Anda di halaman 1dari 2

NARASI

Nama Lengkap : Egrasia Salsabila Suwantono


NIM : 2019011047
Jurusan : Akuntansi
Hari, Tanggal : Minggu, 6 Oktober 2019
Awal
Orientasi
Ketika bangun pada hari Senin pagi, aku sangat
terkejut karena melihat jam di kamar telah menunjukkan pukul 06.30
WIB. Aku bangun kesiangan karena semalam aku terjaga di Rumah Sakit
sampai tengah malam untuk menjaga Nenekku.
Aku langsung bangun dan menuju ke kamar mandi.
Sampai di kamar mandi tiba-tiba aku terpeleset dan hampir saja
terjatuh. Setelah mandi, berpakaian sekolah, sarapan pagi lalu berangkat
sekolah menggunakan sepeda motor. Sesampainya di Sekolah, aku
keluarkan buku matematikaku karena pelajaran pertama adalah
matematika. Pelajaran kesukaanku. Aku selalu merasa bahagia jika
mempelajari pelajaran matematika
Tengah
Jam pelajaran berakhir, aku rapihkan buku matematikaku, menaruhnya di
Komplikasi
tas dan mengambil buku pelajaran selanjutnya. Namun, tiba-tiba HP-ku
bergetar. Panggilan masuk dari Mama. Perasaanku mulai tidak enak. Aku
angkat telpon dari Mama. Benar saja, di telpon itu aku mendengar suara
Mama yang serak dan menahan nangis. Akupun mematung tak percaya
apa yang Mamaku katakan.

“Nak, pulang. Kata dokter sudah tidak ada harapan” kata Mama. Akupun
menjerit sampai perhatian satu kelas tertuju padaku. Sahabat-sahabatku
Konflik datang menghampiriku. “Mengapa? Ada apa?” tanya mereka. Aku tak kuat
bicara. Aku hanya bisa menangis. Aku katakan apa yang terjadi pada
mereka dengan tersendat-sendat. Mereka dengan cepat melaporkan ini ke
guru piket agar aku bisa pulang. Akan tetapi sesampainya di meja piket
guru, guru tidak mengizinkan aku untuk pulang, karena mereka pikit
Nenekku jauh denganku. Aku hanya bisa menangis. Melihatku memangis
sahabatku marah. Lalu menjelaskannya kepada guru piket dengan tegas.
Setelah itu, aku diizinkan untuk pulang. Akan tetapi harus diantar karena
kondisiku saat itu tidak memungkinkan untuk mengendarai motor. Aku
menolaknya. Aku tidak mau sahabatku tertinggal pelajaran hanya karena
mengantarku. Aku bisa pulang sendiri, pikirku.

Aku pulang dengan mengendarai motorku sambil menangis. Mata buram


Klimaks
karena air mata. Gas rem yang tidak stabil membuat kecepatan motorku
tidak stabil juga. Orang-orang di sekitar melihat ke arahku dan berkata
“Jangan mengendarai motor sambil menangis!”. Berkali-kali aku hendak
menabrak orang karna kecepatan motorku yang tidak stabil. Aku pun terus
mengendarai motorku tanpa menghiraukan kata-kata sekitar, sampai
akhirnya ada pengendara motor di depanku yang berhenti mendadak.
Panik dan kaget, ku banttng stir-ku ke kiri. Akupun terjatuh. Luka, sangat
terasa saat itu. Kaki dan tanganku bengkak karena menahan badanku saat
terjatuh. Untungnya aku memakai helm, sehingga kepalaku tidak apa-apa.
Akhir
Aku dibantu olah warga sekitar untuk berdiri. Aku menelpon Saudaraku
Resolusi
untuk menjemputku. Akhirnya aku pulang dan bertemu dengan keluagaku.

Koda Jika memang kondisimu tidak memungkinkan untuk berkendara, sebisa


mungkin mintalah bantuan ke orang terdekatmu demi keselamatanmu. Kita
hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita sangat membutuhkan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai