“Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan ketua kehendaki!
Paduka tuan ketua minta dasar, minta “Philosophische Grondslag”, atau jikalau kita boleh
memakai perkataan yang muluk-muluk, paduka tuan ketua yang mulia meminta suatu
“Weltanschauung” diatas mana kita mendirikan negara Indonesia itu.” “Philosophische
Grondslag” berasal dari bahasa Belanda yang berarti norma (lag), dasar (grands), dan yang
bersifat filsafat (philosophische). Selain itu, berasal juga dari bahasa Jerman, yaitu
“Weltanschauung” yang memiliki arti sebagai pandangan mendasar (anshcauung), dengan dunia
(welt). Ketua dan wakil dari Badan Penelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI),
yaitu Radjiman Wedyodiningrat didampingi dua wakil ketua yaitu Raden Pandji Soeroso dan
Ichibangase Yosio dari Jepang mengadakan siding dan muncul rumusan Pancasila, yaitu
“Philosophische Grondslag”.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara (philosophische grondslag) dan pandangan hidup bangsa
(Weltanschauung) . pancasila memiliki sila-sila dan filosofi yang mendasari semua aturan dan
hokum yang berlaku di Indonesia. Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara merupakan
konsekuensi logis yang harus dijadikan landasan pokok serta fundamental. Setiap masyarakat
Indonesia harus mampu menerapkan sikap-sikap tersebut ke dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsan maupun bernegara.