Anda di halaman 1dari 18

No ISSN : 0852-6184

Buletin
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018

BeritaMESO Pusat Farmakovigilans / MESO Nasional

InformasiuntukTenagaKesehatanProfesionaltentang

DAFTAR ISI PenarikanObatAntihipertensiyangMengandung


Valsartan(10)
Editorial(01) PeningkatanKompetensiFarmakovigilansBalaiBesar/
Badan POM Raih Pencapaian yang Memuaskan dalam BalaiPOMdanIndustriFarmasi(11)
Benchmarking
WHO-NRA(02) MenjawabTantanganPermasalahanFarmakovigilansdi
SevereLiverInjury padaPenggunaan
Informasi ASEANmelaluiWHO-UMC-HSA Interregional
Nintedanib(Ofev)(04) PharmacovigilanceTraining
Singapura15-17Agustus
2018(13)
Peningkatan Kemampuan Pengelolaan dan Evaluasi
Risiko NecrotizingFasciitisofthePerineum/Fournier's
DataEfekSampingObatmelalui KIDS-APEC
PharmacovigilanceCoETraining
Program(05)
Gangrene Inhibitor
 TerkaitPenggunaanSGLT2pada
PasienDiabetesMelitus(15)
CapacityBuilding ActiveDrugSafety
untukMendukung
MonitoringandManagement ProgramTBMDR(06) Informasi untuk Tenaga Kesehatan Profesional Risiko
Retensi Gadolinium di Otak karena Penggunaan Media
InformasiKeamananPentingpadaPenggunaanEsbriet KontrasGadoliniumpadaMagneticResonanceImaging
(Pirfenidone)(08) (16)

Pelaporan PelaporanmenggunakanFormulirPelaporanESO:
Formulirdapatdiunduhdihttps://e-meso.pom.go.id
EfekSampingObat(ESO)
Tenagakesehatanprofesionaldapatmelaporkansemua Kirimlaporanke:
efek samping obat setelah penggunaan obat maupun PusatFarmakovigilans/MESONasional
vaksin kepada Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional DirektoratPengawasanKeamanan,Mutu,danEksporImpor
melalui: Obat,Narkotika,Psikotropika,PrekursordanZatAdiktif
BadanPengawasObatdanMakanan
Online subsite
Pelaporansecaramelaluie-meso: Jl.PercetakanNegaraNo.23Jakarta10560
Kunjungihttps://e-meso.pom.go.id
Telp.(021)4242691ext1075
KlikADR Online
E-mail:pv-center@pom.go.id
Buletin Berita MESO

EDITORIAL
Salam redaksi merupakan tantangan tersendiri. Untuk mengawal
Sejawat Profesional Kesehatan yang kami hormati, keamanan 14.000 jenis obat beredar tersebar di 13 ribu
pulau, diperlukan kuantitas dan kualitas sumber daya
Memasuki semester ke-2 tahun 2018, Buletin Berita pengawas yang mumpuni untuk mengawal
MESO volume 36, No. 2 edisi November 2018 kembali keamanannya. Langkah strategis Badan POM dimulai
hadir dengan berbagai ulasan kegiatan terkait tahun ini dengan membentuk sentra farmakovigilans di
Peningkatan Kompetensi Farmakovigilans dan Balai Besar/ Balai POM di 33 Provinsi. Pada tahun ini
Perkuatan Sistem Farmakovigilans di Indonesia. telah terbentuk 8 sentra farmakovigilans di Jakarta,
Serang, Bandung, Medan, Palembang, Yogyakarta,
Kabar gembira diawali dengan pencapaian Badan Semarang dan Surabaya. Diharapkan di 2022, sentra
POM yang memuaskan dalam penilaian kematangan farmakovigilans telah terbentuk di seluruh provinsi.
sistem regulasi pengawasan obat oleh World Health Pembentukan sentra dibarengi dengan pembekalan
Organization (WHO) dalam National Regulator y kompetensi SDM di Balai Besar/ Balai POM tersebut
Authority (NRA) Benchmarking yang dilakukan oleh melalui kegiatan workshop peningkatan kompetensi
WHO pada tanggal 9-13 Juli 2018. Salah satu fungsi yang diselenggarakan bulan September 2018. Dalam
yang dinilai dalam NRA Benchmarking tersebut adalah kegiatan ini dilaksanakan pula training farmakovigilans
fungsi Vigilance (Farmakovigilans) yang mendapatkan untuk industri farmasi dan Penandatanganan Prasasti
nilai hampir sempurna. Tentunya ini menjadi Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional oleh Kepala
kebanggaan tersendiri bagi kita semua, termasuk para Badan POM.
pembaca setia yang telah berkontribusi dalam aktivitas
farmakovigilans selama ini. Ke depannya tentu masih Tidak lupa kami juga menyampaikan informasi penting
banyak tantangan penerapan farmakovigilans yang dan tindak lanjut regulatori dari hasil kajian keamanan
menjadi tanggung jawab kita bersama. obat seperti Nintedanib (Ofev), Esbriet (Pirfenidone),
Gadolinium, Obat golongan SGLT2 inhibitor, dan
Sebagai bentuk peningkatan yang berkelanjutan dalam Valsartan.
menjawab tantangan demi tantangan tersebut, Badan
POM terus membenahi diri dengan berpartisipasi Semoga buletin ini bermanfaat bagi Sejawat,
dalam berbagai training farmakovigilans internasional Selamat Membaca
untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Salam
Manusia (SDM) farmakovigilans. Di antaranya Badan
POM berpartisipasi dalam WHO-UMC -HSC
Interregional Pharmacovigilance Training di Singapura
pada bulan Agustus 2018, Workshop aDSM MDR TB di
Bangkok dan KIDS-APEC Pharmacovigilance CoE
Training di Korea pada bulan September 2018.
Badan POM menyadari bahwa luasnya cakupan
wilayah pengawasan obat di seluruh Indonesia juga

01
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

BadanPOMRaihPencapaianyangMemuaskandalam
WHO-NRA Benchmarking

Badan POM sebagai badan otoritas yang berwenang Untuk memastikan kontinuitas pengawasan regulasi
atas pengawasan obat dan makanan di Indonesia dalam rangka memperkuat sistem regulasi negara
memiliki sistem regulasi dalam pengaturan seluruh anggotanya, pada tanggal 9 – 13 Juli 2018 WHO
aspek yang berkaitan dengan obat dan makanan. melakukan National Regulator y Authority (NRA)
Sistem regulasi ini merupakan komponen penting Benchmarking ke Badan POM. Kegiatan ini merupakan
dalam sistem kesehatan yang akan berpengaruh pada rangkaian lanjutan assessment WHO sebelumnya
capaian derajat kesehatan masyarakat Indonesia. yang dilakukan pada tahun 2005 dan 2012 dimana
Badan POM telah dinyatakan sebagai otoritas regulasi
pengawasan obat yang telah memiliki sistem
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah pengawasan yang baik. Pembukaan WHO-NRA
lama dikenal dalam kancah internasional sebagai Benchmarking dihadiri para pimpinan pejabat tinggi
produsen vaksin dunia. Sejumlah besar vaksin tersebut Badan POM serta 17 orang anggota Tim WHO.
diekspor untuk keperluan pra-kualifikasi World Health
Organization (WHO) ke Low Income Countries (LIC)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam hal ini, Tujuan NRA Benchmarking adalah untuk menilai tingkat
Badan POM sebagai regulator mempunyai peran kematangan sistem regulasi obat khususnya vaksin
penting dalam menyusun kebijakan nasional di bidang yang ada di Indonesia dengan menggunakan WHO NRA
pengawasan obat, termasuk vaksin serta melakukan Global Benchmarking Tool (GBT). Terdapat 9 (sembilan)
pelaksanaan pengawasan pre-market dan post–market fungsi yang dinilai untuk memenuhi standar WHO,
sesuai dengan fungsi Badan POM yang tercantum yaitu National Regulatory System (NRS) Registration and
pada pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Marketing Authorization (MA), Vigilance (VL), Marketing
tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan. Untuk Surveillance and Control (MSC), Licensing Premises
menjalankan hal tersebut, sistem regulasi di Indonesia (LIC), Regulatory Inspection (RI), Laboratory Access and
harus memenuhi standar internasional sesuai standar Testing (LAT), Clinical Trial's Oversigth (CTO) dan NRA
WHO. Lot Release (LTR)

02
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

Pengawasan keamanan vaksin post-market melalui serta penilaian implementasi farmakovigilans (Vigilance
aktivitas farmakovigilans merupakan salah satu fungsi site visit) di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas
yang diemban oleh Direktorat Pengawasan Keamanan, Kebon Jeruk dan RSUD Pasar Rebo).
Mutu, dan Ekspor Impor Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Zat Adiktif, Badan POM. Hal-hal yang Setelah dilakukan penilaian, Badan POM mendapatkan
dinilai pada fungsi Vigilance (VL) sejumlah 6 indikator hasil yang memuaskan. Hal tersebut dibuktikan
(terdiri dari 25 sub indikator). Indikator tersebut meliputi dengan nilai yang hampir sempurna dari kesembilan
peraturan perundang-undangan yang mendasari aspek penilaian. Tidak terdapat fungsi yang bernilai di
penerapan farmakovigilans, kedudukan fungsi bawah 90%, beberapa fungsi memperoleh maturity
farmakovigilans dalam tatakelola pemerintahan, level 4 (skala 5) dengan implementasi 100%, yang salah
sumber daya manusia, standar operasional prosedur, satunya adalah fungsi Farmakovigilans.
transparansi dan keterbukaan informasi terhadap
publik, serta monitoring dan evaluasi terhadap key Dengan hasil ini, Badan POM membuktikan komitmen
performance indicator terkait aktivitas farmakovigilans. untuk menjadi institusi yang kompeten berlandaskan
pengetahuan dengan performa kelas dunia. Penilaian
ini diharapkan mampu memperkuat fungsi
Pelaporan efek samping obat (ESO) maupun kejadian
pengawasan dan sistem regulasi Badan POM yang
ikutan pasca imunisasi (KIPI) merupakan aspek yang
dapat berkontribusi dalam meningkatkan
penting dalam aktivitas pengawasan keamanan obat
perlindungan kesehatan masyarakat, serta penguatan
pasca pemasaran. Badan POM sebagai Pusat
daya saing bangsa. Selain itu, capaian ini juga
Farmakovigilans/ MESO Nasional dituntut untuk dapat
menunjukkan bahwa Badan POM mampu mengawal
mendorong tenaga kesehatan dan industri farmasi
mutu vaksin dan obat yang diekspor ke luar negeri
dalam pelaporan ESO dan KIPI. Penyusunan agregat
dengan sistem pengawasan yang baik dan handal
data dan trend analysis diharapkan dapat menampilkan
sesuai standar internasional. (my)
profil ESO dan KIPI yang menggambarkan pengawasan
keamanan obat pasca pemasaran. Beberapa rencana
kerja yang diajukan Badan POM dalam rangka
peningkatan kinerja fungsi Vigilance (VL) antara lain
pembentukan sentra farmakovigilans di Balai Besar/
Balai POM, pelatihan petugas Balai Besar/Balai POM, “Setelah dilakuk an penilaian, Badan POM
tenaga kesehatan dan industri farmasi serta partisipasi
mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal tersebut
dalam berbagai pelatihan farmakovigilans regional
dibuktikan dengan nilai yang hampir sempurna dari
maupun internasional.
kesembilan aspek penilaian. Tidak terdapat fungsi
Selain penilaian data dukung penerapan fungsi yang bernilai di bawah 90%, beberapa fungsi
regulatori, pada fungsi Vigilance juga dilakukan memperoleh Maturity level 4 (skala 5) dengan
penilaian koordinasi dengan Subdit Imunisasi implementasi 100%, yang salah satunya adalah
(Direktorat Surveilan dan Karantina Kesehatan, fungsi farmakovigilans.”
Kementerian Kesehatan) dan Komite Nasional PP-KIPI

03
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

Informasi SevereLiverInjury
padaPenggunaanNintedanib(Ofev)

Nintedanib merupakan antineoplastic agents – protein- Peningkatan enzim hati merupakan efek samping yang
tyrosine kinase inhibitors yang diindikasikan untuk sangat umum atau very common pada Ofev, dimana
pengobatan Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF). DILI merupakan efek samping yang tidak umum atau
uncommon. Sebagian besar hepatic event termasuk
Pada periode pasca pemasaran, terdapat laporan peningkatan transaminase, yang dilaporkan adalah
kejadian drug-induced liver injury (DILI) non serius dan ringan hingga sedang dan reversibel setelah dosis
serius, termasuk kejadian severe liver injury selama dikurangi atau interupsi pengobatan sesuai dengan
pengobatan dengan Ofev yang berkaitan dengan Informasi Produk.
kejadian yang fatal. Sebagian besar hepatic event terjadi
d a l a m 3 b u l a n p e r t a m a i n i s i a s i O f e v, m a k a S a m p a i s a a t i n i B a d a n P O M s e b a g a i Pu s a t
direkomendasikan bahwa perhatian khusus harus Farmakovigilans/MESO Nasional belum pernah
dilakukan selama periode awal penggunaannya. menerima laporan kejadian tidak diinginkan dari
p e n g g u n a a n N i n t e d a n i b . Te n a g a k e s e h a t a n
Untuk pasien yang diresepkan Ofev, tingkat profesional dihimbau untuk mempertimbangkan efek
transaminase dan bilirubin harus diperiksa pada saat samping yang tercantum pada informasi produk ketika
(a) awal pengobatan; (b) pemeriksaan setiap bulan meresepkan Nintedanib pada pasien idiopathic
selama 3 (tiga) bulan pertama pengobatan (interval pulmonary fibrosis. Badan POM akan secara terus
regular); dan (c) secara berkala setelahnya (contohnya menerus melakukan pemantauan aspek keamanan
pada setiap kunjungan pasien) atau saat ditunjukkan obat dalam rangka memberikan perlindungan yang
secara klinis. Tanda dan/atau gejala klinis yang optimal kepada masyarakat dan sebagai upaya jaminan
memerlukan pemeriksaan tingkat transaminase dan keamanan produk obat yang beredar di Indonesia. (rep)
bilirubin, antara lain:
· Menguningnya kulit atau bagian putih dari mata
pasien (Jaundice); Sumber:
· Urin berwarna gelap atau coklat (berwarna seperti 1. DHCPL – Informasi mengenai Severe Liver Injury dan diperlukannya monitoring
teh); reguler fungsi hati berkaitan dengan penggunaan Nintedanib (Ofev) pada pasien
· Nyeri pada bagian sisi kanan atas perut (abdomen); dengan Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF). PT Boehringer Ingelheim Indonesia.
· Pendarahan atau memar lebih mudah dari biasanya; 2. Data Badan POM.
· Merasa lelah.

04
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

PeningkatanKemampuan
PengelolaandanEvaluasiData
EfekSampingObatmelalui
KIDS-APECPharmacovigilance
CoETrainingProgram

Indonesia merupakan salah satu negara anggota yang setempat dalam membangun sarana penunjang
bergabung dalam forum APEC-RHSC. APEC-RHSC farmakovigilans seperti KIDS, Korea Adverse Event
(Regulator y Harmonization Steering Committee) Reporting System (KAERS) dan Regional
merupakan komite yang bertujuan untuk melatih Pharmacovigilans Center (RPVCs) yang tersebar secara
regulator, institusi pemerintah yang berafiliasi/terkait, nasional. Peserta juga mendapatkan informasi terkait
dan organisasi internasional di kawasan Asia Pasifik. pedoman ICH E2B, metode analisa kausalitas dan Risk
Salah satu program priority working areas dari APEC- Management Plan.
RHSC adalah Road Map Pharmacovigilance
Convergence by 2020. Untuk mewujudkan road map Untuk mewujudkan harmonisasi farmakovigilans,
tersebut, APEC menyelenggarakan Centre of Excellent banyak kendala dan tantangan yang dihadapi secara
( C o E ) Pr o g r a m t e r k a i t f a r m a ko v i g i l a n s y a n g global seperti banyaknya Kejadian Tidak Diinginkan
diselenggarakan setiap tahun di Korea Selatan selaku (KTD) serius yang tidak terlaporkan, data laporan yang
koordinator/Champion Country. Training ini diharapkan tidak lengkap dan polifarmasi, kurangnya dukungan,
dapat memperdalam skill dan kemampuan peserta sumber daya, kompetensi dan kontrol kualitas, serta
dalam studi kasus dan pemecahan masalah terutama penggunaan obat yang tidak rasional. Keberagaman
dalam hal pengawasan obat pasca beredar di pasaran. format, standar dan konten pelaporan serta banyaknya
peraturan dari berbagai negara membuat informasi
Sebagai badan regulator yang berkomitmen dalam pelaporan efek samping penggunaan obat sulit
terwujudnya harmonisasi farmakovigilans, Badan POM dilakukan pertukaran informasi, rekonsiliasi dan
wajib memperkuat sistem farmakovigilansnya. Salah analisis data.
satu bentuk partisipasi Badan POM adalah
mengirimkan perwakilan untuk mengikuti training ini Salah satu solusi untuk mengatasi kendala tersebut,
sejak tahun 2015. Pharmacovigilance CoE Training telah tersedianya pedoman ICH E2B yang
Program tahun 2018 diselenggarakan oleh APEC-KIDS memungkinkan untuk pertukaran data. Sayangnya,
pada tanggal 4-5 September 2018 di Hotel Best Western implementasi ICH E2B ini baru diterapkan di negara
Primer Seoul Garden, Seoul, Korea Selatan. Materi maju karena dalam pelaksanaannya implementasi E2B
pelatihan tahun ini lebih difokuskan pada pengelolaan memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit
dan evaluasi data efek samping obat dengan materi khususnya dalam konversi data, pemetaan data,
mencakup Adverse Event Reporting, Collecting dan penyusunan pedoman dan tool pelaporan elektronik
Adverse Event Analysis and Evaluation, Decision Making bagi stakeholder.
dan Safety Measures dan Risk Communication.
Untuk mencapai sistem farmakovigilans yang kuat, ke
Narasumber training merupakan pakar-pakar yang depan aktivitas farmakovigilans harus disesuaikan
kompeten dalam bidang farmakovigilans antara lain dengan tren yang saat ini berkembang seperti
per wakilan WHO -UMC, KIDS, Bayer Pharma pengenalan farmakovigilans pada level universitas,
(per wakilan Industri Farmasi) serta beberapa aktivitas farmakovigilans yang terintegrasi dengan
perwakilan badan/otoritas yang berwenang dalam sistem kesehatan nasional serta pemanfaatan
pengawasan obat seperti US FDA, HSA, PMDA dan perkembangan teknologi untuk pelaporan efek
MFDS. Metode training menggunakan paparan materi, samping obat berdasarkan aplikasi/android. (my)
diskusi dan latihan studi kasus. Paparan diawali
dengan ulasan terkait sejarah dan perjalanan aktivitas
farmakovigilans di Korea serta upaya pemerintah

05
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

CapacityBuildinguntukMendukungImplementasi
ActiveDrugSafetyMonitoringandManagement
ProgramTBMDR

Indonesia termasuk negara dengan angka kejadian dengan monitoring efek samping obat secara aktif
Tuberkulosis (TB) yang tinggi. Tren insiden kasus TB di (MESO aktif). aDSM bertujuan untuk mendeteksi,
Indonesia tidak pernah menurun, termasuk tren kasus menatalaksana dan melaporkan kejadian tidak
TB MDR (Multi Dr ug Resistant Tuber culosis). diinginkan (KTD) obat. Kegiatan ini mulai
Ta t a l a k s a n a T B M D R y a n g t e r s e d i a s a a t i n i diimplementasikan di Indonesia sejak bulan
membutuhkan periode waktu yang lama (minimal 20 September 2017 bersamaan dengan dimulainya
bulan) dan memerlukan biaya yang besar. Pada bulan implementasi pengobatan TB MDR paduan standar
M e i 2 0 1 6 W H O m e n g e l u a r k a n r e ko m e n d a s i jangka pendek.
penggunaan paduan pengobatan standar jangka
pendek 9-12 bulan untuk pasien TB resistan rifampisin Banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dalam
(TB RR) atau TB MDR yang belum pernah diobati implementasi aDSM. Walaupun demikian, WHO terus
dengan obat anti tuberkulosis (OAT) lini kedua; pasien memberikan dukungan kepada negara – negara yang
yang kemungkinan kecil terjadi resistansi; atau pasien mulai mengimplementasikan aDSM antara lain melalui
yang terbukti tidak resistan terhadap fluorokuinolon perkuatan kapasitas dan peningkatan kompetensi.
dan obat injeksi lini kedua. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Workshop on
Active Drug Safety Monitoring and Management (aDSM)
Rekomendasi pengobatan standar jangka pendek di Bangkok, Thailand yang dilaksanakan pada tanggal
menggunakan kombinasi baru obat TB dilaporkan 2 4 – 2 8 S e p t e m b e r 2 0 1 8 . Wo r k s h o p y a n g
memberikan tingkat kesuksesan terapi yang lebih baik diselenggarakan oleh WHO Regional Office for South
dibandingkan pengobatan jangka panjang, namun East Asia ini diikuti oleh perwakilan dari Program TB dan
demikian dalam pelaksanaannya membutuhkan Badan Otoritas Pengawas Obat dari negara
adanya monitoring dan manajemen efek samping obat Bangladesh, DPR Korea, Indonesia, Nepal, dan
secara aktif (active drug safety monitoring and Thailand.
management / aDSM) atau di Indonesia lebih dikenal

06
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

Badan POM ikut berpartisipasi dalam workshop ini aDSM untuk obat TB MDR) serta koordinasi antara
dengan mengirimkan satu orang peserta dari Badan POM dengan Program TB dalam
Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor mengimplementasikan farmakovigilans OAT. Beberapa
Impor ONPPZA yang terlibat dalam aktivitas rekomendasi yang disampaikan antara lain perlunya
farmakovigilans yang dilakukan Badan POM. Dalam peningkatan kesadaran staf di fasyankes untuk
workshop ini diberikan pelatihan mengenai mekanisme mencatat dan melaporkan, penyederhanaan format
pengelolaan aDSM, deteksi dan manajemen ESO, pelaporan untuk memudahkan pencatatan dan
pelaporan ESO, analisa kausalitas menggunakan WHO pelaporan ESO, integrasi sistem e-TB manager dan e-
Causality Assessment, dan juga disampaikan update meso, serta pertemuan komite farmakovigilans untuk
informasi global terkait dengan perkembangan TB perlu dilakukan secara rutin.
pengobatan TB oleh narasumber dari WHO, USAID,
KNCV, dan mitra TB global lainnya. Selain itu, juga ada Capacity building melalui workshop / pelatihan, diskusi,
sharing session di antara peserta untuk berbagi maupun aktivitas lainnya dilakukan untuk
progress dan tantangan yang dihadapi masing-masing meningkatkan kompetensi SDM dalam
negara dalam mengimplementasikan aDSM. mengimplementasikan aDSM dan untuk perbaikan
yang berkesinambungan. SDM yang berkompeten
Sejak tahun 2009, di Indonesia telah dilaksanakan turut berperan dalam mendukung keberhasilan
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat implementasi aDSM dan tentunya juga mendukung
(MTPTRO) dan pada tahun 2010 kegiatan tersebut keberhasilan program pengendalian TB di Indonesia. -
dijadikan sebagai bagian Program Nasional wi-
Pengendalian TB. Dalam merancang dan menerapkan
strategi yang tepat untuk MTPTRO, Program TB juga
dibantu oleh mitra TB Global termasuk Stop TB yang
membentuk badan independen Green Light Committee
(GLC) yang berperan memberi rekomendasi / masukan
untuk peningkatan kualitas pelayanan dan manajemen
program MTPTRO di Indonesia. Pada tanggal 6 – 17
Agustus 2018 yang lalu, regional GLC melakukan
Sumber:
kunjungan monitoring tahunan ke Indonesia, termasuk
1. Active Tuberculosis Drug-Safety Monitoring and Management (aDSM)
ke Badan POM. Tim rGLC melakukan kunjungan ke
Framework for Implementation. WHO. 2015
Badan POM pada tanggal 13 Agustus 2018. Pada
2. WHO Treatment Guidelines for Drug-Resistant Tuberculosis. WHO. 2016
kunjungan tersebut, dr. Sarabjit Chadha (konsultan
3. Petunjuk Teknis Pengobatan Pasien TB Resistan Obat Dengan Paduan
rGLC) berdiskusi dengan tim farmakovigilans Badan
Jangka Pendek di Fasyankes TB Resistant Obat. Ditjen P2PL Kemenkes. 2017.
POM dan Program TB terkait dengan aktivitas
4. Data Badan POM
farmakovigilans yang dilakukan untuk OAT (termasuk

07
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

InformasiKeamananPenting
padaPenggunaanObatEsbriet(Pirfenidone)

Esbriet (Pirfenidone) merupakan obat yang digunakan untuk Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) ringan hingga
sedang pada orang dewasa. Esbriet merupakan obat baru yang disetujui beredar di Indonesia sejak tanggal 8
Januari 2018. Penggunaan obat ini harus dimulai dan dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis yang
berpengalaman dalam diagnosis dan pengobatan IPF. Sebagai obat baru di Indonesia, terdapat beberapa informasi
keamanan penting yang perlu menjadi perhatian profesional kesehatan dalam penggunaan obat ini. Informasi
keamanan penting tersebut terkait dengan adanya risiko fungsi hati abnormal dan reaksi fotosensitivitas & rash.

Fungsihati: Fotosensitivitasdanrash:
· Penggunaan Esbriet dikontraindikasikan pada · Pasien harus diberitahu bahwa Esbriet dapat
pasien dengan kerusakan hati parah atau menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan langkah-
penyakit hati stadium akhir. langkah pencegahan harus dilakukan.
· Kenaikan transaminase serum dapat terjadi saat · Pasien dianjurkan untuk menghindari atau
pengobatan dengan Esbriet. mengurangi paparan terhadap sinar matahari
· Perlu dilakukan pengawasan uji fungsi hati langsung (termasuk sumber sinar UV lainnya
sebelum memulai pengobatan dengan Esbriet seperti sunlamps).
dan setelah pengobatan dimulai secara berkala. · Pasien harus diinstruksikan untuk menggunakan
· Pengawasan ketat dibutuhkan untuk pasien yang tabir surya setiap hari, menggunakan pakaian
mengalami kenaikan enzim hati dengan yang melindungi kulit dari paparan sinar
penyesuaian dosis atau penghentian matahari, dan menghindari pengobatan lainnya
pengobatan. yag diketahui menyebabkan fotosensitivitas.

08
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

Sebelum menggunakan Esbriet, selain membaca informasi produk, dokter yang meresepkan harus memastikan
bahwa pasien memiliki diagnosis IPF, memulai terapi dan memberitahu pasien bahwa terapi akan dititrasi sesuai
dengan rekomendasi pada informasi produk, menganjurkan pasien untuk menelan kapsul bersama makanan dan
menghindari jus jeruk (grapefruit juice) pada saat yang sama. Selain itu, dokter juga harus memeriksa apakah pasien
hipersensitif terhadap pirfenidone dan kemungkinan pasien mengidap penyakit hepatik, mengatur pengawasan
yang memadai untuk uji fungsi hati abnormal, dan menganjurkan pasien untuk menghindari matahari dan semua
sumber sinar UV serta langkah-langkah lain yang bisa dilakukan.

Apabila pasien mengalami ruam kulit yang baru dan signifikan, kulit atau bagian putih pada mata berubah menjadi
kuning, warna urin menjadi gelap, atau jika pasien mengalami gejala yang mengkhawatirkan setelah
menggunakan Esbriet, pasien diminta untuk menghubungi dokter yang merawatnya.

Sebagai bentuk Risk Management Plan (RMP) yang dilaksanakan oleh industri farmasi, PT Roche Indonesia telah
menyampaikan informasi keamanan penting ini kepada dokter yang meresepkan Esbriet (Pirfenidone) untuk
membantu dalam penggunaan Esbriet secara tepat. Hingga saat ini Badan POM belum menerima laporan ESO
berupa fungsi hati abnormal, fotosensitivitas, dan rash pada penggunaan Pirfenidone. Dokter dan tenaga
kesehatan profesional lainnya juga dihimbau untuk melaporkan dugaan Efek Samping Obat (ESO) yang terjadi pada
penggunaan Esbriet ke Pusat Farmakovigilans / MESO Nasional – Badan POM dan/atau PT Roche Indonesia. Data
laporan ESO tersebut sangat dibutuhkan dalam melakukan evaluasi profil manfaat-risiko produk obat Esbriet di
Indonesia. Badan POM secara terus menerus melakukan pemantauan aspek keamanan obat, dalam rangka
memberikan perlindungan yang optimal kepada masyarakat dalam penggunaan obat yang aman. -wi-

Sumber:

1. Informasi Keamanan Bagi Dokter Terkait Penggunaan Esbriet. PT Roche Indonesia. 2018.

2. Data Badan POM.

09
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

InformasiuntukTenagaKesehatanProfesional
tentangPenarikanObatAntihipertensi
yangMengandungValsartan

Valsartan merupakan angiotensin-II-receptor antagonis Sesuai dengan prinsip utama dalam pemberian obat,
yang digunakan dalam pengobatan hipertensi baik Badan POM menghimbau kepada Sejawat Kesehatan
dalam bentuk tunggal maupun kombinasi dengan anti Pr o f e s i o n a l d a n s e m u a p i h a k t e r k a i t , a g a r
hipertensi lain. Selain itu juga digunakan pada mengedepankan kehati-hatian dan mengutamakan
penderita gagal jantung atau yang baru mengalami keselamatan pasien dalam mempertimbangkan
serangan jantung. pemberian obat ini kepada pasien. Produk valsartan
yang tidak menggunakan bahan baku yang diproduksi
Di beberapa Negara Uni Eropa telah di lakukan oleh Zhejiang Huahai Pharmaceuticals, Linhai China
penarikan produk yang menggunakan bahan baku masih dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Informasi
valsartan produksi Zhejiang Huahai Pharmaceuticals, selengkapnya dapat dilihat pada subsite http://e-
Linhai, China secara sukarela, karena ditemukan meso.pom.go.id. (rs)
adanya pengotor Nitrosodimethylamine (NDMA). Saat
ini, beberapa National Regulatory Authority (NRA) di
dunia termasuk European Medicines Agency (EMA) dan
Badan POM sedang melakukan pengkajian lebih lanjut
terhadap bahan baku tersebut.

Dalam rangka perlindungan terhadap kesehatan


masyarakat, Badan POM telah meminta Industri
Farmasi terkait untuk melakukan penghentian produksi
dan distribusi obat yang mengandung bahan baku
valsartan produksi Zhejiang Huahai Pharmaceuticals,
Linhai, China. Industri Farmasi tersebut menyatakan
bersedia menarik secara sukarela/voluntary recall
seluruh obat yang mengandung bahan baku valsartan
produksi Zhejiang Huahai Pharmaceuticals, Linhai,
China, yaitu Varten Tablet 80 mg dan 160 mg (PT. Actavis
Indonesia) dan Valesco Kaplet Salut Selaput 40 mg, 80
Sumber : www.pom.go.id
mg, dan 160 mg (PT. Dipa Phamalab Intersains).

10
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

PeningkatanKompetensiFarmakovigilans
BalaiBesar/BalaiPOMdanIndustriFarmasi

Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor evaluasi aspek keamanan obat beredar dan vaksin
Impor Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat sebagai salah satu pengawasan post market melalui
Adiktif Badan POM telah menyelenggarakan kegiatan kegiatan farmakovigilans.
Peningkatan Kompetensi Farmakovigilans untuk Balai
Besar/Balai POM dan Industri Farmasi pada 24 – 27 Selama ini, program farmakovigilans lebih banyak
September 2018 di Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan ini bergantung pada partisipasi sukarela tenaga
diikuti oleh 63 orang focal point farmakovigilans dari 33 kesehatan untuk melaporkan efek samping obat yang
Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia dan t e r j a d i . Pa d a h a l b e b e r a p a p e r a t u r a n t e l a h
kurang lebih 169 orang peserta dari 150 Industri mempersyaratkan pelaksanaan MESO/
Farmasi. farmakovigilans, antara lain Peraturan Kepala Badan
POM No. HK.03.1.23.12.11.10690 tahun 2011 tentang
Kepala Badan POM Penny K. Lukito membuka secara Penerapan Farmakovigilans bagi Industri Farmasi yang
resmi dan menyampaikan arahan bahwa Monitoring menginstruksikan pemantauan dan pelaporan aspek
Efek Samping Obat (MESO), atau dikenal dengan keamanan obat pasca pemasaran oleh industri farmasi
farmakovigilans, menjadi bagian penting dari sistem menjadi bersifat mandator y. Pasca penerapan
kesehatan masyarakat khususnya melalui deteksi, peraturan ini dan peningkatan kesadaran tenaga
penilaian dan minimalisasi serta pencegahan efek kesehatan untuk melaporkan efek samping obat,
samping dari penggunaan obat. Badan POM laporan efek samping obat semakin meningkat setiap
melakukan pengawasan full spectrum yang meliputi tahun.

11
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

Balai Besar/Balai POM adalah ujung tombak Beberapa rekomendasi penting untuk optimalisasi
pengawalan melalui pengawasan dan pelayanan pelaksanaan program farmakovigilans di Indonesia
informasi di daerah. Pelayanan kepada masyarakat ini yang dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan ini
semakin meningkat dengan pembentukan 40 Loka antara lain adalah mengenai perkuatan regulasi
POM. Balai Besar/Balai POM dan Loka POM harus farmakovigilans bagi industri farmasi dan juga tenaga
bersinergi melakukan penyebaran informasi, edukasi kesehatan, peningkatan koordinasi lintas sektor terkait
masyarakat, serta advokasi tenaga kesehatan agar pelaksanaan farmakovigilans, peningkatan kompetensi
awareness pentingnya pelaporan efek samping obat yang berkelanjutan, dan penajaman isu di bidang
semakin meningkat. farmakovigilans melalui forum-forum diskusi kelompok
yang lebih spesifik (Focus Group Discussion) dengan
Secara khusus, Badan POM juga mengembangkan industri farmasi dan stake holder lainnya.
sentra farmakovigilans di setiap Balai Besar/ Balai
POM. Pada tahun 2018 akan dikembangkan sentra Sebagai bukti telah adanya pengembangan
farmakovigilans di 8 Balai Besar/ Balai POM yang akan farmakovigilans di Badan POM, Penny K. Lukito juga
berlanjut menjadi 15 sentra pada tahun 2019, 22 sentra menandatangani prasasti dalam rangka peresmian
pada tahun 2020, 28 sentra pada tahun 2021, dan 33 Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional di Badan POM.
sentra pada tahun 2022. Keberadaan sentra ini Pelaksanaan farmakovigilans yang lebih baik
diharapkan dapat memonitor efek samping obat diharapkan akan meningkatkan perlindungan terhadap
dengan lebih baik hingga pelosok daerah sehingga masyarakat. (rs)
pelaporan meningkat dan penanggulangan menjadi
lebih tepat karena didukung data laporan yang lebih
komprehensif.

12
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

MenjawabTantanganPermasalahanFarmakovigilans
diASEANmelaluiWHO-UMC-HSA
InterregionalPharmacovigilanceTraining
Singapura15-17Agustus2018

Pada tanggal 15-17 Agustus 2018, bertempat di Grand Fokus WHO dalam melakukan farmakovigilans saat ini
Choptorne Waterfront Hotel Singapore, Center of adalah terkait obat-obat anti tuberkulosis, anti malaria,
Regulatory Excellence (CoRE) Duke NUS Medical anti retroviral dan vaksin. Hal ini berdasarkan fakta
School Singapore menyelenggarakan pelatihan mengenai penggunaan obat-obat tersebut dalam
mengenai farmakovigilans bertajuk WHO-UMC-HSA program kesehatan nasional di berbagai negara di
Inter regional Pharmacovigilance Training : Partnership To wilayah ASEAN. Seringkali obat yang digunakan adalah
Protect Public Health. Pelatihan ini merupakan obat baru yang memerlukan pemantauan keamanan
pelatihan rutin yang diselenggarakan sejak tahun 2010 melalui aktivitas vigilans aktif.
untuk meningkatkan kemampuan farmakovigilans
badan otoritas pengawasan obat di negara-negara Dalam pelatihan ini diperoleh informasi bahwa kendala
ASEAN, yang diselenggarakan atas kolaborasi antara yang dihadapi saat ini terkait database Individual Case
WHO, Uppsala Monitoring Center (UMC) dan Health Safety Reports (ICSR's) WHO UMC adalah belum
Science Authority (HSA) Singapura. Pemateri adalah terintegrasinya data profil keamanan, karena belum
pakar dan praktisi farmakovigilans dari ketiga lembaga optimalnya koordinasi penyelenggara program
tersebut. Pelatihan ini disampaikan dalam bentuk kesehatan dengan lembaga yang memiliki otoritas
presentasi oleh narasumber ahli, tanya jawab diskusi untuk melakukan pengawasan. Penyelenggara
panel, studi kasus dan demonstrasi pemanfaatan program melakukan monitoring efek samping obat
database WHO UMC (Vigilyze). atau surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
untuk vaksin, namun tidak meneruskan laporan ke
Farmakovigilans merupakan keilmuan dan aktivitas pusat farmakovigilans di negaranya. Hal ini
tentang deteksi, pengkajian, pemahaman dan menyebabkan tidak terlaporkannya efek samping
pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait tersebut ke data base efek samping obat global WHO
dengan penggunaan obat. Aktivitas farmakovigilans UMC.
berperan penting dalam menjamin keamanan obat
pasca pemasaran. Melalui pelaporan efek samping
obat, dapat dideteksi berbagai permasalahan terkait
keamanan obat dan mencegah keberulangan serta
progresivitas suatu efek samping obat.
13
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

Laporan efek samping obat sangat bermanfaat untuk Berangkat dari hal tersebut, Badan POM berkomitmen
dapat menemukan signal keamanan dari suatu obat. untuk meningkatkan koordinasi dengan pengelola
Untuk itu pelaporan efek samping obat ke dalam program kesehatan untuk melakukan pengawasan
database efek samping obat global (WHO UMC) sangat yang lebih intensif aspek keamanan obat-obat program
penting. Melalui pelatihan ini, WHO mengharapkan kesehatan nasional (Malaria, Tuberkulosis, HIV/AIDS
partisipasi aktif dari seluruh badan otoritas dan Imunisasi). Badan POM juga akan meningkatkan
pengawasan obat di wilayah ASEAN sebagai pusat koordinasi dengan asosiasi tenaga kesehatan
farmakovigilans di negaranya dalam pelaporan efek profesional untuk meningkatkan kesadaran bagi
samping obat dan kejadian ikutan pasca imunisasi. tenaga kesehatan tentang pentingnya berkontribusi
dalam pengawasan keamanan obat dalam
Badan POM sebagai badan otoritas pengawasan obat meminimalkan risiko yang menyertai penggunaan
di Indonesia, bertanggungjawab merepresentasikan obat. Dari pelatihan ini, Badan POM juga telah
kontribusi Indonesia dalam pelaporan efek samping mengambil langkah strategis dengan meresmikan
obat ke WHO UMC. Saat ini jika dibandingkan dengan Pusat Farmakovigilans Nasional Badan POM pada
negara lainnya di ASEAN, profil pelaporan efek tanggal 25 September 2018 sehingga peran Badan
samping obat Indonesia masih rendah. Badan POM POM sebagai lead dalam aktivitas farmakovigilans
menyadari bahwa pentingnya peran Badan POM dapat dikenal secara luas. *RA*
sebagai leader dalam aktivitas farmakovigilans harus
menggandeng lintas sektor terkait dan penyelenggara
program nasional untuk memperoleh data efek
samping obat yang representatif.

14
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

RisikoNecrotizingFasciitis of
ThePerineum/Fournier's
GangreneterkaitPenggunaan
SGLT2Inhibitor padaPasien
DiabetesMelitus

Necrotizing Fasciitis of The Perineum/ Fournier's Berdasarkan data WHO global database of individual
gangrene adalah infeksi bakteri yang sangat langka case safety report (ICSRs), sampai saat ini terdapat 7
tetapi mengancam jiwa dari jaringan di bawah kulit laporan kejadian Fournier's gangrene terkait SGLT2
yang mengelilingi otot, saraf, lemak, dan pembuluh inhibitor dari 18.097.580 kasus yang dilaporkan
darah perineum. Bakteri biasanya masuk ke dalam (0,00003%). Berdasarkan data laporan ESO yang
tubuh melalui luka di kulit, dengan cepat menyebar dan diterima Badan POM belum ada laporan kasus ESO
menghancurkan jaringan yang mereka infeksi. Di Fournier's gangrene terkait pemakaian SGLT2 inhibitor di
Amerika Serikat, terdapat ESO serius berupa Indonesia. ESO SGLT2 inhibitor yang diterima Badan
hospitalisasi dan 1 kasus kematian akibat Fournier's POM antara lain Constipation, Anal Injur y, UTI,
gangrene terkait pemakaian SGLT2 inhibitor. Diarrhoea, Hyperhidrosis, Pain, Asthenia, Diabetic
ketoacidosis, Blood glucose increased, Blood pressure
SGLT2 inhibitor digunakan sebagai tambahan pada decreased, Off label use, Hyponatremia, Blood creatinine
terapi kombinasi pengobatan diabetes melitus tipe 2 increased, Fluid intake reduced, Logorrhoea, Erectile
untuk meningkatkan kontrol gula darah, apabila dysfunction, Glycosylated haemoglobin increased, Drug
dengan pengaturan diet dan latihan yang sudah ineffective, Dehydration dan Hyopoglycaemia.
diberikan tidak menunjukkan kontrol gula darah yang
adekuat. Golongan SGLT2 inhibitor yang terdaftar di Saat ini manfaat/risiko Empagliflozin tidak berubah dan
Badan POM adalah Dapagliflozin dan Empagliflozin. tetap positif, namun sebagai langkah minimalisasi
SGLT2 diekspresikan selektif di ginjal. SGLT2 risiko, pemegang izin edar SGLT2 inhibitor di Indonesia
merupakan transporter predominan yang melakukan perubahan informasi produk. Pada saat ini
bertanggungjawab dalam reabsorbsi glukosa dari filtrat perubahan informasi produk masih dalam proses
glomerulus kembali ke sirkulasi. Pada pasien diabetes pengajuan ke Badan POM untuk dilakukan evaluasi.
melitus tipe 2 dan hiperglikemia, kadar glukosa pada
filtrat dan yang direabsorbsi sangat besar. SGLT2 Dalam rangka meningkatkan kehati-hatian, Badan
inhibitor menghambat SGLT2 sehingga mengurangi POM menyampaikan informasi ini kepada Tenaga
reabsorbsi glukosa dari filtrat glomerulus kembali ke Kesehatan Profesional. Tenaga Kesehatan Profesional
sirkulasi dan menyebabkan ekskresi glukosa melalui diminta agar memperhatikan hal tersebut dan
urin (efek glukuretik). melaporkan efek samping terkait penggunaan SGLT2
inhibitor maupun obat lainnya kepada Badan POM RI
Terkait timbulnya ESO serius di Amerika Serikat, FDA menggunakan formulir kuning MESO atau secara
mewajibkan seluruh pemegang izin edar SGLT2 online melalui subsite e-meso (https://e-
inhibitor (semua kelas) untuk mencantumkan meso.pom.go.id). *RA*
peringatan baru mengenai risiko necrotizing fasciitis of
the perineum / Fournier's gangrene untuk ditambahkan
pada US Prescribing Information (US PI) untuk semua Sumber :

SGLT2 inhibitor. Peringatan tersebut dipublikasi oleh 1. https://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/ucm617360.htm

FDA pada tanggal 29 Agustus 2018. 2. Data Badan POM

15
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
Buletin Berita MESO

InformasiuntukTenagaKesehatanProfesional
RisikoRetensiGadoliniumdiOtakkarenaPenggunaan
MediaKontrasGadoliniumpadaMagneticResonanceImaging(MRI)Scan

Gadolinium adalah zat kontras yang diberikan secara Pehimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia
intravena untuk diagnostik magnetic resonance (PDSRI), klinisi dari Rumah Sakit dan ahli dari Tim
imaging (MRI) cranial, spinal dan seluruh tubuh. Penilai Obat Nasional melakukan pembahasan
Gadolinium bekerja meningkatkan intensitas signal lanjutan mengenai informasi keamanan media kontras
dan gambar kontras (image contrast) pada jaringan Gadolinium. Berdasarkan pembahasan tersebut,
tertentu. bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Media kontras Gadolinium digunakan dalam
Informasi keamanan terkini mengenai retensi pemindaian MRI untuk menegakkan diagnosis
gadolinium di otak diperoleh berdasarkan hasil review sesuai dengan indikasi yang disetujui. Media
data dan studi ilmiah yang dilaksanakan oleh beberapa kontras Gadolinium tidak boleh digunakan untuk
badan otoritas negara lain seperti EMA (Uni Eropa), US pemindaian MRI yang bersifat “early detection”.
FDA (Amerika), dan Health Canada (Canada). Hasil 2. Data terkait retensi media kontras Gadolinium pada
review terhadap data ilmiah yang tersedia jaringan otak yang memberi manifestasi klinis
menunjukkan bahwa gadolinium mungkin masih sangat terbatas dan belum dapat
terakumulasi di otak setelah beberapa kali MRI Scan. disimpulkan.
3. Berdasarkan pertimbangan risiko – manfaat, maka
Akumulasi gadolinium di otak lebih tinggi pada media kontras Gadolinium masih tetap dapat
penggunaan media kontras gadolinium linier digunakan sepanjang sesuai dengan indikasi dan
dibandingkan dengan penggunaan gadolinium posologi yang disetujui.
makrosiklik, tetapi akumulasi gadolinium terjadi pada 4. D i u t a m a k a n p e n g g u n a a n m e d i a k o n t r a s
kedua tipe. Zat kontras gadolinium linier memiliki Gadolinium dengan dosis terendah untuk
struktur yang cenderung lebih melepaskan gadolinium menegakkan diagnosis.
yang dapat terbentuk di jaringan tubuh, sedangkan
kontras gadolinium makrosiklik memiliki struktur lebih Dalam rangka meningkatkan kehati-hatian, Badan
stabil dan kecenderungan untuk melepaskan POM menyampaikan informasi ini kepada Tenaga
gadolinium jauh lebih rendah. Efek samping jarang Kesehatan Profesional. Tenaga Kesehatan Profesional
yang telah diketahui akibat pengendapan gadolinium diminta agar memperhatikan rekomendasi tersebut
di organ dan jaringan lain adalah skin plaque dan dan melaporkan efek samping terkait penggunaan
nephrogenic systemic fibrosis. Hingga saat ini, hasil media kontras gadolinium kepada Badan POM RI
review belum mengidentifikasi adanya efek merugikan menggunakan formulir kuning MESO atau secara
bagi kesehatan karena retensi gadolinium di otak online melalui subsite e-meso (https://e-
setelah penggunaan zat kontras berbahan dasar meso.pom.go.id). *RA*
gadolinium untuk MRI.
Pada tanggal 3 Agustus 2018, Badan POM bersama

16
Volume 36, No. 2 Edisi November 2018
DEWANREDAKSI APAYANGPERLUDILAPORKAN?
Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping akibat obat perlu dilaporkan,
BULETINBERITAMESO baik obat yang digunakan dalam praktik klinik sehari-hari, termasuk obat program,
Pengarah: Deputi Bidang Pengawasan vaksin, dan obat baru. Laporan tidak harus didasarkan atas kepastian seratus
Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, persen adanya hubungan kausal antara efek samping dengan obat. Bila Saudara
dan Zat Adiktif menemukan reaksi yang masih diragukan hubungannya dengan obat yang
digunakan, lebih baik dilaporkan daripada tidak sama sekali.
Penanggung jawab: Dra. Rita Endang,
Apt., M. Kes
REAKSI-REAKSIAPA
Redaktur: Dra. Dwiana Andayani, Apt; YANGSEYOGYANYADILAPORKAN?
Megrina Dian Agustin, SSi., Apt; Rahma Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat. Terutama efek samping
Dewi Handari, SSi, Apt; Reni Setiawaty, yang selama ini tidak pernah/belum pernah dihubungkan dengan obat yang
S.KM., M.Epid; dr. Rahmaniah, M.
bersangkutan.
Biomed; Miyanto, S. Farm., Apt; Wilia
Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.
Indarwanti, S.Farm., Apt; Riris Endah P.,
S.Farm., Apt; Aulia Shilvi, S.Farm., Apt Setiap reaksi efek samping serius yang:
- Menyebabkan kematian
Tim Ahli MESO: dr. Suharti K.S., SpFK; - Mengancam jiwa
Prof.dr. Armen Muchtar, SpFK; Prof.dr. - Kecacatan permanen
Hedi Rosmiati, SpFK; dr. Nafrialdi, - Memerlukan perawatan di rumah sakit
SpPD,; dr. Wawaimuli Arozal, M. Biomed, - Perpanjangan waktu perawatan di rumah sakit
PhD; dr. Instiaty, PhD, Sp.FK - Kelainan kongenital dan atau kejadian/medis lainnya.
Setiap reaksi ketergantungan
Sebagai contoh klasik adalah yang berkaitan dengan obat golongan opiat;
walaupun demikian berbagai obat lain dapat menimbulkan reaksi
ketergantungan fisik dan atau psikis
Lack of efficacy (obat dicurigai tidak berfungsi/sub-standar/palsu)

APAPERANANLAPORAN
EFEKSAMPINGOBAT(ESO)SAUDARA?
Setiap laporan ESO yang diterima dievaluasi oleh Badan POM sebagai Pusat
Farmakovigilans/MESO Nasional untuk menentukan hubungan kausal produk
ALAMATREDAKSI obat yang dicurigai dengan efek samping yang dilaporkan, menggunakan kriteria
yang telah ditetapkan.
BULETINBERITAMESO Indonesia telah tercatat sebagai negara anggota dalam kegiatan WHO-UMC
Collaborating Centre for International Drug Monitoring. Untuk itu laporan ESO di
Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional Indonesia yang diterima oleh Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional dari
Direktorat Pengawasan Keamanan, Saudara, akan dikirim ke “Pusat Monitoring Efek Samping Obat Internasional”
Mutu, dan Ekspor Impor Obat, (WHO-UMC Collaborating Centre), di Uppsala, Swedia. Data ESO dari seluruh dunia
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan yang dikirimkan termasuk dari Indonesia, selanjutnya akan masuk dalam data
Zat Adiktif base Pusat Farmakovigilans/MESO Internasional. Drug Regulatory Authorities
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (DRAs) dari negara-negara anggota saling bertukar menukar informasi berkaitan
drug safety melalui portal Vigimed pada website WHO-UMC.
Jl. Percetakan Negara No. 23 Kotak Pos
No. 143 JAKARTA 10560
Laporan ESO yang telah dievaluasi, akan diumpan-balikan ke Sejawat dalam
Telp : (021) 4244691 ext. 1075 bentuk deskripsi trend laporan tiap tahunnya. Apabila ada signal dari hasil evaluasi
e-mail : pv-center@pom.go.id laporan ESO, hal ini akan menjadi input bagi proses risk-benefit assessment dan
Subsite : https://e-meso.pom.go.id dapat dilakukan pengkajian lebih lanjut secara komprehensif, dan dapat diambil
langkah tindak lanjut regulatori yang tepat. Pusat Farmakovigilans/MESO
Nasional sangat mengharapkan dan menghargai peran aktif dalam kegiatan
MESO dengan cara mengirimkan laporan efek samping obat yang Saudara
jumpai.

ETIKADALAMFARMAKOVIGILANS
BpomRi Jika kita mengetahui sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan orang lain
@bpom_ri yang tidak mengetahuinya, dan kita tidak memberitahukannya adalah tidak etis.
@bpom_ri (To know something that is harmful to another person, who does not know,
and not telling, is unethical)

Anda mungkin juga menyukai