Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 62 tahun
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Penghasilan :-
Agama : Islam
Jaminan Kesehatan : BPJS PBI
Masalah kesehatan pada pasien adalah pasien mengalami Stroke.
4.1.2 Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. E
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 66 tahun
Status dalam keluarga : Suami
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp 3000.000.,
Jaminan kesehatan : BPJS PBI
4.1.3 Identitas Keluarga
Bentuk keluarga : Keluarga luas
Jumlah anggota keluarga : 8 orang
Lansia : 2 orang
Dewasa : 3 orang

20
21

Remaja : 1 orang
Anak : 2 orang
Anak Balita : Tidak ada
Bayi : Tidak ada
Hubungan antar anggota keluarga : Baik

Tabel 4.1 Daftar anggota keluarga inti dan tinggal serumah


No. Nama Umur Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Keadaan
(tahun) kelamin Keluarga
1. Tn. E 66 tahun L Suami SD Wiraswasta Sehat
2. Ny. E 62 tahun P Istri SD - Sakit
(Pasien)
3. Ny. Y 39 tahun P Anak SMP Wiraswasta Sehat
4. Tn. A 16 tahun L Cucu SMK - Sehat
5. An. L 9 tahun L Cucu SD - Sehat
6. An. D 7 tahun P Cucu SD - Sehat
7. Tn. Y 35 tahun L Anak SMALB - Sakit
8. Tn. E 28 tahun L Anak SMALB - Sakit
22

Tn.A Ny.
D A

Tn.E Ny. E
D

Ny. Tn. S Tn.Y Tn. E


S

Tn.A An.F An.A

Tn. A Ny. E

An.E
Ny. Tn.S Ny. I
Tn. Y
Y
Ny. Tn. X An.A
An. F An.
Y
N
Tn.A An.L An.D

Keterangan:
: Perempuan : Cerai
: Laki-laki : Meninggal
: Stroke : Gangguan Mental
: Tinggal serumah

Gambar 4.1 Genogram


23

4.1.4 Hasil Pemeriksaan Kesehatan


Anamnesis (Autoanamnesa)
Keluhan Utama : Lemah badan sebelah kanan
Anamnesis Khusus :
• Keluhan dirasakan pasien sejak ± 2 tahun 6 bulan yang lalu. Awalnya pasien
mengeluh kesemutan dan kebas pada kedua tangan dan kaki. Saat itu pasien
masih dapat beraktivitas tanpa perlu bantuan orang lain. Keluhan dirasakan
semakin lama semakin bertambah berat. Suatu ketika pasien jatuh di kamar mandi
karena anggota tubuh sebelah kanan terasa lemas tidak dapat digerakkan. Setelah
kejadian itu pasien hanya dapat berbaring ditempat tidur dan memerlukan bantuan
orang lain untuk membersihkan diri dan makan sehari-hari. Pasien sudah berobat
dan sempat dirawat dengan keluhan ini, sebelumnya pasien tidak rutin kontrol ke
puskesmas setiap bulan untuk penyakit darah tinggi yang sudah diderita selama
kurang lebih 10 tahun sebelum timbulnya stroke. Pasien melakukan terapi pasca
stroke seperti fisioterapi untuk melatih organ tubuh yang sulit digerakkan dan
rutin kontrol ke poli saraf RS Avisena. Saat ini kondisi pasien sudah mulai
membaik. Pasien memiliki riwayat penyakit kolesterol. Di lingkungan rumah
pasien terdapat Posbindu dan pasien terdaftar dalam peserta prolanis semenjak
menderita stroke, sebelumnya pasien tidak mengetahui program ini.

• Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Tanda Vital : Tekanan darah : 160/100mmHg
Heart rate : 100x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,4 C
24

Berat badan : 63 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 24,60
Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris
Muka : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva : Anemis : -/-
Sklera : Ikterik : -/-
Mulut : Mukosa basah, lidah bersih
Leher : KGB : Tidak teraba
Thorax : Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : VF ka=ki
Perkusi : Sonor, ka=ki
Auskultasi : Jantung : BJ I-II murni reguler
Paru : VBS kanan = kiri, Ronkhi : -/-
Wheezing : -/-
Abdomen : Inspeksi : Datar
Palpasi : Lembut, NT (-)
Hepar dan Lien : Tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Extremitas : Edema tungkai -/- Akral hangat, CRT <2 detik
Status Neurologikus
- Rangsang Meningen :-
- Saraf Otak : N.VII : Parase sinistra sentral
N.XII : Parase sinistra sentral
- Motorik 3 5
3 5
25

- Sensorik : Normal
- Reflek Fisiologis : +/+
- Reflek Patologis : Babinsky +/-
Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
Diagnosis :
Stroke Infark
Terapi :
Umum
- Fisioterapi
- Melatih anggota badan yang lemah dengan anggota badan yang dapat digerakkan
- Diet rendah lemak, serta diet tinggi protein dan serat
- Pengobatan sesuai dengan anjuran dokter dan rutin kontrol

Sistemik:
• Gabapentin 3 x 300mg
• Atorvastatin 1 x 20mg
• Amlodipin 1 x 10mg
• Aspilet 1x 80mg
• Vitamin B12 2 x 1
26

4.2 Pembahasan

DIAGRAM MANDALA OF HEALTH

Life Style
Pola makan dan kesehatan kurang
baik

Psychososio-Economic-
Personal Behavior
Family Environment
- Makan ikan asin, goreng-
Bapak pasien stroke - Bentuk keluarga: keluarga luas
gorengan, makan berlemak
- Pengambil keputusan: Suami
- Minum teh
- Sosioekonomi: menengah
- Kontrol dan minum obat
kebawah
tidak teratur
Ny. E
62 tahun
Stroke Infark Work
-

Physical Environment
Sick Care System
- Sinar matahari masuk kedalam
- Puskesmas:ada
rumah
- Asuransi: BPJS
Human Biologic - Jendela ada
- Posbindu: ada
- Dislipidemia (+) - Ventilasi kurang
- Prolanis: ada
- Riwayat Ht(+) - Hunian padat penduduk
- Usia tua
DK: Stroke Infark
27

4.2.1 Identifikasi Faktor Risiko Terjadinya Masalah Kesehatan Pada Pasien


1. Usia
Semakin bertambah usia, fungsi dari organ tubuh menjadi menurun. Sehingga
pada usia >60 tahun fungsi pembuluh darah menurun.
2. Dislipidemia
Dislipidemia tidak dapat langsung menyebabkan stroke infark, karena kadar
LDL yang tinggi tidak akan langsung memengaruhi kejadian aterosklerosis bila
tidak disertai dengan kerusakan pembuluh darah. Keadaan dislipidemi biasanya
merupakan penyerta dari penyakit diabetes mellitus untuk dapat menyebabkan
stroke.
3. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko mayor tertinggi dan dapat menjadi faktor risiko
tunggal untuk terjadinya stroke infark. Lesi aterotrombotik mudah terjadi pada
percabangan pembuluh darah, karena pada daerah-daerah tersebut aliran darah
mengalami peningkatan turbulensi dan penurunan shear–stress, sehingga mudah
menyebabkan kerusakan vaskular. Hal ini yang dapat menyebabkan stroke.
4. Perokok Pasif-Keluarga satu rumah yang merokok
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa secara statistik merokok lebih
berhubungan dengan stroke perdarahan dari pada stroke infark begitupula dengan
perokok pasif. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan aterogenesis pada perokok
antara lain karena kandungan nikotin pada rokok dapat menstimulasi sistem saraf
simpatis, adanya pergeseran O2 oleh CO2, terjadinya reaksi imunologis pada
dinding pembuluh darah, meningkatnya adhesi trombosit pada endotel, dan
adanya peningkatan permeabilitas endotel terhadap lemak akibat zat yang
terkandung di dalam rokok.
28

4.2.2 Identifikasi Faktor Lingkungan Rumah Sebagai Faktor Risiko


Terjadinya Masalah Kesehatan Lain Pada Pasien
Berdasarkan hasil observasi langsung ke rumah pasien, didapatkan bahwa
kondisi rumah tempat tinggal pasien adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan Rumah
Luas rumah yang ditinggali pasien seluas ± 54 m2 terdiri dari 3 kamar tidur,1
ruang tamu dan ruang keluarga, 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan 1 dapur.
Dalam satu rumah terdiri atas 8 anggota keluarga. Kepadatan penghuni adalah
perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu
rumah tinggal. Kepadatan hunian untuk seluruh perumahan dinyatakan dalam m² per
orang. Kepadatan penghuni yang tidak memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari
hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni ≤ 10 m²/orang. Pada rumah
pasien didapatkan luas ruang per orang ± 7 m2. Hal ini tidak sesuai dengan standar
yang seharusnya, sehingga dapat mengakibatkan kurangnya oksigen yang terhirup
yang akan berdampak pada kesehatan. Ruangan yang sempit akan membuat napas
sesak dan mudah tertular penyakit oleh anggota keluarga yang lain.
2. Kondisi rumah
Seluruh dinding rumah dibangun tembok permanen. Atap rumah dalam pasien
plafon sedangkan tampak dari luar adalah genteng. Seluruh lantai di rumah pasien
diplester oleh keramik. Bagian depan ruangan rumah mendapat cahaya dari jendela
maupun ventilasi, namun bagian belakang seperti kamar mandi, dan beberapa kamar
tidak mendapat cahaya dari ventilasi.
Ventilasi pada ruang tamu baik, terdapat 3 jendela yang dapat dibuka dan
ditutup sehingga memungkinkan udara dan cahaya masuk. Pada dapur terdapat
ventilasi. Pada dua kamar tidur tidak terdapat ventilasi. Menurut kriteria kesehatan
kamar tidur, kamar tidur harus memiliki jendela dengan luas 10% dari luas lantai.
3. Jenis Sumber Air Minum
Sumber air minum yang digunakan berasal dari air PAM. Penggunaan air
tersebut juga digunakan untuk seluruh aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci,
29

masak, dan keperluan lain. Air yang sehat memiliki kekeruhan yang rendah, tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
4. Jenis Kakus
Keluarga pasien memiliki kakus sendiri berupa leher angsa dan disalurkan ke
septic tank. Kotoran tinja setiap hari dibuang melalui jamban. Jarak sumber air dan
pembuangan jamban jauh.
5. Keadaan lingkungan di sekitar rumah
Rumah pasien berada di dataran rendah pemukiman padat penduduk, sehingga
jauh dengan jalan raya karena berada jauh di dalam gang dan tidak langsung terkena
debu kendaraan bermotor, selokan di sekitar rumah juga tidak kotor dan berbau. Dari
hasil analisis faktor lingkungan rumah pasien tidak didapatkan faktor risiko yang
menyebabkan masalah kesehatan pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai