Di sebuah kota kecil di pinggiran pantai. Aku hidup bersama ibu dan
ayahku . Aku adalah anak tunggal, tapi jangan berpikir kalau aku selalu
dimanjakan kedua orang tua ku, itu sama sekali tak benar.Orang tuaku selalu
mengajariku bagaimana hidup yang harus aku jalani, mereka membentuk
pribadiku menjadi mandiri sejak aku kecil.
Hari itu aku tak diantar ibuku, tak diantar ayah juga. Hari itu aku pergi
sendiri, susah payah aku berjalan ke terminal tanpa digendong ayah ataupun
ibu. Hal itu semakin membuatku menjadi bahan tontonan di antara orang
orang lain.
Kelas untuk satu tahun pelajaran sudah dibagi, aku langsung mengesot
dan mencari di kelas mana aku berada. Akhirnya kutemukan, aku berada di
kelas E. Aku pun masuk ke dalam kelas itu , suasana kelas ribut sekali tapi
waktu aku masuk mereka semua langsung menutup mulut dan memandang
ke arahku.
Air mata dari pelupuk mataku hendak meluncur deras, tapi kutahan
dengan segenap usahaku. Aku tak ingin membalas perkataan mereka, karena
mereka memang benar, pikirku. Aku memang tak sempurna dan aku
seharusnya disekolahkan di sekolah luar biasa.
Baru sampai di gerbang setelah turun dari motor hendak pamit pada
ibu, salah satu murid di kelas langsung mengataiku. Dia berkata bahwa aku
adalah si cacat yang manja , dan ibu mendengarnya. Aku menundukkan
kepalaku, dan ibu berkata bahwa itu tak perlu didengar, bagaimana bisa aku
tak mendengarkannya.
Setelah berpamitan pada ibu, aku terpaksa mengesot lagi untuk sampai
di kelas. Sesampainya di kelas teman-temanku langsung mencemoohku
karena aku mengesot, karena aku cacat. Aku diam tanpa suara, aku seolah
berada di titik terendahku. Kupaksakan diriku berjalan ke tempat duduk di
pojok belakang, lagi.
Esok harinya, ketika di kelas. Aku pertama kali tersenyum pada teman-
temanku, aku menyapa semua teman temanku. Mereka tak menghinaku,
justru mereka menanyakan mengapa aku berbuat baik pada mereka padahal
mereka sudah mengolok – olok aku.
Aku berkata bahwa aku memang pernah merasa malu dengan diriku
yang cacat . Aku berkata bahwa aku memaafkan mereka , dan aku akan
menjadi diriku dengan spenuhnya, tanpa membandingkan dengan orang lain.