Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan wadah bagi para guru dalam memperoleh,
mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, maupun pemangku profesi keguruan.
Guru-gurunya adalah tamatan bermacam-macam sekolah guru, seperti Sekolah Desa, Normalschool
(NS), Kweekschool (KS), Hogere Kweekhooi (HKS), Hollands-Indische Kweekschool (HIK), Eropese
Kweekschool (EKS), Indische Hoofdacte dan lain sebagainnya.
Para guru Indonesia mengingikan kebebasan dan kemerdekan. Sesuai dengan prioritas perjuagan pada
kurun waktu 1945-1949) yang difokuskan kepada perjuangan fisik bersenjata untuk mempertahankan.
Proklamasi merupakan jembatan emas setelah bangsa Indonesia melewati perjuangan fisik untuk
kemudian mulai membangun Indonesia yang baru, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
berdasarkan pancasila. Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidik
Bangsa pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Puteri (SGP) Surakarta. Dari
kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pendiri PGRI antara lain Rh. Koesnan,
Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Ajisasmito, Abdullah Noerbambang, dan
Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan 3 tujuan; a.) mempertanamkan
dan menyempurnakan Republik Indonesia; b.) mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaransesuai
dasar – dasar kerakyatan; c.) membela hak dan nasib para buruh umumnya dan khususnya para guru.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari Proklamasi Kemerdekaan yang memiliki sifat dan semangat
seperti “ibu kandungnya”, yaitu semangat persatuan dan kesatuan, pengorbanan dan kepahlawanan
untuk menentang penjajah. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang. Sementara itu tujuan
kedua adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia.
Tujuan yang ketiga sebagai wahana meningkatkan perjuangan untuk perbaikan nasib anggotanya.
Pada tanggal 26-28 Februari 1950 dilaksanakan Kongres PGRI IV di Yogyakarta. Pada saat itu Yogyakarta
merupakan Ibu Kota Republik Indonesia, dan Mr. Assa’at ditunjuk sebagai pemangku jabatan Presiden
Republik Indonesia.
Pada tanggal 37 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatannya Negara Republik Indonesia Serikat
(RIS). Suasana politik masih sanagat rawan. Saat itu terdapat dua golongan dalam masyarakat, yaitu
golongan yang pada masa perjuangan gigih menentang Belanda dalam membela dan mempertahankan
kemerdekaan.
c. Keputusan Penting yang dikeluarkan Kongres PGRI IV
Dalam suasana politik yang tidak menentu dan saling mencurigai Kongres PGRI IV secara aklamasi
mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh tanah air Indonesia dalam satu
wadah organisasi guru yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dalam kongres ini dibicarakan suatu masalah yang prinsipil san fundamental bagi kehidupan dan
perkembangan PGRI selanjutnya, yaitu asas organisasi ini apakah akan memilih sosialisme keadilan
ataukah Pancasila.
1. Menyambut lustrum PGRI yang genapMenyambut lustrum PGRI yang genap berusia 5 tahun.
2. Wujud rasa syukur dan sukacita yang mendelam karena SGI/PGI (Serikat Guru Indonesia / Persatuan
Guru Indonesia ) meleburkan diri ke dalam PGRI.
Kedua momentum ini mengandung makna bahwa Kongres PGRI V merupakan Kongres Persatuan.
1. Membentuk KAGI Sebagai wadah perjuangan guru dalam menghadapi pemberontakan G 30 S/PKI.
Konggres PGRI XI yang berlangsung mulai tangga 15-20 Maret 1967 di Bandung merupakan tonggak
sejarah bagi peranan PGRI dalam perjuangan orde baru, yang bertujuan melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kongres PGRI XVIII diselenggarakan pada tanggal 25-28 November 1998 di Lembang Bandung dengan
tema “Reformasi Pendidikan dan PGRI dalam Memasuki Era Baru Abad 21”.
1. Kongres PGRI XVIII merupakan kongres terakhir di penghujung abad XX yang penuh keprihatinan
dan ketidakpastian.
2. Kongres PGRI XVIII menyepakati visi dan misi bersama, dengan mengadakan reformasi diri baik
secara kelembagaan, wawasan maupun tujuan.
3. Menetapkan PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan dalam Memasuki Era Baru Awal Abad XXI.
C. PGRI SEBAGAI ORGANISASI PROFESI
Sebagai organisasi profesi, PGRI berfungsi sebagai wadah kebersamaan dan rasa kesejawatan para
anggota dalam mewujudkan keberadaanya di lingkungan masyarakat, memperjuangkan segala aspirasi
dan kepentigan suatu profesi, menetapkan standar perilaku professional, melindungi seluruh
anggotanya, meningkatakan kualitas kesejahteraan, dan mengembangkan kualitas pribadi dan profesi.
Profesionalisme pada dasarnya merupakan motivasi inrisik yang didukung oleh lima kompetensi sebagai
berikut : (1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal,
(2)meningkatkan dan memelihara citra positif, (3)keinginan senantiasa untuk megejar kesempatan
pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan
ketrampilannya, (4)mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, (5)memiliki kebanggan akan
profesinya.
1. Guru
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbng,
mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usiadini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. (Pasal 1 ayat (1) UU No 14 Tahun 2005 UUGD)
2. Pendidik
Pendidik merupakan tenaga professional yang tugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingnan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguuruan tinggi. (UU No.
20 Tahun 2003)
3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Tugasnya ialah melaksanakan pengawasan dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila.
b. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik tetapi
menghindarkan diri dari segala bentuk yang bersifat penyalahgunaan.
c. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memilihara hubungan dengan orang tua murid
yang sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
d. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat
yang luas untuk kepentingan pendidikan.
g. Guru secara bersama-sama, memelihara, membina dan meningkatkan organisasi guru professional
sebagai sarana pengabdiannya.
Sebagai organisasi ketenagakerjaan, PGRI merupakan wadah perjuangan tentang hak-hak asasi guru
sebagai pekerja,terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan,baik material maupun non
material,baik fisik maupun non fisik. Perwujudan kesejahteraan secara utuh ditopang oleh lima
pilar,yaitu:
Pilar imbal jasa dapat berupa materi ataupunnon materi sebagai ganjaran atas kinerja guru sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Imbalan jasa ini berupa gaji,honor,upah,insentif maupun tunjangan dan
hak-hak lainnya sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Rasa aman adalah kondisi lahir dan batin yang dirasakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan
dalam menjalani kehidupannya dalam suasana damai,tanpa ancaman dan gangguan dalam menjalankan
tugas profesinya sebagai pendidik,pengajar,pelatih,pengasuh,pembimbing,maupun penilai.
Pilar selanjutnya adalah “hubungan antar- pribadi” , baik sesama guru maupun dengan pihak lain.
Kondisi ini hingga batas tertentu telah dirasakan cukup baik meskipun belum memberikan kepuasan
yang optimal kepada para guru.
Kondisi kerja adalah keadaan berbagai aspek fisik maupun non fisik, baik kualitas maupun kuantitas yang
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas kinerja guru dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Pilar yang terakhir adalah kesempatan meningkatkan dan mengembangkan diri. Kesempatan dimaksud
adalah berupa kenaikan pangkat dan jabatan,kesempatan melanjutkan melanjutkan pedidikan ke
jenjang yang lebih tinggi,kesempatan memperoleh kedudukan jabatan struktural,kesempatan untuk
mendapatkan jaminan pensiun dan hari tua.
Menurut UU No.13 Tahun 2003, serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk
dari,oleh,dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan,yang bersifat
bebas,terbuka,mandiri,demokratis,dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan pekerja/buruh dan keluarganya.
Gerakan serikat pekerja adalah manifestasi dari bentuk solidaritas yang memperjuangkan kesejahteraan,
keadilan, demokrasi, martabat, dan hak-hak asasi manusia. Hak-hak serikat pekerja (trade union’ rights)
berisi hak-hak asasi manusia yang dipekerjakan. Masih banyak hak asasi manusia yang dipekerjakan
yang belum terlaksana.
Pada era roformasi sekarang, PGRI dapat berjuang sesuai dengan dasar, pola dan mekanisme Serikat
Pekerja.
Telah dikemukakan bahwa titik berat perjuangan Serikat Pekerja adalah berupaya meningkatkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Bila terjadi pemogokan maka kemungkian akan berakibat
fatal bagi penyelenggaraan pendidikan dan hal itu akan mengakibatkan
Tantangan yang dihadapi Serikat Pekerja , harus merupakan suatu motivasi untuk menjadikan agar
organisasi kita “kuat”. Banyak orang berpendapat kalau organisasi guru ingin kuat harus mencari teman
sebanyak mungkin. PGRI harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait misalnya dengan DPR,
Orang tua murid, Dewan Pendidikan, dan Komite Pendidikan.
1. Memiliki anggota yang cukup besar (kurang lebih 1,6 juta orang
1. Sudah cukup banyak berdiri organisasi guru lain sehingga bisa merupakan ancaman bagi PGRI
Di samping berupaya meningkatkan mutu lembaga pendidikan PGRI, Gugus Pemikir ini ditugaskan pula
untuk menyusun konsep di bidang pendidikan dalam rangka upaya pembaharuan pendidikan yang akan
disampaikan PGRI kepada pemerintah.
Hasil yang telah dicapai oleh Gugus Pemikir antara lain, pertama, bersama Universitas PGRI Yogyakarta
telah berhasil disusun Rancangan Penyempurnaan Sistem Pendidikan di Indonesia. Rancangan ini telah
disampaikan PB PGRI kepada Mendiknass dan Komisi VI DPR RI. Kedua, bersama Universitas PGRI
Adibuaua Surabaya dan IKIP PGRI Semarang telah berhasil disusun Rancangan RUU Perlindungan Guru
yang telah disampaikan kepada Mendiknas dan Komisi VI DPR RI.Suatu organisasi tidak akan menjadi
kuat bila tidak ditopang oleh dana yang memadai.
Seluk beluk Serikat Pekerja merupakan suatu yang penting bagi PGRI. Oleh sebab itu PGRI perlu
diadakan sosialisasi kepada seluruh anggota PGRI. Membutuhkan dana yang besar dan waktu yang
cukup lama sosialisasi tentang Serikat Pekerja dapat dilakukan dengan berbagai cara , antara lain :