Anda di halaman 1dari 8

LIBERALISME

Makalah Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


“Filsafat Umum”
Dosen Pengampu :
Rohmatul Izad, S.Fil.I., M.PHIL.

Di Susun oleh :
1. Muh. Anis Ramdhani (101220124)
2. Muh. Fawaid Izzul Umam (101220114)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO


FAKULTAS SYARI’AH
PRODI AHWAL SYAKHSIYYAH
PEMBAHASAN1

A. LIBERALISME
1. Pengertian Liberalisme

Secara harfiah liberal (dalam bahasa Inggris) berarti


“bebas”. Paham liberalisme muncul ketika Eropa memasuki abad
Renaisans, yakni masa dimana gereja tidak lagi mengekang
kehidupan manusia. Liberalisme merupakan aliran pemikiran yang
berorientasi pada kebebasan individu, menghormati kemerdekaan
setiap orang, meyakini bahwa tugas pokok negara adalah
melindungi kebebasan warganya seperti kebebasan berfikir,
berekspresi dan kepemilikan. Aliran ini memandang bahwa
manusia dengan seluruh akalnya mampu memahami segala
sesuatu. Dengan kata lain aliran ini dibangun di atas prinsip sekuler
yang mengagungkan kemanusiaan dan berpandangan bahwa
manusia dapat dengan sendirinya mengetahui segala kebutuhan
hidupnya.¹

Dalam liberalisme, penegakan hukum adalah sesuatu yang


fundamental. Pengekangan atas tatanan publik dan keamanan
adalah bertentangan dengan kebebasan, seperti yang dikatakan
John Locke: “Berakhirnya fungsi hukum bukan dengan cara
melenyapkan atau menahan orang-orang yang dinilai melanggar,
tetapi dengan cara melestarikan dan memperluas kebebasan.”
Menurut John Locke, negara didirikan untuk melindungi hak milik
pribadi. Bukan untuk menciptakan kesamaan, atau untuk
mengontrol pertumbuhan milik pribadi yang tidak seimbang,
melainkan justru untuk tetap menjamin keutuhan milik pribadi
yang semakin berbeda-beda besarnya. Dengan milik (property)
dimaksud tidak hanya barang milik (estates), melainkan juga
kehidupan (lives) dan hak-hak kebebasan (liberties). Inilah hak-hak

1
Batubara, U., Siregar, R., dan Siregar, N. 2021. LIBERALISME JOHN LOCKE DAN PENGARUHNYA
DALAM TATANAN KEHIDUPAN. Jurnal Education and development 9 (4): 486
tak terasingkan (inalienable rights) dan negara justru didirikan
demi untuk melindungi hak-hak asasi itu.2

Sekarang ini juga tidak memadai untuk membentuk


gagasan seseorang tentang liberalisme dari studi atas tulisan-tulisan
para pendirinya. Liberalisme bukanlah sebuah doktrin final atau
sebuah dogma yang selesai. Sebaliknya: ia adalah penerapan
ajaran-ajaran sains padakehidupan sosial manusia. Dan
sebagaimana ekonomi, sosiologi, dan filsafat berkembang terus
sejak masa David Hume, Adam Smith, David Ricardo, Jeremy
Bentham, dan Wilhelm Humboldt, demikian juga doktrin
liberalisme sekarang ini berbeda dari apa yang ada di masa mereka,
meskipun prinsip-prinsip fundamentalnya tetap tak berubah. Kini
selama bertahun-tahun tak seorang pun berusaha menyajikan suatu
pernyataan singkat tentang makna esensial doktrin tersebut. Hal ini
mungkin memberi pembenaran terhadap usaha kita sekarang ini
untuk menyediakan karya seperti itu.3

2. Dasar-Dasar Kebijakan Liberalisme

Secara umum, ada beberapa hal yang menjadi dasar dalam


pemikiran liberalisme antara lain:

1. Hak Milik

Hak milik yang dimaksudkan dalam liberalisme ini adalah


persoalan tentang penguasaan terhadap sumber daya yang ada di
alam. Dalam hal ini persoalan hak milik itu menyangkut tentang
semua materi yang ada di alam, sehingga liberalisme menganggap
bahwa persoalan sumber daya tersebut nantinya akan menjadi milik
sendiri.

2. Kebebasan

2
Munawar-Rachman, Budhy. (2011). ISLAM DAN LIBERALISME. Jakarta Selatan: Friedrich Naumann
Stiftung
3
Ludwig von Mises, Liberalism in the Classical Tradition, diterjemahkan oleh Ralph Raico, ed. 3, Irvington –
on – Hudson, NY, 1985, 1-5, 7-13.
Kebebasan dalam liberalisme ini seperti yang sudah dipahami
adalah bebas dari segala bentuk penindasan apapun. Hal ini
dihubungkan dengan persoalan perbudakan yang telah ada pada
masa dahulu, serta adanya jaminan terhadap manusia untuk
melakukan apapun yang mampu mendatangkan kebahagian,
kekayaan ataupun semangat dalam kehidupan.

3. Perdamaian

Liberalisme mengencam, bahwa hal-hal yang dapat menimbulkan


kerusakan, penderitaan, dan kematian adalah hal yang sangat
dibenci. Karena beberapa alasan, peperangan dapat menjadikan
manusia menjadi susah dan menderita. Kecintaan liberalisme
terhadap perdamaian akan mendukung perkembangan dan
kemajuan dari suatu peradaban.

4. Persamaan

Liberalisme dalam menyikapi persamaan diantara manusia yang


satu dengan yang lain bukanlah dalam hal kelemahan. Liberalisme
memandang semua manusia itu sama dan setara, karena Tuhan juga
telah menciptakan semua manusia dari unsur yang sama.Selain itu,
liberalisme menyatakan tentang persamaan dan menjelaskan bahwa
manusia itu harus meneriima perlakuan yang sama dalam hal
apapun, sehingga manusia dapat dengan leluasa menjalankan
kehidupan dan mampu mengembangkan kreativitas tanpa harus
dibatasi oleh apapun. SelainSelain dari beberapa hal tersebut,
masih banyak lagi hal-hal yang ada dalam kebijakan liberalisme,
yang mungkin nantinya akan menjadi acuan setiap manusia untuk
dapat dengan bebas melakukan apapun baik itu dalam hal politik,
ekonomi, ataupun agama (Ludwig, 1985).

5. Negara dan Pemerintahan

Kepatuhan dan ketaatan terhaadap moral suatu hukum merupakan


kepentingan yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang hidup,
dan menetap disuatu wilayah yang tertentu. Namun, ada sebagian
manusia yang beranggapan bahwa suatu masyarakat dapat
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat memaksa dengan
maksud untuk merubah seseorang yang telah melakukan kesalahan
di masyarakat. Selain itu, terdapat juga kelompok yang sama sekali
tidak memperdulikan hal-hal apapun yang terjadi di masyarakat
tersebut. Mereka ini lah yang dikenal dengan manusia anti sosial.
Manusia yang memiliki pandangan terhadap liberalisme
beranggapan bahwa masalah yang terdapat di dalam negara adalah
tanggung jawab dari seluruh masyarakat yang ada di dalam negara
tersebut.4

3. Bentuk-Bentuk Liberalisme
Ada dua macam Liberalisme yaitu Liberalisme Klasik dan
Liberalisme Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke
16. Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-
20. Hingga kini nilai-nilai dari Liberalisme Klasik masih ada.
Liberalisme Modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar, hanya
ada tambahan-tanbahan saja dalam versi yang baru. Jadi
sesungguhnya masa Liberalisme Klasik itu tidak pernah
berakhir.Dalam Liberalisme Klasik keberadaan individu dan
kebebasannya sangat diagungkan. Setiap individu memiliki
kebebasan berpikir yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua
paham yakni demokrasi dan kapitalisme.

4. Tokoh-Tokoh Yang Melahirkan Dan Mempengaruhi Liberalisme


Klasik

Tokoh yang memengaruhi paham Liberalisme Klasik cukup


banyak, baik itu dari awal maupun sampai taraf perkembangannya.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pandangan yang relevan dari
tokoh-tokoh terkait mengenai Liberalisme Klasik

a. Marthin Luther dalam Reformasi Agama

4
Ning Ratna Sinta Dewi. 2022. Liberalisme Dalam Pemikiran Islam. AbrahamicAbrahamic Religions: Jurnal
Studi Agama-Agama (ARJ), 2(2), 186-198.
Gerakan Reformasi Gereja pada awalnya hanya
serangkaian protes kaum bangsawan dan penguasa
Jerman terhadap kekuasaan imperium Katolik Roma.
Pada saat itu keberadaan agama sangat mengekang
individu. Tidak ada kebebasan, yang ada hanyalah
dogma-dogma agama serta dominasi gereja. Pada
perkembangan berikutnya, dominasi gereja dirasa sangat
menyimpang dari otoritasnya semula. Individu menjadi
tidak berkembang, kerena mereka tidak boleh melakukan
hal-hal yang dilarang oleh Gereja bahkan dalam mencari
penemuan ilmu pengetahuan sekalipun, sehingga pada
puncaknya timbul sebuah reformasi gereja (1517) yang
menyulut kebebasan dari para individu.
b. John Locke dan Hobbes
Kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali
bertolak belakang satu sama lainnya. Hobbes (1588
1679) berpandangan bahwa dalam State of Nature,
individu itu pada dasarnya egois, sesuai dengan fitrahnya.
Namun manusia ingin hidup damai. Oleh karena itu
mereka membentuk suatu masyarakat baru, suatu
masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat
perjanjian demi melindungi hak-haknya dari individu lain
dimana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga
(penguasa). Sedangkan John Locke (1632 1704)
berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah
baik, namun karena adanya kesenjangan akibat harta atau
kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan diambil
oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian
yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah
namun harus ada syarat bagi penguasa. Bertolak dari
kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama
menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi
individualisme. Inti dari terbentuknya negara menurut
Hobbes adalah demi kepentingan umum (masing-masing
individu) meskipun baik atau tidaknya negara itu
kedepannya tergantung pemimpin negara. Sedangkan
Locke berpendapat keberadaan negara itu akan dibatasi
oleh individu sehingga kekuasaan negara menjadi
terbatas.
c. Adam Smith
Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah Adam Smith
(1723-1790). Pemikiran Adam Smith mengenai politik
dan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga pemikiran,
yaitu:
1. Falsafah politik.
2. Identifikasi mengenai faktor penentu nilai dan harga
barang.
3. Pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang
mendukung kegiatan ekonomi kearah kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat.5

5
Indah Maisuri. 2018. LIBERALISME DAN DEMOKRASI. http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme. 10
Desember.
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, U., Siregar, R., dan Siregar, N. 2021. LIBERALISME JOHN LOCKE DAN
PENGARUHNYA DALAM TATANAN KEHIDUPAN. Jurnal Education and development
9 (4): 486
Ludwig von Mises, Liberalism in the Classical Tradition, diterjemahkan oleh Ralph Raico,
ed. 3, Irvington – on – Hudson, NY, 1985, 1-5, 7-13.
Ning Ratna Sinta Dewi. 2022. Liberalisme Dalam Pemikiran Islam. AbrahamicAbrahamic
Religions: Jurnal Studi Agama-Agama (ARJ), 2(2), 186-198.
Munawar-Rachman, Budhy. (2011). ISLAM DAN LIBERALISME. Jakarta Selatan: Friedrich
Naumann Stiftung
Indah Maisuri. 2018. LIBERALISME DAN DEMOKRASI.
http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme. 10 Desember.

Anda mungkin juga menyukai