Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

DISUSUN OLEH:
CHEEQA MARDEVI SEPTIA
TINGKAT 1B
224210569

DOSEN PEMBIMBING:
FITRINA BACHTAR, SST, M.Keb

POLTEKKES KEMENKES PADANG


D-III KEBIDANAN BUKITTINGGI
2022/2023
i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyasehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang askeb ibu
bersalin dan juga penulis berterima kasih kepada Ibu selaku fitrina bachtar, SST,M.Keb dosen
mata kuliah Askeb yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
yang membangun guna memperbaiki makalah yang akan penulis buat di masa mendatang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pembaca maupun penulis. Dan juga
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya
penulis mohon maaf sebesar-besarnya jika ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada
yang yang sempurna di dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
1.3. TUJUAN.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1. PENGERTIAN PERSALINAN.............................................................................2
2.2. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN....................................................2
2.3. MEKANISME TAHAPAN PERSALINAN..........................................................3
2.4. TANDA-TANDA PERSALINAN.........................................................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................15
3.1. KESIMPULAN......................................................................................................15
3.2. SARAN..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 synclitismus ...................................................................................................4
Gambar 1.2 Asynclitismus Anterior .................................................................................4
Gambar 1.3 Asynclitismus Posterior.................................................................................5
Gambar 1.4 Kepala Fleksi..................................................................................................6
Gambar 1.5 Putaran paksi dalam.......................................................................................7
Gambar 1.6 gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar............................8
Gambar 1.7 kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang.............................................10
Gambar 1.8 pelepasan plasenta..........................................................................................11
Gambar 1.9 Robekan perineum.........................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga.
Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah memberikan
bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal ini peranan
petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu
agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun
bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin merupakan salah satu kompetensi utama bidan,
oleh karena itu bidan di harapkan dapat melaksanakan tugasnya secara professional dan
berkualitas dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, tanggap terhadap
masalah, mampu memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
sangat di butuhkan karena hal ini sanhat berpengaruh bagi ibu maupun janin yang di
kandungnya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian persalinan?
2. Apa saja sebab-sebab mulainya persalinan?
3. Bagaimana mekanisme tahapan terjadinya persalinan?
4. Bagaimana tanda-tanda persalinan?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui pergertian persalinan
2. Mengetahui sebab-sebab persalinan
3. Mengetahui mekanisme persalinan
4. Mengetahui tanda-tanda persalinan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PERSALINAN


Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara spontan (Manuaba,
1998; Wiknjosastro dkk, 2005). Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka
sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton &
Hall, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2007: 100).

2.2. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN


Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan:

2.1.1. Teori Penurunan Progesteron


Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua hormon ini
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Wiknjosastro dkk,
2005). Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin. Penurunan
kadar progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai
kontraksi (Manuaba, 1998).

2.1.2. Teori Oksitosin


Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot
rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan
menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus
(Manuaba, 1998).

2.1.3. Teori Keregangan Otot Rahim


Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat
mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi (Wiknjosastro dkk, 2005). Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang sampai batas tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati, maka
akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Manuaba, 1998).

2.1.4. Teori Prostaglandin


Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari
minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke waktu partus
2
(Wiknjosastro dkk, 2005). Diperkirakan terjadinya penurunan progesteron
dapat memicu interleukin-1 untuk dapat melakukan “hidrolisis
gliserofosfolipid”, sehingga terjadi pelepasan dari asam arakidonat menjadi
prostaglandin, PGE2 dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya
persalinan, terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan
prostaglandin dalam cairan amnion. Di samping itu, terjadi pembentukan
prostasiklin dalam miometrium, desidua, dan korion leave. Prostaglandin
dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikan dalam
bentuk infus, per os, atau secara intravaginal (Manuaba, 1998).
2.1.5. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang
menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda
bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui secara
pasti. (Manuaba, 1998)
2.1.6. Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh Hippocrates
untuk pertama kalinya (Wiknjosastro dkk, 2005). Hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang (Asrinah dkk, 2010).
2.1.7. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga timbul
kontraksi rahim (Asrinah dkk, 2010).

2.3. MEKANISME TAHAPAN PERSALINAN

Mekanisme Persalinan
a) Engagement
Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan sedangkan pada
multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. engagement adalah peristiwa ketika
diameter biparetal (Jarak antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala
akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggu dengan sutura sgaitalis dalam
antero posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini
disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura
sgaitalis lebih dekat ke promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus.

Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.

1. Masuknya kepala janin dalam PAP

3
a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan
persalinan.
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang
menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan
punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi jam 3
atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke
kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya
kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara
symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada
posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os
parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior
ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan
engagement.

A B

Gambar 1.1 synclitismus Gambar 1.2 Asynclitismus Anterior

4
2. Majunya Kepala janin
a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi,
putaran paksi dalam, dan ekstensi
d. Majunya kepala disebabkan karena:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
3. Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil
yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement
yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan
defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.
Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut
sebagai putaran paksi dalam

5
Gambar 1.4 Kepala Fleksi

4. Putaran paksi dalam


a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah
symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala
sampai di dasar panggul
e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator
ani kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

6
Gambar 1.5 putaran paksi dalam

5. Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK
berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran
paksi luar

7
6. Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya
c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan satunya lagi
menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul
d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat maju
adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput

7. Putaran paksi luar


a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu
akan berada dalam posisi depan belakang.
d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu belakang,
kemudian bayi lahir seluruhnya.

Gambar 1.6 gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
2.3.1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)

8
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri
dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang dari satu
jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks
jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan
pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1
sampai 14,3 jam (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Ibu akan dipertahankan
kekuatan moral dan emosinya karena persalinan masih jauh sehingga ibu dapat
mengumpulkan kekuatan (Manuaba, 2006).
Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali dengan mulai timbulnya
kontraksi uterus yang teratur yang menghasilkan perubahan serviks.
2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih pendek (Wiknjosastro dkk,
2005).

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1.
2.3.2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi lebih
kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di
ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan
dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Wiknjosastro
dkk, 2005).
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu yang dianggap
normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi
kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan
hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini
9
adalah 25-57 menit (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi kala II yaitu 50
menit (Kenneth et al, 2009)
Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan cemas, maka ibu akan mengalami
persalinan yang lebih lama dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang
(Simkin, 2008).

Gambar 1.7 kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3. Kala III (kala uri)

A. Pengertian
1. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban
2. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
3. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
4. Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan .Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
terlepas dari Segmen Bawah Rahim

10
c. Tali pusat memanjang
d. Semburan darah tiba tiba

B. Fisiologi Kala III


Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus, kontraksi
akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran
uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh
karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi
tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-
pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan
berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus
akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus
berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu
seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan
dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.

C. Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan Plasenta


1. Semburan darah
2. Pemanjatan tali pusat
3. Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam abdomen

Gambar 1.8 pelepasan plasenta


11
E. Pemantauan kala III

1. Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada maka
tunggu sampai bayi kedua lahir
2. Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera

2.3.4. Kala IV (2 jam setelah melahirkan)

A. Pengertian
1. Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
2. Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
3. Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4. Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih
sering
5. Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini Ø Observasi
yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400500cc.

B. Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot
uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
C. Tujuh langkah pemantauan yang dilakukan kala IV
1. Kontraksi rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan
uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu
dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus
yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi
kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia
uteri.

2. Perdarahan
Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa

3. Kandung kencing

12
Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk kencing dan kalau
tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas
dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.

4. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak


Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan
laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas : a. Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat I
ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan

b. Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum.
Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur

c. Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan
otot spingter ani external

d. Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior

e. Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan
teknik dan prosedur khusus

Gambar 1.9 Robekan perineum

5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap


6. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
13
a. Keadaan Umun Ibu
1) Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30
menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu tidak stabil pantau
lebih sering
2) Apakah ibu membutuhkan minum
3) Apakah ibu akan memegang bayinya
c. Pemeriksaan tanda vital.
d. Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri:
Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan berada dibawah umbilicus.
Periksa fundus :
1) 2-3 kali dalam 10 menit pertama
2) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
3) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
4) Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi

7. Bayi dalam keadaan baik.

2.4. TANDA-TANDA PERSALINAN


Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
1. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat
sebagai berikut :

1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.


2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran,
penipisan dan pembukaan serviks.
2. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah
sebagai tanda pemula.
a) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
14
b) Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan
tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, serta berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Sebab-sebab mulainya persalinan berdasarkan teori adalah adanya penurunan kadar
progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin.
Meknisme persalinan Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
serviks mencapai pembukaan lengkap (10 cm), kala II dimulai ketika pembukaan lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan pengeluaran lahirnya bayi. Kala III dan IV persalinan
disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala III dan IV persalinan
merupakan kelanjutan dari kala I (kala pembukaan) dan kala II (kala pengeluaran bayi).
Tindakan untuk mencegah perdarahan pasca persalinan, deteksi awal penyulit,
penatalaksanaan penyulit dan rujukan yang sesuai.
Tanda-tanda persalinan itu terdiri dari tanda persalinan sudah dekat (adanya
lightening dan terjadinya his permulaan/his palsu) dan tanda-tanda persalinan
(penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi serviks), kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit),
serta keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina.

3.2. SARAN
Sebagai seorang bidan hendaklah memahami asuhan ibu bersalin, selain itu seorang
ibu saat merasakan tanda-tanda yang telah disebutkan segera menemui tenaga medis
khusus nya bidan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi
2. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

Saifudin dkk (2001), buku acuan Nasional pelayanan kesehatan

Yulizawati, Aldina Ayunda Insani, Lusiana El Sinta B, Feni Andriani. 2019.Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Persalinan . Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai