Anda di halaman 1dari 167

COVER

Note: Mohon Lengkapi Sinopsis Buku (150-


250 Kata)
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAN BAYI BARU LAHIR
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAN BAYI BARU LAHIR
Ririn Widyastuti, S.ST., M.Keb

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.penerbit.medsan.co.id
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
DAN BAYI BARU LAHIR

Ririn Widyastuti, S.ST., M.Keb

Editor:
Rintho R. Rerung

Tata Letak:
Harini Fajar Ningrum
Desain Cover:
Rintho R. Rerung
Ukuran:
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman:
iii, 152
ISBN:
978-623-6068-83-0
Terbit Pada:
April, 2021

Hak Cipta 2021 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.penerbit.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan


hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
‘Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir’.
Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan perkembangan ilmu kebidanan, yang
disesuaikan dengan perkembangan kurikulum dan
capaian pembelajaran khususnya pada Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Buku ini berisi tentang konsep dasar persalinan, faktor-


faktor yang mempengaruhi persalinan, asuhan kebidanan
persalinan pada kala I, II, III dan IV serta asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.

Setelah membaca buku ini, penulis mengharapkan para


pembaca dapat memahami sesuai dengan capaian
pembelajaran yang diharapkan sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam
bidang kebidanan. Kami mengharapkan masukan, kritik
dan saran untuk menyempurnakan buku ini di masa yang
akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kupang, Maret 2021

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................. iii
BAB 1 Konsep Dasar Persalinan .................................... 1
A. Pengertian Persalinan ..................................... 1
B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan .................. 2
C. Tujuan Asuhan Persalinan ............................. 4
BAB 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan .... 6
A. Power/Kontraksi ............................................ 6
B. Passage/Panggul Ibu.................................... 12
C. Passanger ..................................................... 22
D. Psikis ........................................................... 28
E. Penolong ...................................................... 34
BAB 3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ................ 36
A. Persalinan Kala I .......................................... 36
B. Persalinan Kala II ......................................... 81
C. Persalinan Kala III ...................................... 116
D. Persalinan Kala IV ...................................... 127
BAB 4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ........ 141
A. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir ... 141
B. Pencegahan Kehilangan Panas .................... 148
C. Penilaian Bayi Baru Lahir ........................... 149
D. Asuhan Segera Bayi Baru lahir
(PP IBI, 2016) ............................................. 149
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 155

iii
iv
BAB 1
Konsep Dasar Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan periode dari awal kontraksi


uterus yang regular sampai terjadinya ekspulsi
plasenta (Cunningham et al., 2012). Persalinan
didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur
yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks
sehingga hasil konsepsi dapat keluar dari uterus
(Heffner & Schust, 2008). Persalinan dikatakan
normal apabila Usia kehamilan cukup bulan (37 – 42
minggu), persalinan terjadi spontan, presentasi
belakang kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam
dan tidak ada komplikasi pada ibu maupun janin
(Kemenkes RI, 2015). Jadi persalinan merupakan
proses dimana hasil konsepsi (janin, plasenta dan
selaput ketuban) keluar dari uterus pada kehamilan
cukup bulan (≥ 37 minggu) tanpa disertai penyulit.

1
KONSEP DASAR PERSALINAN

B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Teori-teori yang menyebabkan terjadinya persalinan


adalah sebagai berikut:

1. Teori penurunan kadar progesterone

Progesterone menyebabkan otot pada uterus


mengalami relaksasi. Selama hamil terjadi
keseimbangan hormon estrogen dan
progesteron dalam darah. Pada akhir kehamilan
terjadi penurunan hormon progesteron
sehingga menyebabkan kontraksi uterus
(Bagian Obstetri & Ginekologi FK Universitas
Padjajaran, 1983).

2. Teori Oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin


bertambah. Oksitosin merangsang otot-otot
miometrium pada uterus untuk berkontraksi.
Hormon oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis
posterior. Oksitosin bekerja pada sel miometrium
untuk mengaktivasi protein-G. kemudian
protein ini akan mengaktivasi fosfolipase dan
inositol trifosfat yang menyebabkan pelepasan
Ca2+ intraseluler. Oksitosin berperan pada
pengontrolan terjadinya persalinan. Beberapa
hari sampai beberapa minggu sebelum
persalinan, aktivitas miometrium berubah dari
kontraktur menjadi kontraksi. Oksitosin juga

2
KONSEP DASAR PERSALINAN

memiliki peran dalam mendorong janin keluar


(ekspulsi) dari uterus setelah serviks berdilatasi
sempurna. Oksitosin juga dapat menginduksi
produksi prostaglandin (Heffner & Schust,
2008).

3. Keregangan otot

Dengan bertambahnya usia kehamilan, maka


otot-otot miometrium pada uterus semakin
teregang dan uterus lebih rentan untuk
berkontraksi.

4. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin


memegang peranan karena pada anensephalus
kehamilan sering lebih lama dari biasanya.

5. Teori prostaglandin

Salah satu penyebab terjadinya persalinan


adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin
yang berada di cairan ketuban maupun darah
perifer ibu merangsang miometrium
berkontraksi. (Bagian Obstetri & Ginekologi FK
Universitas Padjajaran, 1983). Prostaglandin
meningkatkan Ca2+ intraseluler dengan
meningkatkan influx Ca2+ melewati membran
sel dengan menstimulasi pelepasan kalsium
dari simpanan intraseluler dengan

3
KONSEP DASAR PERSALINAN

pembentukan gap junction miometrium (Heffner


& Schust, 2008).

C. Tujuan Asuhan Persalinan

Berdasarkan Kennedy, Ruth & Martin (2013),


persalinan merupakan proses yang alamiah.
Sebagian besar perempuan dapat melalui proses
persalinan dengan aman karena asuhan yang
suportif seperti rasa empati, kasih sayang dan
dukungan sehingga ibu dapat menjalani proses
persalinan dengan nyaman.

Tujuan asuhan persalinan adalah:

1. Meningkatkan perilaku koping ibu

2. Memberikan lingkungan yang aman bagi ibu


dan janin

3. Memberikan dukungan kepada ibu sehingga


ibu dapat melalui proses persalinan dengan
aman.

4. Memenuhi keinginan dan pilihan ibu selama


persalinan

5. Memberikan rasa nyaman dan meredakan


nyeri

6. Memberikan ketenangan dan informasi dengan


memperhatikan budaya ibu dan keluarga.

4
KONSEP DASAR PERSALINAN

5
BAB 2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persalinan

P ersalinan dapat berlangsung dengan lancar apabila


terdapat koordinasi yang baik antara power, passage,
passanger, psikis dan penolong. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan.

A. Power/Kontraksi

Berdasarkan Kennedy et al (2013), uterus terdiri dari


tiga lapisan jaringan (Gambar 2.1), yaitu:

1. Perimetrium yaitu membran terluar yang tebal


dan membungkus uterus

2. Miometrium yaitu lapisan tengah yang


mengandung sel otot khusus yaitu sel
miometrum

3. Endometrium yaitu lapisan terdalam yang


mengandung kelenjar dan jaringan nutrient.

6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Gambar 2.1 Uterus

Pada saat miometrium terjadi kontraksi, uterus


terpisah menjadi dua bagian berbeda (Gambar 2.2).
Bagian atas (Segmen atas rahim/SAR) terjadi
pemendekan dan penebalan serat miometrium
sehingga menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Uterus
dipersiapkan untuk mendorong bayi saat persalinan.
Bagian bawah uterus (Segmen bawah rahim/SBR)
menjadi lebih tipis, lunak dan relaks. Saat
miometrium relaksasi bagian bawah menjadi lebih
panjang sehingga bayi menjadi lebih mudah
didorong saat persalinan. Tekanan ke bawah akibat
kontraksi segmen fundus ditransmisi secara
perlahan ke segmen bawah yang pasif atau porsio
serviks, menyebabkan terjadinya effacement
(penipisan serviks) dan dilatasi serviks. Serviks
tertarik keatas dan melewati bayi, memungkinkan
bayi turun ke jalan lahir. Serviks dibentuk oleh
bagian dalam, yaitu ostium uteri internum dan bagian
luar, yaitu ostium uteri eksternum (Gambar 2.3).

7
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Gambar 2.3 Perubahan


Gambar 2.2 Perubahan pada
uterus dan serviks seiring Serviks
dengan kemajuan persalinan
A. Serviks sebelum
normal
penipisan.
A. Uterus dan serviks pada B. Penipisan pada fase awal.
akhir kehamilan. C. Penipisan disertai dengan
B. Uterus dan serviks pada sedikut dilatasi.
permulaan kala I. D. Penipisan dan dilatasi
C. Uterus dan serviks pada serviks lengkap
akhir kehamilan.
Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri dan
menyebar ke depan dan ke bawah abdomen. Setelah
kontraksi, terjadi retraksi sehingga rongga uterus
mengecil dan janin terdorong ke bawah. Kontraksi
paling kuat di fundus dan berangsur berkurang ke
bawah.

Kontraksi memiliki pola seperti gelombang yang


dapat dibagi menjadi beberapa segmen (Gambar 2.4)
sebagai berikut:

1. Kenaikan, biasanya merupakan bagian


terpanjang kontraksi

2. Puncak, bagian kontraksi yang paling pendek


tetapi paling kuat

3. Penurunan, hilangnya kontraksi yang cukup


cepat.

8
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Gambar 2.4 Segmen Kontraksi

Karakteristik kontraksi antara lain:

1. Frekuensi yaitu seberapa sering kontraksi pada


10 – 15 menit dan semakin memendek seiring
kemajuan persalinan. Kontraksi dapat terjadi
sangat sering yaitu setiap 2-3 menit pada akhir
persalinan. Frekuensi kontraksi tidak
mencerminkan intensitas kontraksi.

2. Keteraturan yaitu saat persalinan telah


dimulai, kontraksi terjadi dengan pola
berirama.

3. Durasi yaitu lama kontraksi meningkat seiring


dengan kemajuan persalinan. Kontraksi pada
awal persalinan dapat terjadi singkat yaitu 30
detik dan meningkat secara bertahap hingga 90
detik.

4. Intensitas yaitu karakteristik ini dapat dikaji


sebagai lemah, sedang atau kuat. Kekuatan
kontraksi meningkat seiring dengan
peningkatan intensitas persalinan. Variabel
yang mempengaruhi intensitas (kekuatan)
kontrakasi adalah paritas, kondisi serviks, obat
nyeri dan penggunaan oksitosin eksogen.

9
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Untuk memperoleh perkiraan intensitas, anda


dapat melakukan palpasi abdomen ibu dengan
menggunakan tangan anda.

Cara mengkaji kontraksi dengan cara sebagai


berikut:

1. Subjektif, yaitu melalui hasil pengkajian data


subjektif dari pasien. Pasien akan memberikan
respon terhadap pertanyaan seperti, “Kapan
mulainya terjadi kontraksi?”, “seberapa sering
kontraksi terjadi?”, “Berapa lama kontraksi
berlangsung?”, dan “Apakah kontraksi semakin
kuat?”

2. Palpasi, merupakan metode pengkajian yang


efisien, menggunakan permukaan palmar
ujung jari. Ujung jari harus terus bergerak
mengikuti kontraksi untuk terus melakukan
palpasi perubahan uterus melalui dinding
abdomen (Gambar 2.5).

Intensitas kontraksi uterus dapat dideskripsikan


sebagai berikut:

1. Lemah, uterus dapat dilekukkan menggunakan


tekanan ringan

2. Sedang, uterus melekuk jika diberikan tekanan


kuat pada saat puncak kontraksi

10
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

3. Kuat, uterus terasa keras dan tidak dapat


dilekukkan pada puncak kontraksi

Saat mengkaji kontraksi, anda dianjurkan untuk


duduk di sisi tempat tidur ibu selama 20–40 menit
dengan menggunakan ujung jari anda diletakkan
dibagian bawah fundus abdomen ibu. Tindakan
tesebut membantu anda mendeteksi awal dan akhir
kontraksi secara akurat. Anda tidak dapat hanya
melihat ekspresi ibu seperti kegelisahan atau
pernyataan bahwa kontraksi mulai terjadi karena
ibu sering kali tidak menyadari perubahan awal pada
otot uterus. Rasional anda meletakkan ujung jari di
dekat puncak uterus yaitu karena uterus memiliki
area pacemaker, yaitu merupakan sekelompok sel
miometrium yang sangat mudah dirangsang dan
bertanggungjawab untuk memulai kontraksi
(Gambar 2.6). Pacemaker terletak di kedua sisi
uterus di dekat saluran tuba falopii. Kontraksi mulai
terjadi dibagian atas uterus dan berjalan ke bawah
di sepanjang badan utama uterus.

.
Gambar 2.5 Jari yang Gambar 2.6
memalpasi diletakkan dekat A. Area dimulainya
bagian atas uterus. kontraksi uterus (lokasi
pacemaker).
B. Jalur Kontraksi

11
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Perbedaan His Pendahuluan dan His Persalinan


ditampilkan dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Perbedaan His Pendahuluan dan


His Persalinan
His Pendahuluan His Persalinan

Tidak teratur Teratur


Tidak nyeri Nyeri
Tidak pernah kuat Tambah kuat sering
Tidak ada pengaruh Ada pengaruh pada
pada serviks serviks

B. Passage/Panggul Ibu

(Bagian Obstetri & Ginekologi FK Universitas


Padjajaran, 1983)

1. Anatomi Panggul Ibu

Panggul ibu (Gambar 2.7) terdiri atas:

a. Jalan lahir keras dibentuk oleh tulang. Tulang


panggul terdiri oleh 4 buah tulang yaitu 2
tulang pangkal paha (ossa coxae), 1 tulang
kelangka (os sacrum) dan 1 tulang tungging (os
coccyges)

1) Tulang pangkal paha (ossa coxae) terdiri atas


3 buah tulang yaitu tulang usus (os ilium),
tulang duduk (os ischium) dan tulang
kemaluan (os pubis) yang berhubungan satu
sama lain pada acetabulum yaitu cawan
untuk kepala tulang paha (caput femoris).

12
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

2) Tulang Usus (Os Ilium)

Tulang usus merupakan tulang terbesar dari


panggul dan membentuk bagian atas dan
belakang dari panggul. Bagian atas tulang
usus merupakan pinggir tulang yang tebal
yang disebut dengan crista iliaca. Ujung
depan maupun belakang dari crista iliaca
menonjol disebut dengan spina iliaca anterior
superior (SIAS) dan spina iliaca posterior
superior (SIPS). Dibawah SIAS terdapat spina
iliaca anterior inferior dan dibawah SIPS
terdapat spina iliaca posterior inferior serta
dibawah spina iliaca posterior inferior
terdapat incisura ischiadica mayor. Pada os
ilium terdapat bagian yang menjadi batas
antara panggul besar dan panggul kecil yaitu
linea innominata/linea terminalis.

3) Tulang Duduk (Os Ischium)

Tulang duduk terdapat pada sebelah bawah


dari tulang usus. Bagian pinggir belakang
berduri disebut dengan spina ischiadica.
Dibawah spina ischiadika terdapat incisura
ischiadica minor. Pinggir bawah tulang
duduk sangat tebal, bagian inilah yang
mendukung berat badan ketika duduk yaitu
tuber ischiasicum.

13
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

4) Tulang Kemaluan (Os Pubis)

Terdapat sebelah bawah dan depan dari


tulang usus. Dengan tulang duduk, tulang
ini membatasi sebuah lubang dalam tulang
panggul yang dinamakan dengan foramen
obturatorium. Tangkai tulang kemaluan yang
berhubungan dengan tulang usus disebut
dengan ramus superior ossis pubis
sedangkan yang berhubungan dengan
tulang duduk disebut dengan ramus inferior
ossis pubis. Ramus inferior kiri dan kanan
membentuk arcus pubis.

Gambar 2.7 Tulang Panggul

b. Jalan lahir lunak yang dibentuk oleh otot-otot


dan ligament

Bagian ini terdiri-dari ligamentum dan otot


meliputi dinding sebelah dalam dan menutupi
panggul sebelah bawah. Bagian yang menutupi
panggul dari bawah dan membentuk dasar
panggul disebut diafragma pelvis. Diafragma

14
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

pelvis berfungsi untuk menahan genetalia


interna pada tempatnya. Bila bagian ini lemah
atau rusak, berisiko mengalami prolaps organ
genetalia terutama uterus. Penyusun diafragma
pelvis adalah bagian dalam oleh muskulus
levator ani; dan bagian luar berupa
lapisan/membran yaitu diafragma urogenitalis.
Muskulus Levanor Ani, terletak agak ke
belakang, berfungsi juga sebagai sekat yang
ditembus oleh rektum. Terdiri dari tiga bagian.
Dari depan ke belakang yaitu muskulus
Pubococcygeus; muskulus Iliococcygeus;
muskulus Ischiococcygeus. Antara muskulus
pubococcygeus kiri dan kanan terdapat celah
segitiga disebut hiatus urogenitalis yang
ditutupi oleh diafragma urogenital, ditembus
oleh uretra dan vagina.

2. Ukuran-Ukuran Panggul

a. Panggul Luar

Ukuran panggul luar (Gambar 2.7) terdiri dari:

1) Distansia spinarum: diameter antara dua


spina iliaka anterior superior kanan dan kiri:
24- 26 cm.

2) Distansia kristarum: diameter terbesar kedua


crista iliaka kanan dan kiri: 28-30cm.

15
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

3) Distansia boudeloque atau konjugata


eksterna: diameter antara lumbal ke- 5
dengan tepi atas symfisis pubis 18-20 cm.

Ketiga distansia ini diukur dengan jangka


panggul.

4) Lingkar panggul: jarak antara tepi atas


symfisis pubis ke pertengahan antara
trokhanter dan spina iliaka anterior superior
kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi
sebelahnya sampaai kembali ke tepi atas
symfisis pubis. Diukur dengan metlin.
Normal 80-90 cm.

b. Panggul Dalam

1) Pintu Atas Panggul (PAP) adalah batas dari


panggul kecil berbentuk bulat oval. PAP
dibatasi oleh promontorium, sayap sacrum,
linea innominata, ramus superior ossis pubis
dan pinggir atas symphisis. Ukuran pada
PAP (gambar 2.8) terdiri dari:

a) Ukuran muka belakang (diameter


anteroposterior, conjugate vera)

Dari promontorium ke pinggir atas


symphisis, terkenal dengan nama
conjugata vera dengan ukuran 11 cm.
ukuran ini adalah ukuran yang terpenting
dari panggul. Conjugata vera tidak dapat

16
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

diukur secara langsung tapi dapat


diperhitungkan dari conjugata diagonalis
(dari promontorium ke pinggir bawah
symphisis). Conjugata diagonalis ini dapat
diukur dengan jari pada saat pemeriksaan
dalam (Gambar 2.9).

Gambar 2.8 Bentuk PAP

Apabila panggul sempit, conjugata vera


dapat diperhitungkan dengan mengurangi
conjugata diagonalis dengan 1,5 – 2 cm
(CV = CD – 1,5). Pada panggul normal jari
tak cukup panjang untuk mencari
promontorium.

Gambar 2.9
Cara mengukur Conjugata Diagonalis

17
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

b) Ukuran melintang (diameter transversa)

Merupakan ukuran terbesar antara linea


innominata diambil tegak lurus pada
conjugata vera (Ind. 12,5 cm, Eropa 13,5
cm).

c) Kedua ukuran serong (diameter oblique)

Dari articulation sacro iliaca ke tuberculum


pubicum dari belahan panggul yang
bertentangan (13 cm)

2) Bidang Luas Panggul

Bidang luas panggul adalah ukuran-ukuran


yang terbesar. Bidang ini terbentang antara
pertengahan symphisis, pertengahan
acetabulum dan pertemuan antara sacral II &
III. Ukuran muka belakang 12,75 cm dan
ukuran melintang 12,5 cm. Pada bidang ini
tidak menimbulkan kesukaran dalam
persalinan.

3) Bidang Sempit Panggul

Bidang sempit panggul merupakan bidang


dengan ukuran ukuran terkecil. Bidang ini
terdapat setinggi pinggir bawah symphisis,
kedua spina ischiadica dan memotong
sacrum ± 1 – 2 cm, diatas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran

18
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

melintang 10 cm dan diameter sagitalis


posterior ialah dari sacrum ke pertengahan
antara spina ischiadica 5 cm. Kesempitan
pintu bawah panggul biasanya disertai
kesempitan bidang sempit panggul.

4) Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan satu bidang,


tetapi terdiri dari 2 segitiga dengan dasar
yang sama, yaitu garis yang
menghubungkan kedua tuber ischiadicum
kiri dan kanan. Puncak dari segitiga yang
belakang adalah ujung os sacrum, sisinya
adalah ligamentum sacro tuberosum kiri dan
kanan. Segitiga depan dibatasi oleh arcus
pubis.

c. Inklinatio pelvis

Adalah kemiringan panggul, sudut yang


terbentuk antara bidang semu. Pintu atas
panggul dengan garis lurus tanah sebesar 55-
60 derajat.

d. Sumbu panggul

Sumbu secara klasik garis yang


menghubungkan titik persekutuan antara
diameter transversa dan conjugata vera pada
pintu atas panggul dengan titik sejenis di hodge
II, III, dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu

19
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

lurus sejajar dengan sacrum, untuk seterusnya


melengkung ke depan, sesuai dengan
lengkungan sacrum. Diameter bidang pintu
atas panggul tengah, pintu bawah dan sumbu
jalan lahir menentukan mungkin tidaknya
persalinan pervaginam berlangsung dan
bagaimana janin dapat menuruni jalan lahir.
Sudut sub pubis yang menunjukkan jenis
lengkung pubis serta panjang ramus pubis dan
diameter intertuberositas, merupakan bagian
terpenting. karena pada tahap awal janin harus
melalui bagian bawah lengkung pubis maka
sudut subpubis yang sempit kurang
menguntungkan jika dibandingkan dengan
lengkung yang bulat dan lebar.

e. Bidang Panggul

Bidang hodge adalah bidang semu sebagai


pedoman untuk menentukan kemajuan
persalinan yaitu seberapa jauh penurunan
kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina
toucher (VT). Adapun bidang hodge (Gambar
2.10) sebagai berikut:

1) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas


Panggul (PAP) yang dibentuk oleh
promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap
sacrum, linia inominata, ramus superior os
pubis, tepi atas symfisis pubis.

20
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

2) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah


symfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge
I).

3) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika


berhimpit dengan PAP (Hodge I).

4) Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis


berhimpit dengan PAP(Hodge I).

Gambar 2.10 Bidang Hodge

f. Bentuk Panggul

Bentuk panggul (Gambar 2.11) dikelompokkan


sebagai berikut:

1) Ginekoid (tipe wanita klasik)

2) Android (mirip panggul pria)

3) Anthropoid (mirip panggul kera anthropoid)

4) Platipeloid (panggul pipih)

21
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Ginekoid Android Anthropoid Platipeloid

Gambar 2.11 Bentuk Panggul

C. Passanger

Berdasarkan Kennedy et al (2013), passanger terdiri


dari janin (kepala janin), plasenta dan air ketuban.

1. Kepala Janin

Sutura adalah ruang diantara tulang kranial


yang dilapisi oleh membran. Fontanela adalah
ruang yang dilapisi oleh membran, tempat
pertemuan sutura cranium. Merasakan garis
sutura dan fontanela saat periksa dalam
membantu mengidentifikasi posisi janin
(Gambar 2.12)

22
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Terdapat dua penanda penting yang dibentuk


oleh sutura, yang bermanfaat dalam
mengidentifikasi posisi kepala janin di panggul.

a. Fontanela anterior (Gambar 2.13),


berbentuk berlian dan berukuran 2 x 3
cm. terkadang fontanela ini disebut
dengan bregma. Saat kepala janin fleksi
sedang atau hiperekstensi, fontanela ini
dapat teraba. Fontanela ini masih terbuka
sampai sekitar 18 bulan setelah kelahiran
untuk memfasilitasi perkembangan otak.

b. Fontanela posterior (Gambar 2.14)

Fontanela posterior (Gambar 2.14), lebih


kecil dan berbentuk segitiga. Saat kepala
fleksi sempurna, fontanela ini dapat
teraba. Fontanela posterior menutup
sekitar 12 minggu setelah kelahiran.

23
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Jika kepala Jika bokong Letak janin


berada dibagian menjadi bagian dianggap
bawah disebut terendah maka transversal jika
letak sefalik disebut letak aksis panjang
sungsang janin terletak
melintasi spina ibu
Gambar 2.15 Letak Janin

Sikap merujuk pada hubungan bagian janin satu


sama lain. Biasanya sikap janin fleksi atau ekstensi
terhadap spina janin. Penonjolan kepala
menggambarkan kepala janin yang dapat diraba
dengan meletakkan kedua tangan di kedua sisi
uterus dan teraba turun kearah panggul. Ketika
kepala fleksi normal, penonjolan kepala teraba disisi
yang berlawanan dengan punggung janin, pada
gambar 2.17 penonjolan ini ditemukan pada bagian
kiri bawah abdomen ibu. Hiperekstensi kepala
mengakibatkan presentasi wajah saat lahir.
Penonjolan kepala dirasakan pada sisi yang sama

24
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

dengan punggung janin. Pada gambar 2.18,


penonjolan ini ditemukan pada bagian bawah
abdomen ibu.

Gambar 2.17 Posisi Gambar 2.18 Posisi


Penonjolan kepala pada penonjolan kepala
sikap fleksi normal pada sikap
hiperektensi

Fleksi terjadi ketika dagu dekat


dengan dada, lengan dan tungkai
terlipat di depan tubuh dan
punggung bungkuk. Posisi janin ini
menghasilkan pengukuran kepala
terkecil terhadap jalan lahir panggul
dan merupakan satu satunya sikap
normal.

Ekstensi terjadi ketika kepala


tengadah dan dada serta abdomen
sedikit melengkung.
Pada posisi ekstensi ekstrim, wajah
janin menjadi bagian terendah saat
turun melewati panggul. Sikap ini
dapat menimbulkan trauma pada

25
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

bayi, yang seringkali tidak dapat


dilahirkan pervaginam karena
diameter kepala lebih besar.

Sikap mileter terjadi ketika posisi


janin tidak fleksi ataupun ekstensi

Sikap ekstensi sebagian terjadi ketika


kepala mengalami ekstensi sedang

Gambar 2.16
Tipe Sikap Janin
(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017)

Tabel 2.2 Tipe Presentasi Janin


Presentasi Penunjuk Keterangan
Bahu Presentasi bahu jarang
menjadi terjadi
bagian
terendah

(Bahu)
Bokong Faktor risiko terjadinya
menjadi presentasi sungsang
bgian adalah: Plasenta previa,
terendah hidramnion, kehamilan
kembar, prematur,
riwayat sungsang
(Sungsang) sebelumnya, grande
multipara, hidrosefalus,
anensefalus, kelainan
uterus

26
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Kepala Saat kepala janin fleksi


menjadi sempurna dan verteks
bagian menjadi bagian
terendah presentasi.

(Sefalik)

2. Plasenta

Struktur plasenta akan lengkap pada minggu


ke 12, plasenta terus tumbuh meluas sampai
minggu ke 20 saat plasenta menutupi sekitar
setengah permukaan uterin. Plasenta
kemudian tumbuh menebal. Percabangan villi
terus berkembang kedalam tubuh plasenta,
meningkatkan area permukaan fungsional.
Fungsi plasenta adalah sebagai organ
metabolisme, organ yang melakukan tranfer
dan organ endokrin yang berperan dalam
sintesis, produksi dan sekresi baik hormon
protein maupun hormon steroid (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).

3. Air Ketuban

Ruangan amnion berisi 1000 – 1500 cc air


ketuban. Apabila jumlahnya lebih dari 2 liter
dinamakan polyhidramnion. air ketuban
bersifat alkali (Heffner & Schust, 2008).

27
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Fungsi air ketuban adalah (Cunningham et al.,


2012):

a. Memungkinkan anak bergerak dengan


bebas dan tumbuh dengan bebas ke
segala arah. Hal ini sangat penting karena
seandainya anak tertekan oleh alat
sekitarnya maka pertumbuhannya akan
terganggu.

b. Melindungi anak terhadap


pukulan/goncangan dari luar dan ibu
terhadap gerakan gerakan anak. Apabila
air ketuban berkurang, ibu akan
merasakan nyeri.

c. Mempertahankan suhu yang tetap bagi


anak.

d. Pada persalinan: selama selaput ketuban


tetap utuh, cairan amnion/air ketuban
melindungi plasenta dan tali pusat dari
tekanan kontraksi uterus. Cairan ketuban
juga membantu penipisan dan dilatasi
serviks.

D. Psikis

Fenomena psikologis pada persalinan bervariasi


tergantung kepribadian ibu. Faktor psikologis
ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab
lamanya persalinan, his menjadi kurang baik,

28
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

pembukaan menjadi kurang lancar. Perasaan takut


dan cemas merupakan faktor utama yang persalinan
dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan
dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.

Asuhan yang diberikan untuk mengatasi masalah


psikologi pada ibu bersalin adalah sebagai berikut:

1. Prenatal yoga, Pada saat melakukan gerakan


yoga, hipotalamus akan mempengaruhi sistem
saraf otonom yaitu menurunkan aktivitas saraf
simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf
parasimpatis. Yoga akan menghambat
peningkatan saraf simpatis sehingga hormon
penyebab disregulasi tubuh dapat dikurangi
jumlahnya. Sistem saraf parasimpatis memberi
sinyal untuk mempengaruhi pengeluaran
katekolamin, yang mengakibatkan terjadi
penurunan detak jantung, irama nafas,
tekanan darah, ketegangan otot, tingkat
metabolisme, dan produksi hormon penyebab
kecemasan atau stres. Prenatal care yoga
mempengaruhi hipotalamus untuk menekan
sekresi CRH yang akan mempengaruhi kelenjar
hipofisis lobus anterior untuk menekan
pengeluaran hormon ACTH sehingga produksi
hormon adrenal dan kortisol menurun serta
memerintahkan kelenjar hipofisis lobus anterior
mengeluarkan hormon endorpin. Teknik latihan

29
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

nafas adalah latihan yang sangat baik untuk


mengendalikan dan mengatur pernafasan.
Latihan ini merileksasikan, menguatkan dan
mengembalikan sistem respirasi dan sistem
saraf ke posisi dan fungsi yang tepat, serta
meningkatkan kapasitas dan elastisitas paru-
paru. Latihan ini memberikan efek rileksasi
untuk alam pikiran dan perasaan (Gustina,
2020).

2. Terapi musik klasik, musik klasik sangat efektif


untuk mengurangi kecemasan pada ibu
bersalin kala I fase laten. Mendengarkan musik
klasik dapat menciptakan afirmasi yang positif
dalam diri nya dan dapat merangsang sekresi
endorfin sehingga stilmulus kecemasan pada
ibu berkurang. Musik klasik terbukti dapat
membantu wanita mengatur pola pernafasan
karena musik klasik memberikan energi
melalui irama sehingga dapat membantu
mengurangi kecemasan pada ibu bersalin
(Parung, Novelia, & Suciawati, 2020).

3. Dukungan suami, suami yang mendampingi


ibu selama proses persalinan sangat membantu
mewujudkan persalinan yang lancar. Bentuk
dukungan suami adalah membantu ibu
berganti posisi, mengajak ibu bercerita,
melakukan rangsangan taktil, memberikan

30
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

makanan dan minuman, dan memberikan


kenyamanan, perhatian serta menenangkan
hati ibu dalam menghadapi dan menjalani
proses persalinan, sehingga dapat membantu
memperlancar persalinan. Dukungan suami
dapat mempersingkat waktu kala I fase aktif
(Kurniawati, Setiyowati, & Fitriyah, 2021).
Selain itu dukungan suami dapat mengurangi
rasa nyeri pada ibu. Berdasarkan Kurniarum
(2016), tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi nyeri adalah:

a. Kompres panas

Kompres dapat dilakukan dengan


menggunakan handuk panas, silika gel
yang telah dipanaskan, kantong nasi
panas atau botol yang telah diiisi air
panas. Dapat juga langsung dengan
menggunakan shower air panas langsung
pada bahu, perut atau punggung jika dia
merasa nyaman. Kompres panas dapat
meningkatkan suhu lokal pada kulit
sehingga meningkatkan sirkulasi pada
jaringan untuk proses metabolisme
tubuh. Hal tersebut dapat mengurangi
spasme otot dan mengurangi nyeri.

Saat yang tepat pemberian kompres


panas, yaitu saat ibu mengeluh sakit atau

31
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

nyeri pada daerah tertentu, saat ibu


mengeluh adanya tanda-tanda
ketegangan otot saat ibu mengeluh ada
perasaan tidak nyaman. Kompres panas
tidak diberikan pada ibu dalam keadaan
demam dan disertai tanda-tanda
peradangan lain, mengompres daerah
yang mengalami peradangan (ditandai
dengan bengkak, panas, dan merah)
dapat memperluas peradangan, atau
kompres panas tidak dilakukan jika
petugas takut dengan kemungkinan
terjadinya demam akibat kompres hangat.

b. Kompres dingin.

Cara pemberian kompres dingin adalah


dengan meletakkan kompres dingin
butiran es, handuk basah dan dingin,
sarung tangan karet yang diisi dengan
butiran es, botol plastik dengan air es
pada punggung atau perineum. Selain itu
kompres dingin dapat digunakan pada
wajah ibu yang bengkak, tangan dan kaki
serta dapat diletakkan pada anus untuk
mengurangi nyeri haemorrhoid pada kala
II. Kompres dingin sangat berguna untuk
mengurangi ketegangan otot dan nyeri
dengan menekan spasme otot (lebih lama

32
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

daripada kompres panas) serta


memperlambat proses penghantaran rasa
sakit dari neuron ke organ. Kompres
dingin juga mengurangi bengkak dan
mendinginkan kulit. Kompres dingin
diberikan pada kondisi nyeri punggung,
rasa panas saat inpartu, haemoroid yang
menimbulkan sakit. Setelah persalinan,
kompres dingin dapat digunakan pada
perineum. Kompres dingin tidak diberikan
pada saat ibu menggigil atau jika ibu
mengatakan tidak ada perubahan dengan
kompres panas dan menimbulkan iritasi.

c. Hidroterapi

Hidroterapi adalah jenis terapi yang


menggunakan media air dengan suhunya
tidak lebih 37 – 37,5ᵒC untuk mengurangi
rasa sakit, ketegangan otot, nyeri atau
cemas pada beberapa wanita. Hidroterapi
juga dapat mengurangi nyeri punggung
dengan menggunakan teknik tertentu,
diantaranya sebagai berikut:

1) Hip Squeeze, kedua tangan memberi


tekanan pada otot gluteal (daerah
bokong) bergerak ke atas. Teknik ini
mengurangi ketegangan pada sakro
iliaka dan juga pada ligamentum.

33
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

2) Knee Press, dilakukan penekanan


pada lutut dengan posisi duduk.
Cara ini dapat mengurangi nyeri
punggung.

E. Penolong

Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang


mempunyai legalitas dalam menolong persalinan
antara lain dokter, bidan serta mempunyai
kompetensi dalam menolong persalinan, menangani
kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika
diperlukan. Kewenangan bidan untuk memberikan
pelayanan kesehatan ibu diatur dalam Undang
undang Nomor 4 Tahun 2019. Pelayanan kesehatan
ibu terdiri dari memberikan asuhan kebidanan pada
masa sebelum hamil, kehamilan normal, persalinan
dan menolong persalinan normal, masa nifas,
pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas dan rujukan serta melakukan deteksi
dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, persalinan, pasca persalinan, nifas serta
asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan
rujukan (Presiden Republik Indonesia, 2019).

34
35
BAB 3
Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin

A. Persalinan Kala I

1. Tahapan Persalinan Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya


kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan
kala I terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase
aktif.

a. Fase laten persalinan dimulai dari ibu


merasakan kontraksi yang dapat menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks bertahap
sampai dengan pembukaan 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung ± 8 jam.

b. Fase aktif persalinan ditandai dengan adanya


kontraksi uterus yang semakin adekuat (≥ 3
kali dalam waktu 10 menit dan berlangsung ≥
40 detik). Pembukaan serviks dari 4 cm ke 10
cm dengan kecepatan rata-rata 1 cm
(primigravida) dan ≥ 1 – 2 cm (multigravida).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pada

36
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi,


dilatasi maksimal dan deselerasi.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Kala I

Identifikasi masalah dilakukan terhadap


permasalahan yang mungkin ditemukan pada
saat kala I. Hal-hal yang perlu dikaji pada awal
persalinan adalah sebagai berikut:

a. Riwayat Kesehatan

1) Untuk mendiagnosa persalinan dan untuk


memantau kemajuan persalinan, maka perlu
dilakukan anamnesa riwayat kesehatan
pada ibu bersalin.

2) Menilai kapan mulai terjadi his/kontraksi,


lama dan intensitas kontraksi serta apakah
ada perdarahan pervaginam atau apakah air
ketuban sudah pecah atau belum?

3) Tanyakan kesehatan ibu secara umum dan


kesejahteraan selama kehamilan. Perlu
diketahui gerakan janin dalam 24 jam
terakhir, presentasi janin dan riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

4) Tanyakan riwayat kesehatan/kondisi medis


yang membutuhkan pemantauan selama
persalinan seperti diabetes militus,
hipertensi atau infeksi.

37
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

b. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Bersalin dan Janin

Langkah pemeriksaan pada ibu bersalin diuraikan dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Keterampilan Pemeriksaan pada Ibu Bersalin dan Janin


PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN KETERANGAN
DAN JANIN
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN
1. Inspeksi (mengobservasi kesehatan umum Pemeriksaan fisik ibu bersalin tidak terlalu
dan karakteristik khusus pasien secara menyeluruh dibanding pemeriksaan yang
seksama dan tidak tergesa-gesa dilakukan pada kunjungan prenatal pertama.
2. Palpasi (merasakan atau menyentuh
bagian yang dievaluasi)
3. Auskultasi (mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh, biasanya
menggunakan steteskop)
PERSIAPAN
1. Minta ibu untuk mengosongkan kandung Kandung kemih yang penuh dapat
kemih menyebabkan pemeriksaan abdomen atau
kandung kemih menjadi tidak nyaman
2. Ikuti langkah pengkajian yang sistematis Lakukan pengkajian mulai dari kepala
dan logis. Gunakan seluruh panca indra pasien kemudian bergerak kebawah hingga
untuk mendapatkan data pengkajian

38
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN KETERANGAN


DAN JANIN
ke jari kaki pasien sehingga tidak ada bagian
yang tertinggal
3. Jelaskan kepada ibu prosedur yang akan dilakukan
4. Buat tangan menjadi hangat dengan menggosokkan kedua tangan bersamaan atau
merendam tangan dengan air hangat
5. Catat temuan anda secara sistematis Kecuali anda menggunakan daftar tilik
(check list), tulis temuan anda secara
sistematis sesuai urutan pemeriksaan yang
dilakukan
WAKTU YANG TEPAT UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN
1. Pengkajian awal dilakukan segera untuk Pemeriksaan dilakukan sesegera mungkin.
mengevaluasi persalinan dan semua tanda Ibu dapat mengubah posisi menjadi berbaring
masalah miring atau duduk tegak. Posisi ini dapat
meningkatkan curah jantung ibu serta
mengoptimalkan sirkulasi uteroplasenta bagi
janin.
2. Kaji: Pengkajian awal dan seksama terhadap
a. Penampilan umum, Perhatikan adanya status fisik pasien dapat memberikan
edema pada wajah, tangan dan kaki petunjuk terjadinya masalah. Sebagai
b. Tanda-tanda vital contoh, jika TD meningkat, evaluasi tanda
berikut:

39
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN KETERANGAN


DAN JANIN
c. Abdomen, Tentukan frekuensi, durasi • Edema pada tangan dan kaki
dan intensitas kontraksi • Protein dalam urine
d. Posisi janin • Adanya sakit kepala dan penglihatan
e. DJJ kabur
f. Tinggi fundus uteri (TFU) • Peningkatan indek laboratorium
preeklampsia
• Nyeri epigastrium
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk Pemeriksaan dalam tidak boleh dilakukan
menentukan: pada ibu yang belum masuk persalinan dan
a. Penipisan serviks mengalami pecah ketuban. Pemeriksaan
b. Dilatasi serviks dan station speculum steril menggunakan teknik aseptic
c. Banyaknya bloody show ketat akan memberikan informasi kepada
d. Status ketuban apakah sudah pecah anda apakah serviks sudah mengalami
dan banyaknya cairan amnion dilatasi atau belum. Periksa dalam saja
Catatan: ibu dengan kehamilan kurang dapat menyebabkan gangguan ibu dan janin
bulan yang belum masuk persalinan dan akibat korioamniotis. Manajemen ibu hamil
yang sudah mengalami pecah ketuban bergantung pada apakah ketuban sudah
serta tidak menunjukkan adanya gawat pecah atau belum, bukan pada dilatasi
janin seharusnya tidak mendapatkan serviks.
pemeriksaan dalam.

40
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU BERSALIN KETERANGAN


DAN JANIN
POSISI TERBAIK PADA SAAT PEMERIKSAAN
1. Minta pasien berbaring telentang saat anda Anda perlu memastikan bahwa pasien tidak
mulai melakukan pemeriksaan berbaring datar guna menghindari sindrom
hipotensi supine
2. Tinggikan kepala tempat tidur atau meja periksa sehingga pasien merasa nyaman
MELENGKAPI PENGKAJIAN UMUM
1. Beri perhatian seksama pada penampilan Perhatikan ekspresi ibu, apakah ibu tampak
umum pasien. Catat: cemas dan stress akibat kontraksi yang
a. Tanda kegawatan sering dan kuat. Perhatikan ibu cara
b. Warna kulit mengatasi masalahnya dan ajarkan teknik
c. Gerakan pernafasan untuk menghilangkan rasa sakit
d. Kebersihan diri dan mengajarkan cara pernafasan yang
e. Bau efektif untuk mengurangi rasa sakit.
f. Ekspresi wajah Perhatikan pendamping ibu pada saat
g. Pola bicara persalinan. Ajarkan kepada pendamping ibu
h. Sikap untuk memberikan dukungan kepada ibu
i. Perasaan dan memberikan makanan/minuman pada
j. Status kesadaran saat tidak terjadi kontraksi. Apabila ibu tidak
ditemani oleh pendamping, maka anda
berperan sebagai pendamping ibu.

41
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

TANDA-TANDA VITAL
1. Tekanan Darah (pastikan untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah
diantara kontraksi)
a. Manset harus terpasang pas dilengan
dan berukuran tepat. Manset harus Gambar 3.1 Posisi Mengukur Tekanan
20% lebih lebar dibandingkan lingkar Darah
lengan.
b. Ukur tekanan darah pasien pada posisi
duduk (Gambar 3.1) atau berbaring
miring kiri.
c. Bandingkan hasil pembacaan tekanan
darah anda dengan pembacaan tekanan Gambar 3.2 Pemasangan Manset
darah ibu pada saat prenatal. • Manset yang terlalu kecil dapat
Pasien dapat mengalami gangguan mengakibatkan pembacaan tekanan
hipertensi jika tekanan darah: darah tidak akurat, yaitu menjadi lebih
1) 140/90 mmHg atau lebih tinggi tinggi, sementara manset yang terlalu
(hipertensi ringan) besar dapat mengakibatkan pembacaan
2) 160/110 mmHg atau lebih tinggi tekanan darah menjadi lebih rendah.
(hipertensi berat) • Tekanan darah di arteri dipengaruhi oleh
Untuk menilai ada tidaknya hipertensi posisi. Saat duduk tekanan di arteri
pada ibu: brachialis paling tinggi. Saat berbaring

42
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1) Ibu yang mengalami perubahan miring kanan/kiri, tekanan ini menjadi


tekanan darah tersebut dapat lebih rendah.
mengalami hipertensi akibat • Peningkatan tekanan darah sistolik,
kehamilan, hipertensi kronis, tetapi tekanan darah diastolik normal
hipertensi gestasional, Preeklamsia dapat menunjukkan ansietas.
dan eklampsia.
2) Anda juga harus melakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
a) Tentukan apakah urine
mengandung protein.
b) Periksa adanya oedema pada
wajah, ujung jari dan pretibia.
c) Lakukan pemeriksaan terhadap
hiperfleksia.
d) Tanyakan apakah ibu
mengalami sakit kepala atau
penglihatan kabur atau apakah
ia melihat bintik hitam di
matanya.
2. Nadi (Rentang normal, 60 hingga 90 Peningkatan denyut nadi dapat terjadi akibat
denyut/menit) ansietas, dehidrasi, nyeri dan pada kasus
masalah jantung.

43
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

3. Pernafasan Hindari menghitung frekuensi pernafasan


saat kontraksi uterus, karena frekuensi
pernafasan dapat abnormal tinggi atau
abnormal rendah akibat stres atau akibat
penggunaan teknik bernafas.
4. Suhu tubuh (Rentang normal 36.5ᵒ c Perhatikan tanda infeksi atau dehidrasi jika
hingga 37.5ᵒc suhu tubuh melebihi 37.5ᵒc.
ABDOMEN
1. Inspeksi
a. Inspeksi adanya jaringan parut, strie Strie adalah garis kemerahan dan mengkilat
(stretch mark) dan kesimetrisan yang tampak pada payudara, abdomen, paha,
abdomen. dan bokong akibat peregangan kulit dan
b. Jika anda mendeteksi jaringan parut jaringan dibawahnya.
dan ibu mengatakan bahwa jaringan Jaringan parut vertikal akibat pelahiran
parut tersebut muncul akibat sectio sesarea klasik sebelumnya cenderung
pembedahan pada uterus dan ibu lebih mudah ruptur dibanding jaringan parut
dalam kondisi persalinan aktif, maka horizontal dibagian bawah abdomen. Bentuk
konsultasikan dengan dokter. abdomen yang abnormal harus menjadi
perhatian terkait posisi janin (misalnya letak
transversa)
2. Palpasi

44
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

a. Mempersiapkan Ibu • Otot abdomen relaks dan palpasi bagian


1) Minta ibu mengosongkan kandung janin secara umum menjadi lebih mudah.
kemih • Lutut yang sedikit fleksi menurunkan
2) Bantu ibu untuk naik ke tempat tidur, ketegangan otot abdomen.
posisi ibu berbaring terlentang. • Gulungan handuk/kain atau bantal kecil
3) Tinggikan sedikit kepala dan bahu dapat diletakkan disalah satu sisi pinggul
ibu. Minta ibu menekuk lutut dan punggung ibu. Hal ini terutama
sehingga telapak kaki ibu menapak penting jika ibu mengalami hipotensi
pada tempat tidur supine (rasa ingin pingsan akibat
4) Lakukan pemeriksaan diantara penurunan sirkulasi ke jantung dan otak
kontraksi jika persalinan sudah saat posisi telentang).
dimulai.
5) Hangatkan tangan.
b. Penentuan letak janin dengan menggunakan manuver Leopold I-IV
1) Leopold I: menentukan TFU dan
bagian janin yang terletak di fundus
uteri (dilakukan sejak awal TM I).
Caranya:
a) Pasien diminta menekuk letutnya
sedikit
b) Dengan kedua belah tangan,
diraba fundus uteri dengan Gambar 3.3 Pemeriksaan Leopold I

45
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

memanfaatkan kepekaan jari-jari


tangan.
c) Tentukan TFU
d) Tentukan bagian janin yang berada
pada fundus uteri (apakah kepala,
bokong atau bagian yang lain).
e) Upayakan untuk menggerakkan
kepala dari sisi ke sisi guna
menentukan apakah kepala:
▪ Floating (di Luar Panggul)
▪ Dipping (Sebagian masuk
panggul)
▪ Mendekati engagement (sudah
berada di panggul dan tidak
dapat digerakkan)

46
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2) Leopold II: menentukan bagian janin


pada sisi kiri dan kanan ibu. Letak
punggung janin (pada letak
membujur) dan kepala janin (pada
letak lintang). Pemeriksaan Leopold II
dilakukan mulai akhir TM II. Caranya:
a) Kaki pasien masih ditekuk
b) Bagian samping uterus diraba dan
dirasakan sebelah mana punggung Gambar 3.4 Pemeriksaan Leopold II
janin. punggung janin teraba
sebagai tekanan yang lebih keras
dan memanjang dari atas ke
bawah, sedangkan disisi lainnya
dapat teraba bagian bagian kecil
janin.
c) Hindari gerakan menyodok dengan
ujung jari karena tindakan ini
dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan membuat
informasi yang akan digali tidak
didapatkan.

47
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

3) Leopold III: menentukan bagian janin


yang terletak di bagian bawah uterus
(dilakukan mulai akhir TM III).
Caranya:
a) Kaki pasien masih ditekuk
b) Dengan menggunakan satu
tangan, diraba bagian bawah
uterus dan coba untuk Gambar 3.5 Pemeriksaan Leopold III
menggoyang sedikit.
c) Bila teraba bagian yang besar,
bulat, keras, melintang berarti
kepala.
d) Bila teraba bayi besar, tidak
bulat, tidak rata dan tidak
melintang dan sukar digerakkan
berarti bokong.
e) Bila tidak teraba bagian besar
atau teraba kosong kemungkinan
letak lintang.
4) Leopold IV: Menentukan berapa jauh
masuknya bagian terendah janin ke

48
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

pap (dilakukan saat UK > 36 minggu).


Caranya:
a) Pasien diminta untuk
meluruskan kakinya
b) Pemeriksa menghadap ke arah
kaki pasien
c) Kedua tangan diletakkan pada
kedua sisi bagian bawah uterus
d) Raba dengan sedikit penekanan Gambar 3.6 Pemeriksaan Leopold IV
apakah terasa bagian terdepan
janin telah masuk pap atau
belum
e) Bila jari-jari tangan saling
bertemu (convergen) berarti
bagian terdepan belum turun.
f) Bila jari-jari kedua tangan saling
menjauh (divergen) berarti
bagian terdepan sudah turun.
c. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pengukuran TFU adalah • Kandung kemih yang penuh
menyebabkan kesalahan pengukuran
tinggi fundus sebanyak 2 – 3 cm.

49
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1) Memantau pertumbuhan dan • Posisi ibu mempengaruhi pengukuran


perkembangan janin dibandingkan TFU, Tidak terdapat data penelitian yang
dengan usia kehamilan. mendukung posisi selain terlentang untuk
2) Menentukan Umur Kehamilan. pengukuran TFU.
Langkah-langkah pengukuran TFU • Secara umum, TFU meningkat sekitar 1
adalah sebagai berikut: cm per minggu setelah umur kehamilan
a) Posisikan ibu hamil dalam 20 minggu.
posisi terlentang dan pastikan • Apabila TFU rendah dan tidak sesuai
kandung kemih kosong. dengan umur kehamilan, maka:
b) Bentangkan pita pengukur (cm) a. TFU yang selalu rendah dapat berarti
dengan titik 0 berada diatas bahwa janin memiliki laju
symphysis pubis, melalui pusat pertumbuhan yang lambat. Kondisi ini
sampai ke arah fundus disebut dengan reriksi pertumbuhan
(upayakan pita pengukur dalam intrauteri (IUGR) dan dapat
kondisi terbalik untuk menyebabkan masalah serius pada
mengurangi bias pengukuran). bayi baru lahir. Janin yang mengalami
IUGR perlu dikaji dan dilakukan
observasi.
b. TFU yang rendah dapat terjadi pada
letak transversal.
c. Kaji riwayat medis dan prenatal ibu
terhadap penyakit jantung,

50
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Gambar 3.7 Pengukuran TFU < 20 peningkatan tekanan darah, terpapar


Minggu dengan palpasi Jari Tangan. penyakit menular, insiden demam,
menggigil, diare, muntah. Kebiasaan
merokok dan minum alkohol serta
penggunaan obat.
d. Kaji ibu kemungkinan terdapat tanda
preeklampsia (hipertensi, edema dan
protein urine)
e. Konsultasi dengan Dokter.

Gambar 3.8 Pengukuran TFU > 22


Minggu dengan Pita ukur (cm) • Apabila TFU melebihi dari seharusnya
umur kehamilan, maka: palpasi abdomen
c) Hasil pengukuran TFU ibu terhadap adanya cairan amnion yang
dikatakan normal apabila berlebihan. Jumlah cairan amnion yang
sesuai dengan umur kehamilan berlebihan mengindikasikan adanya
dalam minggu ± 2 cm. kehamilan kembar, janin dengan kelainan
kongenital, ibu penderita diabetes militus
atau sifilis dan ibu mengalami
inkompatibilitas darah (isoimunisasi Rh).

51
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

d. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin


Denyut jantung janin (DJJ) merupakan indicator kesejahteraan janin. Bila DJJ terdengar
paling jelas dibagian sebelah atas pusat ibu bagian kiri atau kanan, berarti janin letak
sungsang. Bila DJJ terdengar paling jelas dibagian sebelah bawah pusat ibu berarti letak
kepala.

Pengukuran DJJ dengan Alat ukur DJJ (Leannec/ Alat ukur DJJ (Dopler)
Leannec/Funanduscope Funanduscope)
Gambar 3.9 Pengukuran DJJ dan Alat Ukur Pengukuran DJJ
PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH
Secara perlahan, palpasi abdomen bawah tepat Nyeri tekan suprapubis dapat menandakan
diatas tulang symfisis pubis untuk infeksi kandung kemih. Tanda dan gejala
menentukan apah kandung kemih penuh atau seperti peningkatan suhu, sensasi terbakar
terdapat nyeri tekan. saat berkemih dan sering berkemih harus
didiskusikan.
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS BAWAH

52
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1) Inspeksi adanya varises. Palpasi Varises yang teraba hangat dapat


menggunakan kedua tangan untuk mengindikasikan thromboflebitis (inflamasi
mengetahui adanya nyeri tekan, mulai vena akibat bekuan darah)
dari belakang lutut, menyusuri tungkai
hingga pergelangan kaki (Gambar 4.11).

Jika ibu mengalami nyeri tekan terhadap


pemeriksaan, dorsifleksikan kaki (yaitu
menekukan kaki ke arah lutut) dan
tanyakan kepada ibu apakah ibu
mengalami nyeri betis akibat tindakan ini. Gambar 3.10 Pemeriksaan Varises
Nyeri betis akibat dorsifleksi kaki
menandakan kemungkinan tromboflebitis.
Nyeri betis akibat dorsifleksi kaki disebut
dengan Tanda Homan.

Gambar 3.11 Pemeriksaan Dorsifleksi kaki

53
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2) Tekan secara tegas dengan ibu jari selama Edema pretibia dikaji sebagai berikut:
sekitar 5 detik pada area pretibia (tulang 1+ : sedikit dugaan rasa penuh
kering) untuk menguji edema oasa kedua 2+ : rasa penuh
tungkai (Gambar 3.12). 3+ : pemucatan kulit dan lesung yang terlihat
Edema tungkai dengan nilai 3+ dan 4+ saat jari menekan area.
sering kali disertai edema wajah dan 4+ : lekukan akibat penekanan jari (pitting)
tangan. Saat mengalami edema 3+ dan 4+ yang menetap selama beberapa detik dan
ibu harus dikaji untuk mengetahui secara bertahap berkurang.
adanya preeklampsia. Evaluasi tekanan
darah, protein urine dan sakit kepala atau Edema tidak dianggap sebagai kriteria
gangguan penglihatan. diagnostik yang reliabel untuk
preeklampsia

Gambar 3.12 Pemeriksaan pada area


pretibia

54
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

3) Untuk memicu reflek tendon profunda,


pasien harus rileks. Atur posisi tungkai
dengan menyokong pada lutut dengan
satu tangan atau lengan pada posisi
setengah fleksi sambil meminta pasien
untuk merelaksasikan tungkainya
(Gambar 3.13). ketuk tendon patella
dengan cepat, tepat dibawah tempurung
lutut. Tindakan ini juga dapat dilakukan Gambar 3.13 Pemeriksaan Reflek Patella
oleh pasien dengan posisi duduk (Gambar (Posisi Tidur)
3.14). Lakukan pengamatan adanya reflek
dengan cepat.
Reflek dinilai dengan skala 0 – 4
4 + : luar biasa cepat (hiperaktif),
seringkali menandakan status
penyakit sistem saraf pusat.
3 + : lebih cepat dari kebanyakan orang
2 + : rata-rata, normal.
1 + : lemah, normal rendah
0 : datar, tidak ada respon
Adanya klonus menandakan bahwa
sistem saraf pusat mengalami iritasi Gambar 3.14 Pemeriksaan Reflek Patella
berat, walaupun pada beberapa pasien (Posisi Duduk)

55
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

klonus semata mata timbul akibat


ansietas. Klonus dapat berkaitan
dengan preeklampsia sedang – berat.

56
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

c. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

1. Asuhan Tubuh dan Fisik

Kebutuhan dasar manusia merupakan


unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam menjaga keseimbangan baik secara
fisiologis maupun psikologis yang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Prihartanta, 2015).Teori
kebutuhan yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar
yaitu:
Kebutuhan fisiologis, meliputi: kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, kebutuhan
eliminasi, posisi dan ambulasi, hygiene,
istirahat, pengurangan rasa nyeri,
penjahitan perineum (bila perlu), dan
pertolongan persalinan terstandar.

a) Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama


proses persalinan perlu diperhatikan oleh
bidan, terutama pada kala I dan kala II,
dimana oksigen yang ibu hirup sangat
penting untuk oksigenasi janin melalui
plasenta. Suplai oksigen yang tidak
adekuat, dapat menghambat kemajuan

57
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

persalinan dan dapat mengganggu


kesejahteraan janin. Oksigen yang
adekuat dapat diupayakan dengan
pengaturan sirkulasi udara yang baik
selama persalinan. Ventilasi udara perlu
diperhatikan, apabila ruangan tertutup
karena menggunakan AC, maka pastikan
bahwa dalam ruangan tersebut tidak
terdapat banyak orang. Hindari
menggunakan pakaian yang ketat,
sebaiknya penopang payudara dapat
dilepas/dikurangi kekencangannya.
Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen
adekuat adalah Denyut Jantung Janin
(DJJ) baik dan stabil

b) Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan


minum) merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi dengan baik oleh ibu
selama proses persalinan. Asupan
makanan yang cukup merupakan sumber
dari glukosa darah, sebagai sumber
utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar
gula darah yang rendah mengakibatkan
hipoglikemia. Asupan cairan yang kurang,
mengakibatkan dehidrasi. Hipoglikemia
mempengaruhi kontraksi, sehingga

58
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

menghambat kemajuan persalinan dan


meningkatkan insiden persalinan dengan
tindakan, serta dapat meningkatkan
risiko perdarahan postpartum. Pada
janin, mempengaruhi kesejahteraan
janin, sehingga dapat mengakibatkan
komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat
mengakibatkan lambatnya kontraksi, dan
mengakibatkan kontraksi menjadi tidak
teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi
dapat diamati dari bibir yang kering,
peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi
yang sedikit. (Kurniarum, 2016).

c) Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama


persalinan perlu difasilitasi oleh bidan,
untuk membantu kemajuan persalinan
dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Anjurkan ibu untuk berkemih secara
spontan sesering mungkin atau minimal
setiap 2 jam sekali selama persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat
mengakibatkan:

1) Menghambat proses penurunan bagian


terendah janin ke dalam rongga

59
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

panggul, terutama apabila berada di


atas spina isciadika.

2) Menurunkan efisiensi kontraksi.

3) Meningkatkan rasa tidak nyaman yang


tidak dikenali karena bersama dengan
munculnya kontraksi uterus

4) Meneteskan urin selama kontraksi


yang kuat pada kala II

5) Memperlambat kelahiran plasenta

6) Mencetuskan perdarahan pasca


persalinan, karena kandung kemih
yang penuh menghambat kontraksi
uterus.

7) Apabila masih memungkinkan,


anjurkan ibu untuk berkemih di kamar
mandi, namun apabila sudah tidak
memungkinkan, bidan dapat
membantu ibu untuk berkemih dengan
wadah penampung urin. Bidan tidak
dianjurkan untuk melakukan
kateterisasi secara rutin sebelum
ataupun setelah kelahiran bayi dan
placenta. Kateterisasi hanya dilakukan
apabila terjadi retensi urin, dan ibu
tidak mampu untuk berkemih secara
mandiri. Kateterisasi meningkatkan

60
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

risiko infeksi dan trauma atau


perlukaan pada saluran kemih ibu.
Sebelum memasuki proses persalinan,
sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah
buang air besar (BAB). (Kurniarum,
2016).

d) Posisi dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas


adalah posisi persalinan pada kala I dan
posisi meneran pada kala II (Lihat di
Manajemen Asuhan Kala II)

e) Hygiene

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu


bersalin perlu diperhatikan bidan dalam
memberikan asuhan pada ibu bersalin,
karena personal hygiene yang baik dapat
membuat ibu merasa aman dan relaks,
mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan
dan memelihara kesejahteraan fisik dan
psikis. Tindakan personal hygiene pada
ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan
diantaranya: membersihkan daerah
genetalia (vulva-vagina, anus), dan
memfasilitasi ibu untuk menjaga

61
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

kebersihan badan dengan mandi. Mandi


pada saat persalinan tidak dilarang. Pada
sebagian budaya, mandi sebelum proses
kelahiran bayi merupakan suatu hal yang
harus dilakukan untuk mensucikan
badan, karena proses kelahiran bayi
merupakan suatu proses yang suci dan
mengandung makna spiritual yang dalam.
Secara ilmiah, selain dapat
membersihkan seluruh bagian tubuh,
mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi
darah, sehingga meningkatkan
kenyamanan pada ibu, dan dapat
mengurangi rasa sakit. Selama proses
persalinan apabila memungkinkan ibu
dapat diijinkan mandi di kamar mandi
dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi


peningkatan bloodyshow dan ibu sudah
tidak mampu untuk mobilisasi, maka
bidan harus membantu ibu untuk
menjaga kebersihan genetalianya untuk
menghindari terjadinya infeksi
intrapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan
daerah genetalia dapat dilakukan dengan
melakukan vulva hygiene menggunakan

62
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

kapas bersih yang telah dibasahi dengan


air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).

2. Menilai dan Membuat Diagnosa

Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data


yang diperoleh, yaitu apakah ibu sedang
inpartu kala I fase laten atau fase aktif.

3. Menilai Kemajuan Persalinan

Informasi kemajuan persalinan terdiri dari


penipisan serviks, pembukaan serviks,
penurunan kepala/bagian terendah janin,
pola kontraksi (frekuensi, durasi, intensitas),
perubahan perilaku pada ibu, tanda dan
gejala transisi dan menjelang kala II
persalinan, posisi nyeri punggung bawah,
posisi lokasi intensitas maksimal denyut
jantung janin.

4. Membuat Rencana Tindakan Pada Ibu


Bersalin

Rencana tindakan pada ibu bersalin dibuat


berdasarkan analisa masalah. Rencana dan
penatalaksanaan dibuat untuk mengetahui
kemajuan persalinan dan menemukan
masalah serta dapat mengambil keputusan
yang cepat dan tepat.

63
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

5. Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Janin


(Partograf)

Partograf adalah alat untuk mencatat hasil


observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam
proses persalinan serta merupakan alat
utama dalam mengambil keputusan klinik,
khususnya pada saat persalinan kala I.

Manfaat partograf adalah:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan


persalinan dengan memeriksa
pembukaan serviks berdasarkan hasil
pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan


berjalan secara normal. Mendeteksi
secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama. Hal ini merupakan bagian
terpenting dalam pengambilan keputusan
klinik pada kala I.

Cara pengisian partograf adalah sebagai


berikut ini:

a. Pengisian Identitas

Pengisian identitas terdiri dari Nomor


register, Identitas Ibu dan suami, umur
ibu, gravida, para, abortus, umur
kehamilan, tanggal dan jam masuk klinik,

64
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

waktu pecah ketuban dan waktu sejak


merasakan mules serta alamat ibu
(Gambar 3.15).

Gambar 3.15 Identitas Ibu

b. Kondisi Janin (Denyut Jantung Janin dan


Warna Air Ketuban)

1) Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit


(lebih sering jika ada tanda gawat
janin). setiap kotak dipartograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom kiri
menunjukkan DJJ. Catat dengan
memberikan tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ kemudian
hubungkan yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tegas dan
bersambung.

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali


melakukan periksa dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Catat temuan dalam kotak yang

65
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

sesuai di bawah lajur DJJ dengan


menggunakan lambang lambang
berikut ini: ‘U’ berarti selaput ketuban
masih utuh/belum pecah, ‘J’ berarti
selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban berwarna jernih, ‘M’ berarti
selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur dengan
mekoneum, ‘D’ berarti selaput ketuban
sudah pecah dan air ketuban
bercampur dengan darah dan ‘K’ berarti
selaput ketuban sudah pecah tapi air
ketuban tidak mengalir lagi/kering.

3) Penyusupan (molase) tulang kepala


janin

Penyusupan adalah indikator penting


tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri terhadap
bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajad penyusupan
atau tumpang tindih antar tulang
kepala semakin menunjukkan risiko
disproporsi kepala panggul (CPD).
Ketidakmampuan untuk berakomodasi
ditunjukkan melalui derajad
penyusupan (molase) yang berat hingga
tulang kepala yang saling menyusup,

66
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

dan sulit untuk dipisahkan. Apabila


terdapat dugaan CPD maka penting
untuk memantau kondisi janin serta
kemajuan persalinan. Lakukan
tindakan pertolongan awal yang sesuai
dan rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
rujukan.

Gambar 3.16 Pengisian DJJ, Air Ketuban dan


Penyusupan Kepala

Setiap kali melakukan pemeriksaan


dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. catat temuan
yang ada di kotak yang sesuai (Gambar
3.16) dibawah lajur air ketuban dengan
menggunakan lambang lambang
sebagai berikut:

0: (tulang-tulang kepala janin terpisah,


sutura dengan mudah dapat
dipalpasi)

1: (tulang-tulang kepala janin hanya


saling bersentuhan)

67
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2: (tulang-tulang kepala janin saling


tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan)

3: (tulang-tulang kepala janin saling


tumpah tindih dan tidak dapat
dipisahkan)

c. Kemajuan Persalinan

1) Dilatasi Serviks/Pembukaan Serviks

a) Pengisian pembukaan serviks setiap


4 jam atau apabila terdapat indikasi.

b) Pengisian pembukaan serviks


dimulai pada saat fase aktif
persalinan dengan memberikan
tanda ‘X’ di garis waktu sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan
serviks.

c) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom


pembukaan serviks yang sesuai
dengan besarnya pembukaan serviks
pada fase aktif persalinan yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan
dalam.

d) Untuk pemeriksaan pertama pada


fase aktif persalinan, temuan
pembukaan serviks dari hasil

68
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

periksa dalam harus dicantumkan


pada garis waspada. Pilih angka
yang sesuai dengan bukaan serviks
dan cantumkan tanda ‘x’ pada
ordinat titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada (Gambar
3.17). Hubungkan tanda ‘x’ dari
setiap pemeriksaan dengan garis
utuh dan tidak terputus.

Contoh Pengisian dilatasi serviks:

Gambar 3.17 Pengisian Partograf Dilatasi Serviks


Keterangan: Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm
dan ibu dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat pada
garis waspada dan waktu pemeriksaan ditulis
dibawahnya.
2) Penurunan Bagian Terbawah Janin

Pemeriksaan penurunan kepala


(perlimaan) menunjukkan seberapa
jauh bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul (Gambar
3.18). Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan serviks selalu

69
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

diikuti dengan turunnya bagian


terbawah janin. tapi ada kalanya
penurunan bagian terbawah janin baru
terjadi setelah pembukaan serviks
mencapai 7 cm. Penulisan penurunan
kepala tertera disisi yang sama dengan
angka pembukaan serviks. Berikan
tanda ‘0’ yang ditulis pada garis waktu
yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil
pemeriksaan palpasi kepala diatas
simphisis pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda ‘0’ di garis 4.
Hubungkan tanda ‘0’ di dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.

Gambar 3.18 Penurunan Kepala


Keterangan: Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5 dan
pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5.

3) Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir

70
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

pada titik dimana pembukaan lengkap


diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke
sebalah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit (fase aktif memanjang, serviks
kaku atau inersia uteri hipotonik).
Pertimbangkan perlunya melakukan
intervensi bermanfaat yang diperlukan
misalkan persiapkan rujukan. Garis
bertindak sejajar dengan dan disebelah
kanan (berjarak 4 jam) garis bertindak.
Jika pembukaan serviks telah
melampaui dan berada disebelah
kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukkan perlu tindakan untuk
menyelesaikan persalinan. Sebaiknya
ibu harus sudah berada di tempat
rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.

4) Kontraksi uterus

Di bawah lajur waktu partograf,


terdapat lima kotak dengan tulisan

71
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

‘kontraksi per 10 menit’ disebelah luar


kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi
dalam 10 menit dan lama kontraksi
dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan sesuaikan
dengan angka yang mencerminkan
temuan dari hasil pemeriksaan
kontraksi (Gambar 3.19).

Gambar 3.19 Kontraksi Uterus

d. Kondisi Ibu (tekanan darah, nadi, suhu,


volume urine, obat dan cairan).

1) Tekanan darah, Nadi dan Suhu

a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30


menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya
penyulit). Beri tanda titik (.) pada
kolom waktu yang sesuai.

72
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

b) Nilai dan catat tekanan darah setiap


4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika di duga adanya
penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang
sesuai.

c) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu


(lebih sering jika terjadi peningkatan
mendadak atau diduga adanya
infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperatur tubuh pada kotak yang
sesuai.

2) Volume Urin, Protein dan Aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin


ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali
ibu berkemih). Jika memungkinkan,
setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan aseton dan protein dalam
urin.

3) Pemberian Obat (Oksitosin, Obat


obatan lain dan cairan IV)

a) Jika tetesan oksitosin sudah


dimulai, catat setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan
per volume cairan IV dan dalam
satuan tetesan per menit.

73
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

b) Catat semua pemberian obat-obatan


tambahan dan atau cairan IV dalam
kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.

4) Cairan

Catat pemberian makan dan minum


pada ibu bersalin.

74
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

d. Indikasi Untuk Melakukan Tindakan/Rujukan Pada Kala I Persalinan (JNPK, 2007)

Tabel 3.2 Indikasi Untuk Melakukan Tindakan/Rujukan Pada Kala I Persalinan


Temuan/Anamnesis dan atau Pemeriksaan Rencana Asuhan
Riwayat bedah sesar • Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Perdarahan per vaginam selain lendir Jangan melakukan pemeriksaan dalam
bercampur darah • Baringkan ibu ke sisi kiri
• Pasang infus (ukuran 16 atau 18) dan
berikan infus RL atau NS
• Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Kurang dari ≤ 37 minggu • Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Ketuban pecah disertai dengan keluarnya • Baringkan ibu ke sisi kiri
mekonium kental • Dengarkan DJJ
• Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Ketuban pecah dan air ketuban bercampur Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tana gawat
dengan sedikit mekonium disertai tanda gawat janin lakukan asuhan yang sesuai.
janin

75
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Temuan/Anamnesis dan atau Pemeriksaan Rencana Asuhan


Ketuban pecah ≥ 24 jam atau ketuban pecah • Rujuk
pada kehamilan ≤ 37 minggu • Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda-tanda/gejala infeksi seperti suhu ≥ • Baringkan ibu miring kiri
38ᵒc, menggigil, nyeri abdomen, dan cairan • Pasang infus (ukuran 16 atau 18) dan
ketuban berbau berikan infus RL atau NS dengan
tetesan 125 cc/jam
• Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg dan atau • Baringkan ibu miring kiri
terdapat protein dalam urin (preeklampsia • Pasang infus (ukuran 16 atau 18) dan
berat) berikan infus RL atau NS
• Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV
selama 20 menit.
• Suntikan 10 gr MgSO4 50% (5gr IM
pada bokong kiri dan kanan)
• Rujuk ibu
• Dampingi ibu
Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, • Rujuk ibu
polihidramnion, kehamilan ganda) • Dampingi ibu

76
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Temuan/Anamnesis dan atau Pemeriksaan Rencana Asuhan


Alasan: jika diagnosisnya adalah
polihidramnion, mungkin ada masalah-
masalah lain dengan janinnya. Makrosomia
dapat menyebabkan distosia bahu dan
risiko tinggi untuk perdarahan
pascapersalinan.
DJJ ≤ 100 atau ≥ 180 x/menit pada dua kali • Baringkan ibu miring kiri dan anjurkan
penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin) ibu untuk bernafas dengan teratur.
• Pasang infus (ukuran 16 atau 18) dan
berikan infus RL atau NS dengan
tetesan 125 cc/jam
• Rujuk ibu
• Dampingi ibu
Primipara dalam fase aktif kala satu • Baringkan ibu miring kiri
persalinan dengan penurunan kepala janin • Rujuk
5/5 • Dampingi ibu ke tempat rujukan
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, • Baringkan ibu miring kiri
letak lintang) • Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan

77
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Temuan/Anamnesis dan atau Pemeriksaan Rencana Asuhan


Presentasi ganda (majemuk), misalnya lengan • Baringkan ibu dengan posisi lutut
atau tangan, bersamaan dengan presentasi menempel ke dada/miring kiri
belakang kepala • Rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih • Gunakan sarung tangan DTT, letakkan
berdenyut) satu tangan di vagina dan jauhkan
kepala janin dari tali pusat yang
menumbung. Tangan lain mendorong
bayi melalui dinding abdomen agar
bagian terbawah janin tidak menekan
tali pusatnya (minta keluarga untuk
membantu)
• Rujuk
• Dampingi ibu
ATAU
• Minta ibu untuk mengambil posisi
bersujud dimana posisi bokong berada
jauh diatas kepala ibu dan pertahankan
posisi ini hingga di tempat rujukan.

• Rujuk ibu

78
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Temuan/Anamnesis dan atau Pemeriksaan Rencana Asuhan


• Dampingi ibu
Tanda dan gejala syok: • Baringkan ibu miring kiri
▪ Nadi cepat, lemah (≥ 110 x/menit) • Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu
▪ Tekanan darah menurun (≤ 90 mmHg) untuk meningkatkan aliran darah ke
▪ Pucat jantung.
▪ Berkeringat atau kulit lembab, dingin • Pasang infus (ukuran 16 atau 18) dan
▪ Nafas cepat (≥ 30 x/menit) berikan RL atau NS. Infus 1 lt dalam
▪ Cemas, bingung atau tidak sadar. waktu 15 – 20 menit; dilanjutkan
▪ Produksi urin sedikit (≤ 30 ml/jam) dengan 2 lt dalam satu jam pertama,
kemudian turunkan tetesan menjadi
125 ml/jam
• Rujuk ibu
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda dan gejala fase laten berkepanjangan • Rujuk ibu
▪ Pembukaan serviks ≤ 4 cm setelah 8 • Dampingi ibu ke tempat rujukan
jam
▪ Kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam
10 menit)

Tanda dan gejala belum in partu: • Anjurkan ibu untuk minum dan makan
• Anjurkan ibu untuk bergerak bebas

79
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Temuan/Anamnesis dan atau Pemeriksaan Rencana Asuhan


▪ Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali • Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak
dalam 10 menit dan lamanya kurang ada perubahan serviks, evaluasi DJJ,
dari 20 detik jika tidak ada tanda-tanda
▪ Tidak ada perubahan pada serviks kegawatdarutan pada ibu dan janin,
dalam waktu 1 hingga 2 jam persilahkan ibu pulang dengan nasihat:
menjaga cukup makan dan minum dan
datang untuk mendapatkan asuhan jika
terjadi peningkatan frekuensi dan lama
kontraksi.
Tanda dan gejala partus lama: • Rujuk ibu
▪ Pembukaan serviks mengarah ke • Dampingi ibu
sebelah kanan garis waspada partograf
▪ Pembukaan serviks kurang dari 1 cm
per jam
▪ Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali
dalam 10 menit dan lamanya kurang
dari 40 detik

80
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

B. Persalinan Kala II

1. Tahapan Persalinan

Persalinan kala II dimulai dengan adanya


pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi.

Berdasarkan JNPK, (2007) Tanda dan gejala kala


II persalinan adalah:

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan


dengan terjadinya kontraksi

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan


pada rektum/vagina

c. Perineum menonjol

d. Vulva/vagina dan spingter ani membuka

e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur


darah

Tanda pasti persalinan adalah:

a. Pembukaan serviks telah lengkap

b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus


vagina.

Mekanisme persalinan normal adalah sebagai


berikut:

a. Masuknya kepala janin dalam PAP

81
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1) Masuknya kepala ke dalam PAP pada


primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan tetapi pada multipara terjadi pada
permulaan persalinan.

2) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya


dengan sutura sagitalis melintang
menyesuaikan dengan letak punggung
(Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan
punggung kiri maka sutura sagitalis akan
teraba melintang kekiri/posisi jam 3 atau
sebaliknya apabila punggung kanan maka
sutura sagitalis melintang ke kanan/ posisi
jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi
fleksi ringan.

3) Jika sutura sagitalis dalam diameter


anteroposterior dari PAP maka masuknya
kepala akan menjadi sulit karena menempati
ukuran yang terkecil dari PAP

4) Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-


tengah jalan lahir yaitu tepat di antara
symphysis dan promontorium, maka
dikatakan dalam posisi “synclitismus” pada
posisi synclitismus os parietale depan dan
belakang sama tingginya.

5) Jika sutura sagitalis agak ke depan


mendekatai symphisis atau agak ke belakang

82
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

mendekati promontorium, maka yang kita


hadapi adalah posisi “asynclitismus”

6) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura


sagitalis mendekati symphisis dan os
parietale belakang lebih rendah dari os
parietale depan.

7) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura


sagitalis mendekati promontorium sehingga
os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang

8) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam


posisi asynclitismus posterior ringan.

Gambar 3.20 Presentasi Kepala Janin

b. Majunya kepala janin

1) Pada primigravida majunya kepala terjadi


setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala
II

83
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2) Pada multigravida majunya kepala dan


masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.

3) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-


gerakan yang lain yaitu: fleksi, putaran paksi
dalam, dan ekstensi

4) Majunya kepala disebabkan karena: tekanan


cairan intrauterin, tekanan langsung oleh
fundus uteri oleh bokong, kekuatan
mengejan dan melurusnya badan bayi oleh
perubahan bentuk rahim

c. Fleksi

1) Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang


panggul dengan ukuran yang paling kecil
yaitu dengan diameter sub
occipitobregmatika (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm)

2) Fleksi disebabkan karena janin didorong


maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP, serviks,, dinding panggul atau
dasar panggul

3) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin


menjadi fleksi yang menimbulkan fleksi lebih
besar daripada menimbulkan defleksi

84
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

4) Sampai di dasar panggul kepala janin berada


dalam posisi fleksi maksimal. kepala turun
ke diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas.

5) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis


dan tekanan intrauterin yang disebabkan
oleh his yang berulang-ulang kepala
mengadakan rotasi, yang disebut sebagai
putaran paksi dalam.

Gambar 3.21 Putaran Paksi Dalam

d. Putaran paksi dalam

1) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari


bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar
ke depan ke bawah symphisis.

2) Pada presentasi belakang kepala bagian


terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian ini akan memutar ke depan ke
bawah symphisis.

85
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

3) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan


untuk kelahiran kepala, karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah
dan pintu bawah panggul.

4) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan


dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-
kadang baru terjadi setelah kepala sampai di
dasar panggul.

5) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi


dalam: 1). Pada letak fleksi, bagian kepala
merupakan bagian terendah dari kepala 2).
Bagian terendah dari kepala mencari
tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genitalis
antara muskulus levator ani kiri dan kanan,
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul
ialah diameter anteroposterior.

86
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Gambar 3.22 Putaran Paksi Dalam

e. Ekstensi

1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan


kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan di
atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah
panggul.

2) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah


depan, sehingga di dasar panggul UUK
berada di bawah symfisis, dengan suboksiput
sebagai hipomoklion kepala mengadakan
gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

3) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka


dan kepala janin makin tampak. Perineum

87
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

menjadi makin lebar dan tipis, anus


membuka dinding rektum.

4) Dengan kekuatan his dan kekuatan


mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatika, dahi, muka akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.

5) Sesudah kepala lahir, kepala segera


mengadakan rotasi, yang disebut putaran
paksi luar.

f. Putaran paksi luar

1) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali


sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung janin.

2) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.

3) Di dalam rongga panggul bahu akan


menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya hingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan bahu akan
berada dalam posisi depan belakang.

4) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih


dulu baru kemudian bahu belakang,
kemudian bayi lahir seluruhnya.

88
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II

Tabel 3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II


No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan
A. Melihat Tanda dan Gejala Persalinan
1. Amati dan melihat adanya tanda persalinan kala II, yaitu:
• Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran.
• Ibu merasakan adanya tekanan pada anus.
• Perineum menonjol
• Vulva dan anus membuka
B. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
untuk asfiksia: siapkan tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih da
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
• Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
• Menyiapkan oksitosin 10 iu dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Pakai celemek alat perlindungan diri (APD)

89
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


4. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Kemudan keringkan tangan dengan menggunakan tissue/anduk
pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Ambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.
C. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum,
menyekanya dengan ati-hati dari
depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kassa
yang dibasahi oleh air DTT.
• Jika introitus vagina, perineum
atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan sekssama
Gambar 3.23 Vulva hygiene
dari arah depan kebelakang.
• Buang kapas atau kassa yang
telah terkontaminasi pada
wadah yang telah tersedia.

90
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


• Ganti sarung tangan jika Perhatikan:
terkontaminasi • Banyaknya bloody show
(dekontaminasi), lepas dan mengindikasikan persalinan sudah
rendam dalam larutan klorin lanjut.
0.5%. • Perineum yang basah dan mengkilap
mengindikasikan ketuban sudah
pecah.
• Rabas berbau tidak sedap
mengindikasikan infeksi ketuban dan
cairan amnion.
• Rabas kuning tua atau coklat
kehijauan mengindikasikan
mekonemum segar. Pada presentasi
sefalik, adanya cairan ini dapat
mengindikasikan bahwa janin
mengalami kegawatdaruratan.
• Ulkus labia mengindikasikan
terjadinya sifilis/infeksi HSV.
• Lepuh/vesikel yang menonjol pada
labia mengindikasikan terjadinya

91
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


infeksi HSV. Ibu yang mengalami
lepuh virus herpes di serviks atau
genetalia dapat menularkan penyakit
ini kepada bayi baru lahir yang lahir
per vagina. Pada infeksi herpes
genetalia primer, bayi ini mengalami
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
• Rekomendasi bagi ibu yang memiliki
infeksi herpes genital adalah
diperbolehkan persalinan normal
apabila tidak terdapat lesi aktif saat
kehamilan cukup bulan dan ketuban
belum pecah. Apabila ibu dengan lesi
aktif saat mendekati atau saat
kehamilan cukup bulan yang sedang
persalinan aktif/ketuban sudah
pecah maka persalinan
direkomendasikan untuk dilakukan
seksio sesarea.

92
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


8. Lakukan pemeriksaan dalam ▪ Apakah ketuban sudah pecah?
(Gambar 3.24), pastikan pembukaan
sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah (Gambar 3.25) dan
pembukaan sudah lengkap, maka
lakukan amniotomi.
Gambar 3.25 Ketuban. A. Bentuk Lensa
Jam, B. Menonjol kedalam Serviks.
Jika ketuban belum pecah, ketuban
cenderung menonjol (B) dan jika ketuban
sudah pecah (A), cairan amnion akan
cenderung mengalir selama pemeriksaan.

Gambar 3.24 Pemeriksaan Dalam

• Sejauh mana dilatasi serviks?


Dilatasi serviks diukur dalam
sentimeter (cm). satu jari
mencerminkan 1.5 – 2 cm. dilatasi
serviks dapat diukur dalam rentang
diameter 0 – 10 cm.

93
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


• Sejauh mana penipisan serviks?
Penipisan serviks diukur dengan
persentase. Serviks yang belum
mengalami penipisan, yang
diidentifikasi melalui periksa dalam
memiliki ketebalan sekitar 2 – 2.5 cm
dan dideskripsikan penipisan 0%.
Dilatasi serviks sejauh 1 cm
dikatakan mengalami penipisan 50%.
• Presentasi janin?
Palpasi bagian presentasi. Raba dan
nilai:
a. Tengkorak yang keras dengan
sutura sagitalis dan telusuri hingga
fontanela anterior dan posterior,
berarti presentasi sefalik
(presentasi kepala).
b. Bokong apabila teraba sacrum dan
terasa lebih lunak berarti
presentasi bokong.

94
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


c. Bagian yang banyak tanjolan dan
tidak teratur seperti gambaran
wajah, berarti presentasi muka.

Gambar 3.26 Identifikasi Fontanela


Posterior dan Fontanela Anterior.

• Stasion Janin? apakah telah terjadi


engagement?
Tentukan bagian terendah presentasi
janin dan telusuri menggunakan jari
lebih dalam ke satu sisi panggul
untuk merasakan spina inschiadika.
Stasion memberikan informasi
tentang penurunan janin melewati
panggul. Jika stasion dinilai lebih dari

95
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


0, panggul kemungkinan adekuat
untuk terjadi persalinan normal.

Gambar 3.27 Pemeriksaan


Stasion Janin
9. Dekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkantangan yang
bersarung tangan kedalam larutan klorin 0.5%. membuka sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0.5%. cuci tangan
kembali dengan sabun dan air mengalir.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi uterus selesai. Pastikan DJJ dalam batas normal
(120 – 160 x/menit).
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

96
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


• Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf.
D. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Persalinan
11. Beritahu ibu pembukaan sudah Informasi dapat membuat ibu tenang dan
lengkap dan keadaan janin baik, mendukung ibu serta sistem pendukung
bantu ibu dalam menemukan posisi ibu.
yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
• Tunggu hingga timbul rasa ingin
meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi kenyamanan ibu dan
janin.
• Jelaskan pada anggota keluarga
tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi
semangat kepada ibu untuk
meneran dengan benar.
12. Minta bantuan keluarga untuk Ibu dapat memilih beberapa posisi saat
menyiapkan posisi ibu untuk kala II, tergantung pada intensitas
meneran. (Pada saat ada his kuat

97
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


dan rasa ingin meneran, bantu ibu kontraksi, dorongan mengejan dan lama
dalam posisi setengah duduk atau kala II.
posisi yang lain yang diinginkan dan a. Semi Fowler (Setengah Duduk)
pastikan ia merasa nyaman. Kepala dan bahu harus ditinggikan
sedikitnya 76 – 114 cm (Gambar 3.28),
kepala tempat tidur dapat ditinggikan
atau gunakan bantal untuk
mengganjal.

Gambar 3.28 Posisi Semi Fowler


Ibu dapat memegang tungkai dengan
tangan yang diletakkan di belakang
atau didepan lutut atau meminta
suami duduk dibelakang mereka dan
memegang tungkainya(Gambar 3.29).

98
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan

Gambar 3.29 Posisi Semi Fowler


beserta suami

Fleksikan paha pada abdomen dengan


memegang tungkai dibelakang lutut,
didepan lutut (Gambar 3.30) atau pada
pergelangan kaki. Biarkan tungkai rileks
dalam posisi tungkai dengan bantal
diletakkan dibawah lutut.

99
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan

Gambar 3.30 Variasi Posisi Semi


Fowler
b. Jongkok
Posisi jongkok sangat efektif. Posisi ini
memaksimalkan upaya mengejan dan
gaya gravitasi membantu upaya ibu
(Gambar 3.31).

Gambar 3.32 Posisi Jongkok

100
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


c. Miring
Posisi miring kiri (gambar 3.32),
berguna untuk ibu yang perlu
berbaring miring karena alasan medis
atau ibu yang mengalami kala II yang
cepat.

Gambar 3.32 Posisi Miring


13. Lakukan pimpinan meneran saat ibu Teknik meneran fisiologis (Glotis terbuka)
mempunyai dorongan yang kuat a. Anjurkan ibu memilih posisi sesuai
untuk meneran: keinginan ibu
▪ Bimbing ibu agar dapat b. Lakukan cleansing breath sebanyak 2
meneran secara benar dan kali
efektif.

101
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


▪ Dukung dan beri semangat c. Ambil nafas dalam secara perlahan dan
pada saat meneran dan perbaiki mulai hembuskan nafas perlahan
cara meneran apabila caranya melalui bibir yang sedikit mencucu.
tidak sesuai. d. Hembuskan nafas secara perlahan
▪ Bantu ibu mengambil posisi selama 4 – 6 detik. Hal ini baikdan
yang nyaman sesuai dengan memberikan upaya yang efektif dalam
pilihannya (kecuali posisi meneran dan menjaga otot perineum
berbaring telentang dalam relaks.
waktu yang lama). e. Lakukan cleansing breath sebanyak
▪ Anjurkan ibu untuk beristirahat satu kali diakhir kontraksi dan relaks.
diantara kontraksi.
▪ Berikan asupan cairan per oral.
▪ Menilai DJJ setiap kontraksi
uterus selesai.
▪ Bila bayi belum lahir setelah
dipimpin meneran selama 2 jam
(primigravida) dan 1 jam
(multigravida), segera lakukan
rujukan.

102
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman.
Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
E. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm. pasang handuk
bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu.
16. Ambil kain yang bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkan di bokong ibu.
17. Buka partus set serta perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTTpada kedua tangan
F. Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya Kepala
19. Setelah nampak kepala bayi dengan
diameter 5 – 6 cm membuka vulva,
maka lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering (Gambar
.
3.33). Tangan yang lain menahan
Gambar 3.33 Melahirkan Kepala
kepala bayi untuk mempertahankan
Perhatikan perineum pada saat kepala
kepala dalam posisi defleksi dan
keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi
membantu lahirnya kepala.
dengan kain atau kassa bersih/DTT untuk
Anjurkan ibu untuk meneran
membersihkan lendir dan darah dari

103
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


perlahan atau bernafas dengan mulut dan hidung bayi. Jangan
cepat dan dangkal. melakukan pengisapan lendir secara rutin
pada mulut dan hidung bayi. Sebagian
besar bayi sehat dapat menghilangkan
secara alami dengan bersih atau menangis
saat lahir.
Apabila dilakukan penghisapan lendir,
bersihkan dari menghisap bagian hidung
terlebih dahulu dapat menyebabkan bayi
menarik nafas dan terjadi aspirasi
mekonium atau cairan yang ada di
mulutnya. Jangan memasukkan kateter
atau bola karet penghidap terlalu dalam
pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir
dengan lembut, hindari penghisapan yang
dalam dan agresif.

104
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


20. Periksa adanya lilitan tali pusat pada
leher janin (Gambar 3.34) dan jika
ada, ambil tindakan yang sesuai
▪ Jika tali pusat melilit leher
secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
▪ Jika tali pusat melilit leher
Gambar 3.34 Pemeriksaan Lilitan Tali
secara kuat, klem tali pusat di
Pusat Pada Leher
dua tempat dan potong diantara
kedua klem tersebut.
21. Tunggu hingga kepala selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran Sulit untuk memperkirakan kapan terjadi
paksi luar, pegang secara biparietal. distosia bahu. Sebaiknya selalu
Anjurkan ibu untuk meneran saat diantisiapasi kemungkinan terjadinya
kontraksi. Dengan lembut gerakkan distosia bahu pada setiap kelahiran bayi,
kepala ke arah bawah dan distal terutama pada bayi bayi besar dan
hingga bahu depan muncul di penurunan kepala lebih lambat dari
bawah arkus pubis dan kemudian biasanya. Jika terjadi distosia bahu maka
lakukan tatalaksana distosia bahu.

105
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahi belakang.

Gambar 3.34 Melahirkan bahu anterior


dan bahu posterior
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah bahu lahir, geser tangan
bawah ke arah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir,
penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan Gambar 3.35 Melahirkan Tubuh Bayi
kaki. Pegang kedua mata kaki

106
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II Keterangan


(Masukkan jari telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jaro dan jari
lainnya).

3. Indikasi Untuk Tindakan dan Rujukan Segera selama Persalinan Kala II (JNPK, 2007)

Tabel 3.3 Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan Segera Selama Kala II Persalinan
PENILAIAN TEMUAN DARI RENCANA ASUHAN
PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN
• Nadi Tanda/gejala syok: • Baringkan miring ke kiri
• Tekanan • Nadi cepat, lemah • Naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran
darah (110 x/menit atau darah ke jantung.
• Pernafasan lebih) • Pasang infus menggunakan jarum diameter besar
• Kondisi • TD rendah (sistolik ≤ (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS.
keseluruhan 90 mmHg) Infuskan 1 L dalam 15-20 menit; jika memungkinkan
• Urine • Pucat pasi infuskan 2L dalam waktu 1 jam pertama, kemudian
turunkan ke 125 cc/jam.

107
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI RENCANA ASUHAN


PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN
• Berkeringat dingin, • Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
kulit lembab penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi
• Nafas cepat (≥ 30 baru lahir.
x/menit) • Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Cemas, bingung dan
tidak sadar.
• Produksi urine
sedikit (≤ 30 cc/jam)
• Nadi Tanda atau gejala • Anjurkan untuk minum
• Urine dehidrasi • Nilai ulang setiap 30 menit. Jika kondisinya tidak
• Perubahan nadi (100 membaik dalam 1 jam pasang infus menggunakan
x/menit atau lebih) jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan RL atau NS
• Urin pekat 125 cc/jam.
• Produksi urine • Segera rujuk ke fasiltas kesehatan yang memiliki
sedikit (≤ 30 cc/jam) kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir.
• Dampingi ibu ke tempat rujukan.

108
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI RENCANA ASUHAN


PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN
• Nadi Tanda atau gejala • Baringkan miring kiri
• Suhu infeksi • Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau
• Cairan • Nadi cepat (100 18 dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
vagina x/menit atau lebih) • Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisillin 2 gr per oral
• Kondisi • Suhu ≥ 38ᵒc • Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
secara • Menggigil penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi
umum • Air ketuban atau baru lahir.
cairan vagina berbau • Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Tekanan Tanda/gejala • Nilai ulang TD setiap 15 menit (saat diantara
darah Preeklampsia kontraksi atau meneran).
• Urin • TD diastolik 90 – 110 • Jika TD 110 mmHg atau lebih, pasang infus
• Keluhan mmHg menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan
subyektif • Protein urine hingga RL atau NS 125 cc/jam.
• Kesadaran +2 • Baringkan miring ke kiri
• Kejang • Lihat penatalaksanaan PEB
Tanda/gejala PEB atau • Baringkan miring kiri
eklampsia • Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau
18 dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.

109
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI RENCANA ASUHAN


PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN
• TD diastolik 110 • Barikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20
mmHg/lebih menit.
• TD diastolik 90 • Berikan MgSo4 50%, 10 gr (5 gr IM pada masing
mmHg/lebih disertai masing bokong).
kejang. • Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
• Gangguan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi
penglihatan baru lahir
• Kejang (eklampsia) • Dampingi ibu ke tempat rujukan
Kontraksi Tanda Inersia Uteri • Anjurkan ibu untuk mengubah posisi dan berjalan
• Kurang dari 3 jalan.
kontraksi dalam • Anjurkan untuk minum
waktu 10 menit, • Pecahkan ketuban jika selaput ketuban masih utuh
lama kontraksi (amniotomi).
kurang dari 40 detik • Stimulasi putting susu
• Anjurkan untuk mengosongkan kandung kemih
• Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran
(primigravida), segera rujuk ke fasilitas yang memiliki

110
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI RENCANA ASUHAN


PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN
kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir
• Dampingi ibu ke tempat rujukan
Denyut Tanda Gawat Janin • Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untuk
Jantung Janin • DJJ kurang dari 120 menarik nafas panjang perlahan lahan dan berhenti
(DJJ) atau lebih dari 160 meneran.
x/menit, mulai • Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:
waspada tanda awal a. Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran
gawal janin. dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.
• DJJ kurang dari 100 Pastikan ibu tidak berbaring telentang dan tidak
atau lebih dari 180 menahan nafas saat meneran.
x/menit. b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat
darurat obstetri dan bayi baru lahir
c. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Penurunan Kepala bayi tidak turun • Anjurkan ibu untuk meneran sambil jongkok atau
Kepala Bayi berdiri.

111
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI RENCANA ASUHAN


PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN
• Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran
(primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida) ibu
dibaringkan miring kiri.
• Rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi
baru lahir
• Dampingi ibu ke tempat rujukan

112
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Lahirnya Bahu Distosia Bahu Penanganan Distosia Bahu


• Kepala bayi tidak
melakukan putaran
paksi luar.
• Kepala bayi keluar
kemudian kembali
kedalam vagina
(kepala kura kura)
• Bahu bayi tidak
lahir
Cairan ketuban Tanda cairan ketuban • Nilai DJJ
bercampur mekonium a. Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan
• Cairan ketuban pantau DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu
berwarna hijau tidak berbaring telentang dan tidak menahan
(mengandung nafas saat meneran.
mekonium) b. Jika DJJ tidak normal, tangani sebagai gawat
janin (lihat diatas)
• Segera setelah kepala bayi lahir hisap mulut bayi
lalu kemudian hidungnya dengan penghisap lendir
DeLee DTT/steril atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih sebelum bahu dilahirkan.

113
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Tali pusat Tanda Tali Pusat • Nilai DJJ, jika ada:


Menumbung a. Segera rujuk ke ke fasilitas yang memiliki
• Tali pusat teraba kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
atau terlihat saat obstetri dan bayi baru lahir.
periksa dalam b. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
c. Baringkan miring ke kiri dengan pinggul agak
naik. Dengan memakai sarung tangan DTT/steril,
satu tangan tetap di dalam vagina untuk
mengangkat kepala bayi agar tidak menekan tali
pusat dan letakkan tangan yang lain di abdomen
untuk menahan bayi pada posisinya (keluarga
dapat membantu melakukannya).
ATAU
Minta ibu berlutut dengan bokong lebih tinggi
dari kepalanya. Dengan mengenakan sarung
tangan DTT atau steril, satu tangan tetap didalam
vagina untuk mengangkat kepala bayi dari tali
pusat.
• Jika DJJ tidak ada maka beritahukan kepada ibu
dan keluarga dan lahirkan bayi dengan cara paling
aman.

114
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Tanda Lilitan Tali • Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan
Pusat melewati kepala bayi.
• Tali pusat melilit • Jika tali pusat melilit erat di leher bayi, lakukan
leher bayi penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat
kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan
bayi dengan segara.
Untuk Kehamilan kembar tak • Nilai DJJ
kehamilan terdeteksi • Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala
kembar tak segera turun, biarkan kelahiran berlangsung seperti
terdeteksi bayi pertama.
• Jika kondisi kondisi tersebut tidak terpenuhi,
baringkan ibu miring kiri.
• Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi
baru lahir
• Dampingi ibu ke tempat rujukan

115
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

C. Persalinan Kala III

1. Fisiologi Kala III

Gambar 3.36 Pelepasan Plasenta

Pada kala III persalinan juga penting untuk


anda ketahui karena pada kala ini dimulai
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban, disebut
dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Peregangan tali pusat terkendali (PTT)
dilanjutkan pemberian oksitosin untuk
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan.

Adapun tanda-tanda pelepasan plasenta,


diantaranya:

a. Perubahan ukuran dan bentuk uterus


Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
uteri biasanya turun hingga di bawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus

116
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

menjadi bulat dan fundus berada di atas


pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).

b. Tali pusat memanjang, tali pusat terlihat


keluar memanjang atau terjulur melalui
vulva dan vagina (tanda ahfeld)

c. Semburan darah tiba tiba, darah yang


terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar
dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Semburan darah yang tiba tiba
menandakan bahwa darah yang
terkumpul di antara tempat melekatnya
plasenta dan permukaan maternal
plasenta (darah retroplasenter) melalui
tepi plasenta yang terlepas.

Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk


menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala III persalinan.

Manfaat manajemen aktif kala III adalah:

a. Mempersingkat persalinan kala III

b. Mengurangi jumlah kehilangan darah

117
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

c. Mengurangi risiko kejadian retensio


plasenta

Langkah-langkah Manajemen Aktif Kala III

a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1


menit pertama setelah bayi lahir

b. Melakukan penegangan tali pusat


terkendali

c. Masase uterus

118
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2. Manajemen Asuhan Persalinan Kala III

Tabel 3.4 Manajemen Asuhan Persalinan Kala III


NO Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III Keterangan
G. Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas Bila salah satu jawaban adalah TIDAK lanjut
▪ Apakah bayi cukup bulan? kelangkah resusitasi pada bayi baru lahir
▪ Apakah bayi menangis kuat dana tau dengan asfiksia. Bila semua jawaban adalah
bernafas tanpa kesulitan? Ya lanjut ke langkah 26
▪ Apakah bayi bergerak dengan aktif?
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan)
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi
memastikan hanya satu bayi yang lahir yang akan menyebabkan penurunan pasokan
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan oksigen ke bayi. Hati hati jangan menekan
ganda (gemelli) kuat pada korpus uteri karena dapat terjadi
kontraksi tetanik yang akan menyulitkan
pengeluaran plasenta.
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

119
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III Keterangan


29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, Oksitosin merangsang fundus uteri untuk
suntikan oksitosin 10 unit (intramuskuler) berkontraksi dengan kuat dan efektif
di 1/3 distal lateral paha (lakukan sehingga dapat membantu pelepasan
aspirasi sebelum menyuntikkan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.
oksitosin). Aspirasi sebelum penyuntikan akan
mencegah penyuntikan oksitosin kedalam
pembuluh darah.
Jika tidak tersedia oksitosin, minta ibu untuk
melakukan simulasi pada putting susu atau
mengajarkan ibu untuk menyusukan segera.
Hal ini akan menyebabkan pelepasan
oksitosin secara alamiah.
Pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir
untuk mengurangi perdarahan post partum.
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 2-3 cm dari
pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk mendorong isi
tali pusat kea rah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.

120
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III Keterangan


31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
• Dengan satu tangan, pegang tali pusat
yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntikan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
• Ikat tali pusat dengan benang
DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan
ikat tali pusat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya. Gambar 3.37 Pemotongan dan pengikatan
• Lepaskan klem dan masukkan dalam tali pusat
wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses
untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan menyusu sendiri dalam 1 jam pertama pada
bahu bayi sehingga dada bayi menempel bayi baru lahir.
di dada ibunya. Usahakan kepala bayi Tujuan IMD adalah:
berada dianatara payudara ibu dengan • Mendapatkan kolustrum
posisi lebih rendah dari putting susu • Menjalin hubungan kasih sayang
aerola mammae. Manfaat Kolustrum
• Memperkuat daya tahan tubuh
terhadap infeksi

121
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III Keterangan


a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain • Melindungi usus bayi yang belum
kering dan hangat, pasang topi di matang
kepala bayi. • Mengeluarkan mekonium
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit • Kolustrum mengandung nutrisi tinggi
ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. antara lain zat anti infeksi, protein, Vit
c. Sebagian besar bayi akan berhasil A, karbohidrtat dan lemak.
melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu
untuk pertama kali akan berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama
1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
e. Jangan segera menimbang atau
memandikan bayi
H. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva
5-10 cm dari vulva. akan mencegah avulsi.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada
perut bawah ibu (di atas symphisis), untuk

122
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III Keterangan


mendeteksi kontraksi. Tangan lain
memagang klem untuk menegangkan tali
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan
tali pusat kearah bawah sambal tangan
yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan Gambar 3.38 Melahirkan plasenta dengan
tunggu hingga timbul kontraksi mengangkan tali pusat
berikutnya dan ulangi kembali prosedur Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta
diatas. ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan peneganangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.

123
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah
dinding uterus kearah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat
kearah distal maka lanjutkan dorongan
kearah kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat
hanya ditegangkan berkontraksi
sesuai dengan sumbu jalan lahir Gambar 3.39 Melahirkan Plasenta dan
(kearah bawah-sejajar lantai atas). menempatkan pada wadah plasenta
b. Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat:
1) Ulangi pemberian oksitosin 10
unit IM
2) Lakukan kateterisasi (gunakan
teknik aseptic) jika kandung Gambar 3.40 Manual Plasenta
kemih kosong.

124
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

3) Minta keluarga untuk


menyiapkan rujukan
4) Ulangi tekanan dorso-kranial
dan penegangan tali pusat 15
menit berikutnya.
5) Jika plasenta tak lahir dalam 30
menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta
manual (Gambar 3.40)
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina,
lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan. Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa Gambar 3.41 Melepas selaput ketuban
selaput kemudian gunakan jari-jari menggunakan klem
tangan atau klem ovum DTT/steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal

125
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


38. Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Gambar 3.42 Rangsangan Taktil Pada
Uterus

126
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

D. Persalinan Kala IV

1. Fisiologi Persalinan

Kala IV persalinan dimulai darisetelah plasenta


lahir sampai dengan 2 jam berikutnya. Perlu
pengawasan yang intensif pada kala IV
dikarenakan risiko terjadinya perdarahan
karena atonia uteri. Asuhan dan pemantauan
yang dilakukan pada kala IV adalah:

a. Masase uterus, untuk merangsang uterus


berkontraksi dengan baik.

b. Evaluasi tinggi fundus dengan


meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan. Umumnya
fundus uteri setinggi atau beberapa jari di
bawah pusat.

c. Memperkirakan kehilangan darah secara


keseluruhan.

d. Memeriksa kemungkinan terjadi


perdarahan dan robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum.

e. Evaluasi keadaan umum ibu

f. Dokumentasikan semua asuhan dan


temuan selama persalinan kala empat di
bagian belakang partograf, segera setelah
asuhan diberikan.

127
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Kala IV

Tabel 3.5 Manajemen Asuhan Kebidanan Kala IV


NO Asuhan Kebidanan Kala IV Keterangan
I Menilai Perdarahan
1. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) • Periksa plasenta sisi maternal (yang
pastikan plasenta telah dilahirkan melekat pada dinding uterus) untuk
lengkap. Masukkan plasentas ke dalam memastikan bahwa semuanya lengkap
kantung plastic atau tempat khusus. dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)
• Pasangkan bagian – bagian plasenta
yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak ada bagian yang
hilang.
• Periksa plasenta sisi foetal (yang
menghadap ke bayi) untuk memastikan
tidak adanya kemungkinan lobus
tambahan (suksesturiata).
• Evaluasi selaput untuk memastikan
kelengkapannya.
2. Evaluasi kemungkinan laserasi pada Penolong APN tidak dilengkapi keterampilan
vagina dan perineum. Lakukan penjahitan untuk reparasi laserasi perineum derajad III
dan IV. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

128
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Kala IV Keterangan


bila terjadi laserasi derajad 1 dan 2 yang
menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan.
Tujuan penjahitan laserasi/episiotomi
a. Menyatukan kembali jaringan tubuh
b. Mencegah kehilangan darah yang tidak
perlu.
c. Pada saat menjahit laserasi atau
episiotomy gunakan benang
secukupnya dan gunakan sedikit
mungkin jahitan. Dianjurkan untuk
melakukan penjahitan dengan teknik
jelujur.
Keuntungan menggunakan teknik jelujur
adalah: mudah dipelajari, tidak terlalu
nyeri bagi ibu dan menggunakan jahitan
lebih sedikit
Derajad robekan perineum adalah sebagai
berikut:

129
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Kala IV Keterangan


a. Derajad I pada bagian mukosa vagina,
komisura posterior dan kulit perineum
b. Derajad II: derajad I ditambah otot
perineum
c. Derajad III: derajad II ditambah otot
sfingter ani
d. Derajad IV: derajad III ditambah
mukosa rektum
J Asuhan Pasca Persalinan
3. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik Jika uterus tidak berkontraksi dengan
dan tidak terjadi perdarahan pervaginam segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu
dapat mengalami perdarahan sekitar 350 –
500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya
plasenta. Bila uterus berkontraksi maka
miometrium akan menjepit anyaman
pembuluh darah yang berjalan diatara
serabut otot tadi. Atonia uteri adalah suatu
keadaan dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah
yang keluar dari bekas tempat melekatnya
plasenta menjadi tidak terkendali.

130
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Kala IV Keterangan


4. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.
Evaluasi
5. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung
tangan, kemudian keringkan dengan handuk.
6. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
7. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
8. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan
darah.
Sangat sulit untuk memperkirakan
jumlah darah yang keluar seringkali
bercampur dengan cairan ketuban atau
urin dan mungkin terserap
handuk/kain/sarung. Salah satu cara
untuk menilai kehilangan darah adalah
dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak darah yang tertampung.
Penting untuk selalu memantau keadaan
umum dan menilai jumlah kehilangan
Gambar 3.43 Estimasi Kehilangan
darah ibu selama kala empat melalui
jumlah darah

131
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Kala IV Keterangan


tanda vital, jumlah darah yang keluar
dan kontraksi uterus.

9. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit)
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segra merujuk ke
rumah sakit.
b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS Rujukan.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu
bayi dan hangatkan ibu bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
10. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
11. Buang bahan bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
12. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
13. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memeriksa ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
14. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

132
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

NO Asuhan Kebidanan Kala IV Keterangan


15. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
16. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
17. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
18. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik. Pernafasan
normal (40-60 kali/menit) dan temperature tubuh normal (36.6ᵒ c- 37.5ᵒc) setiap 15
menit.
19. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B di paha kanan bawah
lateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
20. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam lartan klorin 0,5%
selama 10 menit
21. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Pendokumentasian
22. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV Persalinan

133
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

3. Indikasi Tindakan/Rujukan Segera Selama Persalinan Kala III dan IV

Tabel 3.6 Indikasi Tindakan/Rujukan Segera Selama Persalinan Kala III dan IV
PENILAIAN TEMUAN DARI PENILAIAN RENCANA ASUHAN
DAN PEMERIKSAAN
• Plasenta Tanda/gejala Retensio • Jika plasenta terlihat, lakukan PTT dengan
Plasenta lembut dan tekanan dorsokranial pada
• Jika plasenta lahir dalam uterus, minta ibu untuk meneran agar
waktu lebih dari 30 menit plasenta keluar.
setelah bayi lahir • Setelah plasenta lahir: lakukan masase pada
uterus dan periksa plasenta.
atau
• Lakukan periksa dalam dengan lembut jika
plasenta ada di vagina, keluarkan dengan
hati-hati sambil melakukan tekanan
dorsokranial.
• Jika plasenta masih di dalam uterus dan
perdarahan minimal, berikan oksitosin 10 IU
secara IM, pasang infus menggunakan
jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikan RL atau NS

134
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI PENILAIAN RENCANA ASUHAN


DAN PEMERIKSAAN
1. Segera rujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan dengan kemampuan
kegawatdaruratan obstetri.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Jika plasenta masih di dalam uterus dan
terjadi perdarahan berat, pasang infus
menggunakan ukuran 16 atau 18 dan
berikan RL atau NS dengan 20 unit
oksitosin.
1. Coba lakukan plasenta manual dan
lakukan penanganan lanjutan.
2. Bila tidak memenuhi syarat plasenta
manual di tempat atau tidak kompeten
maka segera rujuk ibu.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Plasenta Tanda/gejala avulsi (putus) • Palpasi uterus untuk menilai kontraksi.
• Tali pusat tali pusat • Saat plasenta terlepas, lakukan periksa
• Tali pusat putus dalam (hati-hati). Jika mungkin cari tali
• Plasenta tidak lahir pusat dan keluarkan plasenta dari vagina

135
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI PENILAIAN RENCANA ASUHAN


DAN PEMERIKSAAN
sambil melakukan tekanan dorso kranial
pada uterus.
• Setelah plasenta lahir, lakukan masase
uterus dan periksa plasenta.
• Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30
menit, tangani sebagai retensio plasenta.
• Plasenta Tanda/gejala bagian • Lakukan periksa dalam, keluarkan selaput
• Perdarahan plasenta yang tertahan: ketuban dan bekuan darah yang mungkin
pervaginam • Bagian permukaan masih tertinggal.
plasenta yang menempel • Lakukan masase uterus
pada ibu hilang • Jika ada perdarahan hebat, ikuti langkah
• Bagian selaput ketuban langkah penatalaksaan atonia uteri.
hilang/robek
• Perdarahan pasca
persalinan
• Uterus berkontraksi
• Perdarahan Tanda/gejala atonia uteri • Ikuti langkah langkah penatalaksanaan
pasca • Perdarahan pasca atonia uteri
persalinan persalinan

136
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI PENILAIAN RENCANA ASUHAN


DAN PEMERIKSAAN
• Uterus lembek dan tidak
berkontraksi
• Perdarahan Tanda/gejala robekan • Lakukan pemeriksaan secara hati hati
pasca vagina, perineum/serviks • Jika terjadi laserasi derajad satu atau dua
persalinan • Perdarahan pasca lakukan penjahitan perineum
• Vagina, persalinan • Jika terjadi laserasi derajad III, IV atau
perineum, • Plasenta lengkap robekan serviks maka: pasang infus RL atan
serviks • Uterus berkontraksi NS (ukuran 16 atau 18), rujuk dan dampingi
ibu.
• Nadi Tanda/gejala syok: • Baringkan miring ke kiri
• TD • Nadi cepat, lemah (110 • Naikkan kedua kaki untuk meningkatkan
• Pernafasan x/menit atau lebih) aliran darah ke jantung.
• Kesehatan • TD rendah (sistolik ≤ 90 • Pasang infus menggunakan jarum diameter
dan mmHg) besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL
kenyamanan • Pucat pasi atau NS. Infuskan 1 L dalam 15-20 menit;
secara • Berkeringat dingin, kulit jika memungkinkan infuskan 2L dalam
keseluruhan lembab waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan
• Urin • Nafas cepat (≥ 30 x/menit) ke 125 cc/jam.
• Cemas, bingung dan tidak
sadar.

137
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI PENILAIAN RENCANA ASUHAN


DAN PEMERIKSAAN
• Produksi urin sedikit (≤ 30 • Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki
cc/jam) kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
• Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Nadi Tanda atau gejala dehidrasi • Anjurkan untuk minum
• Urin • Perubahan nadi (100 • Nilai ulang setiap 30 menit. Jika kondisinya
x/menit atau lebih) tidak membaik dalam 1 jam pasang infus
• Urin pekat menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
• Produksi urin sedikit (≤ 30 berikan RL atau NS 125 cc/jam.
cc/jam) • Segera rujuk ke fasiltas kesehatan yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
• Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Nadi Tanda atau gejala infeksi • Baringkan miring kiri
• Suhu • Nadi cepat (100 x/menit • Pasang infus menggunakan jarum ukuran
• Cairan vagina atau lebih) 16 atau 18 dan berikan RL atau NS 125
• Kondisi secara • Suhu ≥ 38ᵒc cc/jam.
umum • Menggigil • Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisillin 2 gr
• Air ketuban atau cairan per oral
vagina berbau

138
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

PENILAIAN TEMUAN DARI PENILAIAN RENCANA ASUHAN


DAN PEMERIKSAAN
• Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
• Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Tonus uteri • Bagian bawah uterus sulit • Bantu ibu untuk mengosongkan kandung
• TFU dipalpasi kemihnya, kemudian masase uterus hingga
• TFU diatas pusat berkontraksi dengan baik.
• Uterus condong di satu sisi • Jika ibu tidak dapat berkemih, lakukan
kateterisasi kemudian masase uterus hingga
berkontraksi dengan baik.
• Jika ibu mengalami perdarahan, ikuti
langkah langkah penanganan atonia uteri.

139
140
BAB 4
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir

A. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir

1. Penampilan BBL

a. Ukuran

1) Menimbang berat badan bayi: berat


rata-rata bayi 2500-4000 gram
(tergantung factor genetic, ras, gizi
dan plasenta)

2) Mengukur lingkar kepala (rata-rata


35 cm)

3) Mengukur panjang bayi (rata-rata


48-51 cm)

4) Mengukur lingkar dada (normalnya


30-33 cm)

b. Verniks

Cairan keputih-putihan, keabu abuan,


kekuning-kekuningan, berminyak dan
berlendir. Fungsi untuk melindungi kulit
bayi agar tidak tenggelam oleh air

141
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

ketuban selama ia berada di dalam


uterus.

c. Ubun-ubun

Ukuran variasi, tidak ada yang standar.


Merupakan titik lembut pada bagian
atas kepala bayi ditempat tulang
tengkorak yang belum sepenuhnya
bertemu. UUB menyatu pada usia 12-18
bulan, sedangkan UUK menyatu pada
usia 2 bulan.

d. Warna kulit dan kuku

Masih didalam uterus berwarna merah


muda, saat lahir: kebanyakan berwarna
biru atau ungu merah muda. Hal ini
disebabkan karena sianosis pada saat
kelahiran, segera setelah bernafas
berubah menjadi merah muda.

e. Bentuk kepala

Molase adalah diameter kepala bayi


mengecil karena tulang kepala tergencet
oleh panggul dan saling tindih. Molase
(alamiah) kepala akan kembali normal
24-48 jam partum. Molase tergantung
dari lamanya persalinan

142
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

f. Mata

Kebanyakan bayi lahir dengan mata gak


cembung akibat tekanan alamiah selama
persalinan dan akan mengempis setelah
beberapa hari.

2. Perilaku BBL

a. Tersedak

Tersedak adalah tanda bahwa otot-otot


pernafasan diantara tulang iga, diafragma
dan perut makin kuat dan mencoba
bekerjasama. Hal ini disebabkan karena
kontraksi diafragma primitive (sekat
ringga badan antara dada dan perut) yang
mendadak dan tidak teratur, yang belum
benar-benar bias menarik dan
mengeluarkan nafas dengan ritme yang
teratur.

Bayi sensitive terhadap sinar terang dan


bersin jika membuka matanya untuk
beberapa hari pertama (cahaya
menstimulasi saraf yang menuju ke
hidung dan mata).

b. Bersin

Lapisan hidung sensitive diperlukan


untuk membersihkan lubang hidung,

143
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

mencegah debu agar tidak masuk ke


dalam paru-paru.

c. Nafas

Kecepatan sekitar 40x tarikan


nafas/menit untuk 1 atau 2 hari pertama.
Usia beberapa bulan turun menjadi 25
x/menit. Bayi baru lahir: paru-paru kecip,
nafas dangkal. Paru paru bayi
(proporsional) lebih kecil disbanding
dengan ukuran tubuhnya.

d. Refleks

1) Reflek glabellar

Ketuk daerah pangkal hidung secara


pelan dengan menggunakan jari
telunjuk, maka bayi akan
mengedipkan mata pada 4-5
ketukan pertama.

Gambar 4.1 Pemeriksaan reflek


Glabellar

144
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

2) Reflek hisap

Jika ada yang menyentuh bibir,


disertai reflek menelan. Tekanan
pada mulut bayi pada langit bagian
dalam gusi atas timbul hisapan yang
kuat dan cepat. Dilihat pada waktu
bayi menyusu.

Gambar 4.2 Pemeriksaan reflek hisap

3) Reflek mencari/rooting

Bayi menoleh kearah benda yang


menyentuh pipi, misalnya mengusap
pipi bayi dengan lembut, bayi
menolehken kepalanya kea rah jari
kita dan membuka mulutnya.

Gambar 4.3 Pemeriksaan reflek


mencari

145
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

4) Reflek genggam

Dengan meletakkan jari telunjuk


pada palmar, bayi akan
menggenggam dengan kuat. Jika
telapak tangan bayi ditekan bayi
akan mengepalkan tinjunya.

Gambar 4.4 Pemeriksaan reflek


genggam

5) Reflek Babinsky

Gores telapak kaki, dimulai dari


tumit, gores sisi lateral telapak kaki
ke arah atas kemudian gerakkan jari
sepanjang telapak kaki. Bayi
akanmenunjukkan respon berupa
semua jari kaki hiperekstensi dengan
ibu jari dorsifleksi.

Gambar 4.5 Reflek Babinsky

146
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

6) Reflek Moro

Timbulnya pergerakan tangan yang


simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan
cara bertepuk tangan. Fungsi
menguji kondisi umum bayi serta
kenormalan system syaraf pusatnya

7) Reflek berjalan

Bayi menggerak-gerakkan
tungkainya dalam suatu gerakan,
berjalan atau melangkah jika
diberikan dengan cara memegang
lengannya sedangkan kakinya
dibiarkan menyentuh permukaan
yang keras

Gambar 4.6 Pemeriksaan reflek


berjalan

8) Tidur

Bayi cukup bulan sebagian besar


waktunya untuk tidur 60%

147
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

B. Pencegahan Kehilangan Panas

1. Konveksi adalah Aliran panas dari permukaan


tubuhke udara yang lebih dingin.

Contoh asuhan yang dilakukan: Pertahankan


suhu udara diruang rawat sekitar 24 °C dan
Bungkus bayi untuk melindunginya dari
dingin.

2. Radiasi adalah Kehilangan panas dari


permukaan tubuh ke permukaan padat lain
yang lebih dingin tanpa kontak langsung satu
sama lain, tetapi dalam kontak yang relatif
dekat.

Contoh asuhan yang dilakukan: Letakkan


tempat tidur bayi dan meja periksa jauh dari
jendela.

3. Evaporasi adalah Kehilangan panas yang


terjadi ketika cairan berubah menjadi gas
(misalnya evaporasi dari kulit tubuh).
Penguapan yang tidak terlihat disebut juga
kehilangan air yang tidak dirasakan.

Contoh asuhan yang dilakukan: Keringkan bayi


setelah lahir. Mandi dan keringkan dengan
cepat dalam lingkungan udara yang hangat.

148
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

4. Konduksi adalah Kehilangan panas dari


permukaan tubuh ke permukaan yang lebih
dingin melalui kontak langsung satu sama lain.

Contoh asuhan yang dilakukan: Bungkus bayi


denga selimut hangat dan tempatkan di tempat
tidur yang hangat.

C. Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih


dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Lakukan
penilaian awal pada bayi yaitu:

1. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas


tanpa kesulitan?

2. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

D. Asuhan Segera Bayi Baru lahir (PP IBI, 2016)

(PP IBI, 2016) Jika bayi menangis atau bernafas saat


lahir, fasilitasi IMD dan selanjutnya rawat gabung
bayi dengan ibu. Jika kondisi ibu tidak baik,
meminta asisten untuk membantu/merawat bayi.
Lanjutkan perawatan segera pada bayi baru lahir
normal.

Langkah-langkahnya adala sebagai berikut:

1. Setelah mengeringkan bayi, mengganti handuk


basah dengan handuk kering. Tempatkan bayi
dalam kontak kulit ke kulit pada perut ibu dan

149
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

tutup dengan selimut hangat, bersih, handuk


kering/kain.

2. Klem, potong, ikat tali pusat dengan dua


ikatan. Untuk menjaga sisa tali pusat bersih
dan kering, seharusnya tidak mencapai
perineum. Periksa perdarahan dari tali pusat
setiap 15 menit. Jika ada perdarahan, ikat
ulang kembali tali pusat lebih erat. Studi
menunjukkan bahwa tali pusat harus
dibiarkan bersih dan kering

3. Periksa pernafasan dan warna kulit setiap 5


menit.

4. Setelah 5 menit lakukan penilaian umum bayi


menggunakan skor apgar.

5. Pastikan bahwa ruangan hangat untuk


mencegah hpotermia, tapi menghindari
kebakaran dalam ruangan berasap. Taruhlah
bayinya di kontak kulit ke kulit dengan ibunya,
mulai menyusui dan dorong ibu
untukmenyusui sesering mungkin, selimuti ibu
dan bayi. Minta ibu untuk minum minuman
hangat. Membawa sumber panas dengan
dengan ibu dan bayi.

6. Mempertahankan suhu. Periksa kehangatan


dengan merasakan kaki bayi setiap 15 menit.
Jika kaki terasa dingin, periksa suhu aksila.

150
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Jika bayi tidak sakit dan suhu 36.5 ᵒc atau


lebih, hangatkan bayi dengan menempatkan
bayi didalam incubator atau dibawah lampu
yang lebih hangat. Memonitor suhu aksila
setiap jam. Jika bayi sakit atau suhu ketiak <
36.5 ᵒc meskipun sudah diupayakan untuk
menghangatkan, segera transfer/rujuk bayi
secepat mungkin ke unit rujukan/rumah sakit
sambal tetap menjaga kontak kulit ke kulit.

7. Memeriksa bayi dari kepala sampai kaki


mencari setiap penyimpangan atau kelainan.
Menghindari mengekspos bayi terlalu banyak
karena hal ini menyebabkan kehilangan panas.
Pastikan untuk memeriksa anus dan daerah
genital. Pastikan bahwa ibu dapat mengamati
pemeriksaan, catat setiap tindakan, baik yang
rutin maupun yang emergensi ataupun saat
menstranfer/rujuk bayi untuk ke unit/RS
secepat mungkin.

8. Timbang bayi setelah lahir. hal ini harus


dilakukan dengan cepat untuk menghindari
mengekspos bayi baru lahir dan untuk
mencegah hipotermia.

9. Berikan vitamin K 1 mg IM kepada semua bayi


yang baru lahir.

151
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

10. Bungkus bayi dengan pakaian hangat, pastikan


kepala bayi tertutup.

11. Melakukan tugas pasca prosedur

a. Tempatkan semua barang sekali pakai


dan plasenta dalam wadah tahan bocor.
Tempatkan linen kotor dalam wadah
tahan bocor.

b. Merendam instrument di larutan klorin


0.5% selama 10 menit.

c. Rendam kedua tangan bersarung dalam


larutan 0.5%. lepaskan sarung tangan
dengan membalik dari dalam keluar.

d. Cuci tangan dengan sabun dan air dan


keringkan dengan kain bersih.

12. Pastikan bahwa bayi disusui dalam waktu satu


jam setelahmelahirkan dan setiap dua jam
setelahnya. Ini akan mencegah hipoglikemia
termasuk gelisah, kejang, hipotonia, apnea,
dan gerakan spontan berkurang. Hipoglikemia
berkepanjangan yang tidak diobati
menyebabkan kerusakan otak dan kadang
kematian. Jika anda menduga hipoglikemia
karena ketidakmampuan untuk memulai
menyusui (komplikasi ibu atau sakit/kecil baru
lahir), berikan dekstose 10%, 5 ml/kg secara

152
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

oral dan merujuk. Pastikan bahwa bayi didekap


ibu setiap saat.

13. Jangan memberi apapun kepada bayi kecuali


ASI, meskipun bayi lahir pervaginam ataupun
SC. Hal ini penting untuk memberitahu
orangtua bahwa pemberian
mentega/madu/gula setelah lahir
mengakibatkan gagal menyusui dan juga
berisiko infeksi. Studi penelitian menunjukkan
bahwa awal menyusui dalam waktu dua jam
setelah kelahiran sangat penting untuk inisiasi
sukses menyusui dan bayi baru lahr juga
memperoleh elemen penting untuk
melindunginya dari infeksi penyakit.

14. Periksa bahwa bayi BAB meconium dalam 24


jam pertama dan urin dalam 48 jam pertama,
dan buat catatan/lembar obsevasi waktu
pertama kali BAK dan BAB, selanjutnya rutin.

15. Ukur lingkar kepala (occipito-frontal) dan


panjang tubuh 24 jam setelah lahir atau saat
lahir atau pada kontak pertama. Waspada jika
lingkar kepala kurang dari 33 cm atau lebih
dari 37 cm.

16. Catat semua temuan akurat pada catatan ibu


dan bayi yang relevan, termasuk dalam kartu
ANC (buku KIA) pada lembar catatan neonatal.

153
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

17. Anjurkan anggota keluarga untuk memandikan


bayi setelah 24 jam lahir.

154
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK Universitas Padjajaran. (1983).


Obstetri Fisiologi. Bandung: Bagian Obstetri & Ginekologi
FK Universitas Padjajaran Bandung.

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. (2017). Kebidanan :


Teori Dan Asuhan. (E. Yosefini & S. Yulia, Eds.) (Volume
1). Jakarta: EGC.

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C.,


Rouse, D. J., & Spong, C. Y. (2012). Obstetri Williams. (B.
U. Pendit, A. Dimanti, Chairunnisa, D. A. Mahanani, N.
Yesdelita, L. Dwijayanti, & W. K. Nirmala, Eds.) (Ed.23).
Jakarta: EGC.

Gustina, G. (2020). Pengaruh Prenatal Care Yoga Terhadap


Kesiapan Fisik Dan Psikologis Ibu Menghadapi Persalinan
di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 9(1), 31.
https://doi.org/10.36565/jab.v9i1.212

Heffner, L. J., & Schust, D. (2008). At a Glance Sistem


Reproduksi. (Edisi Kedua, Ed.). Jakarta: Erlangga.

JNPK. (2007). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Kerjasama


Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia
(JNPK-KR/POGI) dan JHPIEGO Corporation.

Kemenkes RI. (2015). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (Pertama).
Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I.

Kennedy, B. B., Ruth, D. J., & Martin, E. J. (2013). Modul


Manajemen Intrapartum. (S. Y. Riskiyah, Ed.) (Ed.4).
Jakarta: EGC.

Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi


Baru Lahir. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (Pertama). Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

155
Kurniawati, T., Setiyowati, W., & Fitriyah, A. (2021). Hubungan
Dukungan Suami Dengan Lama Kala I Fase Aktif
Persalinan Pada Ibu Bersalin Di Klinik Namira Kota
Semarang, 12(1), 1–6.

Parung, V. T., Novelia, S., & Suciawati, A. (2020). Pengaruh


Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Ibu Bersalin
Kala I Fase Laten di Puskesmas Ronggakoe Manggarai
Timur Nusa Tenggara Timur Tahun 2020. Asian Research
Midwifery and Basic Science Journal, 1(1), 119–130.

PP IBI. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. (E. Nurjasmi, T.


Wiratnoko, S. Romlah, R. Chairani, H. Herdiawati, I.
Supradewi, … R. Amelia, Eds.) (Pertama). Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Tentang


Kebidanan No 4 Tahun 2019, Pub. L. No. Nomor 4 Tahun
2019, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019).
Indonesia.

Prihartanta, W. (2015). Teori Teori Motivasi. Jurnal Adabiya,


1(83), 1–11.

156
Tentang Penulis
Ririn Widyastuti, S.ST., M.Keb

Penulis tertarik untuk menjadi Bidan,


sehingga penulis memilih melanjutkan jenjang
pendidikan DIII Kebidanan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta dan
dinyatakan lulus tahun 2006. Tak puas di jenjang diploma III,
penulis melanjutkan studi di DIV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran dan lulus tahun 2008.
Penulis mendapatkan gelar Magister Kebidanan (M.Keb) tahun
2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Dari tahun 2008 hingga saat ini penulis mengabdikan diri


sebagai Dosen dan aktif mengajar di Program Studi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kupang.

Untuk mewujudkan karir sebagai Dosen profesional, penulis


pun aktif melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat
di bidang kesehatan ibu dan anak. Selain melakukan penelitian
dan pengabdian masyarakat, penulis juga aktif menulis buku
dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan
kebidanan dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai