Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MEMBACA KRITIS ASAS TUNGGAL PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. AHMAD SAHIDIE, S.I.P., M.A.

DISUSUN OLEH :

1. VIKA DWI MARSELA ( 20190420206 )


2. ARUM ANDHYANING PUSPITA ( 20190420213 )
3. BERLIAN WAHYU WIJAYANTA ( 20190420215 )
4. FISTA ULIAZEIN ( 20190420222 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

AKUNTANSI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Makalah ini berisi tentang bagaimana proses pemberlakuan dan situasi-situasi politik pada
saat diberlakukannya Asas Tunggal Pancasila. Makalah ini diambil dari berbagai sumber
sehingga dapat disusun dengan baik. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan
pelajaran dari makalah ini.

Yogyakarta, 16 September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 3

A. Latar Belakang………………………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 4
C. Tujuan…………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………... 5

A. Pengertian Asas Tunggal Pancasila……………………………………………. 5


B. Proses Pemberlakuan Asas Tunggal Pancasila……………………………….. 5
C. Pro dan Kontra Terhadap Pemberlakuan Asas Tunggal Pancasila………… 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asas tunggal, Tunggal jelas berarti satu. Asas Tunggal berarti tidak boleh ada asas
lain. Jika Pancasila menjadi asas tunggal, itu berarti tidak boleh ada asas lain kecuali
Pancasila yang dijadikan tumpuan ber;ikir atau berpendapat di negeri ini. Kalaupun ada yang
lain, tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pokoknya, Pancasila berada di atas
segalanya. Yang lain ada di bawahnya, termasuk Islam. Pada awal kekuasaannya, Soeharto
berusaha meyakinkan bahwa rezim baru ini adalah pewaris sah dari presiden pertama. Dari
khasanah ideologis Soekarno, pemerintah baru ini mengambil Pancasila sebagai satu-satunya
dasar negara dan karena itu merupakan resep yang paling tepat untuk melegitimasi
kekuasaannya. Kekuasaan awal Orde Baru sanggup memberikan doktrin baru kepada
masyarakat bahwa setiap bentuk kudeta atas pemerintahan yang sah dengan mencoba
mengganti ideologi Pancasila adalah sah dan harus ditumpas sampai ke akar-
akarnya.Tampaknya “ propaganda ” itu berhasil, sehingga tampak jelas ketika rentang
Oktober 1965 sampai awal 1966, terjadi peristiwa kekerasan masal yang luar biasa dasyatnya,
yaitu “ pembantaian “ orang-orang yang dicurigai berafiliasi terhadap komunis. Dalam
sejarah kehidupan bangsa Indonesia tidak asing dengar istilah masa Orde Lama, Orde Baru
dan orde reformasi. Orde Lama identik dengan kepemimpinan Soekarno, Orde Baru adalah
sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan
Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Sedangkan, masa reformasi
yaitu masa sekarang ini masa globalisasi dengan segala unsur kebudayaan yang bebas keluar
masuk suatu negara.

Pancasila yang menjadi dasar ideologi negara dan sebagai pemersatu bangsa
Indonesia sudah tentu mempunyai peranan penting dalam perjalanan bangsa ini, pada
hakikatnya keputusan tentang pancasila juga harus sudah final dan tidak perlu diperdebatkan
lagi. Dalam dunia perpolitikan Indonesia, Pancasila telah mengalami masa yang suram
dimana dia hanya dipergunakan sebagai alat politik untuk melanggengkan kekuasan yaitu
pada masa orde baru, hal itulah yang menyebabkan banyak partai politik yang berasaskan
selain pancasila merasa resah dengan adanya rancangan tentang RUU partai politik yang
menyertakan pembahasan asas tunggal pancasila dan seandainya saja bangsa Indonesia
benar-benar meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, tentunya degradasi
moral, kebiadaban masyarakat dan perpecahan yang mengatasnamakan isu-isu SARA dapat
diminimalisir.

Asas tunggal Pancasila yang dimaksudkan disini adalah satu asas tunggal dimana
semua partai-partai yang berada di Indonesia harus menggunakan Pancasila sebagai dasar
ideologi mereka, hal ini dapat diartikan bahwa partai-partai politik di Indonesia yang
menggunakan asas selain pancasila harus menganti ideologi mereka dengan ideologi
Pancasila atau dengan kata lain partai yang menggunakan asas selain Pancasila harus
ditiadadakan atau tidak diperbolehkan.

Kekuasaan awal Orde Baru sanggup memberikan doktrin baru kepada masyarakat
bahwa setiap bentuk kudeta atas pemerintahan yang sah dengan mencoba mengganti ideologi
Pancasila adalah salah dan harus ditumpas sampai ke akar-akarnya. Tampaknya ‘propaganda’
itu berhasil, sehingga tampak jelas ketika rentang Oktober 1965 sampai awal 1966, terjadi
peristiwa kekerasan massal yang luar biasa dasyatnya, yaitu ‘pembantaian’ orang-orang yang
dicurigai berafiliasi terhadap komunis.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalah yang ditanyakan dalam makalah ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud Asas Tunggal Pancasila ?


2. Bagaimana proses pemberlakuan Asas Tunggal Pancasila ?
3. Bagaimana dampak situasi politik masa diterapkannya Asas Tunggal Pancasila ?

C. TUJUAN

Agar para pembaca dapat mengetahui dan mengerti tentang:

1. Pancasila sebagai asas tunggal

2. Mengetahui kapan berlakunya Asas Tunggal Pancasila

3. Berpikir kritis terhadap setiap masalah


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASAS TUNGGAL PANCASILA

Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak
Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Asas Tunggal Pancasila adalah penyeragaman dalam bidang
ideologi yang dilakukan pemerintah Orde Baru. Anggapan dasar Orde Baru bahwa perbedaan
ideologi adalah sumber perpecahan Bangsa. Asas Tunggal Pancasila dimaksudkan agar
stabilitas politik dan keamanan nasional sebagai faktor terpenting bagi pembangunan nasional
dapat terwujud. Oleh karena itu, semua kekuatan sosial-politik dipaksa mengubah dasarnya
dengan Pancasila. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966
yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan
No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR
No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

B. PROSES PEMBERLAKUAN ASAS TUNGGAL PANCASILA

Tahun 1966 merupakan tahun lahirnya pemerintahan Orde Baru di bawah


kepemimpinan Soeharto. Kemunculan Orde Baru dilatar belakangi oleh berbagai peristiwa,
terutama yang terjadi pada enam tahun terakhir dibawah rezim Orde Lama. Pemerintahan
Orde Lama yang dipimpin Soekarno dengan Demokrasi Terpimpin dan proyek Nasakomnya,
telah digoyang oleh antagonisme politik, kekacauan sosial dan kritis ekonomi dalam
kehidupan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

Orde Baru membedakan dirinya sendiri dari Orde Lama dengan mendefinisikan diri
sebagai:

1. Sebuah tatanan negara dan bangsa yang didasarkan atas pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsisten.
2. Sebuah tatanan yang berusaha mewujudkan citacita kemerdekaan, yaitu keadilan dan
kemakmuran rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila.

3. Sebuah tatanan yang bercita-cita membangun sistem negara dan masyarakat berdasarkan
UUD, demokrasi dan hukum.

4. Sebuah tatanan hukum dan tatanan pembangunan.

C. PRO DAN KONTRA TERHADAP ASAS TUNGGAL PANCASILA

Dalam pemerintahan Orde Baru pada bidang politik, ekonomi, dan budaya telah
didominasi oleh kekuatan-kekuatan non muslim dan orang Islam dilarang memegang bidang-
bidang tersebut. Dapat dikatakan bahwa, Indonesia adalah satu-satunya negara
berpendudukan Islam terbesar di dunia tetapi dengan pengaruh Islam yang paling sedikit.
Selain itu, pemerintah Orde Baru pun didukung secara efektif oleh Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI) dan dengan melihat hal tersebut semakin jelas bahwa
kebangkitan politik umat Islam yang diharap-harapkan sulit untuk diwujudkan.

Muhammad Ali Chozin (2009:11) menyimpulkan:


Memang benar, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang telah ditetapkan 60
tahun yang lalu, namun seolah-olah ada sekelompok orang yang belum puas dengan
ditetapkannya Pancasila sebagai dasar ideologi bernegara. Mereka terus melakukan
pergerakan-pergerakan yang ingin merubah nilai-nilai ‘kesakralan’Pancasila menjadi hanya
sebuah catatan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945. Padahal, mereka sudah dengan berbagai cara, mulai dari cara diplomatik
hingga cara ‘kekerasan bersenjata’, toh tetap gagal juga untuk menggantikan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia. Karena mungkin susahnya untuk merubah ideologi
Pancasila, maka pemerintah di era Orde Baru menetapkan setiap tanggal 1 Juni sebagai
hari Kelahiran Pancasila dan tanggal 1 Oktober sebagai hari Kesaktian Pancasila. Di era
reformasi inilah, mereka mencoba “merangkul” daerah-daerah untuk menerapkan asas-asas
Islam sebagai peraturanperaturan daerah, karena–melihat sejarah panjang bangsa
Indonesia-susah untuk menggantikan Pancasila dengan dasar ideologi Islam sekalipun.
Seiring upaya pemerintah dalam melakukan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni. Diantara pro dan kontranya antara lain:

1) Syarikat Islam dan Orde Baru

Pada masa Orde Baru hanya ada tiga partai Islam yang bertahan, yakni PSII,NU dan Perti
(Persatuan Tarbiyah Islamiyah). Pembentukan Parmusi (Partai Muslimin Indonesia)
diharapkan memberikan sesuatu yang baru bagi politik Islam. Tapi keterlibatan pemerintah
dalam proses pembentukannya menghambat partai tersebut melakukan kegiatan-kegiatan atau
mengambil kebijakan-kebijakan politik yang independen.

Dalam rangka memulihkan kembali demokrasi di dalam negeri, pemilihan umum pertama
diadakan pada tanggal 3 Juli 1971. Dalam pemilu ini, partai-partai Islam terdiri dari PSII,
NU, Perti dan Parmusi, artai-partai non Islam dan sekuler yakni PNI, Parkindo, Partai
Katolik, Partai Murba, dan IPKI dan Golkar didukung Pemerintah, saling bersaing.

Selain memakan korban di Jakarta, pemaksaan asas tunggal Pancasila itu pun memakan
korban kaum Muslimin dalam peristiwa Talangsari di Lampung 1989, dan Haur Koneng di
Majalengka 1993. Alhasil, siapapun yang menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal
merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Karenanya, mereka
akan berhadapan dengan negara. Di era itu, Pancasila dianggap memiliki kesakralan
(kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan. Meski sebenarnya masyarakat tahu bahwa ajaran
itu tidak ada bukti nyatanya. Tapi otoritarianisme Soeharto dan Orde Baru membungkam
semua yang bersikap kritis.

2) Kebijakan Pembangunan/Politik

Banyak juga kebijakan pembangunan/politik yang dibuat pemerintah bertentangan dengan


aspirasi dan kepentingan Islam, diantaranya:

• Pengumuman rancangan Undang-undang Perkawinan pada tahun 1973, yang menimbulkan


protes sangat dahsyat dari hampir semua organisasi Islam, karena rancangan yang dibuat
pemerintah benar-benar mengabaiakn ajaran Islam.

• Pembangunan tempat-tempat perjudian, “lokalisasi”, dan melegalisasikam perjudian


“terselubung” melalui pungutan uang lotre olah raga yang biasa disebut Sumbangan Dana
Sosial Berhadiah.
• Larangan memakai Jilbab di sekolah menengah.

• Program keluarga berencana yang tidak memperhatikan ajaran Islam.

• Maraknya penjualan minuman keras, dan pemberian izin secara bebas oleh pemerintah
untuk membangun kilang-kilang arak.

Pada awal 1980-an rezim Suharto menghendaki agar pancasila dijadikan satu-satunya asas
bagi seluruh partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang ada di Indonesia.Kepercayaan
diri rezim ini dan konsentrasinya untuk mencegah meningkatnya keteguhan Islam untuk
bersatu menjadi gerakan politik yang berbahya membuat rezim ini berusaha mewujudkan
keseragaman ideologis yang lebih besar lagi di seluruh sektor sosial politik. Dalam pidato
tahunannya di depan DPR pada tanggal 10 Agustus 1982, kemudian gagasan presiden itu di
masukkan dalam ketetapan MPR no 11/1983 (pasal 3 bab IV), dengan alasan demi
memelihara, memperkuat dan memantapkan Pancasila dalam kehidupan sosial dan nasional
bangsa, seluruh partai politik dan Golongan Karya harus menjadikan Pancasila sebagai asas
tunggal. Selanjutnya presiden Soeharto menegaskan bahwa “seluruh kekuatan sosial politik
harus menyatakan bahwa dasar ideologi mereka satu-satunya adalah Pancasila

Setelah draf penerapan asas tunggal ini dipublikasikan oleh pemerintah, reaksi yang beragam
muncul di masyarakat. Para pemimpin politik Islam umumnya terpolarisasi dalam menyikapi
rencana asas tunggal tersebut. PB HMI, mulanya menyatakan penolakan terhadap
pemberlakuan asas tunggal tersebut. Demi mempertahankan citra HMI sebagai organisasi
radikal anti pancasila dan menghindari resiko pembubaran, maka pada april 1985 HMI
menyatakan menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Penerimaan asas tunggal oleh HMI
akhirnya menyebabkan HMI menjadi dua kubu, pertama HMI yang diakui oleh Pemerintah
(yang menerima asas tunggal) dan yang kedua HMI Majelis Penyelemat Organisasi (MPO)
yang tatap bersikukuh menolak asas tunggal. Penolakan asas tunggal juga dilakukan oleh
Pelajar Islam Indonesia (PII) yang pada akhirnya PII memilih untuk membubarkan diri dari
pada menerima asas tunggal.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak
Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara, oleh karena itu semua kekuatan sosial-politik dipaksa mengubah
dasarnya dengan Pancasila.

B. SARAN

Demikianlah makalah berjudul “Membaca Kritis Asas Tunggal Pancasila” ini kami
buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah ini.Sehingga perlulah bagi kami, dari para
pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati
lebih baik. Sebagai warga negara yang baik, jika kita telah mengerti dan mengetahui
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila hendaknya dilaksanakan dengan baik
agar terciptanya kondisi masyarakat yang aman, damai, tertib dan tentram. Atas
perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai