Anda di halaman 1dari 9

MEMBACA KRITIS ASAS TUNGGAL PANCASILA

Kelompok 2
Anggota:
Daftar Isi
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,Kami panjatkan puji syukur kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Membaca Kritis Asas
Tunggal Pancasila.

Makalah ini kami buat dengan maksimal sehingga harapan kami makalah ini
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi kalimat maupun bahasa.Oleh karena itu,kami
menerima kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Terima kasih

Yogyakarta,27-09-2017

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan sebuah cita-cita
bangsa yang harus dipertahankan. Pancasila merupakan sebuah asas yang
harus dipertahankan demi keutuhan negara
BAB 2

A. Pengertian Asas Tunggal Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Semua bentuk organisasi tidak boleh
menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas
tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. PROSES PEMBERLAKUAN ASAS TUNGGAL PANCASILA


Tahun 1966 merupakan tahun lahirnya pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Soeharto. Kemunculan Orde Baru dilatar belakangi oleh berbagai
peristiwa, terutama yang terjadi pada enam tahun terakhir dibawah rezim Orde
Lama. Pemerintahan Orde Lama yang dipimpin Soekarno dengan Demokrasi
Terpimpin dan proyek Nasakomnya, telah digoyang oleh antagonisme politik,
kekacauan sosial dan kritis ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
secara menyeluruh.
Orde Baru membedakan dirinya sendiri dari Orde Lama dengan mendefinisikan
diri sebagai:
1. Sebuah tatanan negara dan bangsa yang didasarkan atas pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsisten.
2. Sebuah tatanan yang berusaha mewujudkan citacita kemerdekaan, yaitu
keadilan dan kemakmuran rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila.
3. Sebuah tatanan yang bercita-cita membangun sistem negara dan masyarakat
berdasarkan UUD, demokrasi dan hukum.
4. Sebuah tatanan hukum dan tatanan pembangunan.

C. PRO DAN KONTRA TERHADAP ASAS TUNGGAL PANCASILA


Dalam pemerintahan Orde Baru pada bidang politik, ekonomi, dan budaya telah
didominasi oleh kekuatan-kekuatan non muslim dan orang Islam dilarang
memegang bidang-bidang tersebut. Dapat dikatakan bahwa, Indonesia adalah satu-
satunya negara berpendudukan Islam terbesar di dunia tetapi dengan pengaruh
Islam yang paling sedikit.selain itu, pemerintah Orde Baru pun didukung secara
efektif oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan dengan melihat hal
tersebut semakin jelas bahwa kebangkitan politik umat Islam yang diharap-harapkan
sulit untuk diwujudkan, seiring upaya pemerintah dalam melakukan pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni. Diantara pro dan kontranya antara lain:

1) Syarikat Islam dan Orde Baru


Pada masa Orde Baru hanya ada tiga partai Islam yang bertahan, yakni PSII,NU
dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah). Pembentukan Parmusi (Partai Muslimin
Indonesia) diharapkan memberikan sesuatu yang baru bagi politik Islam. Tapi
keterlibatan pemerintah dalam proses pembentukannya menghambat partai tersebut
melakukan kegiatan-kegiatan atau mengambil kebijakan-kebijakan politik yang
independen.
Dalam rangka memulihkan kembali demokrasi di dalam negeri, pemilihan umum
pertama diadakan pada tanggal 3 Juli 1971. Dalam pemilu ini, partai-partai Islam
terdiri dari PSII, NU, Perti dan Parmusi, artai-partai non Islam dan sekuler yakni PNI,
Parkindo, Partai Katolik, Partai Murba, dan IPKI dan Golkar didukung Pemerintah,
saling bersaing.
Selain memakan korban di Jakarta, pemaksaan asas tunggal Pancasila itu pun
memakan korban kaum Muslimin dalam peristiwa Talangsari di Lampung 1989, dan
Haur Koneng di Majalengka 1993. Alhasil, siapapun yang menolak Pancasila
sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Karenanya, mereka akan berhadapan dengan negara. Di
era itu, Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh
diperdebatkan. Meski sebenarnya masyarakat tahu bahwa ajaran itu tidak ada bukti
nyatanya. Tapi otoritarianisme Soeharto dan Orde Baru membungkam semua yang
bersikap kritis.
2) Kebijakan Pembangunan/Politik
Banyak juga kebijakan pembangunan/politik yang dibuat pemerintah bertentangan
dengan aspirasi dan kepentingan Islam, diantaranya:
Pengumuman rancangan Undang-undang Perkawinan pada tahun 1973, yang
menimbulkan protes sangat dahsyat dari hampir semua organisasi Islam, karena
rancangan yang dibuat pemerintah benar-benar mengabaiakn ajaran Islam.
Pembangunan tempat-tempat perjudian, lokalisasi, dan melegalisasikam
perjudian terselubung melalui pungutan uang lotre olah raga yang biasa disebut
Sumbangan Dana Sosial Berhadiah.
Larangan memakai Jilbab di sekolah menengah.
Program keluarga berencana yang tidak memperhatikan ajaran Islam.
Maraknya penjualan minuman keras, dan pemberian izin secara bebas oleh
pemerintah untuk membangun kilang-kilang arak.

Pada awal 1980-an rezim Suharto menghendaki agar pancasila dijadikan satu-satunya
asas bagi seluruh partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang ada di
Indonesia.Kepercayaan diri rezim ini dan konsentrasinya untuk mencegah
meningkatnya keteguhan Islam untuk bersatu menjadi gerakan politik yang berbahya
membuat rezim ini berusaha mewujudkan keseragaman ideologis yang lebih besar lagi
di seluruh sektor sosial politik. Dalam pidato tahunannya di depan DPR pada tanggal 10
Agustus 1982, kemudian gagasan presiden itu di masukkan dalam ketetapan MPR no
11/1983 (pasal 3 bab IV), dengan alasan demi memelihara, memperkuat dan
memantapkan Pancasila dalam kehidupan sosial dan nasional bangsa, seluruh partai
politik dan Golongan Karya harus menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal.
Selanjutnya presiden Soeharto menegaskan bahwa seluruh kekuatan sosial politik
harus menyatakan bahwa dasar ideologi mereka satu-satunya adalah Pancasila
Setelah draf penerapan asas tunggal ini dipublikasikan oleh pemerintah, reaksi yang
beragam muncul di masyarakat. Para pemimpin politik Islam umumnya terpolarisasi
dalam menyikapi rencana asas tunggal tersebut. PB HMI, mulanya menyatakan
penolakan terhadap pemberlakuan asas tunggal tersebut. Demi mempertahankan citra
HMI sebagai organisasi radikal anti pancasila dan menghindari resiko pembubaran,
maka pada april 1985 HMI menyatakan menerima Pancasila sebagai asas tunggal.
Penerimaan asas tunggal oleh HMI akhirnya menyebabkan HMI menjadi dua kubu,
pertama HMI yang diakui oleh Pemerintah (yang menerima asas tunggal) dan yang
kedua HMI Majelis Penyelemat Organisasi (MPO) yang tatap bersikukuh menolak asas
tunggal. Penolakan asas tunggal juga dilakukan oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) yang
pada akhirnya PII memilih untuk membubarkan diri dari pada menerima asas tunggal.

D. LANDASAN ASAS TUNGGAL PANCASILA


1. UU No. 8 Tahun 1985 dan UU No. 3 Tahun 1985
Pada saat itu (Orde baru) ideologi yang dianut adalah Pancasila, sehingga siapapun
orang yang memunculkan ideology baru akan ditekan dan ditindas, seakan-akan semua
yang dilakukan oleh pemerintah pada masa itu demi melanggengkan kedudukakannya.
terbukti dengan dikeluarkannya UU No. 3 tahun 1985, dan Orde Baru kembali
mengeluarkan kebijakan mengenai Pancasila sebagai asas tunggal untuk organisasi-
organisasi kemasyarakatan melalui UU No. 8 tahun 1985. Yang itu diatur dalam Pasal 2
(1) UU No. 8 Tahun 1985 yang berbunyi Organisasi Kemasyarakatan berasaskan
Pancasila sebagai satu-satunya asas. Organisasi masyarakat diberi waktu dua tahun
untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Banyak Ormas yang
melakukan penolakan, sehingga banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menekan Islam termasuk tindakan represif.
Banyak sekali peraturan atau ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
meyakinkan bahwa ideologi yang satu-satunya harus ditaati adalah Pancasila, dan
partai politik yang harus dipilih oleh rakyat adalah Golkar, bahkan pada saat itu setiap
pegawai negeri sipil diharuskan untuk memilih Golkar. Dengan kenyataan seperti ini,
dengan tekanan dari pemerintah, maka banyak pegawai negeri yang tadinya memilih
partai politik Islam menjadi pindah haluan untuk lebih memilih Golkar dan taat pada
pemerintah, sehingga bisa dipastikan presentase kedudukan partai Islam pada saat itu
sangatlah kecil.

2. Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Orde Baru yaitu :


Berdasarkan SU MPR 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P-4) dan UU No. 3 tahun 1985 tentang partai politik dan Golongan Karya
yang menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
UU No. 3 tahun 1985, Orde Baru kembali mengeluarkan kebijakan mengenai Pancasila
sebagai asas tunggal untuk organisasi-organisasi kemasyarakatan melalui UU No. 8
tahun 1985. Organisasi masyarakat diberi waktu dua tahun untuk menjadikan Pancasila
sebagai satu-satunya asas
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Demikianlah makalah berjudul Membaca Kritis Asas Tunggal Pancasila ini kami buat
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah ini.Sehingga perlulah bagi kami, dari para
pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih
baik. Sebagai warga negara yang baik, jika kita telah mengerti dan mengetahui nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila hendaknya dilaksanakan dengan baik agar
terciptanya kondisi masyarakat yang aman, damai, tertib dan tentram. Atas perhatian
Anda semuanya, kami ucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai