Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

ORGANISASI GURU

A. PENGERTIAN ORGANISASI PROFESI GURU


PP Nomor 19 Tahun 2017, perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2008 tentang guru, mengatakan bahwa Organisasi Profesi Guru
adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh
Guru untuk mengembangkan Profesionalitas Guru. Definisi ini menunjukkan
bahwa organisasi profesi guru didirikan oleh, dari dan untuk guru itu sendiri.

Ada kesamaan antara definisi dari Stephen dengan David Cherrington


(1986) (dalam Irawan, 2018:196) yang memberikan definisi organisasi
sebagai sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur dan yang
didirikan oleh manusia serta beranggotakan sekelompok manusia dalam
rangka mencapai satu set tujuan tertentu. Sehingga pokok pentingnya adalah
adanya tujuan.

Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang
atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar
serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas,
Sekolah, Negara, dan lain sebagainya. Organisasi informal adalah kumpulan
dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktifitas serta tujuan
bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu, belajar bersama anak-
anak SD.

Dari kata Organisasi Profesi dapat diartikan sebagai organisasi yang


anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi
dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak
dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Organisasi profesi merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional
tersebut menggabungkan diri dan mendapatkan perlindungan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa organisasi profesi guru adalah suatu wadah perkumpulan
orang-orang yang memiliki suatu keahlian khusus dalam mendidik.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen, profesi guru tidak hanya sebuah profesi yang bermartabat, akan tetapi
juga mendapatkan perhatian pemerintah Republik Indonesia. Sebagai sebuah
profesi, guru memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh Undang-Undang.
Peraturan tersebut berisikan yaitu guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal , pendidikan dasar, dan pendidikan tengah.
Undang-Undang tersebut juga mengatur prinsip profesionalitas seorang
pendidik. Salah satu prinsip yang harus dijalankan adalah guru harus
memiliki organisasi profesi untuk mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Artinya, organisasi profesi
guru tidak hanya sekadar organisasi untuk berkumpul guru, melainkan juga
organisasi amanat Undang-Undang.

B. SEJARAH SINGKAT ORGANISASI PROFESI


Di Indonesia, istilah organisasi sebagai suatu wadah profesi sering
digunakan istilah lain seperti ikatan, persatuan, serikat. Hal ini dapat kita
lihat berbagai penggabungan dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan, kita
mengenal seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Sarjana Administrasi Pendidikan
(ISAPI), Kelompok Kerja Guru (KKG).
Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia yang pertama kali dibentuk
adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang dibentuk pada
tanggal 25 November 1945 dalam kongres guru Indonesia di Surakarta.
Saat itu Indonesia masih mengalami penjajahan Belanda dan Jepang.
Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru
bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman
Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB). Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri
dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.
Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di
Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang
memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula
organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan
Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan
Normal school (PNS), Hogere Kweek School Bond (HKSB), disamping
organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti
Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond
(KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische
Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa
membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama
tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan
posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang
dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang
Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada
kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan
perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan
Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak
“merdeka”.
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan
pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat
kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata
“Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah
ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan
aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan
Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta.
Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan
atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik,
agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif
mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan
Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25
November 1945.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan
dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan
PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan
dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona
dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi
perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang
bersifat unitaristik, dan independen.
Untuk itulah , sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik
Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan
hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan
diperingati setiap tahun. Saat ini, PGRI sebagai organisasi professional
keguruan memiliki peranan dan tanggung jawab menjaga, memelihara, dan
mengembangkan profesi keguruan. Menjaga berarti, upaya agar layanan
pendidikan mutunya dapat dipertanggungjawabkan secara professional.
Memelihara artinya mengupayakan profesi guru dari pencemaran nama baik.
Mengembangkan artinya upaya meningkatkan kualifikasi dan kualitas
kemampuan profesional tenaga guru.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan terbitnya surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 0854/0/1989 tentang D.II
PGSD, yakni wujud nyata pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi
profesional tenaga guru, terutama guru SD. Dan sekarang ini pemerintah
sudah memberi ancangan, bahwa 133 mulai tahun 2015 semua guru sekolah
menengah sudah harus setaraf S-1, dan untuk mengajar di Perguruan Tinggi
minilmal harus lulusan S-2 atau Megister.

C. TUJUAN ORGANISASI PROFESI GURU


Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Adapun
menurut UU RI pasal 40 ayat 1, organisasi profesi keguruan mempunyai
tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir, wawasan
pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam
masyarakat.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu:
 Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, merupakan upaya
dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan
yang diembannya.
 Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupkan
upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan
kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan
memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya.
 Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesional anggota,
merupakan upaya para profsional untuk menempatkan anggota suatu
profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi keendidikan
bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
kepada anggotanya melalui pendidikan atau latihan terprogram.
 Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota, merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik
melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi
profesi kependidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan
masyarakat yang tidak merenndahkan martabat kemanusiaan dan
berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
standar etis yang disepakati.
 Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya
organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir
batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin
menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus
dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi keendidikan dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota melalui
organisasi terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan
individu.

D. FUNGSI ORGANISASI PROFESI GURU


1) Fungsi Pemersatu
Yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk
membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu
bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik ekonomi, kultural, dan
falsafah tentang sistem nilai. Namun umunya dilatar belakangi oleh dua
motif, yaitu Motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara Intrinsik, para
profesional terdorong oleh keinginannya mendapat kehidupan yang
layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya. Bahkan mereka
terdorong untuk menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Secara
Ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa
suatu profesi yang semakin hari semakin kompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus tantangan bagi pengembangan
profesi. Namun kesadaran inilah yang menyebabkan para professional
membentuk organisasi profesi. Dan dengan demikian organisasi tersebut
dapat dijadikan pemersatu antar profesi, yang diharapkan organisasi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan
kebijakan dan melakukan tindakan bersama yaitu ipaya melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu
sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi.

2) Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional


Fungsi kedua dari organisasi kependidikan adalah meningkatkan
kemampuan profesional pengemban profesi kependidikan ini. Fungsi ini
secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang
berbunyi:
“Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai
wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan,
kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga
kependidikan”.
Bahkan dalam UUSPN tahun 1989, pasal 31 ; ayat 4 dinyatakan
bahwa : “Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan
perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pembangunan bangsa”.
Kemampuan yang dimaksud adalah apa yang disebut dengan istilah
kompetensi. Kompetensi merupakan kecakapan atau kemampuan
mengerjakan kependidikan. Peningkatan kemampuan professional juga
terkait dengan Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program,
yaitu:
a) Program Terstruktur adalah program yang dibuat dan dilaksanakan
sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar
yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS
tertentu.
b) Program Tidak Terstruktur adalah program pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan
kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan
yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini adalah :
Penataran tingkat nasional dan wilayah, Supervisi yang
dilaksanakan oleh pejabat terkait, Pembinaan dan pengembangan
sejawat, Pembinaan dan pengembangan individual.

E. JENIS – JENIS ORGANISASI PROFESI GURU


Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah
yang diakui pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas
anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu,
ada lagi organisasi profesional resmi di bidang pendidikan yang harus kita
ketahui juga yaitu Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) dan lain-lain.
a) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Siapa sih yang tidak kenal PGRI? Organisasi satu ini memang cukup
populer di kalangan masyarakat. Hal itu karena PGRI merupakan
organisasi guru pertama yang dibentuk sejak zaman penjajahan Belanda.
Kala itu PGRI masih bernama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB). Seiring berjalannya waktu, terdapat banyak penyempurnaan
sehingga berdirilah PGRI pada tanggal 25 November 1945. Ketua Umum
PGRI sekarang dijabat oleh Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd.
Tujuan utama pendirian PGRI adalah Membela dan
mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan),
Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi
profesi) dan Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan
nasib buruh pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan)
Saat ini, PGRI menjadi organisasi profesi guru terbesar di Indonesia
yang anggotanya sudah lebih dari 2 juta. Adapun terkait program kerja,
PGRI berupaya untuk selalu memfasilitasi pengembangan karir dan
peningkatan kompetensi profesional para anggotanya.
b) Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP )
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi
guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota
yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan
bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja
guru sebagai praktisi atau perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di
kelas . Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP (Depdiknas) adalah
untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra adalah menyusun
program jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta
mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin. Memotivasi para guru
untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat sekolah,
wilayah, maupun kota. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme
guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi
pembelajaran di kelas sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan di sekolah.
c) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia ( ISPI )
ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi
profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal
menyangkut komunikasi antar anggotanya. Keadaan seperti ini
berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-
19 Mei 1984. Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI,
yaitu:
1. Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di
seluruh Indonesia;
2. Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya
3. Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi
pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mesukseskan
pembangunan bangsa dan negara
4. Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan
dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pendidikan
5. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota;
6. Meningkatkan komunikasi antar anggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan; dan
7. Menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi
Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan.
Yang telah ada himpunannya seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu
Alam, dan lain sebagainya.
d) Kelompok Kerja Guru (KKG)
KKG sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus. Pada
tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang
lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas dan
mata pelajaran. Tujuan organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG) yaitu :
1. Memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru
berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru.
2. Memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata
pelajaran.
3. Meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta
pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan
saling mengisi (sharing).
4. Meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan (Pakem).
Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan
keterampilan mengajar, seperti yang di ungkapkan Turney, bahwa
keterampilan mengajar guru sangat memengaruhi terhadap kualitas
pembelajaran di antaranya; keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan.
e) Ikatan Guru Indonesia ( IGI )
Ikatan Guru Indonesia (IGI) adalah organisasi guru yang didirikan
pada tahun 2000 dengan nama Klub Guru Indonesia. Sejak mendapat
pengesahan resmi dari pemerintah sebagai organisasi guru, IGI terus
berkonsentrasi penuh pada peningkatan kompetensi guru. Bagi IGI, ujung
pangkal dari semua persoalan pendidikan di Indonesia terletak pada
rendahnya kompetensi guru Indonesia baik kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial maupun kompetensi
kepribadian.
IGI sendiri memiliki kurang lebih 67 kanal pelatihan yang aktif
meningkatkan kompetensi guru dengan semangat sharing and growing
together. Tujuan mencerdaskan bangsa dari organisasi penggerak
pendidikan ini semakin mantap setelah terdaftar dalam Program
Organisasi Penggerak (POP) yang dicanangkan dan diinisiasi oleh
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dari berbagai jenis organisasi yang telah di jelaskan masih ada juga
organisasi profesi guru seperti Federasi Serikat Guru (FGSI), Persatuan
Guru Seluruh Indonesia (PGSI) dan masih banyak lagi jenis organisasi
guru lainnya yang ada di Indonesia. Dengan banyaknya organisasi yang
disediakan, diharapkan setiap guru dapat merasa aman dan merasakan
kesejahteraan seperti halnya profesi lainnya di Indonesia. Dengan
organisasi-organisasi yang ada maka guru dapat melatih skill dan potensi
pada dirinya, agar dapat bersaing diera perkembangan zaman yang
semakin kedepan. Sehingga guru-guru diharapkan setiap guru memiliki
kompetensi yang memadahi setiap perubahan kurikulum. Namun tidak
hilangnya rasa tanggung jawab serta martabat guru.
Karena generasi hebat tercipta dari guru-guru yang berpotensi dan
bertanggung jawab serta hati yang mulia

Anda mungkin juga menyukai