Pagi yang begitu cerah, matahari bersinar terang dari ufuk timur, seolah ikut
menyambut hari pertamaku di sekolah baru. Namaku Nur Indah Kurniasari, akrab
disapa Indah. Tidak terasa saat ini usiaku sudah 13 tahun, dan aku sekarang duduk di
kelas VII, SMP (Sekolah Menengah Pertama). Aku sekolah di SMPN 1 Taliwang,
kabupaten Sumbawa barat, provinsi Nusa Tenggara Barat.
Awal yang cerah, namun, mengundang kabut hitam pekat. Dari sinilah kisah
perihku dimulai.
***
Pada suatu hari, sekolahku mengadakan kegiatan kemah bakti gerakan pramuka
yang dilaksanakan dari tanggal 11 sampai dengan tanggal 15 Agustus tahun 2009
tempatnya di Kemutar Telu Center (KTC) Kantor Bupati Sumbawa Barat, Kecamatan
Taliwang, kabupaten Sumbawa Barat.
Karena tertarik, aku pun ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Ketika tiba di lokasi perkemahan, dengan penuh semangat, kami pun segera
mendirikan tenda.
Tidak lama kemudian tiba-tiba, tubuhku terasa lemas dan sakit, wajahku
terlihat pucat, seluruh persendianku membengkak, dan terasa sangat nyeri, serta
timbul bercak-bercak merah pada kulitku.
Kamu kenapa Indah..? tanya temanku.
Aku tidak tahu, tiba-tiba aku merasa lemas..! jawabku
Disaat orang tua dan adikku datang menemuiku.
Astagafirullah kamu kenapa nak..? Apa yang terjadi denganmu..? Kenapa
badanmu membengkak? Tanya mama.
Sakit ma..! jawabku merintih kesakitan.
Orang tuaku pun langsung membawaku ke dokter umum untuk di periksa. Disaat
aku memeriksa ke dokter, celakanya dokter malah memvonisku terkena penyakit
cikungunya, aku pun diberi obat untuk itu.
Keesokan harinya tubuhku mendadak panas. Aku mengira hanya panas biasa dan
aku diberi obat penurun panas, tiga sampai lima lapis selimut pun tidak mampu
membuat badanku hangat.
Dingin ma..! kataku menggigil kedinginan.
Mamaku menjadi panik.
Tenang nak, ya Allah apa yang sedang terjadi pada anakku ! ucap mama
sambil menangis.
Setelah beberapa jam panasku pun turun. Alhamdulillah!!!
***
***
***
Tiga minggu kemudian, orang tuaku mendapat kiriman surat dari pos.
Permisi bu,, apa benar ini rumahnya Nur Indah Kurniasari..? Tanya tukang pos.
Ya benar pak.. ! jawab mama.
Ini ada kiriman dari Rumah Sakit Risa Sentra Medika, Mataram..! ucap
tukang pos sambil memberikan sebuah surat kepada mama.
Terima kasih pak..! ucap mama.
Mama pun segera memberikan surat itu kepada ayahku. Dengan penuh rasa
penasaran orang tuaku segera membuka surat itu, dan setelah itu, raut wajah mama
dan ayah berubah seketika. Pandangannya kosong, dan tak sadar air mata mama keluar
lagi.
Orang tuaku tidak memberi tahuku tentang penyakit yang aku derita ini,
mereka menyembunyikannya dariku.
Ada apa ini..?? ucapku dalam hati.
Keesokan harinya aku tidak sengaja mendengar perbincangan ayah dan mama,
mereka menyebutkan kata LUPUS, awalnya itu biasa saja bagiku.
Namun, yang membuat aku bertanya-tanya, mereka selalu membicarakan kata
LUPUS itu dengan raut wajah sedih. Aku jadi penasaran dan aku pun beranikan diri
untuk menanyakannya kepada mamaku.
LUPUS itu apa sih,,,?? tanyaku kepada mama.
Dengan sekejap raut wajah mama berubah dan menjawab pertanyaanku dengan
terbata-bata.
LUPUS itu adalah nama film dahulu yang berkisahkan tentang anak muda yang
sering mengunyah permen karet jawab mama.
Aku bukan anak kecil lagi, aku merasa ada sesuatu yang mama sembunyikan
dariku. Aku jadi penasaran dan mencari tahu sendiri tentang si kata misterius itu.
LUPUS..LUPUS..dan LUPUS, kata yang selalu menghantui fikiranku.
Keesokan harinya aku mencurigai kalau LUPUS itu adalah nama penyakit yang
sedang aku derita saat ini. Aku mencoba memancing mama untuk mau
memberitahukan yang sebenarnya, kalau LUPUS itu adalah nama penyakit yang
sedang ku derita saat ini.
Dengan tidak sengaja mamaku juga mengatakan hal yang sama dengan apa yang
sedang ku pikirkan. Dari itulah aku mendapatkan jawaban yang sebenarnya, ternyata
apa yang ku curigai itu benar.
Bingung, bingung dan aku masih tetap tidak mengerti.
Aku pun segera masuk ke dalam kamarku dan mulai berfikir, sementara
pertanyaan-pertanyaan yang menjadi temanku berfikir saat itu mulai mendesakku
untuk mencari tahu tentang LUPUS itu.
LUPUS itu penyakit apa ya..?? Kenapa aku bisa terkena penyakit misterius
ini..?? Dari mana dia berasal..?? Dan yang paling penting, mengapa orang tuaku
menyembunyikannya dariku..?? Tanyaku.
Aku pun membaca surat hasil uji labolatorium. Saat hasil diagnosis tercatat
kalimat TERSERANG PENYAKIT SLE (Systemic Lupus Erythematosus), aku hanya
terdiam dan bingung, karena aku tidak mengerti dengan penyakit ini.
Ini penyakit apa yah..? tanyaku kepada orang tuaku.
Tenang nak, penyakit ini tidak akan lama kok, setelah kamu minum obat pasti
juga akan sembuh ! ucap mama menenangkanku.
Om Rudin dan Bi Emi, yaitu saudara dari mama, menyarankan untuk membawaku
berobat ke Jakarta. Orang tuaku pun setuju.
Seminggu kemudian aku dibawa berobat ke Jakarta bersama keluarga.
Setibanya di Jakarta aku dibawa ke (RSPI) Rumah Sakit Pondok Indah yang ada
di Jl. Metro Duta, Jakarta Selatan, disana aku di tangani oleh dokter Bambang
Setyohadi Sp.PD,Kr, beliau sangat ramah.
Pertemuan awalku dengan Dr. Bambang. Aku di periksa oleh beliau secara
keseluruhan.
Agar lebih yakin dan tidak salah dalam mengambil keputusan, saya akan
mengambil sampel darah Indah untuk di uji di labolatorium ! ucap dokter.
Setelah sampel darahku di ambil, kami pun menunggu hasilnya. Aku pun duduk
di kursi ruang tunggu dengan penuh rasa gelisah, sambil menggerak-gerakkan kaki kiri
dan kanansecara bergantian, penasaran dengan hasilnya membuat aku tak dapat duduk
tenang. Sesekali aku mondar mandir karena tak sabar menunggu.
Setelah beberapa jam menunggu, hasilnya pun keluar, dokter mengatakan
bahwa aku terkena penyakit LUPUS.
Itu penyakit apa, dok..? Kami baru mendengarnya..! Tanya ayahku.
Dalam istilah kedokteran, penyakit ini dikenal dengan sebutan Systemic Lupus
Erithematosus (SLE). Penyakit Lupus menyerang pada sistem kekebalan tubuh
manusia secara berlebihan. LUPUS merupakan penyakit yang kronik (menahun). Pada
manusia yang normal, system kekebalan tubuh biasanya akan membuat antibody yang
fungsinya melindungi tubuh dari berbagai macam serangan virus, kuman, bakteri,
maupun benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan, pada penyakit LUPUS,
produksi antibody yang seharusnya normal berubah menjadi berlebihan. Akibatnya,
antibody ini tidak lagi berfungsi untuk menyerang virus, kuman, bakteri, dan benda
asing lainnya, namun justru menyerang system kekebalan dan jaringan tubuhnya
sendiri. Tidak mudah untuk mengenali LUPUS, karena kehadirannya tidak disertai
tanda-tanda yang khas seperti penyakit yang lain. Pada awal mulanya penyakit ini
datang tidak mudah diketahui, bahkan oleh dokter sekali pun. LUPUS sering
dikatakan sebagai penyakit seribu wajah, karena gejalanya yang sangat beragam,
kadang menyerupai demam tinggi dan kadang juga seperti cikungunya, reumatik
maupun tifus. Sejak dulu sampai sekarang LUPUS masih dianggap penyakit misterius.
Meskipun penyakit ini sudah terdeteksi selama 150 tahun lebih, namun belum
diketahui secara pasti penyebab dan cara pembunuhannya secara tuntas. Selama ini,
upaya yang dilakukan tim medis, hanya sebatas menekan dan mengurangi gejala
LUPUS agar tidak kambuh, dan juga hingga sekarang ini belum ada ditemui dokter
yang ahli atau spesialisasi dalam bidang penyakit LUPUS ini. Bahkan, rumah sakit yang
khusus menangani penyakit seribu wajah ini belum tersedia. Penyakit Lupus
merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Penyakit ini setara dengan penyakit
Kanker, banyak yang meningal dunia karena mengidap penyakit ini. Biasanya jika gejala
yang muncul adalah suhu tubuh yang meningkat, pasien akan segera mendatangi dokter
umum. Ketika suhu tubuh tidak juga turun, si pasien akan segera menghubungi dokter
penyakit dalam, tanpa dilakukan pemeriksaan medis yang akurat dan dokter akan
memberikan obat antibiotic. Padahal, penyakit yang diderita si pasien belum tentu
juga disebabkan karena infeksi. Si pasien LUPUS pun bisa menderita radang ginjal,
radang jantung, atau radang otak. Si pasien penyakit seribu wajah ini, seringkali tidak
mampu mengingat kejadian-kejadian yang pernah dijalani sebelumnya. Kini, sekitar
80% hingga 90% pasien LUPUS mampu menikmati hidup lebih dari sepuluh tahun
setelah di diagnosis terkena penyakit LUPUS. Bahkan, berkat keajaiban dari ALLAH
SWT, pasien LUPUS ada yang kembali menjalani hidupnya secara normal. Jadi, saya
yakin Indah pasti bisa melawan penyakit ini, jelas dokter.
Astagafirullah halazim ! Jadi apa yang harus kita lakukan dok..? ucap om Rudin
terkejut.
Ya Allah, nak ! ucap mama menangis dan memelukku.
Tenang ma..! ayah menenangkan mama.
Kami akan memberikan obat pencegah rasa sakit agar LUPUS tidak kambuh
dan merajarela di dalam tubuh ! jawab dokter.
Ruangan yang tadinya indah dan nyaman, kini berubah menjadi menyeramkan.
Semuanya terkejut dan suasana pun brubah menjadi tidak karuan, mama menangis,
ayah dan yang lainnya terkejut, sementara aku terdiam membisu, tak ada satu kata
pun yang keluar dari bibir ini.
Ya allah ternyata itu semua benar, apa yang harus ku lakukan..?? ucapku
dalam hati.
Disaat itu juga semuanya terasa gelap, apa yang harus aku lakukan..??, langit
seakan runtuh, bingung, cemas, takut, marah, kesal, frustasi dan luapan emosi yang
tak mampu ku bendung. Bahkan, hingga stressku muncul. Rasa takut akan kematian
segera datang menghantuiku.
Perjalanan hidup yang ku lalui selama ini apakah hanya akan di akhiri dengan
deraian derita..? rintihanku..
Rasanya ingin aku lepas dari dia si perusak itu, si penghancur hidupku, si
penghapus jalan kebahagiaanku, ingin rasanya aku pergi jauh meninggalkannya.
Namun, apalah dayaku, itu semua tak mungkin dapat ku lakukan, walaupun bisa,
dokter berkata bahwa kemungkinan untuk pergi jauh dari dia itu sangat kecil. Aku
hanya bisa meminta, memohon, berdoa dan berharap kepada Allah SWT akan datang
keajaiban-Nya untukku.
Masa depan yang terentang di depanku pun seakan hilang entah kemana, seakan
terbang begitu saja tertiup oleh angin deritaku, lenyap begitu saja tersihir oleh
tongkat kesedihanku dan bahkan terhapus begitu saja tersirami oleh air mataku.
Ambil saja nyawaku..!! Akhiri saja hidupku..!! Aku kehilangan arah. Bantu aku
ya Allah SWT. Dimana tempat berseminya petunjuk dari engkau untuk hambanya-Nya
yang tak berdaya ini..?? ucapku.
Istigfar nak,,! ucap ayah.
Ini cobaan dari Allah, kita harus bisa melewatinya, tidak ada penyakit yang
tidak ada obatnya,, ndah ! ucap Bi Emi.
Dokter berusaha untuk menenangkanku.
Ketika kamu harus berjalan berdampingan dengannya maka kamu pun harus
tahu, siapa, apa dan bagaimana LUPUS itu, kamu harus membuatnya tertidur, karena,
jika dia terbangun maka dia akan mengamuk dan memberontak, dan kamu juga yang
akan dirugikan, dengan mudah LUPUS akan menyerang organ tubuh, seenaknya dan
semaunya saja memberontak di dalam tubuh, amukannya yang demikian dahsyat
membuat banyak penderita penyakit ini tidak mampu melewatinya, kamu harus bisa
ucap dokter kepadaku.
Siapa pun tentu tak ingin menjalani hidupnya di dunia ini dengan kesakitan,
apalagi harus berdamai dan bersahabat dengan LUPUS hingga maut menjemput.
Begitu juga dengan aku jawabku.
Sabar nak, ini cobaan dari Yang Maha Kuasa ! kita harus buktikan bahwa kita
mampu melewatinya.! Ucap ayah menenangkanku.
Hari demi hari, detik demi detik dan siang berganti malam hingga berganti lagi
menjadi siang, aku berharap ini hanya mimpi burukku dan aku ingin bangun dari tidurku
ini. Namun, itu semua nyata, tak ada perubahan setitik pun.
Ya Allah..!! Berilah aku petunjukmu, berilah kesembuhan kepada hambamu ini,
angkatlah dia dari tubuh ini, buanglah jauh-jauh dariku, jauhkanlah dia dariku.
Apakah tidak ada hal lain yang dapat ku lakukan ..?? Apakah hidup ini hanya sampai
disini..?? Apakah lebih baik mati dari pada harus hidup berdampingan dengannya...??
Tapi, aku sadar engkau ada,, walau dia bersemayam dalam tubuh ini, aku tidak akan
berputus asa, aku harus berjuang, aku tak akan menyerah, aku tak akan berhenti
sampai disini, aku akan tetap bertahan demi cita-citaku, demi orang tuaku, demi adik-
adikku, demi sahabat-sahabatku dan demi semua orang yang ada di sekelilingku,
karena aku tahu jalanku masih panjang dan di ujung jalan ini, aku yakin akan ada cahaya
yang terang benderang yang akan membawaku menuju pintu kebahagiaan, karena aku
tahu, Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya jika hambanya tidak mampu
melewatinya. Karena aku tahu tidak ada manusia yang dapat menentukan takdirnya.
Tidak ada juga manusia yang dapat bertanya akan apa yang terjadi dalam hitungan
detik kedepan dalam hidupnya ucapku.
***
Pantangan-pantangan yang harus kamu patuhi adalah, tidak boleh steres dan
frustasi, tidak boleh banyak pikiran, tidak boleh menanggung beban kerja secara
berlebihan, tidak boleh memakai obat tertentu dan disarankan untuk konsultasikan
terlebih dahulu jika memakai obat baru, tidak boleh olahraga yang berlebihan, dan
hal yang sangat penting adalah tidak boleh terpapar sinar matahari secara langsung
ucap dokter.
Aku diberi obat untuk penyakitku, dan dokter berkata bahwa aku harus
minum semua obat itu dalam jangka waktu yang cukup panjang, bisa dibilang seumur
hidup, tapi aku tidak percaya karena aku tahu segala penyakit pasti ada obatnya.
Berbagai jenis obat telah ku rasakan, pahit manis obat telah menyatu dalam
tubuh ini. Sedangkan efek samping dari obat itu sendiri, yaitu rambut rontok,
penglihatan akan terganggu dan akan terasa rabun, dan yang membuatku sedih adalah
bentuk wajah akan berbentuk seperti bentuk bulan dan pipi akan terlihat gendut, itu
semua sangat berat buatku.
Apakah sisa umurku harus dihiasi dengan derita ini..? ucapku.
Wajahmu bisa kembali normal, begitu pun pada kulitmu. Biasanya, pasien
LUPUS yang masuk pada tahap remisi terapi pengobatan, tubuhnya bisa kembali
membaik. Namun, tidak seluruhnya akan kembali normal. Adakalanya setelah
memasuki masa remisi, tetap ada bagian-bagian tubuh yang meninggalkan bekas
bercak di wajah ucap dokter kepadaku.
***
Tidak terasa, sudah dua minggu aku menjalani pengobatan di Jakarta, saatnya
kami pulang ke Taliwang, aku kangen sama temen-temen, kangen sama keluarga dan
kangen sama semuanya.
Kami pun pulang ke Taliwang. Dan alhamdulillah kondisiku semakin membaik.
Ketika tiba di Taliwang, aku pun istirahat selama seminggu dan kembali masuk
sekolah seperti biasanya.
***
***
Setelah berbulan bulan aku minum obat yang telah diberikan oleh dokter
Bambang, perubahan pada mukaku telah mulai nampak, muka ku yang dahulu, dengan
muka ku yang sekarang ini begitu jauh berbeda. Mukaku berubah drastis.
Setelah dua minggu di Mataram, kami pun pulang ke Taliwang.
Keesokan paginya aku masuk sekolah.
Rasa rindu dengan sahabat-sahabatku telah terobati. Namun, efek dari
pengobatan yang harus aku jalani selama ini, telah mengubah hampir separuh
perjalanan hidupku.
Yang pertama, berubahnya penampilan ku, seperti munculnya tanda kemerahan
pada ke dua pipi ku, pada kening, dan hidung.
Obat-obat yang ku gunakan menyebabkan wajahku terlihat bulat seperti bulan,
berat badanku bertambah, kakiku membengkak dan rambutku rontok, aku sedih
karena setibanya aku di sekolah, sebagian temanku mengejekku, karena keadaanku
yang gendut, mereka mencemooh, membicarakan, menertawakan dan menjauhiku, aku
pun sedih dan menangis.
Mengapa mereka tega berbuat begitu kepadaku..?? Mengapa mereka tega
menjauhiku..?? Penyakit ini kan tidak menular..!! ucapku sambil menangis.
Begitulah kelakuan mereka kepadaku seterusnya. Namun, kata-kata dari
mereka juga membuat aku sadar tentang artinya kesabaran.
Dengan keterbatasaan yang sekarang aku miliki membuat aku berbeda dari
mereka,,, ucapku menangis.
Ya.. kamu memang berbeda Indah, kamu jauh lebih kuat dari pada mereka,
kamu memiliki apa yang tidak mereka miliki, kamu masih memiliki hati tapi mereka
sudah tidak memiliki hati,, semangat indah, kami selalu ada untukmu,, sahabat-
sahabatku mencoba menenangkanku dan mencoba menghiburku.
Aku berusaha kuat dan tetap tegar. Aku tidak menghiraukan perkataan dan
ejekan mereka.
Aku tidak ingin orang melihatku dengan penuh rasa aneh, aku tidak ingin
teman-teman mengejekku karena mukaku yang aneh ini.
Aku tidak boleh malu, takut, minder dan frustasi dan aku harus focus belajar
demi cita-citaku ucapku.
Yang kedua, berubahnya kemampuan fisik.
Setelah mengetahui bahwa LUPUS telah besemayam dalam tubuh ini, aku
merasa terisolasi dan frustasi, tak tahu mengapa aku menjadi sensitive dan emosional.
Aku tidak bisa aktif lagi dalam kegiatan luar lapangan karena aku harus
menghindari sengatan sinar matahari.
Dulu aku sangat senang bermain ke pantai bersama keluarga, namun sekarang
tidak bisa lagi. Aku tidak bisa lagi olahraga di luar lapangan. Aktivitas yang ku lakukan
sekarang mulai terbatas.
Namun, aku bersyukur karena masih diberi kesempatan merasakan segarnya
udaraMu ya Allah.. ucapku dalam hati.
Dan Alhamdulillah semakin lama aku semakin membaik. Dan aku berharap lupus
itu tidak lagi menggangguku.
AMIN YA ROBBAL ALAMIN.
***