Anda di halaman 1dari 14

Laporan Mini Riset

MINI RISET

KULIAH LAPANGAN – AGAMA SIKH

YAYASAN MISSI GURDWARA MEDAN

( Jl. Polonia No.172, Polonia, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara 20157 )

DOSEN PENGAMPU:

DEDI ARDIANSYAH, S.Pd

OLEH :

DESTI SANTI NATALIA PASARIBU

4173141012

PENDIDIKAN BIOLOGI B 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
BAGIAN PERTAMA

PENGENALAN

Mera naa (ਮੇਰਾ ਨਾਾਂ ) Desti.


Namaku Desti, lebih lengkapnya Desti Santi Natalia Pasaribu. Aku mahasiswa
semester tiga, Kelas B’17 dari Program Studi Pendidikan Biologi - Universitas Negeri
Medan. Sebagai mahasiswa semester tiga, penelitian Mini Riset, observasi ataupun kuliah
lapangan beserta laporannya bukanlah suatu hal yang asing bagiku (kami).
Banyaknya mata kuliah dan tentunya tuntutan tugas per-matakuliah yang tidak
sedikit juga, seperti enam tugas KKNI. Beberapa mata kuliah yang ada di semester ini
mengharuskan kami untuk melakukan kuliah lapangan. Menurutku dan teman yang lain
kuliah lapangan ini adalah hal yang paling menyenangkan – walaupun terkadang berat di
ongkos hahahh ^-^.
Kali ini aku akan bercerita sedikit tentang kisah ataupun ceritaku selama
melaksanakan kuliah lapangan dari mata kuliah “PANCASILA” .

Namaku Desti, Kelas Biologi Dik B 2017.


Aku senang dengan kuliah lapangan, aku senang dengan Mini Riset, dalam artian
aku senang dengan Agama Sikh. 
BAGIAN KEDUA
TUGAS YANG MENYENANGKAN

Kamis. Seperti hari biasanya,yang harus dilakukan adalah pergi ke kampus dan
berusaha melaksanakan segala rutinitas dengan baik. Hari ini,tepatnya jam 11.20 adalah
waktu untuk Mata kuliah Pancasila. Teman – teman kelompok presentasi sibuk sebelum
memulai pelajaran, menyiapkan diri, bahan dan segala hal yang diperlukan untuk
penampilan materi hari ini.
Waktu menunjukkan pukul 11.20, Pak. Dedi selaku dosen pengampu mata kuliah
Pancasila kami-pun datang. Tentu saja semua mahasiswa telah bersiap untuk memulai
perkuliahan. Presentasi berlangsung baik dan lancar. Setelah itu, Pak. Dedi pun mereview
pelajaran kami hari ini dan akhirnya memberikan kami tugas untuk mengunjungi
Gurdwara yang ada di kota Medan. Kami terbagi menjadi 6 kelompok, dengan satu
Gurdwara dikunjungi oleh dua kelompok. Ketika pembagian kelompok, kamipun dapat
bagian untuk mengunjungi dan melakukan kuliah lapangan di Yayasan Missi Gurdwara
Medan.
Sebelum pembagian kelompok, Bapak sudah bercerita sedikit kepada kami tentang
Agama Sikh ini. Agama Sikh ini adalah gabungan antara Hindu dan Islam. Namun, di
Indonesia sendiri agama ini belum diakui. Untuk kelengkapan identitas mereka, penganut
Sikh akan disuruh memilih salah satu agama yang telah diakui di Indonesia. Menurut
Pak.Dedi, banyak mereka akan diajukan antara agama Islam atau Kristen. Karena dalam
pengajaran agama Islam menggunakan bahasa Arab, dan mereka akan merasa sulit maka
banyak dari mereka lebih memilih agama Kristen.
Berdasarkan cerita Pak Dedi, orang Sikh termasuk dalam orang yang vegetarian
serta dikenal sebagai orang – orang yang ramah, santun dan juga dikenal dengan
kecantikan dan ketampanan.
Mendengar itu salah satu temanpun berbisik “des, kesempatan ini. Bolehlah
kan,Mini Riset sekalian cari jodoh wkwkw” .

Namun, ada hal yang membuat kami sempat kurang semangat. Tiba – tiba Pak
Dedi berkata “Untuk kesana,tidak akan ada yang namanya surat,kalian usaha sendiri”

Akupun sempat bingung dan mengulas kembali kejadian kegiatan penelitian


maupun mini riset sebelumnya yang sering ditolak karena masalah surat

“gimana kalau kami gak dikasih izin setibanya disana,gak mungkin kami gak Mini
Riset. Terkadang yang pake surat aja udah ada sampai 2-3 kali baru diterima” cemasku
di dalam hati .

“Kalian tenang saja, mereka ramah dan baik. Menurut saya, asal kalian sopan
mereka akan terima kalian.” Mendengarkan itu rasa cemasku-pun menghilang,dan
menurutku bukan hanya aku saja, temanku bernama Emia yang berada di sampingku juga
sepertinya begitu.

“Kalau kalian kesana,jangan pernah bilang kalian sedang penelitian, bilang kalau
kalian sedang melakukan pengenalan ataupun ingin lebih tau tentang Agama Sikh untuk
pemenuhan tugas mata kuliah – Pancasila. Untuk kesanapun, untuk yang laki – laki
diharapkan bawa penutup kepala dan yang perempuan pakai baju yang sopan, dan pakai
rok dibawah lutut. Yang Muslim sudahlah cocok pakaiannya, dan untuk yang Kristen
pakai selendangpun bisa sebagai penutup kepalanya.” Tambah Pak.Dedi untuk membantu
dan menuntun kami dalam menyelesaikan tugas Mini Riset (Kuliah Lapangan) ini.
BAGIAN KETIGA
ਨਮਸਕਾਰ !
namasakāra !
Halo !

Pada hari ini – Kamis , 15 November 2018 kami akan pergi ke Yayasan Missi
Gurdwara kota Medan. Untuk titik kumpulnya adalah Gerbang Fakultas Teknik Unimed,
pukul 8.00 WIB tepat. Kami berencana berangkat secepat itu untuk menghindari macet
dan bisa disana lebih lama dikarenakan adanya mata kuliah di siang hari.
Saat ini jam menunjukkan pukul 7.30 WIB. Selesai sarapan akupun langsung order
Go-Jek menuju FT-Unimed, biasanya kalau naik Go-Jek hanya membutuhkan waktu 10-15
menit. Namun, semuanya tidak sesuai yang diharapkan, macet parah terjadi di simpang
Unimed. Antara angkot dan mobil pribadi tidak ada yang mau mengalah, sementara
banyak pengendara lain yang tidak sabaran juga, ini menyebabkan kemacetan semakin
parah. Jam tanganku menunjukkan pukul 7.50 , Rider Go-Jeknya merusaha untuk keluar
dari kemacetan dan memilih untuk melalui jalan dekat kampus STIPAP. Aku sangat
berharap agar bisa sampai sebelum pukul 8.00, karena segan rasanya jika teman menunggu
lama. Astaagaa,,, ada macet lagi, banyak pengguna sepeda motor yang lawan arah,
untungnya itu tidak berlangsung lama. Sekitar pukul 8.05 akupun sampai di Unimed,
terlihat salah satu temanku berdiri di samping Pak.Satpam.
“Kram? Udah lama? Yang lain dimana” Tanyaku

“Ih,entahlah des. Kata orangtu jam 8, entah dimana.Tapi kalau Si Hendriko gak
ikut katanya ” Jawabnya dengan kesal

“ wey.. mana yang lain, aduh macet kali tadi disana loh” kata seorang teman kami
bernama Erni yang datang menghampiri.

“Masih di jalan mungkin er, atau sama kaya kita kena macet” Balasku

Sembari menunggu teman yang lain, kamipun mengobrol tentang kemacetan parah
yang terjadi di simpang Unimed tadi. Sudah beberapa menit bercerita dannn
“aduh, gimananya kita ini yaa.. takutnya macet pula di jalan mau kesana,udalah
kita, bentarlah cuman bisa kita” Terlihat Erni yang mulai khawatir sambil merogoh tasnya
untuk melihat jam di Hp-nya.

“Astaga, udah jam 8.25 ini... mananya orang itu ya” tambahnya

“Di group dibilang,udah dekat tapi kena macet, paling 5 menit lagi sampainya
er..sabarlah dulu, tapi memang yang telat inilah nanti yaa”
“Oh itu udah datang si Dini,” Sambung Akram

Tak lama setelah Dini datang, teman – teman yang lainpun datang. Untuk
menghemat waktu,kamipun segera bergegas pergi. Walaupun ada dua orang yang
menyusul karena ada urusan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Puji Tuhan, kami tidak mengalami hambatan di perjalanan,sehingga kami bisa
sampai dengan cepat. Setiba disana,kami turun dari mobil dan langsung memakai penutup
kepala. Salah satu dari kamipun pergi untuk menemui pihak yang ada di tempat tersebut.

“Kalau kalian ingin mengenal lebih dekat agama Sikh, silahkan. Kami sangat
senang atas kehadiran kalian disini. Sebelumnya juga banyak kok mahasiswa yang datang
kesini. Tapi hari ini gak ada kegiatan atau acara keagamaan, sayang sekali kalau kalian
udah datang tapi kalian tidak puas. Atau kalian datangnya minggu aja, minggu ada
kegiatan disini” Kata seorang Ibu kepada salah seorang dari kami

Kami berunding sejenak, dan sempat ingin


memutuskan untuk pulang. Tiba – tiba seorang
berpaikaian putih dan memakai penutup kepala (
turban,khas umat sikh) menjumpai kami,
mempersilahkan kami masuk. Namun, kami tidak
mengerti bahasa bapak tersebut, untungnya seorang
dari mereka datang dengan berpakaian biasa dengan
celana pendek dan pastinya menggunakan penutup
kepala. Bapak tersebut menyapa kami, dan mengajak
kami masuk.
Sebelum masuk Bapak tersebut memberikan pengarahan kepada kami, pertama
sekali untuk melepaskan sepatu dan menunjukkan tempat cuci kaki. Setelah kami masuk,
di dalam kami diminta untuk mencuci tangan juga. Sembari kami mencuci tangan, Bapak
tersebut menggantikan penutup kepala teman laki – laki kami dengan yang telah mereka
sediakan.
Selesai dalam hal bersih – bersih, sebelum masuk ke tempat ibadah kamipun
bertanya apa – apa saja pantangan atau hal yang tidak bisa dilakukan .

“Kami kaum Sikh berperilaku vegetarian dan melakukan puasa-puasa tertentu,


dan dhyana (meditasi). Daging sapi adalah pantangan utama kami, namun susu sapi
adalah menu utama yang amat disucikan sama dengan kaum Hindu. Selain itu Sepanjang
apa pun, rambut, jenggot, dan semua bulu yang tumbuh di sekujur tubuh tidak boleh
dipotong. Kaum pria menyembunyikan rambut panjangnya dengan rapi di bawah surban.
Kaum wanita selain berambut panjang juga tidak boleh mencukur alis. Rambut punya arti
yang penting dalam agama kami. Memasuki tempat suci ini, semua orang diharuskan
untuk menutup rambutnya, boleh dengan surban, topi, kerudung, atau kain seperti kalian
sekarang ini.” Jelas seorang Bapak dengan kaos hijau berkeras beserta menggunakan
celana pendek.
“Seperti bapak yang disana, begitulah kami agama Sikh dikenal, yaitu
menggunakan Keshchi atau turban sebagai penutup kepala, dan di dalam turban tersebut
ada sisir yang terbuat dari kayu untuk menyisir rambut. Selanjutnya itu ada gelang atau
karra yang terbuat dari baja” Lanjutnya dengan menunjukkan gelang pada tangan bapak
tersebut.

“Ada juga kirpan yang merupakan pedang kecil sebagai simbol kebaikan. Dan
terakhir itu, celana pendek atau kaccha sebagai bentuk pengawasan diri dan juga dapat
digunakan dalam melakukan aktivitas, walaupun ada beberapa yang menggunakan yang
lebih panjang, contohnya bapak itu. Nah mari masuk” Tambah Bapak tersebut sambil
mengajak kami masuk ke tempat ibadah.

Di dalam terlihat jelas lantainya ditutupi oleh karpet,karpetnya memanjang lurus,


diatur ke dalam beberapa shaf (baris). Mungkin semua orang duduk di lantai beralaskan
tikar/karpet ketika beribadah.
Menurut yang aku dan teman –
temanku dengar dari bapak tersebut,
Yayasan Miss i Gurdwara Medan ini sudah
berdiri sekitar 25 tahun, diresmikan oleh
Raja Inal Siregar, seorang Panglima TNI
yang pernah menjabat sebagai Gubernur
Sumatera Utara ke-13.
Dalam sejarah agama Sikh,
pengikut mereka hanya mempercayai dan
mengikuti 10 orang guru yang sangat besar
peranannya dalam agama Sikh. Dan berikut adalah daftar dari 10 orang pemimpin agama
Sikh yang kami dapatkan dari Bapak yang telah menuntun kami ( Panggil saja Pak.Goma)
1. Shri Guru Nanak Sahib Ji
2. Shri Guru Angad sahib Ji
3. Shri Guru amardas Sahib Ji
4. Shri Guru Ramdass Sahib Ji
5. Shri Guru Arjan Sahib Ji
6. Shri Guru Hargobind Sahib Ji
7. Shri Guru Har Rai Sahib Ji
8. Shri Guru Har Krishan Sahib Ji
9. Shri Guru Teg Bahadur Sahib Ji
10. Shri Guru Gobind Singh Sahib Ji
Namun untuk mengindari
kesalahan pengucapan dan penulisan nama, akupun memilih untuk mencarinya langsung
dari internet pada saat ini (Sumber : http://belajarislam-123.blogspot.com/) .
Di tempat ini adalah segala acara berlangsung, seperti nyanyian, pembacaan kitab
dan ceramah ataupun aktivitas keagamaan lainnya.
“Lalu bagaimana dengan bahasanya, pak?” Tanya kami sambil beberapa orang
mengambil dokumentasi berupa gambar maupun rekaman.

Dengan baik dan tepat Pak Gome menjawab “Ceramah biasanya dilangsungkan
dengan bahasa Punjabi. Tapi karena sekarang banyak yang tidak tahu bahasa Punjabi, ya
kadang dipakai bahasa Indonesia. Bagi yang gabisa bahasa Indonesia, nah yang lain bisa
terjemahkan atau kedalam bahasa Inggris. Supaya semua jemaah yang hadir ini bisa
mengerti”

Di bagian depan, tepatnya di tengah terdapat seperti peti yang diletakkan dan
dilengkapi dengan penutup yang indah. Ternyata itu adalah Kitab – Agama Sikh.
“Jadi setiap pagi tempat ini udah buka, yang itu ( Kitab ) tempatnya taro disana,
alasannya karna Guru Granth Sahib ( Kitab ) ini kitabnya hidup. Istilahnya punya itu
(roh) jadi kita harus menghormati segalanya. Jadi pas pagi buka, dari sana ( tempat

seperti kamar ) lalu dibawa kesini jam 4.00 atau 4.30


pagi . Dan untuk tutupnya ( dikembalikan) jam 6.30 –
8.00 malam.”

Pada saat itu kami juga berkesempatan untuk melihat isi dari ruangan atau kamar
tersebut. Di dalam tersusun rapi, ada kumpulan kitab – kitab nyanyian atau bacaan, kain
tempat Kitab . Ini semua diperoleh dari sumbangan dari para jemaah yang datang atau
yang berkunjung.
Agama Sikh sangat dekat dengan agama Islam. Karena di Kuil Mas yang berada di
India Utara, batu pertamanya itu diletakkan oleh orang Islam. Jadi empat pintu itu dibuka,
jadi bagi orang Islam – silahkan , bagi orang Kristem – silahkan , Buddha juga silahkan
dan bagi Hidupun dipersilahkan.

“Siapapun yang datang dan berkunjung. Silahkan datang, silahkan makan ataupun
mencicipi makanannya. Karena makanan yang kita sajikan itu tidak ada amis, semua
sayur bahkan telurpun tak ada” Jelas Pak. Goma ketika kami bertanya tentang orang Sikh
yang dikenal sebagai Vegetarian.
Karena penasaran kamipun bertanya kembali kepada pak Goma. “ Dalam hal
makan daging, itu memang sudah dilarang dari peraturannya atau kebijakan bersama?”

“Oh itu sudah dari sananya, dari agamanya udah seperti itu. Tidak boleh. Tidak
boleh ada daging. Harus sayur semua. Jadi kalian siapapun datang aja, mau makan setiap
hari datang aja.”

Menurut pengajaran mereka, baik siapapun yang datang – baik orang yang kaya,
miskin yah silahkan. Karena gak bakalan ada yang ganggu, langsung silahkan masuk.
Karena semua yang ada di tempat itu adalah milik jemaah.
BAGIAN KEEMPAT
HIDANGAN KHUSUS
( Viśēśa kaṭōrē )
ਵਿਸ਼ੇਸ ਕਟੋਰ਼ੇ

Saat yang paling ditunggu – tunggupun tiba. Apalagi kalau bukan makan.
Yang membuat kami tidak sabar adalah rasa penasaran kami atas rasa makannya yang
sedang menghantui. Yang ada di kepala kami
“ Gimana sih rasa makanan dari orang Sikh itu?”

“Seenak apa minumannya?”

“Makan sayur? Gak bosan?”

“Yang putih bulat itu apa? Roti?Rasanya gimana?”


Jadi,sebenarnya inti dari semuanya “Kami, lapar hahha”
Semua itu terlihat jelas ketika kami dipersilahkan untuk mengambil tempat.
Ekspresi senang muncul disemua wajah teman – temanku ( termasuk aku ). Kami saling
memandang satu sama lain dan tersenyum , sepertinya senyum kami cukup untuk
menjelaskan semuanya. Hahaha
Makanan telah terhidang, minuman pun juga begitu. Makanannya terdiri dari
Paratha ( atau roti ) lengkap dengan sayur beserta minuman khas Punjabi yaitu susu
dengan aroma yang sangat disayangkan jika lupa dari ingatan.
Disana kami diajarkan cara makannya, yaitu sobek sedikit Paratha dan celupkan
dengan sayurnya. Bagiku rasanya sederhana namun nikmat. Teman disebelahku bernama
Erni pun senang dengan makanan ini. Ada
beberapa teman yang kurang
menyukainya. Dan untuk minuman,
mungkin inilah yang menjadi favoritku.
Menurut pernyataan bapak Goma, susu ini
dicampur dengan suatu rempah (Pak.Goma
lupa namanya) khas Punjabi. Sehingga
susu tersebut rasanya semakin segar,
aromanya nikmat dan hangat. Sebelumnya
saya sempat berpikir ada jahe di dalamnya
sebagai bahannya.
BAGIAN KELIMA
UPACARA PERNIKAHAN

Dalam hal upacara pernikahan, ada dua pilihan dalam hal upacara
pemberkatannya. Pilihan bertama di Gurdwara , dan kedua di tempat berlangsungnya Pesta
sesuai dengan permintaan yang menikah.
“Jika upacaranya dilakukan di rumah atau di luar dari Gurdwara, maka Kitab
(Guru Granth Sahib) akan dibawa ke tempat tersebut. Tapi, perlu diingat, dibawa dengan
sepanjang jalannya akan dipercikkan air sebagai bentuk tempat yang dilalui bersih. Di
India bahkan ada orang yang membersihkannya dengan membawa sapu barulah
dipercikkan dengan air. Disekitar perjalanan sangat diusahakan tidak ada amis atau
daging” Jelas Pak. Goma kepada kami

“Di dalam ruangan, Pengantin pria duduk di depan kitab suci Guru Granth Sahib
dan para umat duduk di belakangnya, wanita di sebelah kiri dan pria di sebelah kanan.
Setelah beberapa saat, pengantin wanita pun memasuki ruangan diikuti oleh saudara-
saudara yang duduk di belakangnya. Sebelum duduk di sebelah Pengantin pria, wanita
pun bersujuda dan bersembahyang di depan kitab suci Guru Granth Sahib. Acara pun
dilanjutkan dengan doa dari pendeta. Setelah itu memegang tali dan pengantin
mengelilingi kitab suci sebanyak empat kali” Tambah Pak. Goma yang berdiri tepat di
depan kami.

Sesampainya di rumah aku teringat dengan Film India yang dulunya pernah
kutonton. Disitu ada acar pernikahan dan pengantinnya bergerak mengelilingi sebuah peti
(anggapanku). Akhirnya akupun penasaran dengan artinya. Ternyata, itulah bagian utama
dalam upacara pernikahan ini , yaitu ketika kedua mempelai melakukan Laava dimana
sang pengantin wanita memegang seuntai kain dari pakaian Pengantin pria dan berdiri di
belakangnya, kemudian keduanya berjalan mengitari panggung utama tempat kitab suci
Guru Granth Sahib berada dengan searah jarum jam sebanyak empat kali. Putaran yang
dilakukan ini merupakan bentuk komitmen kedua mempelai terhadap Tuhan. Setiap
putarannya diiringi oleh lagu dan bacaan yang berasal dari kitab suci Guru Granth Sahib
dan memiliki artinya masing-masing.
Dalam agama Sikh, ada 3
kategori pendeta dengan keahlian
yang saling melengkapi satu sama
lain dalam upacara doa. Keahlian
yang pertama adalah pengetahuan
mengenai agama dan isi kitab suci
Guru Granth Sahib, yang kedua
adalah menyanyikan lagu rohani, dan
yang ketiga adalah keahlian berbicara
di depan para umat. Sumber gambar : http://studiagamaminor.blogspot.com
DOKUMENTASI

Gambar Guru Nanak Dev (bahasa Punjabi : ਗੁਰੂ ਨਾਨਕ ਦੇਵ, Gurū Nānak Dēv)

Gambar 2. Ruangan Makan Yayasan Missi Gurdwara Medan

Gambar 3. Ruangan Tempat Ibadah


Gambar 4. Tempat membaca kitab dan nanyian

Gambar 5. Foto Dokumentasi bersama Pak Goma

Gambar 6. Yayasan Missi Gurdwara Medan


Gambar 7. Simbol dari agama Sikh
Keterangan Gambar :
Simbol dari agama Sikh adalah Khanda. Di tengah simbol tersebut terdapat pedang
yang bermata dua yang melambangkan kekuatan Tuhan yang mengontrol seluruh nasib
alam semesta. Ini adalah kedaulatan atas hidup dan mati. Salah satu pedang
melambangkan keadilan Ilahi, yang menyiksa dan menghukum para penjahat. Di tepi lain
melambangkan kebebasan dan otoritas yang diatur oleh nilai-nilai moral dan spiritual. Di
luar pedang bermata dua, kita bisa melihat dua pedang:
– Di sebelah kiri adalah Pedang Kedaulatan Spiritual
– Di sebelah kanan adalah Pedang Kedaulatan Politik
Harus ada keseimbangan diantara keduanya, dan keseimbangan ini ditekankan
dalam lingkaran. Lingkaran ini disebut dengan Chakra. Chakra adalah simbol kesatuan
manifestasi Ilahi, baik segala sesuatu, segala keinginan, tanpa awal dan akhir, abadi, dan
absolut.
(Sumber : https://agamaminorr.wordpress.com)

Sekian dan Terima kasih


Bahuta ji'ādā atē dhanavāda
( ਬਹੁਤ ਜਿਆਦਾ ਅਤੇ ਧੰਨਵਾਦ )

Anda mungkin juga menyukai