Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA”

Dosen Pembimbing: Mahsun Ismail S.H., M.H.

Disusun oleh:
Kelompok 2 kelas E

Dewi Santi 2021210228


Mitha Maulidya Arisanty 2022210023
Fahrur Rozi Farouq 2022210093
Aura Barokatur Ramadhani 2022210106
Hamid Maulana 2022210023
Inka Deswita Soleha 2022210255

FAKULTAS EKONOMI PRODI MANAJEMEN


UNIVERSITAS MADURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas resume yang berjudul “Pancasila
sebagai Ideologi Negara” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Mahsun Ismail S.H., M.H. pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pancasila sebagai
Ideologi Negara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahsun Ismail S.H., M.H.,
selaku Dosen pada mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan laporan ini.

Pamekasan, 24 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia ............................ 3

2.2. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara .................................................. 8

2.2.1. Pancasila sebagai Ideologi Negara ....................................................... 8

2.2.2. Pancasila sebagai Dasar Negara......................................................... 10

2.2.3. Pancasila sebagai pandangan Hidup Bangsa ...................................... 11

2.2.4. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa .............................................. 11

2.2.5. Nilai-Nilai Keseimbangan Hukum Dalam Perspektif Pancasila ......... 11

BAB III.............................................................................................................. 17

PENUTUP ......................................................................................................... 17

3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 17

3.2. Saran ....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ada aneka macam-macam pengertian kedudukan dan fungsi Pancasila yang


masing-masing harus dipahami sinkron dengan konteks kaualitasnya, dalam
pengertian proses terbentuknya Pancasila secara kausalitas. misalnya Pancasila
menjadi etos Bangsa Indonesia, menjadi Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia,
sebagai Ideologi Bangsa serta Negara Indonesia serta masih banyak kedudukan
serta fungsi Pancasila lainnya. semua kedudukan serta fungsi Pancasila itu bukanlah
berdiri secara indvidual-sendiri namun bilamana kita kelompokkan maka akan
kembali di dua kedudukan dan fungsi pokok Pancasila yaitu menjadi Dasar Filsafat
Negara dan menjadi Pandangan hidup Bangsa Indonesia.1

Sebelum Pancasila dirumuskan dan disahkan menjadi Dasar Filsafat Negara


nilai-nilainya sudah terdapat di Bangsa Indonesia yang artinya pandangan hidup
yaitu berupa nilai-nilai adat norma serta kebudayaan, serta menjadi kausa materialis
Pancasila. Dalam pengertian inilah maka antara Pancasila menggunakan bangsa
Indonesia tidak dapat dipisahkan sehingga Pancasila menjadi Jati diri Bangsa
Indonesia. sehabis bangsa Indonesia mendirikan negara, maka oleh pembentuk
Negara Pancasila disahkan menjadi dasar Negara Republlik Indonesia. sebagai
suatu bangsa dan Negara Indonesia mempunyai cita-cita yang diklaim paling
sinkron dan benar sebagai akibatnya segala cita-cita, gagasan-gagasan, pandangan
baru ide tertuang pada Pancasila maka pada pengertian inilah Pancasila
berkedudukan menjadi ideologi Bangsa dan Negara Indonesia serta sekaligus
menjadi Asas Persatuan serta Kesatuan bangsa dan Negara Indonesia. dengan
demikian Pancasila sebagai dasar filsafat negara, secara objektif pada angkat dari

1
Brata, Ida Bagus.dan Ida Bagus Nyoman Wartha, “Lahirnya Pancasila sebagai Pemersatu
Bangsa Indonesia”. Jurnal Santiaji Pendidikan, Vol.7 No.1. (2017). Hal.121-122

1
pandangan hidup yang sekaligus pula sebagai filsafat hayati bangsa Indonesia yang
telah ada pada sejarah bangsa sendiri. 2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang berjudul “Pancasila sebagai Ideologi Negara”


dapat diuraikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia?
2. Bagaimana fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia?
1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang berjudul “Pancasila sebagai Ideologi


Negara” terdapat tujuan yang ingin dicapai di antaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia.
2. Untuk mengetahui fungsi Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia.

2
Kaelan, “Pendidikan Pancasila”. Yogyakarta: Paradigma. (2016), Hal 96

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia

Secara etimologi, ideologi dari berasal kata “idea” yang berarti gagasan,
konsep, buah pikiran, dan “logos” yang artinya ilmu. kata idea berasal dari istilah
Yunani, eidos yang merupakan bentuk. Selain itu, ada kata idean yang artinya
melihat, maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang inspirasi-
inspirasi (science of ideas) atau ajaran perihal pengertian-pengertian dasar.
Sedangkan dalam pengertian sehari-hari, istilah “idea” umumnya disamakan
artinya dengan “cita-cita”. cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat
permanen dan wajib dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus
menjadi dasar, pandangan, atau paham. Jadi, istilah ideologi berarti ilmu yang
membicarakan tentang suatu gagasan atau pemikiran untuk dijadikan pedoman,
dasar, landasan, prinsip, serta cita-cita dalam hidup.3

Bila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali digunakan serta
dikemukakan sang seseorang Perancis, Destutt de Tracy, di tahun 1796. mirip
halnya Leibniz de Tracy memiliki cita-cita buat membentuk suatu system
pengetahuan. jika Leibniz menyebutkan impiannya menjadi “one great system of
truth”, dimana tergabung segala cabang ilmu serta segala kebenaran ilmiah, maka
de Tracy menyebutkan ‘Ideologie’, yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang
diperlukan dapat membawa perubahan institusional pada warga Perancis. tetapi
Napoleon mencemoohnya menjadi suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai
arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan menemukan
kenyataan.

3
Muslimin, Husein, “Tantangan Terhadap Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara Pasca
Reformasi”. Jurnal Cakrawala Hukum. Vol.7 No.1. (2016). Hal 32-33

3
Pengertian “ideologi” secara awam bisa dikatakan sebagai formasi gagasan
gagasan, inspirasi-inspirasi, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang
menyeluruh serta sistematis, yang menyangkut:

1. Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan dan keamanan)

2. Bidang sosial

3. Bidang kebudayaan

4. Bidang keagamaan.

Maka ideologi Negara pada artinya merupakan cita-cita Negara atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk semua warga dan
bangsa yang bersangkutan, di hakikatnya ialah asas kerohanian yang antara lain
mempunyai karakteristik berupa derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup
kebangsaan serta kenegaraan. oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian
pandangan global, pandangan hidup, panduan hidup, pegangan hidup yang
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan pada generasi berikutnya, di
perjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban. Ideologi pada
mulanya adalah gagasan dan cita-cita berkembang secara luas sebagai suatu paham
tentang seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seorang atau
sekelompok orang untuk sebagai pegangan hidup. berikut adalah beberapa
pendapat para ahli tentang ideologi. 4

1. Patrick Corbett dalam Abdul Kadir Besar (1994) menyatakan ideologi


sebagai setiap struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat
keyakinan mengenai penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta
pengorganisasiannya, seperangkat keyakinan mengenai sifat hakikat
manusia dan alam semesta yang ia hidup di alamnya, suatu pernyataan
pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebut independen, dan
suatu dambaan agar keyakinan-keyakinan tersebut dihayati dan

4
Winarto, “Paradigma Baru Pendidikan Pancasila”. Jakarta: Bumi Aksara. (2016), Hal 88

4
pernyataan pendirian itu diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang
yang menjadi anggota penuh dari anggota sosial yang bersangkutan.
2. Frans Magnis Suseno (2011) menyatakan ideologi sebagai suatu system
pemikiran, dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan terbuka. Lebih
lanjut dikatakan ada 2 (dua) jenis ideologi, yakni ideologi tertutup dan
ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah ajaran pandangan dunia, atau
filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan
social sebagai kebenaran. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipertanyakan berdasarkan nilai atau prinsip moral yang lain. Isinya
dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi
berdasarkan pengalaman sosial.

Lebih lanjut dikatakan ada dua (2) jenis ideologi, yakni ideologi tertutup serta
ideologi terbuka. Ideologi tertutup artinya ajaran pandangan global, atau filsafat
yang menentukan tujuan-tujuan serta adat tata cara politik serta sosial, menjadi
kebenaran. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipertanyakan
berdasarkan nilai atau prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis serta apriori
sehingga tidak bisa dirubah atau dimodifikasi sesuai pengalaman sosial. Ideologi
ini tidak mentolelir pandangan global atau nilai-nilai lain. Ideologi tertutup
menuntut ketaatan tanpa reserve. 5

Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve ideologi menjadi suatu


sistem pemikiran (sistem of thought), maka ideologi terbuka adalah suatu sistem
pemikiran terbuka. Sedangkan ideologi tertutup bisa dikenali dengan beberapa ciri
khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup pada rakyat, melainkan artinya
cita-cita satu grup orang yang mendasari suatu program buat mengubah serta
membaharui masyarakat. dengan demikian, karakteristik ideologi tertutup artinya
bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan
pada rakyat. Demi ideologi, rakyat harus berkorban serta bersedia buat menilai

5
Azhari, Siti K, “Konstitusi Bernegara”. Jurnal Sosioteknologi. Vol.15 No.2. (2016). Hal 320

5
kepercayaan ideologis para rakyat masyarakat serta kesetiannya masing-masing
menjadi rakyat warga.6

Ciri-ciri lain tentang ideologi tertutup ialah bahwa isinya bukan hanya berupa
nilai-nilai dan ciri-ciri tertentu melainkan pada dasarnya terdiri asal tuntutan
tuntutan konkrit serta operasional yang keras, yang diajukan menggunakan mutlak.
Jadi ciri spesial ideologi tertutup adalah bahwa berapapun besarnya disparitas
antara tuntutan aneka macam ideologi yang memungkinkan hidup pada warga itu,
akan selalu ada tuntutan absolut bahwa orang harus taat kepada ideologi tadi. Hal
itu pula berarti orang wajib taat kepada elit yang mengembannya, taat terhadap
tuntutan ideologis dan tuntutan ketaatan itu mutlak berasal nurasinya, tanggung
jawabnya atas hak-hak asasinya.

Kekuasaannya selalu condong ke arah total, jadi bersifat totaliter serta akan
menyangkut segala segi kehidupan. Kebalikannya, ideologi terbuka hanya berisi,
orientasi, gagasan, prinsip, atau nilai dasar saja, sedangkan penjabarannya kedalam
tujuan-tujuan dan tata cara sosial politik selalu bisa dipertanyakan serta diadaptasi
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasionalisasi
cita-cita yang ingin dicapai tidak bisa dipengaruhi secara apriori, melainkan harus
disepakati secara demokratis. Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totalite, serta
tidak dapat digunakan melegitimasi kekuasaan sekelompok ideologi terbuka hanya
terdapat dalam sistem yang demokratis. 7

Sebagaimana dikemukakan diatas, dalam ideologi terkadung nilai-nilai. Nilai-


nilai itu dianggap menjadi nilai yang baik, luhur, serta diklaim menguntungkan.
warga sebagai akibatnya diterima nilai tersebut. Seperangkat nilai yang disebut
benar, baik, adil, dan menguntung itu, dijadikan nilai bersama. bila sekelompok
masyarakat bangsa menjadikan nilai dalam ideologi menjadi nilai bersama maka
ideologi tadi menjadi ideologi bangsa atau ideologi nasional bangsa yang
besangkuatan.

6
Ibid, Hal 320
7
Winarto, “Paradigma Baru Pendidikan Pancasila”. Jakarta: Bumi Aksara. (2016), Hal 92

6
Pengertian Pancasila sebagai “ideologi negara” adalah nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila yang menjadi cita-cita normatif di dalam
penyelenggaraan negara. Secara luas, pengertian Pancasila sebagai ideologi Negara
Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi
ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, serta
menjunjung tinggi nilai keadilan.

Keputusan bangsa Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara


tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pencabutan dari
Ketetapan MPR Nomor 2 Tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Pada Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR
tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia kedudukan Pancasila adalah sebagai
ideologi negara, selain kedudukannya sebagai dasar negara.

Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam
Ketetapan MPR tersebut dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam
bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan bernegara. Pada awalnya,
konsep Pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau platform bersama
bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia. Pancasila
merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan ideologis di kalangan
anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Soekarno pada waktu itu yaitu
sebagai asas bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok yang terdapat di
Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut.

Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi

7
bangsa Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara
inilah yang harus kita pertahankan dan ditumbuh kembangkan dalam kehidupan
bangsa yang plural ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka makna Pancasila sebagai ideologi


bangsa dan Negara Indonesia yaitu:

1. Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif


dari penyelenggaraan bernegara di Indonesia.

2. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama


dan oleh karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan
masyarakat Indonesia.

Perwujudan Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita


penyelenggaraan bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun 2001
mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam Ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas tiga visi, yaitu:

1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana


dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea kedua dan
alinea keempat.

2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun
2020.

3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis


Besar Haluan Negara (GBHN).

2.2. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara

2.2.1. Pancasila sebagai Ideologi Negara

Ketika bicara mengenai Pancasila menjadi ideologi bangsa dan negara


Indonesia, sesungguhnya ada dua pihak yang memiliki pendapat yang berbeda
mengenai Pancasila diposisikan sebagai ideologi atau bukan. terdapat pihak
pihak yang tak sepakat buat menempatkan Pancasila menjadi ideologi. terdapat

8
pula pihak-pihak yang putusan bulat buat menempatkan Pancasila menjadi
ideologi bangsa serta negara Indonesia.

Sesungguhnya Pancasila dimaksudkan pula, oleh Ir. Soekarno pada


waktu itu, sebagai asas bersama agar dengan akses itu seluruh kelompok yang
terdapat di negara Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut.
Soekarno mengatakan “kita bersama sama mecari persetujuan Philosopysche
Grondslack, mencari satu weltansChauung yang kita setuju. Saya katakan lagi,
setuju! yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagus seujui, yang ki hajar
setujui, yang saudara sanusi setujui, yang saudara Abi Kusno setujui, yang
saudara liem, Koen hian setujui, pendeknya kita semua mencari satu modus…
baik saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disini maupun saudara-
saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat kita hendak
mendirikan satu Negara “semua buat semua, kita punya tujuan” 8
Meskipun Pancasila pada sidang-sidang BPUPKI dimaksudkan untuk
menjadi dasar Indonesia merdeka, mirip di kata istilah philosophische
gronsdlag, weltanschuung, fundamen, filsafat, fikiran yang sedalam dalamnya,
jiwa, keinginan yang sedalam dalamnya, tetapi di sisi lain, konsep Pancasila
bisa dipahami menjadi common platform atau Platform bersama bagi banyak
sekali ideologi politik yang berkembang waktu itu di Indoneia. Pancasila
merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan ideologis dikalangan
anggota BPUPKI waktu itu.9
Pancasila menjadi ideologi mengandung pengertian bahwa Pancasila
ialah ajaran, gagasan, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya serta
dijadikan etos bangsa Indonesia dan menjadi pentunjuk dalam menuntaskan
dilema yang di hadapi warga, bangsa serta negara Indonesia. Menggunakan
Demikian ideologi Pancasila adalah ajaran, doktrin, teori dan/atau ilmu tentang
cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya serta disusun
secara sistematis dan diberi petunjuk dengan aplikasi yang kentara.

8
Ibid. Hal 92
9
Ibid. Hal 95

9
Sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
pancasila memenuhi kondisi buat disebut menjadi sebuah ideologi. Ini
sebabnya pada Pancasila ada ajaran, gagasan serta doktrin bangsa Indonesia
yang dipercayai kebenarannya, tersusun sistematis serta menyampaikan
petunjuk pelaksanaannya. Selain itu juga, Pancasila memiliki kiprah sebagai
ideologi terbuka. 10
Pada pengertian ini, ideologi Pancasila bersifat fleksibel dalam
menghadapi perkembangan zaman. dia bisa berinteraksi dengan berbagai
kondisi tanpa harus merubah makna hakiki atau nilai yang terkandungnya. Sifat
keterbukaan inilah yang cukup unik pada menghadapi setiap perubahan
masyarakat yang bergerak maju dan pula perubahan modernitas yang tidak
mampu di pungkiri kehadirannya.berasal penjelasan itu, setidaknya ada tiga
tata nilai yang perlu diperhatikan. antara lain yaitu nilai tak berubah atau nilai
dasar, nilai instrumental yang dapat berubah sinkron syarat namun pula tetap
bersandar di nilai dasar, dan nilai simpel yaitu berupa implementasi nilai-nilai
yang sesungguhnya. Sekalipun demikian, perwujudan ataupun aplikasi nilai-
nilai instrumental serta nilai-nilai psikis wajib tetap mengandung jiwa serta
semangat yang sama menggunakan nilai dasarnya.

2.2.2. Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berfungsi juga sebagai


pemersatu bangsa Indonesia, sebagai alat persatuan dan kesatuan, yang
didalamnya merumuskan langsung cita-cita bangsa Indonesia dalam bernegara,
yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian Pancasila merupakan kaidah negara yang fundamental, yang berarti
hukum dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia wajib
bersumber dan bernaung dibawah kaidah fundamendal Negara tersebut.11

Wahyudi, Agus, “Ideologi Pancasila”. Jurnal Filsafat. Vol.39 No.1. (2006). Hal 97-98
10
11
Bakry, Noor Ms, “Pancasila Yuridis Kenegaraan”. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. (2008),
Hal 45

10
2.2.3. Pancasila sebagai pandangan Hidup Bangsa

Istilah ini seringkali dikenal dengan way of life atau jalan hidup
/pedoman hidup. Dengan kata lain: Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah
semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang.
Bisa dikatakan pancasila sebagai pedoman bagi setiap arah dan kegiatan
bangsa Indonesia. Menggunakan demikian, setiap warga Negara harus
melaksanakan setiap aktivitas dalam kehidupan berbangsa serta bernegaranya
menggunakan bersandar serta tidak melenceng asal nilai-nilai Pancasila. 12

2.2.4. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa

Pancasila sebagai jiwa bangsa berarti tata nilai bangsa Indonesia yang
diyakini kebenarannya, sehingga menimbulkan tekad dan kekuatan (sebagai
sumber motivasi) secara intrinsik, untuk membimbing bangsa Indonesia
mempertahankan keberadaanya sekaligus dalam mengejar kehidupan lahir dan
batin yang makin baik (luhur). Ini berarti, mirip halnya bendera merah putih
menjadi ciri spesial bangsa atau negara Indonesia yang membedakan dengan
bangsa atau negara lain, Pancasila juga artinya ciri khas bangsa Indonesia yang
tercermin dalam perilaku, tingkah laku, serta perbuatan yang senantiasa
selaras, serasi dan seimbang sinkron deng nilai-nilai Pancasila itu sendiri. 13

2.2.5. Nilai-Nilai Keseimbangan Hukum Dalam Perspektif Pancasila

Dalam pembentukan hukum oleh negara, tentunya hukum memiliki


target yang ingin dicapai, tidak terdapat satupun peraturan perundangan
dirancang tanpa adanya tujuan, terdapat tujuan yang ingin dicapai oleh aturan.
berasal kacamata teori barat, tujuan aturan dimulai di teori etis yang
mengatakan tujuan aturan semata-mata untuk mewujudkan keadilan (justice),
teori utilitis yang dianut oleh Jeremy Bentham tujuan hukum semata-mata buat
mewujudkan kemanfaatan (Utility), dan teori legalistik tujuan aturan semata-

12
Darmodiharjo, Darji, “Pancasila suatu Orientasi Singkat”. Jakarta: Aries Lima. (1983), Hal 24
13
Toyibin, Aziz.dan Kosasih Djahiri, “Pendidikan Pancasila”. Jakarta: Rineka Cipta. (1997), Hal
36

11
mata buat mewujudkan kepastian aturan (legal certainty). dalam
perkembangannya lahir pula teori prioritas baku yang menggabungkan
keadilan, kemanfaatan serta kepastian menjadi tujuan hukum, dan
disempurnakan oleh teori prioritas kasuistik yang menambahkan menggunakan
urutan prioritas, secara proposional,sinkron menggunakan kasus yang dihadapi
dan ingin dipecahkan. 14
Kedudukan Pancasila sebagai norma hukum tertinggi, dalam hal ini
sebagai pokok-pokok pikiran pembukaan hukum dasar yang menciptakan
pasal-pasalhukum dasar tersebut, menentukan isi dan bentuk lapisan-lapisan
hukum yang lebih rendah. Pembangunan aturan wajib berangkat dari nilai-nilai
Pancasila, karena di hakikatnya Pancasila ialah tonggak konvergensi aneka
macam gagasan serta pemikiran tentang dasar falsafah kenegaraan yang
didiskusikan secara mendalam oleh para pendiri negara. Pancasila menjadi
kesepakatan luhur (modus vivendi) yang kemudian ditetapkan menjadi dasar
ideologi negara. dalam hal ini, Pancasila sebagai dasar rasional tentang asumsi
perihal aturan yang akan dibangun sekaligus menjadi orientasi yang
membuktikan kemana bangsa serta negara wajib dibangun. dengan demikian,
Pancasila ialah sebuah konvensi dan konsesus buat membangun suatu bangsa
satu negara, tanpa mempersoalkan perbedaan latar belakang yang ada, baik
kepercayaan, ras, suku, budaya, bahasa dan lainnya. menjadi dasar negara,
Pancasila menjadi rechtsidee (cita-cita hukum) yang wajib dituangkan didalam
setiap pembuatan serta penegakkan aturan. Notonegoro menyatakan bahwa
Pancasila menjadi asa aturan sebab kedudukannya menjadi utama kaidah
fundamental negara (staatsfundamentalnorm) yang memiliki kekuatan sebagai
grundnorm. menjadi keinginan aturan, Pancasila menjadi bintang pemandu
semua produk hukum nasional, dalam artian semua produk hukum ditujukan
untuk mencapai inspirasi-inspirasi yang dikandung Pancasila. 15

14
Huda, Muhammad Chairul, “Meneguhkan Pancasila sebagai ideologi bernegara”. Jurnal
Resolusi. Vol.1 No.1. (2018). Hal 93
15
Alfian, Oetojo Oesman, “Pancasila sebagai Ideologi dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara”. Jakarta: BP-7 Pusat. (1991), Hal 69-70

12
Pembentukan membuatkan sistem yang dianut bangsa Indonesia
tertuang pada sebuah konstitusi yang disebut cita-cita, dan juga termuat pada
peraturan yang lain, akan tetapi pembentukan daripada sistem tersebut pula
harus mendasarkan di asal yang paling mendasar yang didalamnya termuat
aneka macam tujuan, cita-cita, dan cermin kepribadian bangsa, sehingga
dibutuhkan setiap sistem, kebijakan, maupun peraturan yang disusun tidak
bertentangan dengan jiwa bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 12 Tahun
2011 tentang Peraturan Pembentukan Perundang-undangan dijelaskan
mengenai beberapa sumber hukum tertulis ditentukan sebagai berikut: (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat; (3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti UndangUndang; (4) Peraturan Pemerintah; (5) Peraturan Presiden;
(6) Peraturan Daerah Provinsi; dan (7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam defenisinya, para ahli medefenisiskan hukum itu secara luas. Tidak ada
batasan yang jelas dari istilah hukum. Pengertian hukum dapat dilihat dari
berbagai paham seperti paham sosiologis, realis, antropologis, historis, hukum
alam dan juga hukum positivis. Indonesia saat ini mempunyai sistem hukum
yang harus ditaati oleh setiap individu tanpa terkecuali. Dalam pasal 1 ayat 3
UUD 1945 disebutkan “Negara Indonesia adalah Negara hukum”
(Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, p. 6) oleh karena itu setiap orang
dijamin segala hak yang melekat pada dirinya, baik dalam bentuk hukum
tertulis maupun tidak tertulis. Indonesia secara umum dikuasai dalam sistem
hukum yang kita anut yaitu sistem eropa kontienental bahwa yang menjadi
sumber aturan primer merupakan Undang – Undang, yang mana disusun secara
sistematis serta tertulis. 16
Indonesia dalam penjelasan pada atas menjelaskan bahwa Pancasila
ialah ideologi bangsa, etos bangsa. sehingga pada pembentukan produk hukum
kita selalu berpedoman dan bersumber asal Pancasila. Pancasila mengandung
dimensi normalitas yaitu Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat

16
Nugroho, Wahyu, “Menyusun Undang-undang yang rensponsif dan partisipatif berdasarkan
cita hukum pancasila”. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol.10 No.3. (2013). Hal 224

13
mengikat masyarakatnya yang berupa adat atau atuaran yang wajib dipatuhi
serta ditaati yang sifatnya positif. dalam hal ini adat yang di khususkan dalam
hal ini adalah tata cara aturan. Tentu aturan yang di butuhkan adalah hukum
positif, dalam Negara Indonesia hukum positif dapat berupa Undang-Undang
Dasar, UU, Perpu, Peraturan Pemerintah, peraturan presiden serta pula
Peraturan Daerah. Kesemuanya ini merupakan aturan tertulis. Penempatan
Pancasila menjadi sumber hukum asal segala suumber aturan Negara adalah
sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menempatkan
Pancasila sebagai ideologi dan dasar serta sekaligus filosofis bangsa dan
Negara Indonesia. menggunakan demikian, setiap materi peraturan serta
perundang-undangan tak dibenarkan Jika bertentangan menggunakan nilai-
nilai Pancasila. 17
Dari penjelasaan diatas bahwa eksistensi Pancasila terhadap hukum
merupakan hal yang fundamental dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan kita yang akan diberlakukan di setiap rakyat sebagai subjek hukum
(rechts persoon). hukum disini bisa digambarkan sebagai lady of justice, nilai-
nilai yang terkandung didalamnya adalah persamaan (Equality before the law)
yaitu menggunakan gambar matanya ditutup seolah-olah hukum tak
membedakan satu orang menggunakan orang lain baik berdasarkan agama,
suku, golongan dan status ekonomi. Selanjutnya adanya skala buat
pertimbangan yaitu bahwa didalam hukum wajib mendengarkan ke 2 belah
pihak yang bersengketa menggunakan mempertimbangkan bukti-bukti yang
ada. Gambar yang terakhir adalah Law enforcement yaitu penegakan aturan
yang dilambangkan menggunakan pedang, hukum diterapkan menggunakan
kekuasaan yang legitimate. Oleh karena itu hukum harus didasarkan pada
persamaan, pertimbangan dan pelaksanaan apabila tanpa ketiga faktor ini maka
hukum kita akan mati hanya sebagai Law in the bookshelf. Setiap sila dari
Pancasila juga di siratkan di dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945
pada alenia ke 4 yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk membentuk

17
Huda, Muhammad Chairul, “Meneguhkan Pancasila sebagai ideologi bernegara”. Jurnal
Resolusi. Vol.1 No.1. (2018). Hal 95

14
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk
melaksanakan ketertiban dunia dan keadilan social maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang–undang dasar
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
; ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia“ (Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, pp.
4-5). Pada hakekatnya dibentuknya sebuah undang-undang maupun peraturan
lainya bertujuan untuk mengatur perilaku masyarakat didalam hubunganya
antar anggota masyarakat yang lain, sehingga diharapkan mampu menjamin
sebuah kepastian hukum. Konsep yang terkandung di dalam pembukaan UUD
1945 alenia ke 4 dalam kalimat: “…membentuk pemerintahan yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia”dapat terpenuhi, hanya saja dalam penerapanya masih banyak
mengalami berbagi hambatan dan persoalan. Perumusan dalam alenia keempat
Pembukaan UUD 1945 tersebut memang sangat komplek. 18
Dalam hal ini, rumusan tersebut telah cukup untuk dijadikan landasan
dalam membentuk sistem yang dapat menjangkau setiap aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dari hal tersebut maka konsep Pancasila
sebagaimana tersirat didalam pembukaan UUD 1945 merupakan tujuan
nasional bangsa Indonesia, yang terdiri dari: “(1) Membentuk suatu
pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia; (2) Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa; (3) Melaksanakan ketertiban dunia; dan (4) Negara Indonesia
mempunyai falsafah dasar Pancasila yaitu ; ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

18
Huda, Muhammad Chairul, “Meneguhkan Pancasila sebagai ideologi bernegara”. Jurnal
Resolusi. Vol.1 No.1. (2018). Hal 96

15
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”Pasal 1 ayat ( 2 ) UUD 1945
hasil amandemen disebutkan “kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undang – undang” (Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, p. 7)
dan pada ayat ( 3 ) disebutkan “negara Indonesia adalah negara hukum”
sehingga rakyat dalam hal ini rakyatlah yang memiliki peran utama dalam
pelaksanaan tujuan nasional akan tetapi undangundang mengatur dan
mendasari bagaimana pelaksanaanya. menggunakan adanya Pancasila,
pencapaian Negara hukum artinya sebuah prestasi. 19
Tanpa adanya Pancasila, pertarungan aturan akan bermunculan yang
selanjutnya mengakibatkan sistem aturan yang tak terstruktur. karena
Indonesia dari penerangan di atas bahwa Pancasila menjadi konstruksi yang
fundamental pada pembentukannya walaupun aneka macam kalangan menilai
bahwa Pancasila tidak dapat mengikuti perkembagan zaman. terdapat beberapa
yang berpendapat bahwa Pancasila telah tidak lagi relevan, tidak relevan
dimaksud bahwa Pancasila tak bisa mengikuti perkembangan zaman, ilmu
serta teknologi tetapi berasal dimensi fleksibilitas yang dimiliki oleh Pancasila
maka isu tadi dapat terjawab. Bila mempelajari sejarah pada Indonesia, maka
Pancasila semakin relevan buat diterapkan khususnya Pancasila yang berkaitan
menggunakan aturan. Tata hukum Pancasila merupakan tata aturan Indonesia.
Pengantar tata hukum Indonesia ialah sama seperti rapikan aturan Pancasila.
Oleh karena itu Pancasila ialah hukum tertulis pada Indonesia, aturan yang
hidup dan di cita-citakan oleh bangsa Indonesia. Hukum yang mengakui tuhan
yang Maha Esa, humanisme yang adil serta beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 20

19
Ibid. Hal 97
20
Ibid. Hal 97

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pancasila menjadi dasar negara serta etos sekaligus ideologi negara. menjadi
ideologi negara berarti pancasila ialah gagasan dasar yang berkenaan menggunakan
kehidupan negara. Pancasila bukan hanya suatu yang bersifat tidak aktif melandasi
berdirinya negara Indonesia tapi pancasila membawakan gambaran mengenai
wujud warga tertentu yang diinginkan serta prinsip-prinsip dasar yang harus
diperjuangkan untuk mewujudkannya.
Pancasila membawakan nilai-nilai eksklusif yang digali dari realitas sodio
budaya bangsa Indonesia. Ideologi membawakan kekhasan eksklusif yang
membedakannya menggunakan ideologi lainnya. Kekhasan itu ialah keyakinan
akan adanya yang kuasa yang Maha Esa, yang membawa konsekuensi keimanan
serta ketaqwaan terhadap ilahi yang Maha Esa. Keberadaan ideologi Pancasila
ditinjau berasal dimensi realitas membawakan nilai-nilai yang mencerminkan
empiris sosio budaya bangsa Indonesia, berasal segi idealitas mampu
menyampaikan keyakinan akan terwujudnya warga yang di cita-citakan, serta
berasal dimensi Fleksibilitas, nilai-nilai yang ada di dalamnya dapat dijabarkan
secara konstektual agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan dinamika serta
perkembangan rakyat.

3.2. Saran

Laporan ini tersusun dari hasil kerja saya dan masih sangat memiliki banyak
kekurangan baik dalam segi materi dan penyajiannya. Oleh karena itu, saya sebagai
penyusun sangat mengharapkan karya ini akan bermanfaat bagi saya sendiri
maupun kepada para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat membangun juga
sangat di harapkan demi terwujudnya kesempurnaan penyelesaiannya kelak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Oetojo Oesman. (1991). “Pancasila Sebagai Ideologi dalam berbagai


bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Jakarta: BP-7
Pusat.

Bakry, Noor Ms. (2008). “Pancasila Yuridis Kenegaraan”. Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta.

Darmodiharjo, Darji. (1983). “Pancasila suatu orientasi singkat”. Jakarta: ARIES


LIMA

Toyibin, Aziz.dan Kosasih Djahiri. (1997). “Pendidikan Pancasila”. Jakarta: rineka


cipta.

Winarto. (2016). “Paradigma Baru Pendidikan Pancasila”. Jakarta: Bumi Aksara.

Brata, Ida Bagus.dan Ida Bagus Nyoman Wartha, “Lahirnya Pancasila sebagai
Pemersatu Bangsa Indonesia”. Jurnal Santiaji Pendidikan, Vol.7 No.1.
(2017). Hal.121-122

Muslimin, Husein, “Tantangan Terhadap Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar


Negara Pasca Reformasi”. Jurnal Cakrawala Hukum. Vol.7 No.1. (2016). Hal
32-33

Azhari, Siti K, “Konstitusi Bernegara”. Jurnal Sosioteknologi. Vol.15 No.2.


(2016). Hal 320
Huda, Muhammad Chairul, “Meneguhkan Pancasila sebagai ideologi bernegara”.
Jurnal Resolusi. Vol.1 No.1. (2018). Hal 93-97

Nugroho, Wahyu, “Menyusun Undang-undang yang rensponsif dan partisipatif


berdasarkan cita hukum pancasila”. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol.10 No.3.
(2013). Hal 224

Kaelan. (2016). “Pendidikan Pancasila”. Yogyakarta: Paradigma.

18

Anda mungkin juga menyukai