatkan pertolongan karena kondisinya
sangat lemah!! ucap dokter.
Lakukan yang terbaik dok..!! ucap ayahku.
Namun sayang pak, di rumah sakit ini, semua kamar pasien telah terisi penuh
oleh pasien, bagaimana kalau untuk sementara ini anak Bapak dan Ibu kami tempatkan
di ruang bersalin saja, anak ini harus segera ditolong!! ucap dokter.
Tidak masalah dokter.. ucap mamaku.
Dalam kondisi yang lemas tidak berdaya, hadir sebuah senyum kecil dari sudut
bibirku.
Memangnya aku ini ibu-ibu yang mau melahirkan gurauku kepada mama.
Untuk melakukan transfusi darah, harus dilakukan uji sampel terlebih dahulu
dan telah terbukti bahwa aku memiliki golongan darah O.
Mohon maaf Bapak, Ibu, rumah sakit ini sedang kehabisan stok darah yang
bergolongan O, kami pun telah berusaha mencari ke rumah sakit lain dan ke PMI.
Namun hasilnya pun sama, disana juga sedang kehabisan stok darah yang sama dengan
golongan darah Indah,,,!! ucap dokter.
Golongan darah saya O, dok ucap mama dan ayahku.
Dan dokter pun mengambil darah ayahku. Dengan kondisiku yang telah kaku dan
membiru, membuat semua orang semakin panik. Lagi-lagi pipi mama yang lembut itu
mulai basah dengan air matanya.
Setelah usai darah ayahku diambil, dengan segera, dokter memasukkan darah
tersebut ke dalam tubuhku.
Oksigen pun dipasangkan. Rasa sakit yang luar biasa ku rasakan.
Ya Allah SWT, dengan cara bagaimana lagi aku harus menahan rasa sakit
ini..?? HambaMu ini lelah, hidup dalam situasi tanpa harapan, hidupku rasanya tinggal
menghitung jari...!! Anugrahkanlah aku cintaMu, turunkanlah pertolongan kepada
hambaMu ini yang sedang merintih kesakitan melawan kejamnya hidup!! Beginikan
takdir hidupku, ya Allah?? Selalu tersiksa karena penyakit ini, utuskanlah cahaya
penerangMu untuk menerangi hidupku yang masih terasa gelap karena derita ini, ini
terlalu pedih ku rasakan, aku serahkan hidup dan matiku hanya kepadaMu ya Allah,
yang semata-mata ingin mengabdi hanya kepadaMu, pandanglah hambaMu disini ya
Allah, berbaring lemah, mengharap pertolongan dan keajaiban dariMu ucapku
merintih dalam hati.
Sementara air mata mamaku terus mengalir mengalir dan mengalir membasahi
pipi lembutnya.
Kamu yang kuat, jangan mau kalah sama penyakit ucap ayah menyemangatiku.
Transfusi darah dilakukan dan setelah satu kantong darah telah masuk dalam
tubuhku, aku menjadi bertenaga kembali.
Keadanku mulai membaik namun, setelah beberapa jam, keadaanku turun
drastis dan aku begitu lemas. Sementara yang sempat terdengar olehku, hanyalah
suara mama yang berteriak memanggil dokter.
IndahIndahDokterDokter teriak mamaku.
Sebaiknya ibu tenang, kami akan berusaha melakukan yang terbaik ucap
dokter.
Tenang ma,, Indah pasti baik-baik saja..!! ucap ayah menenangkan mamaku.
Empat kantung darah telah masuk ke dalam tubuhku. Keadaanku pun mulai
membaik. Sedikit demi sedikit, hidupku semakin lama semakin terasa terang.
Semakin dekat cahaya itu, malaikat izrailku semakin terasa jauh denganku.
Apakah aku telah berhasil melawan malaikat mautku?? Apakah aku menang melawan
malaikat izrailku..?? aku tidak percaya bahwa aku mampu mengalahkannya.
Semakin lama keadaanku semakin membaik. Syukur Alhamdulillah ku panjatkan
kepada Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi, Sang penggenggam setiap nyawa
mahlukNya, yang menentukan takdir setiap umatNya.
Terima kasih ya Allah, tiada kata yang mampu ku ucap, selain berterima kasih,
memanjatkan puji syukur kepadaMu atas pertolonganMu, terima kasih karena engkau
telah mendengar dan mengabulkan doa hamba ucapku.
Langit pun kembali bersinar cerah, suara kokok ayam jantan mulai terdengar
lagi, dan suara kicau burung-burung itu melanjutkan nada merdunya yang sempat
kehilangan bait-bait liriknya kerena tertutup oleh kabut hitam pekat.
Kini hidupku terasa sangat.. sangat dan saaangaaaat terang, kabut hitam itu
telah pergi.
Alhamdulillah aku pun sembuh dan kembali pulih.
Setelah beberapa minggu aku dirawat di rumah sakit, akhirnya aku
diperbolehkan pulang oleh dokter. Betapa senangnya hatiku. Aku menghirup udara luar
yang begitu segar.
Akhirnya aku dapat merasakan kembali segarnya udaraMu ya Allah, terima
kasih karena engkau masih memberiku kesempatan untuk tetap merasakan indahnya
bumiMu ucapku.
Syukur Alhamdulillah kamu kembali sehat seperti sediakala, mama sangat
senang nak..!! ucap mama memelukku.
Terima kasih dokter..! ucap mama dan ayahku.
Sama-sama, tanpa bantuan dari Allah, ini semua tidak akan terjadi ucap
dokter.
Akhirnya aku sembuh dan kembali beraktifitas seperti sebelumnya, canda tawa
pun mulai terbentuk lagi di bibirku.
Kebahagiaan yang sempat layu karena tertutup oleh kabut hitam pekat, kini
telah tumbuh kembali di tengah-tengah keluargaku. Namun tidak dengan LUPUS itu,
dia tetap bersemayam dalam tubuh ini.

***

Setelah berbulan bulan aku minum obat yang telah diberikan oleh dokter
Bambang, perubahan pada mukaku telah mulai nampak, muka ku yang dahulu, dengan
muka ku yang sekarang ini begitu jauh berbeda. Mukaku berubah drastis.
Setelah dua minggu di Mataram, kami pun pulang ke Taliwang.
Keesokan paginya aku masuk sekolah.
Rasa rindu dengan sahabat-sahabatku telah terobati. Namun, efek dari
pengobatan yang harus aku jalani selama ini, telah mengubah hampir separuh
perjalanan hidupku.
Yang pertama, berubahnya penampilan ku, seperti munculnya tanda kemerahan
pada ke dua pipi ku, pada kening, dan hidung.
Obat-obat yang ku gunakan menyebabkan wajahku terlihat bulat seperti bulan,
berat badanku bertambah, kakiku membengkak dan rambutku rontok, aku sedih
karena setibanya aku di sekolah, sebagian temanku mengejekku, karena keadaanku
yang gendut, mereka mencemooh, membicarakan, menertawakan dan menjauhiku, aku
pun sedih dan menangis.
Mengapa mereka tega berbuat begitu kepadaku..?? Mengapa mereka tega
menjauhiku..?? Penyakit ini kan tidak menular..!! ucapku sambil menangis.
Begitulah kelakuan mereka kepadaku seterusnya. Namun, kata-kata dari
mereka juga membuat aku sadar tentang artinya kesabaran.
Dengan keterbatasaan yang sekarang aku miliki membuat aku berbeda dari
mereka,,, ucapku menangis.
Ya.. kamu memang berbeda Indah, kamu jauh lebih kuat dari pada mereka,
kamu memiliki apa yang tidak mereka miliki, kamu masih memiliki hati tapi mereka
sudah tidak memiliki hati,, semangat indah, kami selalu ada untukmu,, sahabat-
sahabatku mencoba menenangkanku dan mencoba menghiburku.
Aku berusaha kuat dan tetap tegar. Aku tidak menghiraukan perkataan dan
ejekan mereka.
Aku tidak ingin orang melihatku dengan penuh rasa aneh, aku tidak ingin
teman-teman mengejekku karena mukaku yang aneh ini.
Aku tidak boleh malu, takut, minder dan frustasi dan aku harus focus belajar
demi cita-citaku ucapku.
Yang kedua, berubahnya kemampuan fisik.
Setelah mengetahui bahwa LUPUS telah besemayam dalam tubuh ini, aku
merasa terisolasi dan frustasi, tak tahu mengapa aku menjadi sensitive dan emosional.
Aku tidak bisa aktif lagi dalam kegiatan luar lapangan karena aku harus
menghindari sengatan sinar matahari.
Dulu aku sangat senang bermain ke pantai bersama keluarga, namun sekarang
tidak bisa lagi. Aku tidak bisa lagi olahraga di luar lapangan. Aktivitas yang ku lakukan
sekarang mulai terbatas.
Namun, aku bersyukur karena masih diberi kesempatan merasakan segarnya
udaraMu ya Allah.. ucapku dalam hati.
Dan Alhamdulillah semakin lama aku semakin membaik. Dan aku berharap lupus
itu tidak lagi menggangguku.
AMIN YA ROBBAL ALAMIN.

***

Anda mungkin juga menyukai