Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

DOSEN PEMBIMBING : JON HENDRI.SH.,MH

DISUSUN OLEH :

HELMI INDRA YANTI (11)

(4204161115)

DESI AYU KURNIA (03)

(4204161107)

DESI KURNIAWAN (27)

(4204161131)

FAIZUL SYAHLANI (19)

(4204161123)

Jurusan Teknik Sipil Prodi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan

Politeknik Negeri Bengkalis 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat limpahan karunia-Nya
penulis dapat menyusun makalah mata kuliah Pancasila tentang Pancasila Sebagai
Paradigma Pembangunan. Tulisan ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar
untuk mata kuliah Pancasila dan juga sebagai bahan acuan bagi mahasiswa jurusan Teknik
Sipil Prodi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan dalam mendalami materi Pancasila.
Tulisan ini disusun berdasarkan referensi-referensi yang relevan dan valid sehinga dapat diuji
kebenarannya.

Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini jauh dari titik kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritikan-kritikan dan saran yang membangun demi
perbaikan tulisan ini di masa yang akan datang. Akhirnya Penulis mengucapkan Terima kasih
yang tak terhingga kepada dosen pengampu mata kuliah Jurusan Teknik Sipil prodi Teknik
Perancangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Bengkalis bapak Jon Hendri.SH.,MH.
yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan tulisan ini.

Bengkalis, November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................2

Daftar isi................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang..................................................................................................4

B.Rumusan Masalah..............................................................................................4

C.Tujuan................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Paradigma........................................................................................6

B.Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan..................................................... 6

C.Pancasila Sebagai Paradigma Membagun Masyarakat Madani........................7

D.Pancasila Sebagai Paradigama Pengembangan Kehidupan Beragama ............8

E.Pancasila Sebagai Paradigma Penyeimbang IPTEK dan IMTAQ.....................9

F.Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik............................10

G.Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi...................................11

H.Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya............................12

I.Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam.......................................13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................14

Daftar pustaka........................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hla ini sebagai perwujudan praksis dal;am
meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang
rinciannya adalah sebagai berikut : melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia. hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan
memjaukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan khusus atau
nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Hal ini diwujudkan dalam tata masyarakat internasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian paradigma ?

2. Mengapa pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ?

3. Mengapa pancasila sebagai paradigma penyeimbang iptek dan imtaq ?

4. Mengapa pancasila sebagai paradigma membangun politik berperadaban?

5. Mengapa Pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi berkeadilan?

6. Mengapa Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yamg humanis ?

4
C. Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian paradigma.

2. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pengembang


kehidupan beragama.

3. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai penyeimbang iptek dan imtaq.

4. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun politik


peradaban.

5. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi


berkeadilan.

6. Agar mahasiswa mnegetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial


budaya yang humanis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma

Beragam definisi tentang definisi paradigma yang dikemukakan para tokoh-tokoh ilmuwan
dunia. George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu pandangan
fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma
membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus di jawab, dan
aturan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh. Paradigma
adalah suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan yang
membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-komunitas) dari komunitas
lainnya.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam
meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang
rinciannya adalah sebagai berikut : melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia. hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan
memjaukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan khusus atau
nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Hal ini diwujudkan dalam tata masyarakat internasional.

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional


mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila
Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara.
Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui

6
pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada
dasar-dasar hakikat manusia monopluralis. Unsur-unsur hakikat manusia monopluralis
meliputi susunan kodrat manusia. Rokhani (jiwa) dan raga sifat kodrat manusia manusia
makhluk individu dan makhluk sosialserta kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan
nasional sebagai upaya peraksis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Maka pembangunan
haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia monopluralis
tersebut.Konsekuensinya dalam relisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk
mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada
nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi
aspek jiwa (rohani) yang mencakup akal, rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek
individu aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.
Kemudian pada gilirannya di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain,
politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
bidang kehidupan agama.

C. Pancasila Sebagai Paradigma Membagun Masyarakat Madani

Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya telah


terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua tujuan utama, yaitu tujuan
kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.

2. Memajuakn kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan kedalam diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang secara keseluruhan
sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar yang merupakan tujuan umum
atau internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat


madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila yang lahir dari hasil eksplorasi

7
kebiasaan hidup bangsa Indonesia yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat panjang.
Alhasil, Pancasila adalah bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di terima oleh
seluruh bangsa yang majemuk.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat kemanusiaan. Hakikat
menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia minopluralis
tersebut memiliki bebrapa ciri, antara lain:

1. Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.

2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.

Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya


meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial,
dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya memajukan
Indonesia secara komprehensif. Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat
dan martabat manusia secara keseluruhan.1[1]

Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali harus mngalami
bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain harta bendanya yang
sederhana saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya. Contoh akan ketidak adilan dan
kesewenang-wenangan itu itu mengakibatkan rakyat banyak menjadi curiga dan sinis
terhadap pembangunan.2[2]

D. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama

Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang
beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama dan memiliki kewajiban
menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat). Ini berarti seluruh warga negara diberi

1[1] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Merevitalisasi Pendidikan
Pancasila Sebagai Pemandu Revormasi, Surabaya : IAIN Sunan Ampel
Press.2011.

2[2] FH UKI, Membangun dan Menegakkan Hukum dalam Era Pembangunan


Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,Jakarta: Erlangga.1983.

8
kebebasan seluas-luasnya menganut agama dan menjalankan berbagai kegiatan agama dan
ibadahnya. Sebaliknya, negara tidak menjamin warga negara yang tidak beragama untuk
hidup dan berkembang di bumi Indonesia.

Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa indonesia untuk
hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia. Dalm pengertian ini
maka menegaskan dalam UUD 1945 bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa, ini berarti bahwa kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan.

Para penganut agama di jamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan
sebagai bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai bentuk tanggung jawab negara,
pemerintah bahkan telah mengagendakan secara proporsional seluruh kegiatan mereka dalam
jadwal kalender nasional setiap tahun.

E.Pancasila Sebagai Paradigma Penyeimbang IPTEK dan IMTAQ

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreatifitas
rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal
merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam
bidang etnis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensialdari iptek adalah
demi kesejahteraan manusia, sehingga iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat
oleh nilai.pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya semua upaya peningkatan nilai
keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pancasila juga merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan, yang telah
mulai pula dipikirkan tentang arti dari nilainya dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, lagi
pula telah di mulai ditinjau dalam bentuk serta cara yang bagaimana untuk dapat
dipergunakan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berilmu
pengetahuan, dalam hal mana, perlu diulangi lagi yang dalam uraian tadi telah dikemukakan,
dipegang teguh unsur kenyataan, syarat mutlak bagi usaha ilmu pengetahuan.3[3]

3[3] Notonegoro, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta : PT BINA


AKSARA.1984

9
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan
adalah menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Berdasarkan sila ini ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya memikirkan apa
yang ditemukan tetapi juga memikirkan apa manfaat serta dampaknya di lingkungan sekitar.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar nilai morallitas
bahwa manusia dalam mengembangkan iptek harus memiliki sikap sopan santun (Akhlaqul
Karimah), rendah hati dan tidak sombong serta berpola pikir (mind-sett) untuk kemajuan
peradaban bangsa Indonesia.

3. Sila persatuan indonesia, memberikan makna universitas dan internasionalisme


(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Artinya pengembangan iptek hendaknya tetap dapat
ditumbuhkembangkan rasa nasionalisme, kebanggaan dan kebesaran hati menjadi bagian dari
dari bangsa Indonesia serta menjaga keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di
dunia.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijakasanaan dalam permusyawaratan


/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara demokratis,Artinya setiap ilmuan
memiliki kebebasan mengembangkan iptek, namun juga harus menghormati dan menghargai
kebebasan dan karya orang lain serta harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji
ulang maupun dibandingkan dengan penemuan ilmuwan lain.

5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan arti bahwa
pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan dan berkeadilan dalm kehidupan
kemanusiaan. Artinya, keseimbangan dan berkedilan tersebut dimasukkan dalam
hubungannya dengan diri sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya,
manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta dengan alam lingkungannya.

F. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar ontologis


manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai objek
negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar- benar merealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia.

10
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntunan hak dasar kemanusiaan yang
didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai
perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga sistem politik negara harus mampu
menciptakan sistem yang menjamin atas hak-hak tersebut.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada
penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang terjelma sebagai rakyat.
Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus
berdasarkan kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.

Selain sistim politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara. Telah
diungkapkan oleh para pendiri Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta,
menyatakan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab . hal ini menurut Moh. Hatta agar memberikan dasar-dasar moral
supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk
para elit politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan
serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

G. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazim
nya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah
yng menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke
18 menimbulkan ekonomi kapitalis. Atas dasr kenyataan objektif inilah maka di eropa pada
awal abad ke -19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut
yaitu sosialisme komunisme yang memeperjuangkana nasib proletar oleh kaum kapitalis.
Oleh karenanya itu kiranya menjadi sngat penting bahkan mendesak untuk dikembangkan
sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistik, ekonomi yang
berkemanusiaan.

Atas dasar kenyataan tersebut oleh karena itu mubyarto kemudian mengembangkan ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi
humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas.

11
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja namun demi
kemanusiaan, dan demi kesejahteraan seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia
mendasarkan pada kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa
dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan (Mubyarto,1999).hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa tujuan ekonomi adalah untuk kesejahteraan kemanusiaan.

H. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari hakikat
dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada sila kemanusiaan yang
adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial budaya harus mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia, yakni menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan
sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis
jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab. Manusia tidak cukup
sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya.
Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Manusia
akan memiliki kehormatan, jika mampu menempatkan kemanusiaannya dalam seluruh aspek
kehidupannya secara proporsional.

Berdasarkan sila perstuan Indonesia, pembngunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap nilai sosial budaya yang beragam di seluruh wilayah nusantara menuju
tercapainya rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Oleh
karena itu dalam implementasinya perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap seluruh
aset budaya kehidupan sosial yang ada dalam berbagai kelompok suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA) di Indonesia. Aset budaya kelompok satu dengan budaya yang lainnya
memiliki kedudukan yang sama dalam aspek apapun. Denagn pembagunan sosial budaya
tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidak adilan sosial.

Bentuk aktualisasi pncasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yang humanis
adalah baha setiap individu bangsaharus menyadari sepenuhnya bahwa manusia di mata
Tuhan adalah sama.

12
I. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak
warga Negara maka diperlukan peranturan perundang-undangan Negara, baik dalam rangka
mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh
karena itu Negara bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Atas dasar
pengertian demikian ini maka keamanan merupakan syarat ,mutlak tercapainya kesejahteraan
warga Negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara diperlukan suatu
pertahanan Negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan Negara aparat penegak hokum
Negara.

Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara harus dikembalikan pada
tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok Negara. Dasar-dasar
kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.
Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi
terjaminnya harkat dan martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi
manusia. Pertahan dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah
dapat dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.

Demikian pula pertahan dan keamanan Negara bukanlah hanya untuk sekelompok
warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara menjadi totaliter dan
otoriter. Oleh karena itu pertahan dan keamanan Negara harus dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan Negara harus
mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk
Tuhan yang Maha Esa (Sila Indonesia dan 11). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah
mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga
Negara (Sila 111). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila 1V) dan akhirnya pertahanan dan
keamanan haruslah diperuntukan demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat
(terwujudnya suatu keadilan social) agar benar-benar Negara meletakkan pada fungsinya
yang sebenarnya sebagai suatu Negara hukum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan
atas kekuasaan.

13
BAB III
KESIMPULAN

George Ritzer memberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu pandangan


fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan.
Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang
harus di jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban
yang di peroleh
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh
karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia
sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa
Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia.
Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan
nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional.
Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya telah
terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia adalah
negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama dan
memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat).
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan
kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang yang adil dan beradab. Artinya semua upaya
peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar
ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah
sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar-
benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga

14
lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya
yang kuatlah yang menang.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada sila
kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial budaya
harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni menjadi manusia
berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-
manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita
menjadi manusia adil dan berdab.
Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara harus dikembalikan
pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok Negara.
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan
keamanan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

15
Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Bandung : Sianr Baru Offset. 1988

Alkostar, Artidjo dan M.sholeh Amin, Pembanguna Hukum dalam Prospektif Politik Hukum

Nasional, Jakarta :CV.Rajawali . 1986.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai

Pemandu Revormasi, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2011.

FH UKI, Membangun dan Menegakkan Hukum Dalam Era Pembangunan Berdasarkan

Pancasila Dan UUD 1945, Jakarta : Erlangga.1983.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Martha . 2013. Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.

http://dzmivhyeverlastingforever.wordpress.com/2011/06/20/makalah-pancasila-sebagai-

paradigma-pembangunan/ (diakses 12 November 2016)

Robin. 2011. Makalah Pancasila sebagai Paradikma Pembangunan

http://fhacink.blogspot.com/2011/10/makalah-panca-sila-sebagai-paradikma.html (diakses 12

November 2016)

Saputri, dkk. 2012. Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan ,

http://saputrinurraini.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html

(diakses 12 November 2016)

Siswanto, Sugeng. 2013. Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.

http://www.mysusis.com/2013/07/makalah-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html

(diakses 12 November 2016)

16

Anda mungkin juga menyukai