Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI MANAJEMEN PENATALAKSANAAN PROGRAM GIZI PADA

PENCEGAHAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALUMPANG

Isbat Abdul Muin1, Musiana2, Eri Marwati3


(Mahasiswa dan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara)
email: aryana.elnisa.at@mail.com, erimarwati77@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Stunting adalah akibat buruk dari gizi buruk pada rahim dan anak usia
dini. Secara global, sekitar 149 juta anak balita menderita stunting. Indonesia termasuk ke
dalam Negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di Regional Asia Tenggara. Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen penatalaksanaan program gizi pada
pencegahan stunting di wilayah kerja puskesmas kalumpang. Metode : Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dalam
penelitian ini menggunakan informan utama yaitu pemegang program gizi puskesmas
kalumpang dan informan kunci yaitu kepala puskesmas kalumpang. Hasil : Sumber daya
manusia sudah terpenuhi karena disetiap wilayah kerja puskesmas kalumpang sudah ada
petugasnya, tidak ada masalah sumber dana program stunting karena dana tersalurkan dengan
baik, perencanaan dalam suatu program sangatlah penting karena tanpa adanya perencanaan,
maka program tidak akan berjalan dengan baik, pelaksanaan ini dijalankan sesuai dengan
perencanaan yang sudah ada berdasarkan tukpoksinya masing-masing, evaluasi program
dilakukan dengan berbagai macam cara seperti evaluasi bulanan, evaluasi triwulan dan
evaluasi tahunan, pencatatan dan pelaporan dilakukan secara online dan manual. Saran :
Perlu dilakukan pendekatan kepada orang tua untuk mengetahui faktor kendala dalam
penanganan stunting, karena masalah mengenai stunting bukan saja tugas maupun tanggung
jawab dari petugas kesehatan akan tetapi perhatian maupun peran orang tua terhadap anak
yang menderita stunting juga sangat penting untuk membantu para petugas kesehatan dalam
menangani stunting.

Kata Kunci : Manajemen; Penatalaksanaan; Pencegahan; Stunting.

12
PENDAHULUAN stunting di berbagai bidang terutama
perbaikan gizi.
Stunting adalah akibat buruk dari Berbagai penelitian telah dilakukan,
gizi buruk pada rahim dan anak usia dini1. prevalensi stunting adalah 57%, sekitar 3,5%
Secara global, sekitar 149 juta anak balita stunting parah, 27,3% stunting sedang dan
menderita stunting. Anak-anak ini memulai 26,4%. stunting ringan, dan mean (SD)
hidup mereka dengan tanda kerugian: adalah - 1,1 (± 1,2). Sekitar 7 (1,1%) anak
mereka menghadapi kesulitan belajar di laki-laki dan 15 (2,4%) perempuan
sekolah, mendapatkan penghasilan kurang mengalami stunting parah. Usia kelompok
sebagai orang dewasa, dan menghadapi 10-12 tahun memiliki tingkat stunting yang
hambatan untuk berpartisipasi dalam lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
komunitas mereka. Pada tahun 2017, lebih kelompok lain. Usia keluarga besar ukuran
dari setengah balita stunting di dunia berasal dan pembuangan limbah lapangan
dari Asia (55%) sedangkan lebih dari merupakan faktor yang signifikan terkait
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari dengan stunting.5 Bukti yang konsisten
83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi menunjukkan pemberian ASI noneksklusif
terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) untuk 6 bulan pertama, status sosial ekonomi
dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah rumah tangga yang rendah, kelahiran
(0,9%).2 prematur, panjang lahir pendek, dan tinggi
Indonesia termasuk ke dalam negara badan serta pendidikan ibu yang rendah
ketiga dengan prevalensi tertinggi di merupakan faktor penentu stunting anak
Regional Asia Tenggara/South-East Asia yang penting di Indonesia.6 Ini menunjukkan
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita bahwa banyak faktor yang menyebabkan
stunting di Indonesia tahun 2005-2017 stunting dan belum teratasi sampai dengan
adalah 36,4%.2 Berdasarkan peta prevalensi saat ini sehingga perlu dilakukan evaluasi
balita pendek di Indonesia tahun 2017 terhadap penatalaksanaan program gizi
Provinsi Maluku Utara termasuk kategori sebagai upaya terhadap pencegahan stunting.
balita pendek 20< 30%.2 Pemantauan Status Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi faktor internal yang memiliki hubungan
balita stunting di Indonesia masih tinggi, dengan penyelenggaraan manajemen
yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan pelayanan gizi adalah motivasi (p=0,000)
WHO (20%).3 Hasil Riset Kesehatan Dasar sedangkan faktor eksternalnya adalah sarana
(Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan (p=0,004).7 Hasil penelitian menunjukkan
prevalensi stunting di tingkat nasional pada tahap input yaitu tenaga kesehatan
sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu yang terlibat masih memerlukan tambahan,
dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). belum ada tenaga gizi. Pada unsur proses,
Sedangkan untuk balita berstatus normal sebagian program terlaksana dengan baik
terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) meliputi program sehat bagi wanita hamil,
menjadi 57,8% (2018). Adapun sisanya pemberian ASI eksklusif, pemantauan
mengalami masalah gizi lain.4 Walaupun tumbuh kembang, pemberian makanan
jumlah prevalensi stunting menurun tetapi tambahan, pemberian vitamin A kecuali
masih menjadi masalah di Indonesia yang program pemberian taburia. Pada unsur
belum dapat ditangani sampai saat ini, output, cakupan prevalensi stunting di
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan Puskesmas Sirampog Kabupaten Brebes
tahun 2015 sebesar 16,74 %.8 Pentingnya
13
evaluasi manajemen penatalaksanaan advokasi, sosialisasi, kampanye stunting,
program gizi pada pencegahan stunting kegiatan konseling, dan keterlibatan
untuk mengetahui penatalaksanaanya sudah masyarakat masih sangat terbatas4. Dengan
sesuai atau masih terdapat masalah yang tingginya jumlah kejadian stunting untuk itu
mempengaruhi kejadian stunting tetap perlu dilakukan penelitian untuk
meningkat. mengevaluasi manajemen penatalaksanaan
Berdasarkan distribusi jumlah balita program gizi pada pencegahan stunting di
stunting yang ada di Puskesmas Kota wilayah kerja puskesmas kalumpang
Ternate Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan kecamatan Ternate Tengah.
Kota Ternate Tahun 2016-2019 diketahui Tujuan penelitian ini adalah untuk
bahwa anak balita dengan kejadian stunting mengetahui manajemen penatalaksanaan
di wilayah kerja Puskesmas Kalumpang program gizi pada pencegahan
Kecamatan Ternate Tengah diperoleh dari stuntingditinjau dari segi sumbar daya
Dinas Kesehatan Kota Ternate dari Tahun manusia, sumber dana, perencanaan,
2016-2019 dengan jumlah stunting tertinggi pelaksanaan, evaluasi, dan pencatatan dan
sebanyak 127 orang di bandingkan dengan pelaporandi wilayah kerja puskesmas
jumlah stunting yang ada puskesmas lainnya kalumpang.
walaupun jumlah Balita stunting setiap
tahunnya naik turun namun ini menjadi METODE
masalah yang belum tertangani dengan baik. Jenis penelitian yang digunakan
Berdasarkan hasil observasi dalam penelitian ini adalah penelitian
mekanisme pencatatan stunting yang di kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
lakukan petugas puskesmas kalumpang yaitu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
pengambilan data melalui posyandu, September 2020 di Puskesmas Kalumpang
melakukan pengukuran berat badan dan Kecamatan Ternate Tengah Kota Ternate.
tinggi badan serta pemantauan status gizi Informan dalam penelitian ini menggunakan
bayi dan balita selanjutnya di lakukan informan utama (pemegang program gizi
pelaporan ke dinas kesehatan.Sedangkan puskesmas kalumpang) dan informan kunci
dalam penyelenggaraan intervensi gizi (kepala puskesmas kalumpang). Data primer
spesifik dan sensitif masih belum terpadu, diperoleh dari wawancara mendalam
baik dari proses perencanaan dan (indepth interview) dan observasi terhadap
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, informan dengan menggunakan pedoman
maupun evaluasi. Pengalokasian dan wawancara dan alat bantu berupa alat tulis,
pemanfaatan sumber daya dan sumber dana alat rekam, dan kamera/handphone. Data
belum efektif dan efisien. Belum ada sekunder diperoleh dari Puskesmas
kepastian pemenuhan kebutuhan sumber Kalumpang dan Dinas Kesehatan Kota
dana untuk pencegahan stunting di tingkat Ternate. Data yang diperoleh dari hasil
kabupaten/kota. wawancara mendalam (indepth interview)
Potensi sumber daya dan sumber diolah dengan mengkelompokan hasil
dana tersedia dari berbagai sumber, namun wawancara sesuai dengan tujuan penelitian.
belum diidentifikasi dan dimobilisasi secara Analisis data dilakukan dengan analisis isi
optimal. Terdapat keterbatasan kapasitas (content analysis) kemudian
penyelenggara program, ketersediaan, diinterpretasikan data tersebut dan disajikan
kualitas, dan pemanfaatan data untuk dalam bentuk narasi.
mengembangkan kebijakan. Program
14
HASIL 3. Peran Sumber Daya Manusia
Hasil wawancara diperoleh bahwa
Sumber Daya Manusia
siapa saja berperan dalam program
Pemberian Kewenangan
penatalaksanaan gizi.
Hasil wawancara diperoleh bahwa
4. Ketersediaan Sumber Daya Manusia
pemberian kewenangan untuk melaksanakan
Hasil wawancara diperoleh bahwa
program penatalaksanaan gizi yang
ketersediaan sumber daya manusia sudah
berkaitan dengan stunting diberikan
terpenuhi karena disetiap wilayah kerja
sepenuhnya kepada petugas pelaksana gizi di
puskesmas kalumpang sudah ada
setiap puskesmas, sesuai surat keputusan
petugasnya.
(SK) yang diberikan oleh pimpinan instansi
kesehatan yaitu kepala puskesmas. Berikut Sumber Dana
1. Alokasi Dana
kutipan wawancara:
Hasil wawancara diperoleh bahwa
“..kewenangannya jelas dibuktikan
semua kegiatan yang bersifat program
dengan ada nya SK penugasan..”
puskesmas jelas ada dananya baik dana
(Wawancara DM, 14-12-2020)
BOK, dana operasional puskesmas, dana
1. Keterlibatan Tenaga Kesehatan
operasional dari kapitasi dan alokasi dana
Hasil wawancara diperoleh bahwa
dari dana puskesmas. Berikut kutipan
tenaga kesehatan berperan/terlibat dalam
wawancara:
program penatalaksanaan gizi yang
“..ada dana BOK atau bantuan
berkaitan dengan stunting. Berikut kutipan
operasinal kesehatan di situ ada tentang
wawancara:
pelacakan gizi..”
“..semua berperan mulai dari dokter,
(Wawancara ETY, 28-12-2020)
penangung jawab gizi atau pelaksana gizi di
“Ya kalau dana seperti program lain
kelurahan kemudian bidan kelurahan dan
nya itu dibekap oleh dana operasional
juga perawat kelurahan serta apoteker”
puskesmas, ada namanya dana operasional
(Wawancara ETY, 28-12-2020)
dari kapitasi..”
2. Sosialisasi Program Gizi Kepada Tenaga
(Wawancara DM, 14-12-2020)
Kesehatan dan Non Kesehatan
2. Ketersediaan/Ketercukupan Dana
Hasil wawancara diperoleh bahwa
Hasil wawancara diperoleh bahwa
integrasi program setiap bulan dilakukan
ketersediaan dana untuk program
untuk evaluasi pencapaian program dan
penatalaksanaan gizi berkaitan dengan
melalui kegiatan ini dilakukan sosialisasi
stunting ini sudah tercukupi.
kepada semua tenaga medis dan non medis.
3. Kendala Dana
Berikut kutipan wawancara:
Hasil wawancara diperoleh bahwa
“..ada integrasi program namanya
tidak ada kendala dalam menjalankannya
dan setiap bulan dilakukan evaluasi
program penatalaksanaan pencegahan
pencapaian program. Biasanya kita
stunting. Tidak ada masalah sumber dana
sosialisasi kepada semua tenaga medis dan
program stunting karena dana tersalurkan
non medis tentang apa itu stunting dan cara
dengan baik. Adanya bantuan dana dari
pencegahannya..”
pemerintah sangat mendukung pelaksanaan
(Wawancara ETY, 28-12-2021)
program.

15
Perencanaan “Kalau mau bilang peran semua
1. Pentingnya Perencanaan melakukan sesuai dengan tukpoksinya, jadi
Hasil wawancara diperoleh bahwa sesuai dengan SOP penanganan stunting,
perencanaan menjadi hal penting dalam sesuai prosedur operasionalnya..”
melakukan suatu kegiatan, maka dibutuhkan (Wawancara ETY, 28-12-2020)
perencanaan-perencanaan yang matang agar 2. Proses Pelaksanaan Program
hasilnya juga sesuai dengan apa yang sudah Hasil wawancara diperoleh bahwa
direncanakan. Berikut kutipan wawancara: adanya rancangan perencanaan kegiatan
“..jadi kita ada perencanaan yaitu yang diajukan ke kepala puskesmas setelah
cara pencegahan stunting. Kalau mau disetujui maka kegiatannya akan
menurunkan angka stunting maka kita harus dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah
ada rencananya mau bikin apa jadi seperti direncanakan. Berikut hasil wawancara:
yang saya bilang tadi stunting itu dicegah “..proses pelaksanaannya yaitu
pada masa kehamilan jadi kami berintegrasi edukasi pembagian telur memantau juga
dengan KIA..” kalau anak- anak stunting sampai ke
(Wawancara ETY, 28-12-2020) kunjungan rumah ya. Jadi menaruh
2. Proses Penyusunan Perencanaan perhatian khusus bagi anak-anak yang
Hasil wawancara diperoleh bahwa memang sudah stunting”
untuk proses perencanaan programnya (Wawancara DM, 14-12-2020)
masuk dalam perencanaan puskesmas yaitu 3. Target yang dicapai dalam Pelaksanaan
POA (Plan of Action). Semua kegiatan Program
program tahun berjalan masuk dalam RUK Hasil wawancara diperoleh bahwa
(Rencana Usulan Kegiatan) di awal tahun. target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
Berikut kutipan wawancara: program penatalaksanaan gizi pada stunting
“..proses perencanaannya tetap yaitu penurunan angka stunting dari hasil
masuk dalam perencanaan puskemas ya. kegiatan yang telah dilakukan.
Ada nama POA (Plan Of Action) jadi semua 4. Kendala Pelaksanaan Program
kegiatan program tahun berjalan itu masuk Hasil wawancara diperoleh bahwa
dalam RUK rencana usulan kegiatan di kendala dalam penanganan stunting adalah
awal tahun” kurangnya partisipasi dari beberapa orang
(Wawancara DM, 14-12-2020) tua. Berikut kutipan wawancara:
3. Kendala Penyusunan Perencanaan “Kendalanya dalam penanganaan
Hasil wawancara diperoleh bahwa biasanya kurangnya partisipasi dari orang
tidak ada kendala yang dihadapi dalam tua sendiri karena bagaimana pun
proses penyusunan perencanaan program penatalaksanaan stunting ini bukan dari
penatalaksanaan gizi yang berkaitan dengan orang kesehatan tapi peran orang tua
stunting. sendiri juga kadang-kadang kurang
Pelaksanaan berpartisipasi..”
1. Peran dalam Pelaksanaan Program (Wawancara DM, 14-12-2020)
Hasil wawancara diperoleh bahwa Evaluasi
dalam melaksanakan program 1. Evaluasi yang dilakukan
penatalaksanaan gizi untuk pencegahan Hasil wawancara diperoleh bahwa
stunting, seluruhnya berperan aktif sesuai ada rapat evaluasi yang dilakukan oleh
tukpoksi masing-masing. Berikut hasil puskesmas tujuannya untuk mengevaluasi
wawancara: tiap bulan berjalan, tidak hanya yang
16
berkaitan dengan program gizi namun 2. Keakuratan dan Ketepatan waktu
seluruh program. Berikut kutipan Pencatatan dan Pelaporan
wawancara: Hasil wawancara diperoleh bahwa
“Kalau evaluasi program itu kami untuk laporan bulanan yang secara
ada lokakarya mini bulanan di puskesmas manualnya bisa tepat waktu namun untuk
jadi itulah rapat evaluasi puskesmas untuk laporan yang secara entri itu tergantung dari
mengevaluasi tiap bulan berjalan” baik dan tidaknya jaringan dan juga
(Wawancara DM, 14-12-2020) laporannya ini berjenjang. Laporanya masuk
2. Teknis/Prosedur dalam Melakukan ke puskesmas kemudian puskesmas teruskan
Evaluasi Program ke dinas kesehatan. Berikut kutipan
Hasil wawancara diperoleh bahwa wawancara:
untuk teknisnya jelas di antara mereka “Kalau pelaporan bulanan secara
sesama petugas program gizi saling manual bisa tepat waktu, kalau
mencocokkan data, setiap penanggung jawab pelaporannya yang harus kita entri ke
melaporkan data balita yang stunting dan RPGBGBM itu tergantung dari jaringan
datanya diolah, dan selanjutnya di laporkan kalau memang jaringan servernya bagus ya
ke KTU yang akan diteruskan ke dinas bisa di entrika..”
kesehatan. (Wawancara ETY, 28-12-2020)
3. Pengukuran Evaluasi Program 3. Kendala Proses Pengelolaan Sistem
Hasil wawancara diperoleh bahwa Pencatatan dan Pelaporan
tingkat pengukurannya dari evaluasi data Hasil wawancara diperoleh bahwa
yang telah di peroleh kemudian di buat kendala itu pasti ada akan tetapi kendala itu
perbandingan pencapaian antara bulan bisa di tangani dengan manajemen waktu
berjalan dan bulan sebelummnya, untuk yang baik. Berikut kutipan wawancara:
melihat ada perbedaan atau tidak. Berikut “…kendala itu pasti ada tapi biasa di
kutipan wawancara: tangani dengan manajemen waktu yang baik
“..evaluasi kita tampilkan datanya, (Wawancara DM, 14-12-2020)
yang pencapaiannya ada progres atau tidak
misalkan stunting harus ada penurunan PEMBAHASAN
misalnya kalau di bandingkan dengan Meskipun dari segi jumlah sumber
pencapaian saya bulan ini stuntingnya enam daya manusia sudah terpenuhi, tetapi
kemudian bulan depan misalnya delapan pendampingan tetap harus dilakukan secara
berartikan progresnya naik, jadi kita harus menyeluruh sehingga program
evaluasi kembali kinerja kita. Kalau kasus penatalaksanaan pencegahan stunting dapat
turun berarti kita harus pertahankan dijalankan dengan baik serta tuntas.
kinerja…” Pendampingan ini cukup penting harus
(Wawancara ETY, 28-12-2020) melibatkan berbagai sumber daya manusia
Pencatatan dan Pelaporan tidak hanya petugas kesehatan dibidang gizi
1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan tetapi perlu melibatkan petugas kesehatan
Hasil wawancara diperoleh bahwa dan non kesehatan lainnya.
sistem pencatatan dan pelaporannya ada Pendampingan terhadap masing-
pelaporan bulanan yang dibuat atau masing organisasi perangkat daerah dalam
dilakukan oleh program gizi baik laporan melaksanakan analisis perencanaan, dapat
manual maupun online. meningkatkan pemahaman dalam menyusun
kerangka kerja. Sehingga program-program
17
tersebut memiliki daya ungkit dalam termasuk masyarakat seperti pemahaman
penanggulangan stunting. Pengabdian pangan yang baik atau memberikan bantuan
selanjutnya seharusnya berupa pangan bagi masyarakat yang tidak mampu.
pendampingan mengenai monitoring dan Apalagi disaat kondisi pandemik saat ini.
evaluasi sehingga program-program yang Terdapat 5 faktor yang berpengaruh
dilaksanakan dapat memiliki daya ungkit terhadap keberhasilan program
terhadap penanggulangan stunting.9 pemberdayaan masyarakat yaitu (1)
Sumber dana untuk alokasi program perencanaan dan sosialisasi (2)
penatalaksanaan pencegahan stunting sudah pendampingan dan pemberian motivasi
memenuhi standar sesuai dari dana kepada kelompok sasaran, (3) pelatihan
operasional bantuan pemerintah. Walaupun pemanfaatan hasil pekarangan mendukung
dari segi dana sudah tercukupi, namun diversifikasi konsumsi pangan, (4)
masalah stunting sampai saat ini belum monitoring dan evaluasi pelaksanaan
dapat terselesaikan, sehingga perlu program dan dampaknya, (5) pentingnya
penanganan yang menyeluruh secara lintas aspek promosi dan pemasaran. Jika
sektor. pemberdayaan masyarakat optimal pada
Anggaran program berasal dari program-program ini maka pencegahan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) - stunting di era new normal ini akan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik mendapatkan hasil yang optimal.13
sebesar Rp. 200.000.000,- per tahun per Pelacakan petugas sudah dilakukan,
Puskesmas didaerahnya masing-masing (10 namun ada saja kendala dalam hal
Kabupaten/Kota Prioritas untuk Itervensi pelaporan/pencatatannya. Ketepatan dan
Anak Kerdil (Stunting).10 Upaya penurunan kemudahan memperoleh data stunting ini
masalah gizi harus ditangani secara lintas cukup penting untuk pengambilan keputusan
sektoral di semua lini. Ibu dan calon program kerja disaat mendatang, sehingga
pengantin harus dibekali dengan perlu dilakukan pelaporan/pencatatan secara
pengetahuan cukup tentang gizi dan online dan akurat.
kehamilan, ASI Eksklusif pada ibu bersalin Sistem pencatatan dan pelaporan
yang sehat. Selanjutnya MPASI harus terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan
dipahami oleh para ibu dan tenaga kesehatan kegiatan dan pelaporan data umum, sarana,
secara optimal 11 Pendidikan kesehatan tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di
menggunakan audiovisual terbukti efektif masyarakat14. Pengembangan sistem
terhadap peningkatan pengetahuan, informasi pencatatan dan pelaporan status
kemampuan, dan motivasi pada ibu menyusui. gizi balita stunting ini dapat diakses online
Pendidikan kesehatan tidak cukup dengan melalui komputer dan handphone android,
memberikan informasi secara tertulis maupun sehingga proses pencatatan dan pelaporan
ceramah saja, dibutuhkan beberapa metode dapat dilakukan secara akurat, cepat, dan
dan media yang tepat untuk dapat mudah digunakan kapan saja serta dimana
meningkatkan pengetahuan masyarakat.12 saja, guna dapat membantu monitoring
Jika dilihat dari hasil penelitian, dari status gizi balita dan pengambilan keputusan
segi manajemen penatalaksanaan pada tingkat manajerial.15
pencegahan stunting sudah dilakukan sesuai
prosedur, namun masalah kasus stunting KESIMPULAN
tetap ada. Sehingga perlu dilakukan 1. Sumber daya manusia yang di peroleh
peningkatan kinerja seluruh lintas sektor untuk program penatalaksanaan gizi pada
18
pencegahan stunting di puskesmas and Trends in Child malnutrition -
kalumpang sudah terpenuhi dengan Unicef WHO The World Bank Joint
adanya petugas gizi, bidan kelurahan, Child Malnutrition Estimates, key
perawat dan dokter. findings pf the 2019 edition. Unicef.
2. Semua kegiatan-kegiatan yang bersifat Published online 2019:4.
program puskesmas jelas ada alokasi http://www.unicef.org/media/files/JME_
dananya. 2015_edition_Sept_2015.pdf%0Ahttps://
3. Perencanaan merupakan poin yang paling pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30430613/
penting dalam suatu kegitan karena tanpa 2. Kemenkes RI. Buletin Jendela Data dan
adanya perencanaan suatu kegiatan tidak Informasi Kesehatan: Situasi Balita
dapat dijalankan. Pendek di Indonesia. Kementeri Kesehat
4. Pelaksanaan merupakan implementasi RI. Published online 2018:20.
dari hasil perencanaan yang telah di buat 3. Kementerian Kesehatan RI. Buku saku
atau di tetapkan dalam suatu perencanaan. pemantauan status gizi. Buku saku
5. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan pemantauan status gizi tahun 2017.
untuk menilai hasil dari suatu program Published online 2018:7-11.
atau kegiatan yang telah dilaksanakan. 4. Kementerian Koordinator Bidang
6. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Pembangunan Manusia dan
puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan Kebudayaan. Strategi Nasional
dan pelaporan data umum, sarana, tenaga Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
dan upaya pelayanan kesehatan di (Stunting) Periode 2018-2024. In: ;
masyarakat yang dilakukan oleh 2018.
puskesmas. 5. Bogale TY, Bala ET, Tadesse M,
Asamoah BO. Prevalence and
SARAN associated factors for stunting among 6-
1. Kepada pimpinan puskesmas kiranya 12 years old school age children from
senantiasa memberikan perhatian pada rural community of Humbo district,
kinerja pegawai serta memberikan Southern Ethiopia. BMC Public Health.
penghargaan atau pengakuan agar kiranya 2018;18(1):18.doi:10.1186/s128890185
dapat menjadi spirit tersendiri bagi 561-z
petugas puskesmas dalam menjalankan 6. Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A,
tugasnya dalam penanganan stunting. Izwardy D, Neufeld LM. A review of
2. Perlu dilakukan pendekatan kepada orang child stunting determinants in Indonesia.
tua untuk mengetahui faktor kendala Matern Child Nutr. 2018;14(4):1-10.
dalam penanganan stunting, karena doi:10.1111/mcn.12617
masalah mengenai stunting bukan saja 7. Rosita, Nurlinawati I, Lamid A.
tugas maupun tanggung jawab dari Manajemen Pelayanan Gizi Di Wilayah
petugas kesehatan akan tetapi perhatian Dengan Status Gizi Tinggi Dan Rendah
maupun peran orang tua terhadap anak Dan Hubungannya Dengan Kualitas
yang menderita stunting juga sangat Tenaga Pelaksana Gizi. Penelit Gizi dan
penting untuk membantu para petugas Makanan (The J Nutr Food Res.
kesehatan dalam menangani stunting. 2019;42(1):29-40.
doi:10.22435/pgm.v42i1.2419
DAFTAR PUSTAKA 8. Khoeroh H, Indriyanti D. Evaluasi
1. WHO, World, Bank, UNICEF. Levels Penatalaksanaan Gizi Balita Stunting.
19
Unnes J Public Heal. 2013;4(1):54-60. 2019;7(1):67-74.
9. Ngaisah S, Nurochim N. Pendampingan doi:10.14710/jmki.7.1.2019.67-74
Analisis Situasi Daerah Tinggi Stunting.
JMM (Jurnal Masy Mandiri).
2019;2(1):71.doi:10.31764/jmm.v2i1.13
45
10. Saputri RA, Tumangger J. Hulu-Hilir
Penanggulangan Stunting Di Indonesia.
J Polit Issues. 2019;1(1):1-9.
doi:10.33019/jpi.v1i1.2
11. Ketut Aryastami N, Tarigan I. Kajian
Kebijakan dan Penanggulangan Masalah
Gizi Stunting di Indonesia Policy
Analysis on Stunting Prevention in
Indonesia. Bul Penelit Kesehat.
2017;45(4):233-240.
12. Arsyati AM. Pengaruh Penyuluhan
Media Audiovisual Dalam Pengetahuan
Pencegahan Stunting Pada Ibu Hamil Di
Desa Cibatok 2 Cibungbulang.
Promotor.2019;2(3):182.
doi:10.32832/pro.v2i3.1935
13. Candarmaweni, Rahayu AYS.
Tantangan Pencegahan Stunting Pada
Era Adaptasi Baru “New Normal”
Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di
Kabupaten Pandeglang the Challenges
of Preventing Stunting in Indonesia in
the New Normal Era Through
Community Engagement. J Kebijak
Kesehat Indones JKKI. 2020;9(3):136-
146.https://journal.ugm.ac.id/jkki/articl
e/view/57781
14. Handayuni L. Analisis Pelaksanaan
Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas Di Puskesmas
Nanggalo Padang. J Manaj Inf Kesehat
Indones.2019;7(2):151.doi:10.33560/jmi
ki.v7i2.231
15. Susanti WI, Widodo AP, Nugraheni SA.
Pengembangan Sistem Informasi
Pencatatan dan Pelaporan Status Gizi
Balita Stunting di Kelurahan Gajah
Mungkur. J Manaj Kesehat Indones.

20

Anda mungkin juga menyukai