Anda di halaman 1dari 48

Kebijakan Penyelenggaraan

Sistem Kewaspadaan Dini &


Respon

BANDUNG, 4 MARET 2024

PURNAMA MAGDALENA SIMANULLANG,SKM, MPH


DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
Mengapa ada sistem
kewaspadaan dini?

IHR (international health regulation)


GHPS (Global Health Security Agenda)
NAPHS (National Action Plan for Health
Security)
International health
regulation (IHR) - 2005
Peraturan kesehatan yang disepakati dan mengikat negara-negara yang menyetujui (negara
mitra)

Tujuan: mencegah, melindungi, mengendalikan, dan memberikan respons terhadap


penyebaran penyakit lintas negara dengan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dalam
lingkup risiko kesehatan masyarakat yang dihadapi tanpa menimbulkan gangguan yang
berarti bagi lalu lintas dan perdagangan internasional
Negara anggota wajib segera memberi tahu WHO apabila terdapat
kejadian penyakit yang berat yang berpotensi untuk tersebar lintas
negara yang disebut dengan kedaruratan kesehatan masyarakat yang
meresahkan dunia atau KKM-MD (public health emergency of
international concern / PHEIC)

Kriteria KKM-MD:
1.Apakah dampak kesehatan masyarakat dari peristiwa ini berpotensi serius?
2.Apakah peristiwa ini tidak lazim atau tidak terduga?
3.Apakah ada potensi penyebaran internasional?
4.Apakah ada potensi pembatasan perjalanan dan perdagangan?

Jika 2 dari 4 kriteria terpenuhi, negara-negara yang bergabung diwajibkan


untuk melapor kepada WHO dalam waktu 24 jam.
4 kasus berikut: penyakit cacar, poliomyelitis karena
virus polio liar, influenza pada manusia yang
disebabkan oleh sub-tipe virus baru, Severe acute
respiratory syndrome (SARS), dianggap tidak lazim atau
tidak terduga serta dapat memiliki dampak kesehatan
masyarakat yang serius. Oleh karena itu, 4 kasus tersebut
wajib dilaporkan kepada WHO dalam waktu 24 jam
Yang berwenang untuk memutuskan
apakah satu peristiwa termasuk KKM- Menentukan KKM-MD untuk
MD adalah Direktorat Jenderal WHO dilaporkan ke WHO
Kapasitas apa yang
perlu dimiliki negara?
Kegiatan Surveilans dan Respons pada Otoritas Kesehatan Masyarakat

Tujuan: mencegah, melindungi, mengendalikan, dan memberikan respons terhadap


penyebaran penyakit lintas negara dengan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dalam
lingkup risiko kesehatan masyarakat yang dihadapi tanpa menimbulkan gangguan yang
berarti bagi lalu lintas dan perdagangan internasional
KAPASITAS INTI APA YANG PERLU DIMILIKI
NEGARA?
Surveilans dan Respons pada Surveilans dan Respons di Pintu
Otoritas Kesehatan Masyarakat masuk negara yang telah
ditentukan

Masyarakat, bidan desa,


01 Lokal Bandara, pelabuhan, dan titik
Puskesmas, klinik
perbatasan lainnya
Dinas Kesehatan Provinsi,
02 Menengah
Kabupaten/kota

03 Nasional Kementerian Kesehatan


Global Health Security
Agenda (GHSA) - 2014
inisiatif global yang diluncurkan pada 2014 berupa forum kerjasama antar negara yang
bersifat terbuka dan sukarela

Tujuan: memperkuat kapasitas negara-negara dalam penanganan ancaman penyakit


menular dan kesehatan global
Salah satu peran dari GHSA:

Country Assessment Tool yang merupakan penilaian terhadap kapasitas suatu negara dalam
mencegah, mendeteksi, dan respon cepat terhadap risiko kesehatan masyarakat --> assessment
internal + eksternal --> Joint External Evaluation (JEE)

Rekomendasi JEE:
• Inpres 4/2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah
Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia
⚬ Peningkatan komitmen pemerintah pusat untuk memperkuat sistem kewaspadaan dini
• National Action Plan for Health Security (NAPHS) 2020-2024
NAPHS - Rencana Aksi Nasional
Ketahanan Kesehatan 2020 - 2024
Visi RAN 2020 - 2024:
mendukung secara aktif upaya global dalam mencegah, mendeteksi dan merespons potensi
pandemi akibat agen biologi, kimia dan radio-nuklir.

Untuk mencapai visi tersebut, perlu memperkuat kapasitas nasional dalam mencegah,
mendeteksi dan merespons Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKM-MD) serta melakukan kerjasama dengan lembaga internasional dan organisasi
masyarakat dalam menghadapi KKM-MD.
Provinsi, kabupaten/kota
• Meningkatkan kapasitas untuk EWARS dan Event-
based surveilans di tingkat provinsi (34 provinsi·)
• Meningkatkan kapasitas SDM dalam deteksi dan
laporan melalui SIKHNAS di provinsi, dan
kabupaten/kota

Memperkuat • Meningkatkan kemampuan SDM dalam manajemen di


provinsi dan kabupaten/kota

kapasitas inti
Rumah Sakit, Laboratorium
• ·Meningkatkan kapasitas untuk EWARS di
laboratorium dan rumah sakit
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (SKD-KLB)
Visi RAN 2020 - 2024:
mendukung secara aktif upaya global dalam mencegah, mendeteksi dan merespons potensi
pandemi akibat agen biologi, kimia dan radio-nuklir.

Untuk mencapai visi tersebut, perlu memperkuat kapasitas nasional dalam mencegah,
mendeteksi dan merespons Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKM-MD) serta melakukan kerjasama dengan lembaga internasional dan organisasi
masyarakat dalam menghadapi KKM-MD.
Wabah penyakit menular, definisi serta hal-hal
01 UU 4/1984 yang perlu dilakukan terkait peristiwa wabah
penyakit menular.
Kewajiban dan wewenang pemerintah dalam
02 UU 36/2009 menetapkan dan mengumumkan penyakit-penyakit
yang berpotensi menular
Sistem
Kekarantinaan kesehatan: definisi, kegiatan, dan
Kewaspadaan Dini 03 UU 6/2018 wewenang pemerintah serta pihak-pihak yang

Kejadian Luar Biasa terkait


definisi operasional, unit-unit yang terlibat, dan kegiatan-
Permenkes
di Indonesia 04 kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing unit terkait
949/2004
SKD-KLB.

Permenkes dasar dari pelaksanaan surveilans kesehatan


05
45/2014 dan respons
PERAN MASING-MASING PIHAK DALAM SKD KLB

5
1 2 3 4 Penetapan peraturan,
Kajian epidemiologi
Kewaspadaan dan Peringatan Advokasi dan pengembangan
ancaman
kesiapsiagaan KLB kewaspadaan dini asistensi SKD-KLB teknologi, SKD darurat

Masyarakat, klinik

Puskesmas, RS, Lab

Dinkes Provinsi / Kabupaten / Kota


LOKAL
LOKAL
LOKAL
MENENGAH
MENENGAH
NASIONAL
POKOK
BAHASAN
1. Dasar – Dasar Surveilans Kesehatan
2. Konsep umum SKDR
3. Mekanisme kerja SKDR
4. SKDR dalam situasi khusus
Definisi

Diseminasi 01
Informasi Tujuan
08 02

Atribut
Analisis 07 POWERPO N 03 Surveilans
Data I T
TEMPLATE

06 04
Bentuk
Pengolahan Penyelengga
Data
05 raan
Pengumpulan
Data

Surveilans 1
Definisi Surveilans Kesehatan

Kegiatan pengamatan yang


Pengumpulan, analisa,
sistematis dan terus Pengumpulan, analisa, interpretasi, dan diseminasi
menerus terhadap data dan interpretasi, dan interpretasi data tentang kejadian terkait
informasi tentang kejadian penyakit berkesinambungan dan kesehatan yang dilakukan
atau masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya
sistematis dari data berkaitan secara sistematis dan
peningkatan dan penularan penyakit dengan kesehatan yang berkesinambungan dalam
atau masalah kesehatan untuk diperlukan untuk perencanaan, rangka mengambil tindakan
memperoleh dan memberikan implementasi, dan evaluasi kesehatan masyarakat untuk
informasi guna mengarahkan praktek kesehatan masyarakat menurunkan morbiditas dan
tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan (WHO) mortalitas dan meningkatkan
efisien (PMK.45/2014) status kesehatan (US-CDC)
TUJUAN SURVEILANS

Tersedianya informasi Dasar


tentang situasi, penyampaian
kecenderungan Terselenggaranya
penyakit, dan factor kewaspadaan Terselenggaranya informasi
risikonya serta dini terhadap kesehatan kepada
masalah kesehatan
investigasi dan para pihak yang
masyarakat dan kemungkinan penanggulangan berkepentingan
faktor-faktor yang terjadinya KLB/Wabah; dan sesuai dengan
mempengaruhinya KLB/Wabah dan
sebagai bahan pertimbangan
pengambilan dampaknya kesehatan
keputusan;

Sumber : Permenkes No. 45 Tahun 2014


TUJUAN SURVEILANS

Memonitor, Menyediakan
informasi untuk Monitoring
mengevaluasi,
penentuan kecenderungan
Memprediksi dan
prioritas, penyakit Mengidentifikasi
dan memperbaiki
pengambilan endemis dan kebutuhan riset
mendeteksi program kebijakan mengestimasi dan investigasi
dini epidemik pencegahan perencanaan dampak lebih lanjut
(outbreak) dan implementasi, dan penyakit di
pengendalian alokasi sumber masa datang
penyakit daya kesehatan

Sumber : WHO
2 Konsep Umum SKDR
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR)
Early Warning Alert Response and Systems (EWARS)

Sistem yang mendeteksi adanya ancaman • Alert atau sinyal peringatan dini yang
indikasi KLB penyakit menular yang muncul pada sistem bukan berarti
dilaporkan secara mingguan dengan
sudah terjadi KLB tetapi merupakan
berbasis komputer, yang dapat menampilkan
alert atau sinyal peringatan dini adanya pra-KLB yang mengharuskan
peningkatan kasus penyakit melebihi nilai petugas untuk melakukan respon
ambang batas di suatu wilayah cepat agar tidak terjadi KLB.

Di lapangan --> W2
(laporan mingguan)
3 1. Bidan, Pustu, serta jejaring di
bawah Puskesmas melaporkan
kasus kepada petugas
surveilans di Puskesmas
2. Petugas surveilans Puskesmas
mengkompilasi laporan dan
memasukkan ke website
SKDR.
3. Petugas dari laboratorium dan
RS dapat memasukkan
laporan langsung ke website
SKDR
4. Petugas di Dinkes Kabupaten/Kota
dapat memverifikasi laporan di
website SKDR --> kunjungan
langsung dan/atau memeriksaan
5. Dinkes Provinsi dan Pusat dapat mengakses laporan
hasil ke laboratorium (bila perlu) --
tersebut di website SKDR
> hasil verifikasi dimasukkan ke
website SKDR
Alur dan Mekanisme
Pelaporan SKDR
• Bidan desa,
Sabtu Pustu

• Petugas surveilans
Senin - Puskesmas, RS

Selasa • Petugas surveilans Dinkes

Rabu - • Petugas surveilans Dinkes kab/kota  input


data dari unit pelapor bila tidak bisa via
Kamis SMS/wa dan verifikasi alert

• Tim Kerja
Jumat Surveilans
Penyakit yang dipantau SKDR
Dasar Hukum: Permenkes nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbukan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

1. Diare 13. Antraks


2. Malaria 14. Leptospirosis
3. Demam Dengue 15. Kolera
4. Diare Akut
16. Meningistis/Encephalitis
Berdarah + Keracunan
5. Demam Tifoid 17. Influenza Like Illness
Makanan
6. Sindrom Jaundice
18. Hepatitis
Akut
7. Flu burung 19. Pneumonia
8. Chikungunya 20. Tetanus Neonatorum
9. Campak 21. Gigitan Hewan Penular Rabies
Yang dilaporkan
10. Difteri 22. HFMD adalah KASUS
11. Pertussis 23. Klaster penyakit tidak lazim BARU
12. AFP/polio 24. COVID-19
Apa yang dilaporkan ?

KASUS BARU

orang sakit yang datang ke orang yang berkunjung


fasilitas kesehatan dalam dengan diagnosis yang
periode satu minggu sama, dan pernah
pelaporan dengan dinyatakan sembuh
diagnosis baru, atau, sebelumnya.
Dashboard SKDR
Jenis Surveilans Kesehatan berdasarkan Penyelenggaraan
4 SKDR dalam situasi khusus

•Unsur utama SKDR: early detection, alert,


•response

•Prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan dalam kondisi-


kondisi khusus yang membutuhkan respon cepat yaitu
kegawatdaruratan bencana alam misalnya: banjir, gempa
bumi, angin topan; kegawatdaruratan bencana non-alam
misalnya: konflik, kebocoran reaktor nuklir
Contoh penerapan IBS dan EBS pada bencana

, Yuzo, et al. "The Great East Japan Earthquake: a need to plan for post-disaster surveillance in developed countries." Western Pacific surveillance and response journal: WPSAR 2.4 (2011): 3.
KAB/KOTA YANG
MELAKUKAN
INDIKATOR RESPON
RENSTRA 2020-2024 TERHADAP
SINYAL SKDR
MINIMAL 80%
1. Penerimaan Alert/Informasi Indikasi KLB pada SKDR

KONFIRMASI AWAL KEBENARAN INFORMASI

Bersifat Tenang , LIHAT


LITERATUR 🡪 Algoritme SKDR

Catat semua informasi 🡪


masukan sebagai respon
verifikasi awal dalam SKDR
Informasi sinyal 🡪 Konfirmasi KLB

Melebihi
Penggambaran Insidens
Pola Penyakit “Biasa”

Waspada Populasi
kasus baru Berisiko

Sampaikan kepada unit


pelapor
Respons Alert
• Setiap minggu kabupaten/kota, propinsi dan pusat
melakukan analisa alert yg muncul
• Alert harus diverifikasi oleh kabupaten/kota, propinsi dan
pusat.
• Menilai apakah alert tersebut harus dikonfirmasi lab atau
tidak.
• Sharing alert ke lintas program/sektor untuk penyelidikan
epidemiologi bila diperlukan.
Conclution?
1 Surveilans Kesehatan: indicator-based (SKDR) dan
event-based

SKDR mengumpulkan data berbasis komputer


2 secara mingguan (laporan W2)
RRiinnggk
ka as sa an n
SSKKDDR Yang dilaporkan adalah kasus baru
R 3 Yang dilaporkan adalah kasus baru
Pelaporan melibatkan samua pihak  petugas
4 surveillans
Data yang dilaporkan menghasilkan alert  alert
5 bukan berarti ada KLB  tugas dari petugas
surveilans Dinkes Kabupaten / kota untuk
memverifikasi alert
PELATIHAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI BAGI PETUGAS PUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai