Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai efek sangat besar terhadap seluruh pejuang
kemerdekaan.pendiri Republik ini dan juga para guru pada kurun waktu pasca tahun 1945.
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidikan Bangsa
1 pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta,
Jawa Tengah. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Pendiri
PGRI adalah Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi
Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan tujuan:
1
Adapun komposisi pengurus besar hasil kongres II adalah sebagai berikut :
Ketua :
1. Rh. Koesnan
2. Soejono Kromodimoeljo
3. Soejono
Penulis :
1. J. Soetemas
2. Mh. Hoesodo
Bendahara :
1. Soemedi Adisasmita
2. Dinneman
Ketua bagian Pendidikan : D. Notohamidjojo
Ketua bagian Perburuhan : Sosro
Ketua bagian Penerangan : Slamet
Melalui kongres ini PGRI mengajukan tuntutan kepada pemerintah:
1. Sistem pendidikan selekasnya didasarkan pada kepentingan nasional.
2. Gaji guru supaya tidak dihentikan.
3. Diadakan undang-undang pokok pendidikan dan undang-undang pokok pemburuhan.
Ketua :
1. Soejono Kromodimoeljo
2. Soedjono
3. Soedarsono
Panitera umum :
1. Brahim Prawirosoemitro
2. Inda Karjoso
Ketua bagian pendidikan : Soepojo
Ketua bagian perburuhan : Sostrowignjo
Bendahara : Dinneman
Melalui kongres II PGRI di Surakarta dan kongres III PGRI di Madiun, PGRI telah
menggariskan haluan dan sifat perjuangannya, yaitu:
1. Mempertahankan NKRI
2. Meningkatkan tingkat pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafat negara
pancasila dan UUD 1945
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik /non partai politik
4. Sifat dan siasat PGRI
5. Bergerak ditengah-tengah masyarakat
Haluan dan sifat perjuangan PGRI tersebut membulatkan tekat anggota PGRI dalam
perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Hasil yang gemilang dicapai PGRI setelah kongres III di Madiun ialah:
1. Dihapuskan SEKOLAH GURU C (SGC) yaitu pendidikan guru 2 tahun setelah sekolah
rakyat
2. Bentuk PGRI sebagai ”serikat sekerja” semakin jelas
2
3. Diterbitkan majalah ”guru sasana” (suara guru)
4. Ikut serta wakil PGRI Soedjono Kromodimoeljo dalam panitia gaji negara
Kongkres yang diadakan dalam keadaan darurat ini memutuskan bahwa untuk
meningkatkan efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan cabang-cabang
yang tadinya keresidenan memiliki satu cabang menjadi cabang lebih kecil tetapi dengan
jumlah sedikitnya 100 orang diharapkan yang lebih kecil itu dapat lebih aktif.
Cita-cita besar PGRI tercapai baik dibidang pendidikan maupun dibidang pemburuhan.
Nama PGRI tidak asing lagi, termasuk diluar negeri. Dibuktikan adanya undangan dari
NEA, juga undangan dari WCOTP untuk menghadiri kongkres II yang diadakan oada
bulan Juli 1948 di London.
3
Kembalinya kongkres IV PB PGRI berada di Jakarta segera berkantor diruangan SMA
Negeri 1 Jakarta di Jln. Budi Utomo. Pada akhir February 1950 sebanyak 30 cabang SGI
diseluruh Negara menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Yaman
Soejanaprawira (KPI Jawatan PP dan K), M.Husein dkk berjasa sekali. Pada tahun 1950
pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950, sangat menguntungkan para guru, namun
pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata disana-sini berjalan serat. Kegembiraan menyambut
keluarnya PP 16/1950 segera berbalik menjadi kekesalan dan keresahan, terutama
dikalangan guru di Jawa Barat. Guru-guru diJawa Barat mengancam untuk mengadakan
pemogokan, menurut rencana dimulai pada 12 Juni 1950 pukul 10.00 pagi. Usaha ini
berhasil, akhirnya disetujui pemerintah. Hal ini mengokohkan wibawa PGRI dibuktikan
dengan lancarnya PP No. 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar pejuang.
Acara pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini bicarakan suatu masalah yang
prinsipil dan faundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanhutnya, yaitu
asas organisasi ini : apakah akan memilih sosialisme keadilan sosial atau pancasila
akhirnya pancasila menjadi asas organisasi.
Kongres V merupakan “Kongres Persatuan”. Kongres dihadiri oleh perwakilan luar negeri
yang ada diJakarta. Rapat diadakan dipusat kebudayaanJln. Naripan, kongres ini
membicarakan suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan dan
perkembangan PGRI yaitu asas organisasi akankah memilih sosialisme keadilan sosial
ataukah pancasila. Akhirnya, pancasila diterima sebagai asas organisasi. Sejak kongres V
mulai nyata daerah dibentuk beserta susunan pengurusnya konferda mulai dilaksanakan.
Mulanya konferda dilaksanakan di Cirebon, Solo, Jember pada Maret 1951, selanjutnya
konferda meluas ke pulau lainnya, tanggal 27 Februari 1952 di Makassar dan 20 maret
1952 di Banjarmasin. Hasil nyata dari konsolidasi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi
dan Kalimantan ke dalam barisan PGRI.
4
perburuhan : Alam Sjahroeddin Komisaris umum DTU keuangan : Prawirosoedarsono
Redaksi majalah suara guru : Soepardo, Soedjono, Soebandri Komisaris
Kongres menyepakati beberapa keputusan panting. Dalam bidang organisasi,
menetapakan asas PGRI ialah keadilan social dan dasarnya ialah demokrasi, PGRI tetap
dalam GSBI. Dalam bidang pemburuhan memperjuangkan kendaraan bagi pemilik
sekolah, intruktur penjas, dan pendidikan masyarakat. Dalam bidang pendidikan:
1) System pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa pembangunan.
2) KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran.
3) KPKB ditiadakan diubah menjadi SR 6 tahun.
4) Kursus B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya.
5) Diadakan Hari Pendidikan Nasional.
5
Umum mengantikan Sudjono. Ketua II PGRI digantikan M.Husein.
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
1)Kunjungan kecabang-cabang
2)Korespondensi PB PGRI dengan cabang lebih diintensifikasi
3)Tindakan-tindakan disiplin dilakukan kepada cabang yang tidak disiplin diberikan
peringatan seperlunya
4) Dilakukan pembekuan terhadap pengurus cabang PGRI Palembang karena tindakan
indisipliner terhadap komisariat daerah.
a) Keterlibatan PGRI dalam symposium BMN Denpasar Bali (Juli 1957) mendapat
penghargaan dan perhatian masyarakat.
b) Pokok-pokok bahasan: Pendidikan sebagai pewaris nilai budaya
Perlu adanya Indonesianisasi,
c) Aspek kebudayaan agar dilegalisasikan dalam UUD
Masalah cukup serius mendapatkan perhatian diantaranya tentang:
1)Dimasukannya pencak silat dalam pendidikan jasmani
2)Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam dunia pendidikan dan masyarakat
3) Uang alat/perlengkapan sekolah dan pakaian belajar
D. PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November 1959, Soebandrio
dkk.melancarkan politik adudomba di antara para kongres, terutama pada waktu pemilihan
Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua
Umum BP PGRI.
Ketua Umum : M.E. Subiadinata Ketua : 1. M. Hoesein 2. Soebandri Panitera Umum :
Soekarno Prawira Panitera Umum dan Keuangan : A. Zachari Panitera Perburuhan :
Moejono Panitera Pendidikan : Manusama Panitera Keuangan : A. Zachari Panitera
Organisasi : Moersid Idris Panitera Sosial / Ekonomi : Ismartojo Komisaris Umum Urusan
Perburuhan : A. Sanoesi Komisaris Umum Urusan Pendidikan : A.H. Arahap Komisaris
Umum Urusan Perburuhan : Alam Sjahroeddin Komisaris Umum Urusan Keuangan : Nj.
Soenardi
Lahirnya PGRI Non-Vaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 merupakan episode yang sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa
ini terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat dibandingkan dengan pada
periode sebelumnya. Penyebab perpecahan itu bukan demi kepentingan guru atau profesi
guru,melainkan karena ambisi politik dari luar dengan dalih”machsovorming en
machsaanwending”(pembentukan kekuatan dan penggunaan kekuatan).
Ternyata Goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat selebaran
fitnah”,sehingga timbul protes dari sidang pleno, sehingga Goldfied akhirnya dikeluarkan
dari panitia.
6
5) Perkembangan jasmani.
Moral panca cinta meliputi:
a. Cinta nusa dan bangsa
b. Cinta ilmu pengetahuan
c. Cinta kerja dan rakyat yang bekerja
d. Cinta perdamaian dan persahabatan antar bangsa-bangsa
e. Cinta orang tua
Isi pidato tersebut menimbulkan pertentangan dan kegelisahan di kalangan pendidik. Di
lingkungan Departemen PP & K, polemic itu makin meruncing ketika dalam Rapat Dinas
tanggal 23 Juli 1964 Mentri PP & K, Prof. Dr. Prijono (1957-1966) memancing kembali
suasana polemic tersebut. Akibatnya, Pembantu mentri, Tartib Prawirodiharjo,
meninggalkan rapat karena dituduh mengkhianati Mentrinya.
Karena heboh mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan dengan isi Moral
Pendidikan Pancawardhana, akhirnya Presiden membentuk sendiri panitia dengan nama
“Panitia Negara Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana”. Panitia ini diberi
tugas untuk menyampaikan pertimbangan tentang “Pemecatan Massal”, ke-27 orang
tersebut dinyatakan tidak bersalah.
7
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan di antara
guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan nasional yang
menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang pokok” pendidikan pancasila akan tetapi
pempres tersebut tidak berhasil mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
PGRI sejak lahirnya orde baru
Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa sebelumnya berlangsung dalam tubuh
PGRI,yaitu perebutan pengaruh anti PKI dan pro PKI, infiltrasi dan fitnah Pro PKI
berdirinya PGRI non-vaksentral dan lain-lain. Bersama para
pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru anggota PGRI turun kejalan dengan meneriakan
tritura (tri tuntunan rakyat) yakni :”bubarkan PKI, ritualkan 100 mentri,danturunkan harga-
harga!”. Mereka membentuk kesatuan” aksi misalnya KAMI,KASI,sedangkan para guru”
membentuk KAGI pada tanggal 2 februari 1966. Perlu ditambahkan bahwa KAGI pada
mulanya terbentuk dijakarta raya dan jawa barat, kemudian berturut” terbentuk KAGI di
wilayah lainnya.
Menarik juga untuk di simak kembali seri tulisan harian kompas tahun 1967 yang
berjudul PORAK PORANDANYA KERETA PGRI DI JAWA TENGAN tulisan ini
merupakan “serangn” kepada PB PGRI masa perserikatan (kongres XI).
Pembentukan kaki d.jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk menyelamatkan PGRI
dari kemelut politik pada saat itu hasilnya adalahkonferda PGRI di ke 2 daerah tersebut
berhasil memilih pengurus daerah PGRI yang baru.
Pada tahun 1969 atas perdesakan nasib guru yang dibentuk PGRI,pemerintang setuju untuk
mencairkan tunjangan kelebihan mengajar bagi guru” SD di seluruh Indonesia
8
Hubungan PGRI dengan organisasi guru mulai di rintis kembali.Pada bulan juli 1966 secara
resmi diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru se Dunia soel di Korea
selatan.Setelah itu,PGRI d.undang untuk mengikuti tradeunionleader course di negeri
belanda selama 4 bulan, kursus di adakan 2 angkatan:
Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 1970.