Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bunga widia putri

Kelas : VIII.1

Cuplikan Novel :
Ayah, Mengapa aku berbeda (dari buku Love n'Life
Chocolatos edisi novel Chapter Moon)

Saat aku terlahir di dunia ini, ayahku pernah bercerita kalau ia mendengar suara tangisku
yang begitu kencang. Suster dan dokter yang ikut membantu proses kelahiranku begitu bingung
karena tidak bisa membuatku terdiam. Mungkin, aku tidak pernah mengerti mengapa aku terus
menangis dan tidak bisa dihentikan oleh siapapun selain saat suster kemudian meminta ayahku
yang sedang berada diruang tunggu untuk melihatku.

Saat ayah menyentuh jari pertamanya pada wajahku yang lahir prematur, ia menangis dan aku
yang awalnya menangis kencang terdiam. Ia langsung mengangkat tubuhku yang disambut
sukacita oleh suster-suster yang sejak tadi pusing karena suara tangisku. Ayah mengendongku
dengan lembut sambil berkata,

“ Mulai saat ini hanya kamulah yang paling berharga dalam hidup ayah..”

Ya, aku adalah anak yang paling berharga baginya. Kelahiranku adalah sebuah dua sisi yang
cukup membuat ayah begitu tertekan. Ibu mengalami pendarahan hebat dan hanya ada sedikit
pilihan baginya. Aku yang mati atau ibu yang harus merelakan nyawanya. Tapi ibu memilih
untuk melahirkanku kebanding harus mengarborsi bayi yang ada di kandungannya selama 7
bulan. Ia melupakan semua saran dokter demi aku. Sang janin kecil yang terus membuat
nyawanya terancam.

Suster kemudian bertanya kepada ayah ketika melihatku mulai terdiam.

“ Anak ini ingin diberikan nama apa pak?” Tanya suster itu pada ayah.

“ Angel.. berikan nama dia Angel..” kata ayah.

Angel, nama yang ayah berikan kepadaku untuk mengenang ibu yang juga bernama Angel.
Mereka memiliki rahasia mengapa aku diberikan nama itu dan aku hanya akan tau disaat usiaku
nanti besar. Setelah aku tenang, ayah kembali memberikan aku kepada suster yang langsung
memberikan aku perawatan intensif.

Karena aku lahir prematur, aku harus dirawat untuk waktu yang cukup lama hingga aku bisa
keluar dari rumah sakit. Ayah yang bingung, kemudian meminta ibunya untuk membantu aku.
Nenekku yang berasal dari Kota kemudian datang dan ikut bersama-sama dengan ayah untuk
merawatku. Ayah belajar banyak untuk menjadi seorang ibu bagiku. Nenek dengan tekun
melatihnya. Ia mengajarinya banyak hal dengan teliti.

Ayah belajar bagaimana untuk menganti popokku, bagaimana untuk membuatku mandi dengan
benar lalu membuat susu yang baik bagiku. Bersama kedua malaikat itu, aku pun tumbuh dengan
berjalannya waktu. Mereka berdua bergantian menjagaku, bila ayah harus bekerja, nenek dengan
siaga menjagaku begitu sebaliknya bila nenek sedang beristirahat, ayah akan menjagaku dengan
sungguh-sungguh agar tidak menangis dan menganggu istirahat nenek.

Sampai akhirnya ketika usiaku menginjak 3 tahun. Ayah mulai merasa aneh dengan sikapku
yang selalu tidak peduli terhadap panggilannya.

Ia memberikan aku banyak mainan boneka dan aku sangat suka bermain dengan boneka-boneka
yang ayah bawakan setiap ia pulang kerja. Disaat aku bermain boneka, ayah memandangku.
Sedangkan nenek sedang membuatku aku bubur untuk makan malamku.

“ Angel ..” teriak ayah padaku yang sedang asyik bermain boneka sapi kartun lucu.

Ia kemudian mendekatiku, lalu membelakangi tubuhku, ia mengunakan dua tangannya diatas


kepalaku. Sambil menepuk keduanya dengan kencang tepat di belakang kepalaku. Ayah
melakukannya berulang-ulang hingga ia berhenti dan menarik nafas panjang. Nenek melihat
tingkah ayah dan bertanya.

“ Sedang apa kamu Martin?” nama ayahku.

“ Ibu, aku merasa Angel tidak bisa mendengar apa yang aku lakukan, bahkan ia tidak bisa
merespon tepukan tangan tepat di belakangnya. Bila ia bisa mendengar.. harusnya ia akan
terkejut..tapi ia diam saja.”

Nenek meletakan bubur di mangkok tangannya diatas meja.

“ Ibu juga merasa ada yang tidak beres, bagaimana kalau kita coba bawa ke dokter. Mungkin
mereka bisa menemukan jawabannya..”

“ Baiklah bu. Aku akan mandi setelah ibu kita pergi..”

Sesungguhnya perasaan cemas aku tidak bisa merespon dan mendengar apapun yang ayah
perintahkan sudah sejak lama ayah simpan. Tapi ia mencoba berpikir positif hingga akhirnya hari
ini ia benar-benar harus mencoba mencari tau apa yang terjadi padaku. Setelah aku menikmati
semangkok bubur dan merasa kenyang aku tertidur dan ketika terbangun, aku sudah ada di
rumah sakit dengan dokter yang sedang memeriksa telingaku dengan sentel kecil berwarna putih
yang cukup aneh bagiku. Dokter perempuan itu tersenyum padaku lalu aku langsung diajak oleh
nenekku untuk jalan-jalan disekitar ruangan rumah sakit.

Ayah berbicara dengan dokter Intan yang adalah spesialis telinga.


“ Bagaimana Dok, dengan kondisi Angel, mengapa dia tidak bisa merespon panggilan dan
perintah?”

“ Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan kalau anak bapak adalah seorang tunarungu..”

“ Tunarungu.. bagaimana bisa?”

“ Melihat catatan kelahiran dan kesehatannya, anak bapak yang lahir secara prematur memiliki
banyak hal yang bisa terjadi, tunarungu adalah salah satu yang bisa terjadi pada setiap anak-anak
yang terlahir secara prematur.”

Ayah terdiam.

“ Bapak tidak perlu bersedih ataupun panik, saat ini sudah banyak pendidikan dan orang yang
hidup dengan kondisi yang sama dengan anak bapak tapi bisa memiliki masa depan yang baik.
Bila sejak dini kita mendidik dan mengajarinya, kelak anak itu akan tumbuh seperti anak-anak
normal lainnya..”

“ Tapi keadaan ini sangat membuat saya sedih, kasihan anak itu, ia tidak menyadari keadaanya,
apa yang harus saya lakukan untuk memberitahunya. Bagaimana caranya ia tau apa yang harus
saya jelaskan sedangkan dia sendiri tidak bisa mendengar dan bahkan mengerti apa yang saya
katakan.”

“ Begini saja, saya memiliki seorang kenalan yang sudah berpengalaman untuk mendidik dan
bagaimana caranya menjadi orang tua tunarungu, mungkin ia akan membantu bapak dalam
masalah ini.”

Dengan wajah sedih ayah menerima tawaran dokter itu pada kenalannya. Ia keluar dari ruangan
dokter dan aku bersama nenek langsung mendekatinya. Nenek bertanya kepada ayah yang
tampak murung.

“ Bagaimana hasilnya, Tin?”

“ Angel positif tunarungu, Bu..”

Nenek ingin menangis ketika mendengarkan kalimat itu keluar dari mulut ayah tapi ia tidak ingin
membuat ayah lebih bersedih. Disaat seperti ini, hanya dialah orang yang bisa menghibur dan
menguatkan hati ayah untuk terus bersemangat membesarkanku.

Anda mungkin juga menyukai